Anda di halaman 1dari 3

BUAH MANIS BERIMAN KEPADA TAQDIR

( Materi Bimbingan Atau Penyuluhan )


Oleh : Ahmad Muttaqin, S.Ag

Tema ini penting dilihat dari beberapa sisi. Yang pertama, keimanan seseorang tidak
akan sempurna, tidak akan baik, tidak akan sah tanpa beriman kepada takdir Allah subhanahu wa
ta’ala. Karena beriman kepada takdir adalah salah satu dari rukun iman yang enam. Apabila salah
satu rukun tersebut tidak ada, maka keimanan didalam hati tidak akan sah. Disinilah letak
pentingnya membicarakan buah manis beriman kepada takdir.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh Jibril ‘alaihissalam dalam
Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim:
‫ ِم ِباْلَقْد ِر ِرْي ِه‬, ‫ اْل ِم اآلِخ ِر‬,‫ ِلِه‬,‫ ُك ِب ِه‬,‫ َالِئَك ِتِه‬,‫ َأْن ِباِهلل‬: ‫ َقاَل‬, ‫ِن اِإل َمْياِن‬
‫َو‬ ‫َخ‬ ‫َو ُتْؤ َن‬ ‫َو ُت َو ُرُس َو َيْو‬ ‫َو َم‬ ‫َفَأْخ ْرِب ْيِن َع‬
.‫َشِّر ِه‬
“Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada
Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah
yang baik dan yang buruk,” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini menunjukkan bahwasannya keimanan kepada takdir adalah rukun iman yang mana
iman kita tidak akan sah, tidak akan diterima, tanpa beriman kepada takdir. Kalau imam yang
tidak sah, maka amalnya tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Ini letak
pentingnya membicarakan buah manis beriman kepada takdir.
Kedua, pentingnya membicarakan buah manis beriman kepada takdir adalah yaitu
berkenaan dengan kejadian sekitar dua bulan yang lalu kita dapat di semua. Tanggal 28
September 2018 datang ujian dari Allah untuk Kabupaten Palu, Sigi dan Donggala dengan desa-
desa yang ada didalamnya, kecamatan-kecamatan yang ada didalamnya, kabupaten-kabupaten
yang ada didalamnya. Yaitu berupa gempa, tsunami, likuifaksi, maka ini adalah musibah yang
mana seorang muslim wajib menghadapinya dengan kesabaran. Akan tetapi tidak akan mungkin
kita menghadapi musibah ini dengan kesabaran kecuali dengan mengimani takdir.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman didalam Al-Quran Surat Al Baqarah ayat 155-156:
﴿ ‫َو َلَنْبُل َو َّنُك م ِبَش ْي ٍء ِّم َن اَخْلْو ِف َو اُجْلوِع َو َنْق ٍص ِّم َن اَأْلْم َو اِل َو اَأْلنُف ِس َو الَّثَم َر اِت ۗ َو َبِّش ِر الَّص اِبِر يَن‬
﴾١٥٦﴿ ‫﴾ اَّلِذيَن ِإَذا َأَص اَبْتُه م ُّم ِص يَبٌة َقاُلوا ِإَّنا ِلَّلـِه َو ِإَّنا ِإَلْيِه َر اِج ُعوَن‬١٥٥
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.” (QS. Al-Baqarah[2]: 156)
Seseorang tidak akan bisa menghadapi musibah kesulitan yang menimpa saat gempa,
tsunami, likuifaksi yang tanpa ada perkiraan sebelumnya. Seseorang tidak akan bisa bersabar
menghadapi itu semua kecuali ketika dia beriman kepada takdir. Inilah Takdir yang Allah telah
Tuliskan 50.000 tahun sebelum penciptakan langit dan bumi. Bahwa tanggal 28 September 2018
M, di Kabupaten Palu, Sigi dan Donggala akan terjadigempa, tsunami, likuifaksi . Itu sudah
tercatat 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda dalam hadits riwayat Imam Muslim:
‫َأْن ْخَيُل الَّس اِت اَأل َخِب ِس َأْل َنٍة‬ ‫ِئِق‬ ‫َّل ِد‬
‫َق َمَو َو ْر َض ْم َني َف َس‬ ‫َك َتَب ال ُه َم َق ا يَر اَخْلَال َقْبَل‬
“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan
bumi.” (HR. Muslim no. 2653)
Maka disini letak pentingnya mempelajari buah manis beriman kepada takdir. Agar kita
bisa bersabar, agar kita bisa menerima apa yang Allah subhanahu wa ta’ala ujikan kepada kita.
Baca Juga:
Kita akan mempelajari apa saja manfaat-manfaat saat seseorang beriman kepada takdir.
Sebelum kita mempelajari manfaat-manfaatnya, Apa itu takdir? Bagaimana cara beriman kepada
takdir dengan baik dan benar? Siapa saja yang keliru dalam memahami takdir? Kemudian baru
kita pelajari apa saja keutamaan-keutamaan beriman kepada takdir? dan Apa saja buah manis
beriman kepada takdir?
Apa Itu Takdir
At-Takdir (‫ )تقدير‬diambil dari kata arab, qaddara (‫ تقديرا‬،‫ يقدر‬،‫ )قدر‬yang artinya adalah
usaha. Dan At-Takdir, maksudnya adalah segala sesuatu yang telah Allah subhanahu wa ta’ala
tuliskan didalam kitab Lauhul Mahfudz dengan ilmuNya yang Azali. Sebelum penciptaan langit
dan bumi, itu namanya takdir.
Jadi kalau kita pelajari, ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya
Jibril, wahai Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Apa itu Iman? Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
‫ ُتْؤ ِم ِباْلَقْد ِر َخ ِرْي ِه َشِّر ِه‬, ‫ اْلَي ِم اآلِخ ِر‬,‫ ُرُس ِلِه‬,‫ ُك ُتِبِه‬,‫ َم َالِئَك ِتِه‬,‫َأْن ِباِهلل‬
‫َو‬ ‫َو َن‬ ‫َو ْو‬ ‫َو‬ ‫َو‬ ‫َو‬
”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari
Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” (HR. Bukhari dan Muslim)
Qadar adalah segala sesuatu yang telah Allah tuliskan di dalam Kitab Lauhul Mahfudz
dengan ilmuNya yang terdahulu sebelum penciptaan langit dan bumi. Itu namanya takdir. Takdir
itu kalau sudah terjadi namanya qadha.
Seperti penjahit baju, sebelum dia menjahit, dia mengukur leher, mengukur lebar dada,
mengukur lengan, mengukur panjang badan, itu namanya takdir. Kalau sudah dijahit bajunya jadi
itu namanya qadha.
Kalau kita sering dengar beriman kepada qadha dan qadar. Qadar artinya adalah segala
sesuatu yang ditulis oleh Allah di dalam kitab Lauhul Mahfudz dengan ilmuNya yang terdahulu.
Semuanya ditulis oleh Allah subhanahu wa ta’ala di dalam kitab Allah sebelum penciptaan langit
dan bumi 50.000 tahun. Ini namanya qadar atau takdir. Kalau yang ditulis itu sudah terjadi, maka
itu namanya qadha.
Contoh, dituliskan di dalam Kitab Lauh Mahfudz, 50.000 sebelum penciptaan langit dan
bumi bahwa tanggal 28 September 2018 M, akan terjadi gempa, tsunami likuifaksi di Sulawesi
Tengah, terkhusus di Palu, Sigi dan Donggala. Itu namanya adalah qadar. Kalau sudah terjadi
namanya qadha.
Maka ketika kita membahas buah manis beriman kepada takdir maksudnya adalah apa
saja yang merupakan kebaikan kita dapati apabila kita mengimani bahwa semuanya sudah ditulis
di dalam Kitab Lauhul Mahfudz. Seperti sekarang ini tanggal 21 Robiul Awal 1440 H, hari
Kamis sore bapak ibu dan saya ditakdirkan bertemu di halaman masjid Al-Ikhlas. Ini sudah
tertulis di dalam Kitab Lauhul Mahfudz 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Ini
namanya takdir atau qadar. Kalau sudah terjadi, nanti kalau sudah selesai, maka itu namanya
qadha.

Bagaimana Beriman Kepada Takdir Baik dan Buruknya Dengan Benar?

Sebagian orang ada yang keliru, salah, menyimpang, sesat dalam beriman kepada takdir. Maka
beriman kepada takdir dengan baik dan benar adalah:

Pertama, meyakini bahwasannya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang sudah
terjadi, yang sedang terjadi, yang akan terjadi, bagaimana terjadinya, Allah subhanahu wa ta’ala
mengetahuinya jikalau terjadi. Ini adalah tahapan pertama beriman kepada takdir. Meyakini
dalam hati Bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui yang sudah terjadi, yang sedang
terjadi, seperti sekarang ini saya sedang ceramah, saya sedang begini-begini, saya sedang
memandang bapak ibu, bapak ibu mengandung saya, itu Allah mengetahui. Dan yang akan
terjadi. Seperti sekarang ada wanita yang hamil, nanti anaknya bisa dilahirkan dengan selamat
atau tidak bisa dilahirkan dengan selamat. Kalau seandainya terlahir anaknya, apakah dia jadi
agak beragama Islam, orang shalih atau beragama Nasrani, Allah mengetahuinya.
Kemudian yang akan terjadi, Allah mengetahuinya. Misalkan ibu keluar dari lapangan
Masjid al-Ikhlas ini selamat sampai ke rumah kembali, mengetahui jalan kemana, singgah di
mana, Allah tahu. Ini harus diyakini didalam hati. Tidak boleh ada keraguan didalamnya. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman di dalam surat al-Hasyr ayat 22:
﴾٢٢﴿ ‫ُه َو الَّلـُه اَّلِذي اَل ِإَلٰـَه ِإاَّل ُه َو ۖ َعاُمِل اْلَغْيِب َو الَّش َه اَدِة ۖ ُه َو الَّر َمْحٰـُن الَّر ِح يُم‬
“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr[59]: 22)
Didalam ayat yang lain Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
﴾١٢﴿ ‫…َو َأَّن الَّلـَه َقْد َأَح اَط ِبُك ِّل َش ْي ٍء ِعْلًم ا‬
“…dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. At-Talaq[65]:
12)
Kalau Allah mengetahui, maka pada saat itu kita sabar. Berarti apa yang terjadi dengan
segala macam dahsyatnya, bahwa orang sampai tidak bisa jalan karena dahsyatnya goncangan,
maka ingat masalah takdir. Seberapapun dekatnya goncangan tersebut, Allah tahu hambanya
sanggup atau tidak menghadapi itu. Allah tahu. Itu yang akhirnyamembuat kita sabar menghadapi
ujian ini. Allah tahu seberapa besar gempa yang menimpa, kemudian berapa kekuatan kita yang
bisa kita gunakan untuk menahan gempa tersebut, Allah tahu. Itu yang membuat kita akhirnya
bersabar dengan musibah, dengan ujian yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan.
Contoh yang lain lagi, seorang suami mempunyai tanggungan banyak, anak banyak, tapi
pekerjaan tidak banyak, maka yakini baik-baik Allah Maha Tahu. Dia harus tetap berusaha, tidak
boleh putus asa, tidak boleh menganggur, berusaha yang halal, tidak boleh berusaha yang haram,
karena Allah tahu rezeki dia di mana? Kapan dia ambil? Di mana dia simpan? Allah tahu. Ini
yang akhirnya membuat seseorang teguh, tegar, sabar, kokoh, tidak mudah menghalalkan segala
cara untuk mendapatkan duit. Karena dia tahu Allah Maha Tahu di mana rezekinya. Yang
penting dia berusaha. Coba sekarang perhatikan burung. Dalam sebuah hadits, Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
‫َﻟْﻮ َﺃَّﻧُﻜ ْﻢ ُﻛ ْﻨُﺘْﻢ َﺗَﻮ َّﻛ ُﻠﻮَﻥ َﻋَﻠﻰ ﺍﻟَّﻠِﻪ َﺣ َّﻖ َﺗَﻮ ُّﻛ ِﻠِﻪ َﻟُﺮ ِﺯْﻗُﺘْﻢ َﻛ َﻤ ﺎ ُﻳْﺮ َﺯُﻕ ﺍﻟَّﻄْﻴُﺮ َﺗْﻐُﺪ ﻭ َﻤِﺧﺎًﺻ ﺎ َﻭَﺗُﺮ ﻭُﺡ ِﺑَﻄﺎًﻧﺎ‬
“Seandainya kalian sungguh-sungguh bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi
kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam
keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang “ (HR.Tirmidzi)
Perhatikan perumpamaan ini, burung keluar dipagi hari, dia berusaha. Dia tahu Allah
Maha Mengetahui dirinya, dia tahu Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui dimana rezekinya, dia
berusaha. Padahal burung yang keluar dalam keadaan perut kosong, keluar dalam keadaan tidak
tahu mau mencari makan di mana, tidak terdaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil, burung tidak
terdaftar sebagai orang yang mempunyai warung makan, burung tidak terdaftar sebagai orang
yang mempunyai perusahaan, burung tidak terdaftar sebagai orang yang mempunyai perahu
nelayan, burung keluar begitu saja, yang penting usaha. Apa yang terjadi ketika dia mengetahui
Allah Maha Mengetahui rezekinya? Dia akan pulang dalam keadaan perut kenyang.
Semestinya kita lebih lagi tawakalnya dibandingkan burung. Burung hanya memiliki dua
kaki, tidak punya tangan. Burung tidak bisa makan apa saja, kita manusia bisa makan apa saja.
Semestinya kita lebih bertawakal lagi dibandingkan burung-burung. Makanannya terbatas biji-
bijian dan ulat, itupun tidak bisa besar-besar.
Manusia semua dimakan. Semestinya kita lebih bertawakal kepada Allah, lebih
mengetahui Allah Maha Mengetahui dimana rezeki kita. Maka dari itu jangan sampai kita
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta, tahta, wanita. Karena Allah mengetahui di
mana rezeki kita.
Disini pentingnya tahapan pertama beriman kepada takdir. Menyakini dengan seyakin-
yakinnya didalam hati bahwa Allah Maha Mengetahui.
Kedua, kita harus yakin bahwa Allah menuliskan dengan ilmuNya seluruh takdir
makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi di dalam kitab Lauhul Mahfudz.
Semua takdir kita, mati kita, rezeki kita, jodoh kita, istri pertama kita, istri kedua kita, sudah ada
takdirnya 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi. Semua itu dituliskan oleh Allah di
dalam kitab Lauhul Mahfudz. Dalil yang menunjukkan hal ini adalah Surat Al-An’am ayat 38.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
… ۚ ‫…َّم ا َفَّر ْطَنا يِف اْلِكَتاِب ِم ن َش ْي ٍء‬
“…Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam kitab Lauhul Mahfudz…” (QS. Al-An’am[6]: 38)

Anda mungkin juga menyukai