Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEILMIAHAN SAINS SEBAGAI BUKTI KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN


Disusun guna memenuhi Ujian Tengah Semester (UTS)
Mata Kuliah: I’jazul Qur’an
Dosen Pengampu: Aan Radiana, M.Ag

Oleh:
Iik Hermawan
1201030073

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokaatuh…..

Segala puji hanyalah milik Allah SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan taufik
serta hidayahnya kepada kami. Dengan itu tulisan ini dapat selesai dalam bentuk yang sangat
sederhana dengan judul “Keilmiahan Sains Sebagai Bukti Kemukjizatan Al-Qur’an” Tak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Aan Radiana, M.Ag sebagai dosen pengampu mata
kuliah I’jazul Qur’an yang telah membimbing kami.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi ujian tengah semester (UTS) yang ditulis berdasarkan
data-data sekunder dan buku/sumber rujukan yang berhubungan dengan judul makalah. penulis
mengakui bahwa makalah ini memiliki banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini, dan agar kami
dapat memperbaikinya.

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokaatuh….

Bandung, 30 Oktober 2023

Iik Hermawan

1201030073
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2


BAB I.............................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 4
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 5
BAB II .......................................................................................................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................................... 6
A. Dimensi Sains Dalam Al-Qur’an ................................................................................................... 6
B. Mukjizat Al-Qur’an dan Sains ...................................................................................................... 8
C. Keilmiahan Sains Al-Qur’an........................................................................................................ 11
BAB III ......................................................................................................................................................... 19
PENUTUP.................................................................................................................................................. 19
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan antara agama dan sains tidak sama di segala tempat dan segala masa.
Adalah suatu fakta bahwa tak ada kitab suci agama monotheist yang menghukum Sains.
Tetapi dalam prakteknya, kita harus mengakui bahwa ahli-ahli Sains bercekcok dengan
penguasa keagamaan tertentu. Di dunia Kristen, selama beberapa abad, pembesar pembesar
menentang perkembangan Sains atas initiatif mereka sendiri dan tidak bersandar kepada
teks autentik dalam Kitab Suci. Terhadap mereka yang memajukan Sains, mereka
melancarkan tindakan-tindakan yang kita ketahui dalam sejarah, yaitu tindakan-tindakan
yang menjerumuskan para ahli Sains dalam pembuangan, jika mereka ingin selamat
daripada hukuman “mati dibakar,” atau sedikitnya memaksa mereka untuk menebus dosa
mereka dan memperbaiki sikap mereka serta memohon maaf. Dalam kaitan ini, kita ingat
uji coba Galileo hanya dituntut karena mengikuti penemuan rotasi bumi oleh Copernicus,
Galileo kemudian dihukum karena salah menafsirkan Alkitab, karena tidak ada Alkitab
yang dapat membantahnya.
Adapun Islam, sikap terhadap Sains pada tahun secara umum sangat berbeda.
Tidak ada yang lebih jelas dari hadis Nabi yang sangat terkenal itu. “Tuntutlah ilmu
walaupun sampai ke negeri Cina” atau hadits lain yang artinya: Menuntut ilmu itu wajib
bagi seorang muslim dan seorang wanita muslimah. Ini adalah pernyataan penting seperti
yang akan kita bahas dalam artikel ini, bahwa Al-Quran sendiri mengajak seseorang untuk
mempelajari ilmu pengetahuan lebih lanjut.
Al-Qur'an memuat banyak pemikiran yang berbeda-beda tentang fenomena alam ,
dengan rinci kemudian menjelaskan kepastian sesuai dengan ilmu pengetahuan modern,
baik dan benar sebagai bahasa negara dan bahasa nasional.

B. Rumusan Masalah
Dalam kaitan kebenaran ilmiah sebagai Mukjizat Al-Qur’an, maka penulis
merumuskan beberapa permasalahan, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana dimensi sains dalam Al-Qur’an?
2. Apa saja ayat-ayat Al-Qur’an tentang sains sebagai bukti mukjizat Al-Qur’an?
3. Bagaimana keilmiahan sains dalam Al-Qur’an?

C. Tujuan
1. Makalah ini disusun guna untuk memahami bagaimana dimensi sains dalam Al-
Qur’an
2. Untuk mengetahui ayat-ayat sains sebagai bukti mukjizat Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana sains dibahas dan dijelaskan dalam
Al-Qur’an.
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Dimensi Sains Dalam Al-Qur’an
Sains, menurut Baiquni, adalah himpunan pengetahuan manusia tentang alam yang
diperoleh sebagai konsensus para pakar, melalui penyimpulan secara rasional mengenai
hasil-hasil analisis yang kritis terhadap data pengukuran yang diperoleh dari observasi pada
gejala-gejala alam. Sedangkan teknologi adalah himpunan pengetahuan manusia tentang
proses-proses pemanfaatan alam yang diperoleh dari penerapan sains, dalam kerangka
kegiatan yang produktif ekonomis.
Oleh sebab itu, secara obyektif, al-Qur'an bukanlah ensiklopedi sains dan teknologi
apalagi al-Qur'an tidak menyatakan hal itu secara gamblang. Akan tetapi, dalam
kapasitasnya sebagai huda lin_nas, al-Qur'an memberikan informasi stimulan mengenai
fenomena alam dalam porsi yang cukup banyak, sekitar tujuh ratus lima puluh ayat.. Dalam
visi al-Qur'an, fenomena alam adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Oleh sebab itu,
pemahaman terhadap alam itu akan membawa manusia lebih dekat kepada Tuhannya. Al-
Qur'an telah menempatkan ilmu pengetahuan sejajar dengan iman, sebagaimana tercermin
dalam surat al-Mujadalah ayat 11. Banyak sekali ayat dalam Al-Quran yang meminta
manusia untuk mencari ilmu atau menjadi ilmuwan.
Sedangkan pandangan al-Qur`an tentang sains dan teknologi, dapat diketahui dari
wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw. Yakni Qs. Al-Alaq ayat 1-5:
َّ ْ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ ْ ْ ْ
َ َ َ ْ َ ََّ ْ
َ‫ُۙعَّلم‬ ُّ َ َ
‫ِاق َرأ ِباس ِم ر ِبك ال ِذي خلقَۚ خلق ال ِان َسان ِمن علقَۚ ِاقرأ وربك الاكرمُۙ ال ِذي علم ِبالقل ِم‬
َ َ

َ
ْ‫ان َما ل ْم َي ْع َلم‬
َ َْ ْ
‫ال ِانس‬

: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Yang Mengajar


(manusia) dengan perantaraan kalam (tulis baca). Dia mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahuinya.”
Kata iqra`, menurut Quraish Shihab, diambil dari akar kata yang berarti
menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah,
mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik yang tertulis maupun
tidak. Sedangkan dari segi obyeknya, perintah iqra` itu mencakup segala sesuatu yang
dapat dijangkau oleh manusia. Atas dasar itu, sebenarnya tidak ada alasan untuk membuat
dikotomi ilmu agama dan ilmu non agama. Sebab, sebagai agama yang memandang
dirinya. paling lengkap tidak mungkin memisahkan diri dari persoalan-persoalan yang
bereperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan umatnya.
Berkenaan dengan hal tersebut, Ghulsyani memberikan beberapa alasan untuk
menolak dikotomi antara ilmu agama dan ilmu non-agama sebagai berikut:
1. Pada sebagian besar ayat Al-Quran, konsep Konsep ilmiah muncul secara mutlak.
dalam pengertian umumnya seperti pada ayat 9 surat Al-Zumar : “Katakanlah: ada
yang mengetahui dan ada yang tidak mengetahui .” Beberapa ayat serupa lainnya pada
antara lain QS 2: 31; QS 12: 76; QS 16: 70. 2. Beberapa ayat dalam Al-Quran dengan
jelas menunjukkan bahwa ilmu tidak hanya terdiri dari prinsip dan hukum agama.
Misalnya firman Allah dalam surat Fathir ayat 27-28: “Tidakkah kamu perhatikan,
bahwa Allah menurunkan hujan dari langit, laluKami ciptakan dengan hujan yang
jenisnya berbeda-beda. Dan di antara gunung-gunung tersebut terdapat 4.444 pita
berwarna putih dan 4.444 pita merah yang bermacam-macam warnanya dan terdapat
juga pita-pita hitam.
Demikian pula (juga) pada manusia, hewan liar dan hewan peliharaan yang
berbeda warna (dan jenisnya). Sesungguhnya yang bertakwa kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya hanya orang yang “terpelajar”. Sesungguhnya Allah SWT dan
Maha Pengampun. Jelasnya, perkataan ulama (pemilik ilmu) pada ayat di atas
berkaitan dengan orang-orang yang mengetahui sunnatullah (dalam bahasa ilmiah:
"hukum alam") dan misteri penciptaan, sebagai serta perasaan rendah hati dihadapan
Tuhan Yang Maha Mulia. Dalam Al-Qur'an disebutkan kisah Qarun. Qarun berkata:
Sesungguhnya aku diberi kekayaan ini karena ilmu yang kumiliki. (QS al-Qashash:
78). Selain itu, subjek yang disyaratkan oleh wahyu pertama (al-'Alaq: 1-5) adalah
manusia, karena potensi ke arah itu hanya yang diberikan oleh Allah swt. untuk wujud
seperti ini. Anugerah potensi tersebut tentu saja tidak terlepas dari fungsi dan
tanggung jawab manusia sebagai raja Allah di muka bumi.
Selama ini bumi, langit dan isinya “subordinasi” pada kepentingan manusia.
Mari kita perhatikan firman Allah dalam surat Al Jatsiyah ayat 13: “Dan Dia
menundukkan bagimu segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi (sebagai
rahmat dari-Nya). Di sinilah sesungguhnya tanda-tanda kekuasaan Allah pada
reflektor.” Kata sakhkhara (bawahan) pada ayat diatas atau kata artinya kata ini
banyak ditemukan pada ayat Al Quran menegaskan bahwa Allah swt. tundukkan
seluruh ciptaan-Nya pada aturan-aturan-Nya (sunnatullah), agar manusia mendapat
manfaat darinya asalkan ia mau menggunakan akal dan pemikirannya dan taat
mengikuti langkah dan tata cara sesuai dengan sunnatullah ini. Misalnya menurut
Baiquni, terjadinya angin yang meniupkan daun datar kering ke atas disebabkan oleh
aliran udara yang mengelilinginya.
Barangsiapa melakukan pengamatan dan kajian untuk mencari jawaban atas
pertanyaan: “Bagaimana daun bisa terbang?”, pasti akan sampai pada sunnatullah
bahwa menjadikan daun berperilaku seperti muncul dalam pengamatannya. Intinya
suatu benda yang berbentuk seperti daun, dengan panjang, sisi dan lebar melengkung
ke bawah akan mengganggu aliran udara karena pada bagian yang melengkung aliran
udara tidak semulus tempat lain. Akibatnya tekanan udara di kubah lebih tinggi
dibandingkan di bagian lainnya, sehingga benda akan melayang. Orang yang
melakukan pengamatan dan penelitian menemukan Sunnatullah yang dalam ilmu
disebut aerodinamika.

B. Mukjizat Al-Qur’an dan Sains


Keajaibannya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur'an diturunkan
oleh Allah SWT. kepada Rasulullah Muhammad SAW. membawa manusia dari kegelapan
ke jalan terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus. Salah satu ciri yang
membedakan Islam dengan agama lain adalah penekanannya pada ilmu pengetahuan
(sains). Al-Qur'an dan Hadits menyeru umat Islam untuk mencari dan meraih ilmu dan
hikmah, serta menempatkan orang-orang yang berilmu pada tingkat tinggi. Dalam Al-
Qur'an, kata al -'ilm dan turunannya digunakan lebih dari 780 kali. Beberapa dari ayat
pertama yang diturunkan kepada Rasulullah SAW., merujuk pada pentingnya membaca,
pena, dan ajaran bagi manusia. sebagaimana firman Allah SWT. QS. Al-‘Alaq ayat 1-5:

َ َ َ ْ ْ َ ََّ َ َ ْ َ ََّ ْ َّ َ ْ َ ْ َ ُّ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ ْ ْ َ ْ
ْ‫ان َما ل ْم َي ْع َلم‬ ‫ِاقرأ ِباس ِم ر ِبك ال ِذي خلقَۚخلق ال ِانسان ِمن علقَۚ ِاقرأ وربك الاكرمُۙال ِذي علم ِبالقل ِمُۙعلم ال ِانس‬
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia, yang mengajar
(manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Tidak hanya dalam al-Qur’an saja yang membahas pentingnya ilmu pengetahuan,
bahkan banyak di dalam Hadits Rasulullah SAW. juga ada pernyataan-pernyataan yang
memuji ilmu dan orang yang terdidik. Sejumlah Hadits mengenai hal ini dinisbatkan
kepada Nabi SAW.
Ketika Al-Qur'an muncul, ilmu mempunyai tujuan yang mulia yaitu untuk
kemaslahatan dan kemaslahatan manusia.. Oleh karena itu, seluruh umat Islam wajib
menuntutnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits :
“Menuntut ilmu itu wajib bagi laki-laki muslim dan setiap muslimah..”
Dari Alquran terdapat berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti tajwid, nahwu,
sejarah, tafsir, dll. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Al-Qur'an adalah ibu segala
ilmu pengetahuan. Kemudian melalui kaum muslimin ilmu berkembang dan menyebar.
Sifat ilmu pengetahuan adalah dapat diterima oleh rasio atau akal. Al-Qur'an memberikan
penghargaan yang amat tinggi terhadap akal.. Tidak sedikit ayat alQur'an yang
menganjurkan dan mendorong manusia agar mempergunakan pikiran dan akalnya. Dengan
penggunaan akal dan pikiran tersebut ilmu pengetahuan dapat diperoleh dan
dikembangkan. Allah SWT berfirman:

َ َ َْ َّ َ َ ْ َ َْ ٰ ََ َ َ ْ َْ َّ َ َ َ َ
‫الس ٰم ٰو ِت َوالا ْرض َو َما َبينهمآْ ِالا ِبالح ِق َواجل ُّم َسمى‬
َّ ‫اّلل‬ ‫ا َول ْم َيتفكر ْوا ِف ْ ْٓي انف ِس ِهم ما خلق‬

َ ْ ٰ َ ْ َ َ َّ َ ً ْ َ َّ َ
‫ۤئ ر ِب ِهم لك ِفرون‬ ‫ا‬‫ق‬
ِ ِِ ِ ‫ل‬‫ب‬ ‫اس‬ ‫الن‬ ‫واِ ن ك ِثيرا ِمن‬

“Apakah mereka tidak berpikir tentang (kejadian) dirinya? Allah tidak


menciptakan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya, kecuali dengan benar
dan waktu yang ditentukan. Sesungguhnya banyak di antara manusia benar-benar
mengingkari pertemuan dengan Tuhannya.”
Faktanya, Al-Quran tidak membedakan antara ilmu agama Islam dan kebudayaan
umum. Ada ilmu pengetahuan dalam Al-Quran.. Pemisahan antara ilmu agama Islam
dengan ilmu pengetahuan pada umumnya merupakan hasil kesimpulan manusia yang
mendefinisikan ilmu berdasarkan asal usul objek kajiannya.. Semua ilmu-ilmu tersebut
pada dasarnya berasal dari Tuhan, karena sumber ilmu tersebut adalah wahyu, alam
semesta, manusia dengan tingkah laku, akal, pemikiran dan intuisi batinnya, semuanya
merupakan ciptaan dan anugerah Tuhan kepada manusia. Ada perselisihan yang sudah
berlangsung lama di antara
ulama mengenai hubungan antara Al-Qur'an dan sains.. Dalam kitab Jawahir
alQur'an, Imam al-Ghazali pada bab “Munculnya Ilmu-ilmu Klasik dan Modern dari al-
Qur'an” menerangkan bahwa seluruh cabang ilmu pengetahuan yang terdahulu dan yang
kemudian, yang telah diketahui maupun yang belum, semua bersumber dari al-Qur'an..
Imam al-Suyuthi juga memiliki pandangan yang sama dengan Imam alGhazali.

Dalam hal ini perlu disebutkan bahwa motivasi para ulama sebelumnya pada
menganggap Al-Qur'an sebagai sumber segala ilmu bersumber dari keyakinan akan
kelengkapan Al-Qur'an.. Namun para ulama masa kini, selain meyakini hal tersebut, juga
lebih memperhatikan pembuktian mukjizat Al-Qur'an di bidang ilmu pengetahuan.. Inilah
sebabnya mereka mencoba membandingkan Al-Quran dengan penemuan-penemuan
ilmiah masa kini.. Al-Quran semakin banyak dipelajari oleh ilmuwan, terutama dari
komunitas non-Muslim. Jelasnya, Al-Quran memberikan banyak informasi tentang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang menjadi semakin nyata melalui penelitian dan eksperimen
yang luar biasa.. Sebagai contoh, hasil percobaan pemotretan atas pegunungan di Nejed
(Arab Saudi) oleh Telster (Satelit Amerika Serikat) ternyata diketahui bahwa gunung-
gunung yang tampak di mata kita seolah tetap, sesungguhnya gunung-gunung itu berarak
sebagaimana mega.
Allah Swt. berfirman dalam Qs. An-Naml ayat 88, sebagai berikut:

ْ َ ٗ َّ ْ َ َّ َ َ ْ َ ْ َّ ٰ َ ْ َ َّ َّ َ ُّ َ َ َّ ً َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َََ
ٌۢ‫ي اتقن كل شيء ِانه خ ِبير‬ ْٓ ‫اّلل ال ِذ‬
ِ ‫اب صنع‬
ِ ‫الجبال تحسبها ج ِامدة و ِهي تمر مر السح‬ ِ ‫وترى‬

َ َ َْ َ
‫ِبما تفعل ْون‬

“Engkau akan melihat gunung-gunung yang engkau kira tetap di tempatnya,


padahal ia berjalan seperti jalannya awan. (Demikianlah) penciptaan Allah menjadikan
segala sesuatu dengan sempurna. Sesungguhnya Dia Mahateliti terhadap apa yang kamu
kerjakan.”
Jangkau pengamatan empirik dan rasio kita terlalu lemah, dan akal kita tidak
mampu mencerna bahwa gunung-gunung sedahsyat itu yang tertancap di bumi, dikatakan
dalam alQur'an berjalan sebagaimana awan. Tetapi ternyata hal itu kini telah dibuktikan
oleh IPTEK sebagai perpanjangan pengamatan manusia. Memang begitulah kehendak
Allah terhadap gunung-gunung, karena semua isi alam ini milik Allah, dan tunduk di
bawah perintah-Nya. Manusia wajib menerima dengan penuh keimanan semua isi al-
Qur'an yang menyangkut IPTEK, baik itu sudah terbukti atau belum. Manusia dan IPTEK
masih harus bekerja keras untuk membuktikan formula-formula alQur'an. Buku ini
sungguh tidak akan ada habisnya dalam menyajikan pengetahuan tentang Allah. Sains dan
teknologi menjelaskan fenomena alam semesta, dan alam semesta membuktikan
kebenaran Al-Qur'an. Sebagian ulama berpendapat bahwa tidak ada penemuan ilmiah baru
yang tidak diprediksi oleh Al-Qur'an dan. Misalnya, al-Thanthawi, dalam penafsirannya,
beliau mencoba mengekstraksi hasil-hasil ilmu pengetahuan alam dari Al-Qur'an dan dia
khawatir pada tahun bahwa dia tidak akan hidup cukup lama untuk membuat semua
penemuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, ia merasa senang karena
penemuan ilmiah hingga saat ini masih membuktikan keampuhan kenabian Al-Qur'an.

C. Keilmiahan Sains Al-Qur’an


Perkembangan sains dari masa ke masa adalah hasil upaya manusia dalam
memahami lingkungan semestanya. Karena itu, sains tak seharusnya dipisahkan dari
agama. Menurut Thomas Djamaluddin (seorang Profesor Riset Astronomi Astrofisika
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) menyatakan bahwa sains harus jadi bagian
dari kehidupan, sejalan dengan Al-Qur’an. Oleh karena itu, tidak perlu ditegaskan bahwa
ilmu-ilmu tertentu sesuai dengan ajaran agama. penemuan ilmiah merupakan penjelasan
terhadap ayat-ayat Alquran, tidak sesuai dengannya.. Peran dan kontribusi umat Islam
dalam ilmu pengetahuan khususnya di bidang astronomi dibahas berdasarkan
kontribusinya. Selain memikirkan konsep-konsep astronomi, kontribusi ini juga tercermin
dalam karya tulis yang mereka hasilkan.
Dengan demikian, dunia mengakui kontribusi mereka sebagaimana mengakui
kontribusi ilmuan Barat atau non Muslim. Ada banyak tokoh Muslim yang menonjol dalam
dunia astronomi, seperti al-Battani yang menjelaskan tentang kemiringan poros bumi,
musim di bumi, gerhana matahari, penampakan hilal, dan juga tentang tahun matahari yang
terdiri dari 365 hari. Selain itu, ada pula al-Faraghani yang menjelaskan tentang dasar-
dasar astronomi, termasuk gerakan benda langit dan diameter bumi serta planet-planet
lainnya.. Juga Ibnu Hayyan yang dikenal sebagai Bapak Kimia, menjelaskan tentang warna
matahari, konsep bayangan, serta pelangi. Dan banyak lagi astronom Muslim yang
mewarnai sejarah astronomi.
Ada dua hal utama yang perlu dilakukan dan diperbaik. pertama, umat Islam harus
menghilangkan dikotomi sains dan Islam. Selama ini, sains kerap dianggap produk
Barat, sehingga ada pemilahan mana sains Barat dan mana pengetahuan Islam.. Padahal
seharusnya tidak demikian. Sains bisa dibuktikan dengan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah,
bukan dengan klaim bahwa ini sains milik Muslim dan ini milik non Muslim. Sains dapat
diuji oleh siapa saja, apapun negara atau agamanya. Itu harus menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari dan juga harus sesuai dengan Al-Quran. Oleh karena itu, misi
ilmuwan adalah terus mengembangkan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan umat
manusia dan alam semesta. Kedua, setelah menghilangkan dikotomi, sesuai risalah
Rasulullah, saya berharap umat Islam terus belajar, termasuk untuk memperdalam
ilmunya. Karena sains adalah bagian dari cara kita memahami alam semesta. Sains adalah
kontribusi manusia sepanjang masa. Satu dari hal yang paling luar biasa dalam Al-Quran
adalah bagaimana ia menguraikan ilmu pengetahuan.. Al-Quran yang dinyatakan kepada
Muhammad SAW pada abad ke 7 berisikan fakta-fakta ilmiah menakjubkan yang sedang
ditelusuri di abad ini.. Para ahli ilmu pengetahuan terkejut dan kerap terbungkam saat
mereka diperlihatkan betapa terperinci dan akuratnya beberapa ayat dalam Quran tentang
ilmu pengetahuan modern.
1. Penjelasan sains terhadap ayat Al-Qur’an tentang alam semesta\
Qs. al-Anbiya ayat 30 sebegai berikut;
َ َّ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ٰ ْ َ َ َ ً ْ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ٰ ٰ َّ ََّ ْ َ َ َ ْ َّ َ َ ْ َ َ َ
‫اولم ير ال ِذين كفر ْٓوا ان السمو ِت والارض كانتا رتقا ففتقنهما وجعلنا ِمن الما ِۤء كل ش ْيء‬

َ ْ َ ََ َ
‫حي افلا يؤ ِمن ْون‬

“Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi, keduanya,
dahulu menyatu, kemudian Kami memisahkan keduanya dan Kami menjadikan
segala sesuatu yang hidup berasal dari air? Maka, tidakkah mereka beriman?”
Sekitar 14 abad yang lalu, ayat diatas menjadi salah satu dari firman Allah Swt.
yang turun kepada Rasulullah Saw dengan muatan sains. ayat tersebut menjelaskan
tentang asal muasal langit dan bumi yang mulanya satu dan kemudian dipisahkan.
Teori Big Bang atau Big Bang yang dikemukakan pada abad ke-20 merupakan
bukti akan hal tersebut sekaligus menegaskan keaslian ayat Alquran di atas. Ayat
ini menjelaskan proses awal penciptaan alam semesta 14 abad yang lalu,,pada
tahun ketika teknologi belum mendukung penelitian astronomi dan orang yang
menerima wahyu, Rasulullah saw, bahkan saw belum bisa membaca dan menulis.
Teori ini menjelaskan bahwa alam semesta berawal dari sebuah benda sebesar bola
tenis pada waktu 0 detik atau sebelum segala sesuatunya ada. Materi sangatlah
padat, dengan kepadatan yang tak terduga dan suhu yang luar biasa. Itu meledak
dan selama beberapa detik pertama menciptakan partikel dan energi aneh.
Kemudian, dalam tiga menit pertama, hidrogen (elemen penyusun air) dan helium
tercipta. Proses terus meningkat hingga enam tingkat
hingga terciptalah alam semesta seperti pada tahun, Teori abad ke-20 sekaligus
menjelaskan apa yang telah disajikan dalam Al-Quran dalam Surah Yunus ayat 3
[17],
‫اْل ْم َۗ َر َما ِم ْن َشفِي ٍْع اِ َّْل ِم ْۢ ْن‬ ِ ْ‫ض فِ ْي ِستَّ ِة اَي ٍَّام ثُ َّم ا ْست هَوى َعلَى ْال َعر‬
َ ْ ‫ش يُ َدبِّ ُر‬ َ ْ‫ت َو ْاْلَر‬ ِ ‫ق السَّمه هو‬ َ َ‫ّللاُ الَّ ِذيْ َخل‬ ٰ ‫اِ َّن َربَّ ُك ُم ه‬
ٰ ‫بَ ْع ِد اِ ْذنِ َۗه هذلِ ُك ُم ه‬
َ‫ّللاُ َر ُّب ُك ْم فَا ْعبُ ُدوْ َۗهُ اَفَ ََل تَ َذ َّكرُوْ ن‬
“Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah, Yang menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, kemudian Dia duduk di 'Arsy untuk mengatur segala urusan..''
Namun, untuk menguraikan tahapan dari enam ini hari, ayat 27 sampai 32
Surah AnNazi'at adalah bukti penjelas yang paling jelas. Pertama, ayat 27 terdapat
lapadz "Penciptaanmu Apakah lebih sulit atau surga lebih sulit?? Tuhan yang
menciptakannya.." menunjukkan bahwa terbentuknya langit adalah tahap pertama
dalam perkembangan alam semesta, yang menurut perkembangan ilmu
pengetahuan saat ini dianggap sebagai peristiwa Big Bang.
Sedangkan kalimat berikutnya, “Dia memperbaiki bangunannya lalu
menyelesaikannya”, menunjukkan bahwa perluasan dilakukan oleh Allah. Jika dikaitkan
dengan teori Big Bang, maka tahapan ini adalah tahapan dalam evolusi bintang. Kemudian
pada ayat 29 Allah berfirman “Dan Dia menjadikan malam gelap gulita dan menjadikan
siang terang” menunjukkan terbentuknya matahari dan seluruh sistem planet, karena ada
siang dan malam.. Sedangkan ayat 30, “Kemudian Dia menyebar ke 4..444 negeri."
menunjukkan proses evolusi yang terjadi di bumi, seperti pergerakan lempeng tektonik di
bumi. Proses evolusi inilah yang kemudian membentuk benua, hingga pada tahun terjadi
fase selanjutnya yaitu evolusi kehidupan di bumi.. Tuhan mulai melepaskan air pada tahun
dan menciptakan makhluk hidup pertama di bumi pada tahun dalam bentuk tumbuhan.
Tingkat ini dijelaskan dalam ayat “Dia memancarkan mata airnya dan (menumbuhkan)
pohonnya..” Sebagai langkah terakhir, gunung pada ayat “Dan gunung yang dipancang-
Nya dengan kokoh” menjadi melambangkan derajat kesempurnaan Tuhan terhadap bumi
swt, sebelum akhirnya Dia menciptakan hewan hewan dan manusia..Keenam tingkat ini
juga dijelaskan dalam beberapa ayat dan surah lainnya.
firman Allah Swt. Qs. al-Fushilat ayat 9-11:

ِ ‫ض فِ ْي يَوْ َم ْي ِن َوتَجْ َعلُوْ نَ لَ ٓٗه اَ ْندَادًا هَۗذلِكَ َربُّ ْال هعلَ ِم ْينَ ۚ َو َج َع َل فِ ْيهَا َر َو‬
‫اس َي ِم ْن فَوْ قِهَا‬ َ ْ‫ق ْاْلَر‬ َ َ‫۞ قُلْ اَ ِىنَّ ُك ْم لَتَ ْكفُرُوْ نَ بِالَّ ِذيْ َخل‬
‫ض ا ْئتِيَا طَوْ عًا‬ ٌ ‫ى اِلَى ال َّس َم ۤا ِء َو ِه َي ُدخ‬
ِ ْ‫َان فَقَا َل لَهَا َولِ َْلَر‬ ٗٓ ‫َو هبرَكَ فِ ْيهَا َوقَ َّد َر فِ ْيهَآٗ اَ ْق َواتَهَا فِ ْٓٗي اَرْ بَ َع ِة اَي َۗ ٍَّام َس َو ۤا ًء لِّلس َّۤاىِلِ ْينَ ثُ َّم ا ْست هَو‬
َ‫اَوْ كَرْ ه ًَۗا قَالَتَآٗ اَتَ ْينَا طَ ۤا ِى ِع ْين‬

“Katakanlah, “Pantaskah kamu mengingkari Tuhan yang menciptakan bumi


dalam dua masa dan kamu adakan pula sekutu-sekutu bagi-Nya? Itulah Tuhan semesta
alam. Dia ciptakan pada (bumi) itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya, lalu Dia
memberkahi dan menentukan makanan-makanan (bagi penghuni)-nya dalam empat masa
yang cukup untuk (kebutuhan) mereka yang memerlukannya. Dia kemudian menuju ke
langit dan (langit) itu masih berupa asap. Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi,
“Tunduklah kepada-Ku dengan patuh atau terpaksa.” Keduanya menjawab, “Kami
tunduk dengan patuh.”
2. Penjelasan Sains Terhadap Al-Qur’an tentang Embriologi
Pada tahun 1982, seorang profesor di Universitas Toronto bernama Keih
Moore menulis sebuah buku yang berjudul “The Developing Human, cet.3. buku
ini menjelaskan kekaguman da betapa mengejutkannya perkembangan embrio yang
dikisahkan dalam Al-Qur’an. dalam hal ini Keith Moore mengambi rujukan dari
ayat berikut Qs.Al-Mu’minun ayat 13-14 sebagai berikut:
َ ْ َ َ َ ً َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ً َ َ َ َ َ ْ ُّ َ ْ َ َ َ ً َ ْ ْٰ َ َ
‫ثَّم جعلنه نطفة ِف ْي ق َرار َّم ِك ْينۖ ثَّم خلقنا النطفة علقة فخلقنا العلقة مضغة فخلقنا‬

ْ
َ ْ ْٰ َ ْ َ ٰ َ َ َ َ َ َ َ ٰ ً ْ َ ٰ َ ْ َ َّ ً ْ َ َ ٰ ْ َ ْ َ َ َ ً ٰ َ َ ْ ْ
‫المضغة ِعظما فكسونا ال ِعظم لحما ثم انشأنه خلقا اخر فتبارك اّلل احسن الخ ِل ِقين‬

“Kemudian, Kami menjadikannya air mani di dalam tempat yang kukuh


(rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang menggantung (darah).
Lalu, sesuatu yang menggantung itu Kami jadikan segumpal daging. Lalu,
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang
(berbentuk) lain. Mahasuci Allah sebaik-baik pencipta.”
Al-Qur'an mengatakan bahwa darah membeku kemudian menjadi tulang
dan kemudian Tuhan "membungkus tulang menjadi daging" (Surat 23: 13-14).
Merupakan fakta ilmiah bahwa jaringan terbentuk terlebih dahulu, tulang
berkembang beberapa saat kemudian dan terus menjadi lebih kuat (dengan
mengumpulkan kalsium) tahun setelah lahir. Oleh karena itu, ini jelas merupakan
salah satu dari ketidakakuratan ilmiah yang terdapat dalam Al-Quran.
3. Penjelasan Sains Terhadap Al-Qur’an tentang pengiraan kecepatan cahaya
Siapa tidak kenal dengan Albert Einstein, namanya melekat dengan dunia
fisika dan menjadi ikon fisika modern. Rumus E = mc^2 dianggap sebagai rumus
Einstein yang dalam pandangan awam merupakan “rumus” untuk membuat bom
atom. Albert Einstein memang pantas dianggap sebagai tokoh utama yang
memimpin revolusi di dunia fisika. Salah satu teorinya yang menganjak paradigma
fisika berbunyi “kecepatan cahaya merupakan ketetapan alam yang besarnya
bersifat tetap dan tidak bergantung kepada kecepatan sumber cahaya dan kecepatan
pengamat” Menurut Einstein, tidak ada yang mutlak di dunia ini (termasuk waktu
) kecuali kecepatan cahaya. Selain itu, kecepatan cahaya merupakan kecepatan
tertinggi di alam. Pendapat Einstein dikonfirmasi oleh eksperimen yang dilakukan
pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 oleh Michelson Morley, Fizeau dan
Zeeman.
Secara umum keberadaan Einstein telah memunculkan banyak hal aneh.
Misalnya, logika kita telah lama menyatakan bahwa jika kita bergerak dengan
kecepatan v_1 melebihi sebuah mobil dengan kecepatan v_2 , maka kecepatan total
kita relatif terhadap pengamat yang diam adalah v_1 + v_2. Namun menurut
Einstein, cara menghitung ini salah karena bisa menghasilkan kecepatan lebih besar
dari kecepatan cahaya . Oleh karena itu, menurut Einstein, rumus penjumlahan
yang benar untuk kecepatan adalah: (v_1 + v_2) / (1+(v_1 \times v_2 / c^2 )).
Mengetahui kecepatan cahaya merupakan hal yang sangat menarik bagi manusia.
Sifat unik Einstein terhadap cahaya adalah satu-satunya unsur alam yang tidak
pernah berubah, menyebabkan beberapa ilmuwan menjadi terobsesi untuk
menghitung besarnya kecepatan cahaya dari berbagai informasi yang berbeda-
beda.
Dr. Mansour Hassab Elnaby seorang ilmuwan dari Mesir, merasa adanya
bukti bukti dari al-Qur’an, sehinga ia tertarik untuk menghitung kecepatan
cahaya berdasarkan data yang disajikan oleh al-Qur’an. dalam bukunya yang
berjudul New Astronomical Qur’anicMethod for The Determination of Speed C,
ia menguraikan secara jelas tentang cara menghitung kecepatan cahaya
berdasarkan redaksi ayat-ayat Al-Qur’an dengan menggunakan metode yang biasa
di pakai oleh ahli astronom yatu Siderai.
beberapa ayat yang jadi rujukan Dr. Mansour Hassab Elnaby. yaitu: QS
Yunus ayat 5:
َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ٗ َ َّ َ َّ ً ْ َ َ َ ْ َّ ً َ َّ َ َ َ ْ َّ َ
‫الس ِن ْين‬
ِ ‫د‬‫د‬ ‫ع‬ ‫ا‬‫و‬‫م‬‫ل‬‫ع‬ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫ل‬
ِ ِ‫از‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ه‬‫ر‬‫د‬ ‫ق‬ ‫و‬ ‫ا‬‫ر‬‫و‬‫ن‬ ‫ر‬‫م‬ ‫ق‬ ‫ال‬‫و‬ ‫ۤء‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ض‬ِ ‫س‬َ ‫الش ْم‬ ‫هو ال ِذي جعل‬

َ َ ْ َ ْٰ َ َْ َّ َ ٰ ٰ َ َ َ ْ
‫اب َما خلق اّلل ذ ِلك ِالا ِبالح ِق يف ِصل الا ٰي ِت ِلق ْومَّيعلم ْون‬
َ ‫الح َس‬
ِ ‫َو‬

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya.343)


Dialah pula yang menetapkan tempat-tempat orbitnya agar kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu).344) Allah tidak menciptakan demikian
itu, kecuali dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada
kaum yang mengetahui.”

Qs. Al-Anbiya ayat 33:

َ‫س َو ْالقَ َم َۗ َر ُكلٌّ فِ ْي فَلَ ٍك يَّ ْسبَحُوْ ن‬ َ َ‫ق الَّي َْل َوالنَّه‬
َ ‫ار َوال َّش ْم‬ َ َ‫َوهُ َو الَّ ِذيْ خَ ل‬
“Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing beredar pada garis edarnya.”

qs. As-Sajadah ayat 5:


َ‫ض ثُ َّم يَ ْع ُر ُج اِلَ ْي ِه فِ ْي يَوْ ٍم َكانَ ِم ْقدَار ُٓٗه اَ ْلفَ َسنَ ٍة ِّم َّما تَ ُع ُّدوْ ن‬ ۤ
ِ ْ‫يُ َدبِّ ُر ْاْلَ ْم َر ِمنَ ال َّس َما ِء اِلَى ْاْلَر‬
“Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (segala
urusan) itu naik kepada-Nya605) pada hari yang kadarnya (lamanya) adalah
seribu tahun menurut perhitunganmu. “

melihat dari data ayat diatas, maka bisa diamil kesimpulanbahwa jarak yang
dicapai “sang urusan’ selama satu hari adalah sama dengan jarak yang ditempuh
satu bulan selama 1.000 tahun atau 12.000 tahun. maksud dari kata “sang urusan”
ialah berkecapaan cahaya (dalam buku Dr. Mansour).
kecepatan cahaya dapat diukur/dihitung dengan menggunakan rumus
sederhana tentang kelajuan, dengan persamaan sebagai berikut:
c \times t = 12.000 \times L c = kecepatan “sang urusan” atau kecepatan
cahaya t = kala rotasi Bumi = 24 x 3600 detik = 86164,0906 detik L = jarak yang
ditempuh Bulan dalam satu pusingan = V \times T Untuk menghitung L , kita perlu
menghitung kelajuan Bulan. Jika kelajuan Bulan kita notasikan dengan V , maka
kita perolehi persamaan:
V = (2 \times \pi \times R) / T R = jari-jari lintasan Bulan terhadap Bumi = 324264
km T = kala Revolusi Bulan = 655,71986 jam, sehingga diperolehi V = 3682,07
km / jam (sama dengan hasil yang diperoleh NASA).
Meskipun demikian, Einstein mengusulkan agar faktor graviti Matahari
dieliminir terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat. Menurut
Einstein, graviti matahari membuat Bumi berputar sebesar :
a = T_m / T_e \times 360 \pi T_m = waktu edar Bulan = 27,321661 hari
T_e = waktu edar Bumi = 365,25636 hari, didapat a= 26,92848 Besarnya putaran
ini harus dieliminasi sehingga didapati kecepatan tepat Bulan adalah:
V_e= V \cos a. Jadi, L = v_e \times T , di mana T waktu peredaran Bulan =
27,321661 hari = 655,71986 jam Sehingga L = 3682,07 \times \cos 26,92848 \times
655,71986 = 2152612,336257 km.
Dari persamaan (1) kita mendapatkan bahwa c \times t = 12.000 \times L
Jadi, diperolehi c = 12.000 \times 2152612,336257 km / 86164,0906 detik c =
299.792,4998 km /detik
Hasil hitungan yang diperolehi oleh Dr. Mansour Hassab Elnaby ternyata
sangat mirip dengan hasil hitungan lembaga lain yang menggunakan peralatan
sangat canggih. Berikut hasilnya [21] : Hasil hitung Dr. Mansour Hassab Elnaby c
= 299.792,4998 km/detik.
Hasil hitung US National Bureau of Standard c = 299.792,4601 km/
detikHasil hitung British National Physical Labs c = 299.792,4598 km/detik Hasil
hitung General Conf on Measures c = 299.792,458 km/detik.
BAB III
PENUTUP
Fenomena yang ada merupakan tanda-tanda ke-Agungan dan kekuasaan Allah Swt.
dengan demiian peahaman tentang alam akan semakin mendekatkan seseorang dengan Tuhan
dengan menggunakan pandangan Al-Qur’an tentang sains dan teknologi dapat ditelusuri dari
andangan al-Qur’an tentang ilmu. selain sebagai pedoman umat islam, Al-Qur’an merupakan
mukjizat yang kekal dan selalu diperkuat dengan kemajuan ilmnu pengetahuan yang sesuai dengan
apa yang ada di Al-Qur’an, maka dengan demikian salah satu pemcbeda Islam dengan yang
lainnya ialah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains). manusia dituntut oleh al-Qur’an dan
hadits untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, sehingga kemudian menematkan orang-
orang yang berilmu dalam derajat yang tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu.

selain itu, hasil dari makalah ini juga bisa dikatakan bahwa sains juga merupakan
kontribusi manusia dalam sepanjang sejarah. sehingga dapat diketahui salah satu hal yang paling
luar biasa dalam al-Qur’an yang di dalamnya berisi fakta-fakta ilmiah dan bagaimana ia
menjelaskan dan menguraikan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Abuddin Nata, 1994. Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

[2] Ahsin, Muhammad, 2004. Melacak Jejak Tuhan dalam Sains, Tafsir Islami atas
Sains, terj. Bandung : Mizan.

[3] Anshari, Saifuddin, Endang, 2009. Ilmu, Filsafat, Dan Agama, Surabaya: PT. Bina

Ilmu.

[4] Bagir, Zainal Abidin, 2005. et al, Integrasi Ilmu dan Agama Interpretasi dan
Aksi, Bandung: Mizan.

[5] Bakar, Osman, 1994. Tauhid dan Sains: Esai-esai tentang Sejarah dan Filsafat
Sains Islam, Bandung: Pustaka Hidayah.

[6] Bakhtiar, Amsal, 1997. Filsafat Agama, Jakarta : Logos Wacana Ilmu.

[7] Departemen Agama RI. 2006. Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta; PT. Cahya
Intan Cemerlang

[8] M. Quraish Shihab, 1992. Membumikan Al Qur’an, Bandung: Mizan


Pustaka.

[9] Mehdi Golshani, 2003. Filsafat Sains menurut Al-Qur’an, terj. oleh: Agus
Effendi, Bandung: Mizan.

[10] Mudakir AS, 2007. Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Bogor : Pustaka Litera antar
Nusa, cet. 10.

[11] Muhammad Faiz Al-Math, 1994. Keistimewaan-keistimewaan Islam, terj.


oleh: Masykur Halim, Ubaidillah, Jakarta: Gema Insani Press.

[12] Rosnani Hashim, 2005. Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer


: sejarah Perkembangan dan Arah Tujuan, Islamia Thn II No.6/Juli-September

Anda mungkin juga menyukai