Anda di halaman 1dari 22

Nama : Dwi Ranti Agusti

BERPIKIR KRITIS DAN DEMOKRASI

Kelas : XII IPA 7


Berpikir Kritis

B. Analisis Q.S Ali


Imran/3:190-191 dan
A. Berpikir Kritis C.Manfaat Berpikir Kritis
Hadis tentang berpikir
kritis.

D. Menerapkan Perilaku
Mulia
A. Berpikir Kritis

Berpikir kritis, sifat ini adalah sikap dan perilaku


yang berdasarkan data dan fakta yang valid (sah)
serta argumen yang akurat.

Sikap kritis dalam suasana demokrasi juga perlu didukung


dengan kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara
damai.Masalah yang berasal dari perbedaan pendapat dapat
berujung konflik, untuk itu perlu ditekankan penyelesaian
masalah dilakukan dengan damai bukan kekerasan.
B. Menganalisis dan Mengevaluasi Makna Q.S. Ali-
Imran/3:190-191 serta Hadis tentang Berfikir Kritis

1. Ayat al-Quran dan Terjemahannya yang


    

Mengandung Perintah Berpikir Kritis.

Q.S. Ali 'Imran/3:190-


191 

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam
dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah Swt.) bagi orangorang yang
berakal, yaitu orang-orang yang senantiasa mengingat Allah Swt. dalam keadaan
berdiri, duduk, dan berbaring, dan memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha
Suci Engkau, lindungilah kami dari siksa api neraka”.
Makna Surat Ali Imran 

 Ayat 190 ini menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi
serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi ulul albab. Yakni orang-orang yang berakal.
Orang-orang yang mau berpikir. Orang-orang yang mau
memperhatikan alam. Orang-orang yang kritis.

 Ayat 191 ini menjelaskannya. Bahwa ulul albab adalah orang yang
banyak berdzikir dan bertafakkur. Ia berdzikir dalam segala kondisi
baik saat berdiri, duduk ataupun berbaring. Ia juga mentafakkuri
(memikirkan) penciptaan alam ini hingga sampai pada kesimpulan
bahwa Allah menciptakan alam tidak ada yang sia-sia. Maka ia pun
berdoa kepada Allah, memohon perlindungan dari siksa neraka
2. Menyajikan Hadis Tentang Berpikir Kritis
    

Beserta Penjelasannya

HR. At-Tirmizi dan beliau berkata:


Hadis Hasan

Artinya: Dari Abu Ya’la yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi saw. Beliau bersabda:
“Orang yang cerdas ialah orang yang mampu mengintrospeksi dirinya dan suka
beramal untuk kehidupannya setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang
yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan berharapkepada Allah Swt. dengan
harapan kosong”. (HR. At-Tirmizi dan beliau berkata: Hadis Hasan).
Mak
na

menjelaskan bahwa orang yang benar-benar cerdas


adalah orang yang pandangannya jauh ke depan,
menembus dinding duniawi, yaitu hingga kehidupan
abadi yang ada di balik kehidupan fana di dunia ini.

Tentu saja, hal itu sangat dipengaruhi oleh keimanan seseorang kepada
adanya kehidupan kedua, yaitu akhirat. Orang yang tidak meyakini adanya
hari pembalasan, tentu tidak akan pernah berpikir untuk menyiapkan diri
dengan amal apa pun. Jika indikasi “cerdas” dalam pandangan Rasulullah
saw. adalah jauhnya orientasi dan visi ke depan (akhirat), maka pandangan-
pandangan yang hanya terbatas pada dunia, menjadi pertanda tindakan
“bodoh” atau “jahil” (Arab, kebodohan=jahiliyah).
C.Manfaat Berpikir Kritis

1. Dapat menangkap makna 2.  Dapat mengoptimalkan


dan hikmah di balik semua pemanfaatan alam untuk
ciptaan Allah Swt. kepentingan umat manusia.

4. Menemukan jawaban dari 3. Dapat mengambil inspirasi


misteri penciptaan alam dari semua ciptaan Allah Swt.
(melalui penelitian). Dalam mengembangkan IPTEK.

 5. Mengantisipasi terjadinya


bahaya, dengan memahami
gejala dan fenomena alam.
D. Menerapkan Perilaku Mulia

2. Senantiasa bersyukur kepada 1. Senantiasa bersyukur kepada Allah


Allah Swt. atas anugerah alam Swt. atas anugerah akal sehat.
semesta bagi manusia.

3. Melakukan kajian-kajian    4. Menjadikan ayat-ayat al-Quran


terhadap ayat-ayat al-Quran sebagai inspirasi
secara lebih mendalam

5. Menjadikan ayat-ayat kauniyah


(alam semesta) sebagai inspirasi
dalam mengembangkan IPTEK.
Demokrasi

A. Apa Itu “Demokrasi


  
E.   Menerapkan Perilaku Mulia
dan Syura”

D. Manfaat Demokrasi

B. Menganalisis dan
    C.  Keterkaitan antara Demokrasi
  

Mengevaluasi Makna Q.S. Ali- dengan Sikap Tidak Memaksakan


Imran/3:159 serta Hadis tentang Kehendak sesuai Pesan Q.S. Āli-
Demokrasi Imrān/3:159 dan Hadis Terkait
A. Apa Itu “Demokrasi dan Syura”
  

1. Demokrasi

Secara kebahasaan, demokrasi terdiri atas dua rangkaian kata, yaitu “demos” yang berarti rakyat
dan “cratos”yang berarti kekuasaan. Secara istilah, kata demokrasi ini dapat ditinjau dari dua segi
makna. 
 Pertama, demokrasi dipahami sebagai suatu konsep yang berkembang dalam kehidupan
politik pemerintah.
 Kedua, demokrasi dimaknai sebagai suatu konsep yang menghargai hak-hak dan kemampuan
individu dalam kehidupan bermasyarakat .
2. syura

Menurut bahasa, dalam kamus Mu’jamMaqayisal-Lugah, syura


memiliki dua pengertian, yaitu menampakkan dan memaparkan sesuatu
atau mengambil sesuatu.
Adapun menurut istilah, beberapa ulama terdahulu telah memberikan
definisi syura. Mereka diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Ar Raghibal-Ashfahani dalam kitabnya Al MufradatfiGharibal-Quran, mendefinisikan


syura sebagai “proses mengemukakan pendapat dengan saling mengoreksi antara
peserta syura”.

2. Ibnu al-Arabial-Maliki dalam Ahkam al-Quran, mendefinisikannya dengan


“berkumpul untuk meminta pendapat (dalam suatu permasalahan) yang peserta
syuranya saling mengeluarkan pendapat yang dimiliki”.

3. Definisi syura yang diberikan oleh pakar fikih kontemporer dalam asy Syur
fiZilliNizamial-Hukmal-Islami, di antaranya adalah “proses menelusuri pendapat para
ahli dalam suatu permasalahan untuk mencapai solusi yang mendekati kebenaran”.
3. Titik Temu (Persamaan) antara Demokrasi dan
     

Syura

Dari beberapa definisi Syura dan demokrasi di atas, yaitu dapat


memahami bahwa Syurahanya merupakan mekanisme kebebasan
berekspresi dan penyaluran pendapat dengan penuh keterbukaan dan
kejujuran
Makna Surat Ali Imran/3:159

Ayat di atas menjelaskan bahwa meskipun dalam keadaan genting, seperti


terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam
Perang Uhud sehingga menyebabkan kaum muslimin menderita kekalahan,
tetapi Rasulullah saw. tetap lemah lembut dan tidak marah terhadap para
pelanggar. Bahkan memaafkan dan memohonkan ampun untuk mereka.
Seandainya Rasulullah saw. bersikap keras, tentu mereka akan menaruh
benci kepada beliau. Dalam pergaulan sehari-hari, beliau juga senantiasa
memberi maaf terhadap orang yang berbuat salah serta memohonkan
ampun kepada Allah Swt. terhadap kesalahan-kesalahan mereka.
B. Menganalisis dan Mengevaluasi Makna Q.S. Ali-
   

Imran/3:159 serta Hadis tentang Demokrasi

1. Ayat al-Quran dan Terjemahannya yang


 

Mengandung Perintah Berpikir Kritis.

Q.S. Ali 'Imran/3:159

Artinya: ”Maka disebabkan rahmat dari Allah Swt. lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah
kepada Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt. menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya.” Q.S. ali-Imran/3:159
2. Menyajikan Hadits Tentang Demokrasi
Beserta Penjelasannya

HR. at-Tirmizi

Artinya: “Dari Abu Hurairah, ia berkata, Aku tak pernah melihat


seseorang yang lebih sering bermusyawarah dengan para sahabat dari
pada Rasulullah saw.” [HR. at-Tirmizi]. 

Hadis di atas menjelaskan bahwa menurut pandangan para


sahabat, Rasulullah saw. adalah orang yang paling suka
bermusyawarah
C.  Keterkaitan antara Demokrasi dengan Sikap Tidak
  

Memaksakan Kehendak sesuai Pesan Q.S. Āli-Imrān/3:159


dan Hadis Terkait

Demokrasi memberikan kebebasan berpendapat bagi rakyat. Namun demikian,


dalam pandangan para ulama/cendekiawan muslim tentang demokrasi terbagi
menjadi dua pandangan utama, yaitu; pertama menolak sepenuhnya, dan kedua
menerima dengan syarat tertentu. Berikut pandangan para ulama yang mewakili
kedua pendapat tersebut.

1.    Abul A’la Al-Maududi

Al-Maududi secara tegas menolak demokrasi.


Menurutnyademokrasi adalah buatan manusia
sekaligus produk dari pertentangan Barat terhadap
agama, sehingga cenderung sekuler.
2.    Mohammad Iqbal 

MenurutMohammad Iqbal demokrasi yang merupakan


kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat telah
mengabaikan keberadaan agama.Parlemen sebagai salah
satu pilar demokrasi dapat saja menetapkan hukum yang
bertentangan dengan nilai agama kalau anggotanya
menghendaki.

Atas dasar itu, Iqbal menawarkan sebuah konsep demokrasi spiritual yang
dilandasi oleh etik dan moral ketuhanansebagai berikut :
a. Tauhid sebagai landasan asasi. 
b. Kepatuhan pada hukum. 
c. Toleransi sesama warga.
d. Tidak dibatasi wilayah, ras, dan warna kulit. 
e. Penafsiran hukum Tuhan melalui ijtihad.
3.    Muhammad
Imarah

Menurut Imarah, Islam tidak menerima demokrasi secara


mutlak dan juga tidak menolaknya secara mutlak. Dalam
demokrasi, kekuasaan legislatif (membuat dan menetapkan
hukum) secara mutlak berada di tangan rakyat.

4.    Yusuf al-Qardhawi

Dalam demokrasi, proses pemilihan melibatkan


banyak orang untuk mengangkat seorang kandidat
yang berhak memimpin dan mengurus keadaan
mereka.
5.    Salim Ali al-Bahasnawi

Menurut Salim Ali al-Bahasnawi, demokrasi mengandung sisi yang baik yang tidak
bertentangan dengan Islam dan memuat sisi negatif yang bertentangan dengan
Islam. Sisi baik demokrasi adalah adanya kedaulatan rakyat selama tidak
bertentangan dengan Islam. Sementara, sisi buruknya adalah penggunaan hak
legislatif secara bebas yang dapat mengarah pada sikap menghalalkan yang haram
dan mengharamkan yang halal. 
D. Manfaat Demokrasi

1. Keputusan yang diambil 2. Adanya kebersamaan


memiliki nilai keadilan

3. Dapat menyatukan 4. Mencari kebenaran dan


pendapat yang berbeda menjaga diri dari kekeliruan

5. Dapat mengambil
kesimpulan yang benar
E.   Menerapkan Perilaku Mulia

Menerima keputusan Menolak segala bentuk


Menghargai pendapat
bersama (hasil musyawarah) diskriminasi atas nama
orang lain.
dengan ikhlas. apapun. 

bersikap lemah lembut jika Berlapang dada untuk


hendak menyampaikan saling memaafkan
pendapat

Anda mungkin juga menyukai