KORUPSI
UNTUK MEMENUHI TUGAS UTS MATAKULIAH
Pendidikan Agama Islam
Yang dibina oleh Bapak Faris Khoirul Anam Lc., M.H.I
Oleh:
Asandy Dwi Suryo Laksono
150521604332
Korupsi
(bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk,rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah
tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain
yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak
legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka
untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Korupsi dalam syariat Islam diatur dalam fiqh Jinayah. Fiqh Jinayah
adalah ilmu tentang hukum-hukum syariat yang digali dan disimpulkan dari nashnash keagamaan, baik Alquran maupun hadist, tentang kriminalitas, baik
berkaitan dengan keamanan jiwa maupun anggota badan atau menyangkut
seluruh aspek pancajiwa syariat yang terdiri dari (1) Agama; (2) Jiwa; (3) Akal; (4)
Kehormatan atau nasab; (5) harta kekayaan; maupun di luar pancajiwa syariat
tersebut.
Beberapa jenis tindak pidana (jarimah) dalam fiqh jinayah dari unsurunsur dan definisi yang mendekati pengertian korupsi di masa sekarang adalah
Ghulul (Penggelapan), Risywah (Penyuapan), Ghasab (Mengambil Paksa
Hak/Harta Orang Lain), Khianat, Sariqah (Pencurian), Hirabah (Perampokan), AlMaks (Pungutan Liar), Al-Ikhtilas (Pencopetan), dan Al-Ihtihab (Perampasan).
Korupsi di Indonesia sudah berlangsung lama. Berbagai upaya
pemberantasan korupsi pun sudah dilakukan sejak tahun-tahun awal setelah
kemerdekaan. Berbagai peraturan perundangan tentang pemberantasan korupsi
juga sudah dibuat. Demikian juga berbagai institusi pemberantasan korupsi silih
berganti didirikan. Namun demikian harus diakui bahwa upaya pemberantasan
korupsi yang dilakukan selama ini belum menunjukkan hasil maksimal. Semakin
hari, kejahatan korupsi bukannya menurun tetapi semakin lama semakin
memasyarakat. Artinya korupsi telah menjadi hal yang biasa di lingkungan
masyarakat baik secara umum maupun di institusi besar negara.
Larangan korupsi juga dijelaskan dalam Al Quran, salah satunya dalam
Q.S. Al Baqarah ayat 188
(13).
Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan
perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang
itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu, Kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan
tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang
mereka tidak dianiaya. (QS Ai Imran: 161).
Penyuapan yang biasa terlihat dan diketahui adalah ketika mereka
ditilang oleh polisi dan mereka mengganti surat tilang dengan
membayar sejumlah uang untuk para oknum polisi yang
memanfaatkan keadaan yang ada. Dalam sabda Rasulullah SAW
menerangkan:
Utsman bin Affan telah menceritakan hadis kepada kami, Abu Awanah
telah menceritakan hadis kepada kami, ia berkata Umar ibn Abi
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab
(Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?" (al-Baqarah : 44)
Dan Allah juga berfirman dalam surat As Shaff ayat 2 3
|
:
|
:
"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang
tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan." (Ash- Shaff : 2-3)
Meskipun tidak semua pemuda melakukan hal itu tetapi para pemuda
masih perlu arahan dan sedikit paksaan akan nilai kejujuran.
Dan tidak akan efektif jika sebagai penggerak adalah seseorang yang
belum matang, yang masih mementingkan ego besarnya yang hanya
akan memberikan efek buruk dan tidak memberikan efek baik dan
positif.
Tanpa melihat sisi negatifnya saja, memang sebenarnya para pemuda
dibutuhkan dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Tetapi
tentu masih belum saatnya jika kita melihat pemuda Indonesia yang