Anda di halaman 1dari 5

Nama : Lidya Lindasari

NPM : 1806143283

Jurusan : Kimia

Focus Group 3

NILAI – NILAI AL QURAN YANG BERKAITAN DENGAN KORUPSI DAN PERAN


MASYARAKAT DALAM MENANGANI KASUS KORUPSI

Pemberantasan korupsi bukanlah suatu pekerjaan yang mudah untuk dilakukan, khususnya di
Indonesia. Jika ditinjau dari beberapa penyebab yang ada, maka pemberantasan dan
pencegahannya pun harus dilakukan tindakan yang serius, dan kerja sama yang baik antara
pemerintah, aparat penegak hukum dan seluruh masyarakat untuk bersama-sama memberantas
korupsi.

Dalam hal ini, perlu kiranya mencari landasan teologis mengenai Korupsi agar masyarakat
memiliki kesadaran untuk menghindarinya. Meskipun faktanya tidak sedikit pelaku korupsi adalah
orang yang memahami agama.

Di dalam Al-Qur’an ada beberapa ayat yang berkaitan denga korupsi. Salah satunya yang
tercantum di dalam QS. Ali Imran 161:

“Dan tidak mungkin seorang Nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang).
Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari kiamat dia akan membawa apa yang dikhianatkannya
itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang
dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi.”

Dalam ayat tersebut terdapat nilai – nilai yang yang dapat diambil; pertama, pentingnya
mengetahui teori tentang korupsi. Banyak membaca, mempelajari Al-Qur’an, mengetahui korupsi;
sebab, akibat maupun jenisnya. Kedua, menanamkan kejujuran dan keadilan. Tidak menggunakan
kekuasaan untuk korupsi. Ketiga, pembentukan karakter anti korupsi. Segala usaha menjaga diri
agar tidak terjerumus dalam korupsi (Tazkiyah). Keempat, keseimbangan antara balasan dan
perbuatan merupakan aturan ilahi. Kelima, pendidikan dengan hikmah dan terakhir kembali
kepada Al-Qur’an sebagai pedoman utama kehidupan.

Dalam ayat lain Allah berfirman (QS. Al-Maidah : 42):

“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang
haram (Seperti uang sogokan dan sebagainya). Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu
(untuk meminta putusan), Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah
dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat
kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara
itu) di antara mereka dengan adil, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.”.

Jika kembali dicermati, ayat tersebut menjelaskan praktek korupsi seperti yang terjadi pada
konteks kekinian.

Adapun nilai yang dapat diambil dalam pendidikan anti korupsi dari ayat tersebut yaitu tentang
pentingnya mengetahui indikasi kebohongan yang dilakukan para koruptor untuk mengamankan
perkara mereka. Seperti upaya orang-orang Yahudi dalam mempermainkan hukum sesuai
kepentingan mereka, bahkan memojokkan Rasulullah sebagai hakim sebagaimana dalam ayat
tersebut.

Berikutnya menumbuhkan rasa percaya diri dan keimanan kepada Allah (spiritual question)
kecerdasan spiritual. Meyakini tidak akan hancur dan jatuh apabila meninggalkan korupsi.
Biasanya ketika seseorang sudah merasa ketakutan akan kehilangan jabatan ataupun pengaruhnya,
selalu berusaha menutupinya walaupun harus menyuap mahal.

Dalam ayat lain Allah Swt juga berfirman dalam Q.S. al-Maidah ayat 38:

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)
pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Dari ayat tersebut terdapat nilai atau pelajaran yang dapat diambil yaitu tentang pentingnya
penegakan hukum yang adil dan tegas. Selain itu juga perlu membangun kekuatan iman sehingga
tidak tergoda dengan limpahan harta untuk mengkhianati hukum tersebut. Rasulullah
bersabda: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang
lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat
bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan Engkau lemah”.

Hak dan kewajiban warga negara yang berperan dalam pemberantasan korupsi dijamin secara
hukum yang tercantum dalam UU no.31/1999 jo uu no.20/20001 tentang TIPIKOR, Pasal 41
tentang partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi, dan UU no.13/2006
tentang Perlindungan Saksi dan Korban.

Bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi yang
tercantum dalam UU no.31/1999 Pasal 41, antara lain:

1. Hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak
pidana korupsi
2. Hak memperoleh pelayanan dalam mencari dan mendapat informasi tentang dugaan
tersebut dari penegak hukum yang menangani perkara yang bersangkutan
3. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab pada penegak hukum
bersangkutan
4. Hak mendapat jawaban atas pertanyaan tentang laporan yang diberikan pada penegak
hukum dalam paling lama 30 hari
5. Hak mendapat perlindungan hukum

Struktur atau langkah – langkah dalam melaporkan suatu dugaan tindak korupsi sebaiknya memuat
hal – hal seperti berikut:

1. Latar Belakang
Memberikan uraian secara umum dan singkat latar belakang dugaan terjadinya tindak
pidana korupsi.
2. Indikasi Tindak Pidana Korupsi
Sebelum menguraikan dugaan kasus korupsi, sebaiknya lakukan analisis hukum untuk
mendapatkan pasal yang tepat.
3. Permasalahan
Uraian didasarkan pada kelengkapan data atau dokumen. Hindari opini dalam menjelaskan
kasus. Kronologi dugaan dilengkapi bukti Bagaimana dugaan terjadinya tindak pidana
korupsi dilakukan pelakunya kecukupan dokumen pendukung dan alat bukti.
REFLEKSI DIRI

Dalam dalil Al qur’an sudah jelas bahwasannya Allah dengan tegas sangat benci terhadap orang-
orang yang berkhianat, dapat disimpulkan bahwasannya Allah melarang perbuatan korupsi, karna
perbuatan korupsi merupakan salah satu bentuk dari penghianatan. Jangan pernah takut untuk
melaporkan korupsi yang terjadi di sekitar kita, karena kita memiliki hak untuk berpartisipasi
dalam memberantas korupsi seperti kasus jual beli jabatan di lingkungan Kemenag. Mari kita
bangun Indonesia menjadi suatu negara yang bebas dari korupsi!

DAFTAR PUSTAKA
Dirjosisworo, Soedjono, 1984, Fungsi Perundang-undangan Pidana dalam
Penanggulangan Korupsi di Indonesia, CV Sinar Baru, Bandung.
Tim Penyusun, 2004, Korupsi di Negeri Kaum Beragama, Jakarta: P3M.
Mahfudh, Sahal, 2006, NU Melawan Korupsi Kajian Tafsir dan Fiqih, Jakarta: TK
GNPK NU.
Anwar, Syamsul, 2006, Fikih Anti Korupsi Perspektif Ulama' Muhammadiyah,
Jakarta: PSAP.

Anda mungkin juga menyukai