Anda di halaman 1dari 12

Ujian Tengah Semester

Nama : Dimas Abimanyu Hartono


Npm : 71170712031
Prodi : Agribisnis
Mata Kuliah : Islam Dan Ilmu Pertanain
1. Penciptaan alam semseta berdasarkan konesp Islam
Penciptaan Alam Semesta Dalam Enam Masa

‫َء َأْنُتْم َأَشُّدَخ ْلقًا َأِم الَس مآُء َبنَاهَا◊ َر َفَع َسْم َك هَا َفَس َّواهَا◊ َو أْغَطَش َلْيَلهَا َو أْخ َر َج ُضحَاهَا◊ َو األْر َض َبْع َد‬
‫◊َذ اَلَك ّد َح اَها◊ أْخ َر َج ِم ْنَها مآَء َها َو َم ْر َعاَها◊ َو الِج َباَل َاْر َس اَها◊ َم َتاًعاَلُك ْم َو ألْنَع اِم ُك ْم‬

”Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya {27} Dia
meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28} dan Dia menjadikan malamnya
gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29} Dan bumi sesudah itu
dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan)
tumbuh-tumbuhannya {31} Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32}
(semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu {33}”
(Q.S. An-Nazi’at: 27-33)
Pembentukan alam semesta dalam enam masa, sebagaimana disebutkan Al-Qur’an atau kitab
lainnya, sering menimbulkan permasalahan. Sebab, enam masa tersebut ditafsirkan berbeda-
beda, mulai dari enam hari, enam periode, hingga enam tahapan. Oleh karena itu,
pembahasan berikut mencoba menjelaskan maksud enam masa tersebut dari sudut pandang
keilmuan, dengan mengacu pada beberapa ayat Al-Qur’an.
Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi’at ayat 27-
33 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa
tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Masa I (ayat 27): Penciptaan Langit Pertama Kali
Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big
bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di
angkasa dan juga dari meteorit.
Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut (gambar 1a), terdiri dari hidrogen.
Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar
dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah
helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi
energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan
E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang
berubah.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan
menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan,
yang kemudian membentuk galaksi (gambar 1b dan c). Bintang-bintang dan gas terbentuk
dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran)
dan void (rongga).
b. Masa II (ayat 28): Pengembangan dan Penyempurnaan
Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan ”menyempurnakan”. Kata
”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga
galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis
yang semakin mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti
tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh (gambar 2).
Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada
dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam
semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan
berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.
Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta
mertaterbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan
kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau
kemungkinan lainnya akan mengerut.
c. Masa III (ayat 29): Pembentukan Tata Surya Termasuk Bumi
Surat An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan
siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari
sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam.
Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-
kira sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di atas,
hanya ukurannya lebih kecil.
Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi
nuklir dalam inti besinya (gambar 3). Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti
besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut,
disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak.
Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran
sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan
akibat reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.
d. Masa IV (ayat 30): Awal Mula Daratan di Bumi
Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan
superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.
Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya,
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua
masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb
semesta alam”.

e. Masa V (ayat 31): Pengiriman Air ke Bumi Melalui Komet


Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula
terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air.
Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi
ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian
bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun
sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan
Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur
Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya.
Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama
berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.
f. Masa VI (ayat 32-33): Proses Geologis Serta Lahirnya Hewan dan Manusia
Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”…gunung-gunung dipancangkan dengan teguh.” Artinya,
gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya
tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika
superkontinen Pangaea mulai terpecah. Proses detail terbentuknya gunung dapat dilihat pada
artikel sebelumnya yang ditulis oleh Dr.Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc tentang fungsi
gunung sebagai pasak bumi.
Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia
sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda
dalam skala waktu geologi.
Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat dikorelasikan
dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, ”Dan dia menciptakan di
bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan
padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai
jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.

2. Yang dimaksud Allah menganjurkan untuk memakmurkan dan dilarang


merusaknya adalah :
Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya
sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak
dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak
akan sangata potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.
Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia mempunyai tujuan
yang jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa (pengatur) bumi. Maksudnya,
manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan kehidupan di bumi sesuai dengan
petunjukNya. Petunjuk yang dimaksud adalah agama (Islam).
Mengapa Allah memerintahkan umat nabi Muhammad SAW untuk memelihara bumi dari
kerusakan?, karena sesungguhnya manusia lebih banyak yang membangkang dibanding yang
benar-benar berbuat shaleh sehingga manusia akan cenderung untuk berbuat kerusakan, hal
ini sudah terjadi pada masa nabi – nabi sebelum nabi Muhammad SAW dimana umat para
nabi tersebut lebih senang berbuat kerusakan dari pada berbuat kebaikan, misalnya saja kaum
bani Israil, seperti yang Allah sebutkan dalam firmannya dalam surat Al Isra ayat 4 yang
berbunyi : Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”
Artinya : dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya
kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan
menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar“. (QS Al Isra : 4)
Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan fungsi
sebagai khalifah dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap Alam yang
diciptakan oleh Allah SWT karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan. Seperti firmannya dalam surat Al Qashash ayat 77 yang berbunyi: Teks
lihat “google Al-Qur’an onlines”
Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS AL Qashash : 7)

3. Ayat – ayat yang berkenaa dengan ilmu pertanain:


a. Suarah Al-Bawarah (Kebun dan Zakat)
Ayat 265
‫َو َم َث ُل اَّلِذيَن ُينِفُقوَن َأْم َو اَلُهُم اْبِتَغ اء َم ْر َض اِت ِهّللا َو َت ْث ِبيتًا ِّمْن َأنُفِس ِه ْم َك َم َث ِل َج َّن ٍة ِبَر ْب َو ٍة َأَص اَبَها َو اِبٌل َف آَتْت ُأُكَلَها ِض ْع َف ْي ِن َف ِإن َّلْم ُيِص ْبَها َو اِبٌل َف َط ٌّل َو ُهّللا ِبَما َت ْع َم ُلوَن َبِص يٌر‬

Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya kerana mencari keredhoan


Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi
yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika
hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha
Melihat apa yang kamu perbuat.
Ayat 266
‫َأَيَو ُّد َأَح ُد ُك ْم َأن َتُك وَن َلُه َج َّن ٌة ِّمن َّن ِخيٍل َو َأْع َن اٍب َت ْج ِر ي ِمن َت ْح ِتَها اَألْن َهاُر َلُه ِفيَها ِمن ُك ِّل الَّث َمَر اِت َو َأَص اَبُه اْلِكَبُر َو َلُه ُذ ِّر َّي ٌة ُضَع َف اء َف َأَص اَبَها ِإْع َص اٌر ِفيِه َن اٌر َف اْح َت َر َقْت‬
‫َك َذ ِلَك ُيَبِّيُن ُهّللا َلُك ُم اآلَياِت َلَع َّلُك ْم َتَتَفَّك ُر وَن‬
266. Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam
buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan
yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu
terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu
memikirkannya. Inilah perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya kerana RIAK,
membangga-banggakan tentang pemberiannya kepada orang lain, dan menyakiti hati orang.
Ayat 267
‫َيا َأُّيَها اَّلِذيَن آَم ُنوْا َأنِفُقوْا ِمن َط ِّيَباِت َما َك َس ْب ُتْم َو ِمَّما َأْخ َر ْج َن ا َلُك م ِّمَن اَألْر ِض َو َال َت َيَّمُموْا اْلَخ ِبيَث ِم ْن ُه ُتنِفُقوَن َو َلْس ُتم ِبآِخِذيِه ِإَّال َأن ُتْغ ِمُضوْا ِفيِه َو اْع َلُموْا َأَّن َهّللا َغ ِنٌّي َح ِميٌد‬

267. Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.
Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya.
Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Ayat 268
‫الَّش ْي َط اُن َيِع ُد ُك ُم اْلَفْق َر َو َي ْأُمُر ُك م ِباْلَف ْح َش اء َو ُهّللا َيِع ُد ُك م َّم ْغ ِفَر ًة ِّم ْن ُه َو َف ْض ًال َو ُهّللا َو اِس ٌع َع ِليٌم‬
268. Syaitan menjanjikan (menakut-nakutkan) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu
berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan
karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
b. Sura Al-An’aam (Hujan Dan Ciptaan Tuhan)
Ayat 99
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu
segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman
yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan
dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan
(Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah
buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang beriman.
Ayat 141
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung,
pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang
serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dantunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya
(dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
c. Surah Al-Qalam (Insa Allah & Sedekah)
Ayat 17 Hingga 33
Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah
menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh
akan memetik (hasil) nya di pagi hari dan mereka tidak mengucapkan: "Insyaa Allah", lalu
kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur, maka
jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gelita, lalu mereka panggil memanggil di
pagi hari.
"Pergilah di waktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya". Maka
pergilah mereka saling berbisik-bisikan. Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun
masuk ke dalam kebunmu". Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi
(orang-orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya).
Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: "Sesungguhnya kita benar-benar orang-
orang yang sesat (jalan) bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya)". Berkatalah
seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: "Bukankah aku telah mengatakan
kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu)?"

Mereka mengucapkan: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang zalim" Lalu sebahagian mereka menghadapi sebahagian yang lain seraya cela mencela.
Mereka berkata: "Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang
melampaui batas". Mudah-mudahan Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan
(kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Tuhan
kita. Seperti itulah azab (dunia). Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka
mengetahui.

4. Hadist - hadist yang berkenaa dengan ilmu pertanain:


Dalam Islam setiap perbuatan baik selalu bernilai ibadah, dan setiap ibadah akan
mendapatkan pahala. Begitu juga dengan bercocok tanam atau bertani, banyak hadits dan
maupun ayat Al-Qur'an yang menganjurkan untuk bercocok tanam.
Dari Jabir r.a. pula, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tiada seorang muslimpun yang menanam suatu tanaman, melainkan apa saja yang dapat
dimakan dari hasil tanamannya itu, maka itu adalah sebagai sedekah baginya, dan apa saja
yang tercuri daripadanya, itu pun sebagai sedekah baginya. Dan tidak pula dikurangi oleh
seseorang lain, melainkan itu pun sebagai sedekah baginya." (Riwayat Muslim)
Dalam riwayat Imam Muslim yang lain disebutkan: "Maka tidaklah seseorang muslim itu
menanam sesuatu tanaman, kemudian dari hasil tanamannya itu dimakan oleh manusia
ataupun binatang, ataupun burung, kecuali semuanya itu adalah sebagai sedekah baginya
sampai hari kiamat."
Dalam riwayat Imam Muslim yang lain lagi disebutkan: "Tidaklah seseorang muslim itu
menanam sesuatu tanaman, tidak pula ia menanam sesuatu tumbuh-tumbuhan, kemudian
dari hasil tanamannya itu dimakan oleh manusia, ataupun oleh binatang ataupun oleh apa
saja, melainkan itu adalah sebagai sedekah baginya."
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan Hadis-hadis semuanya itu dari
riwayat Anas r.a.

5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan science di dunia islam:


Peran Islam dalam perkembangan iptek adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan
standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah islam) wajib
dijadikan tolak ukur dan pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh
dimanfaatkan adalah yang telah dihalalkan oleh syariah islam. Sedangkan Iptek yang tidak
boleh dimanfaatkan adalah yang telah diharamkan. Akhlak yang baik muncul dari keimanan
dan ketakwaan kepada Allah SWT sumber segala kebaikan, Keindahan, dan Kemuliaan.
Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul bila diawali
dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah SWT dan
terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan
dan Keagungan-Nya.
Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat
mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan
merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat
mementingkan pengembangan ilmu pengetahuandan teknologi. Berbeda dengan pandangan
Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk mementingkan duniawi, maka
Islam mementingkan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah atau pengabdian Muslim
kepada Allah SWT dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka
bumi untuk berkhidmat kepada manusia dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Ada
lebih dari 800 ayat dalam Al-Quran yang mementingkan proses perenungan, pemikiran, dan
pengamatan tehadap berbagai gejala alam, untuk di tafakuri dan menjadi bahan dzikir kepada
Allah.
Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta ilmiah,
maka kemumgkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama
tersebut. Bila ada ilmu pengetahuan yang menentang prinsip pokok ajaran agama Islam maka
yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme yang beradadi balik wajah
ilmu pengetahuan modern tersebut. Karena alam semesta yang dipelajari melalui ilmu
pengetahuan dan ayat-ayat suci Tuhan (Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah SAW yang
dipelajari melalui agama adalah sama-sama ayat (tanda-tanda dan perwujudan) Allah SWT,
maka tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena
keduanya berasal dari satu sumber sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh
Alam Semesta.

a. Kewajiban Mencari Ilmu


Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah.
Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan Al-
Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh sungguh
perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist. Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang
wajib dicari seorang muslim ada 3, sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun
(keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang
menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun
adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh yang adil) Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda,
“mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain
yang ahlinya bagaikan menggantungkan permata dan emas pada babi hutan.”
(HR. Ibnu Majah dan lainya) Juga pada hadist rasulullah yang lain, “carilah ilmu walau
sampai ke negeri cina”. Dalam hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi
dalam hadist ini rasulullah menyuruh kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia. Walau
jauh ilmu haru tetap dikejar.
Dalam kitab “Ta’limul muta’alim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut trlebih
dahulu adalah ilmu haal yaitu ilmu yang dseketika itu pasti digunakan dal diamalkan bagi
setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu fiqih. Apabila kedua bidang
ilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainya, misalnya ilmu kedokteran, fisika,
matematika, dan lainya. Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih
mengutamakan ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama. Maka anak menjadi orang yang buta
agama dan menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini orang tua perlu
sekali memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya mempelajari ilmu-ilmu umum.
Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda,
“sedekah yang paling utama adalah orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan
ilmu itu kepada orang lain. “(HR. Ibnu Majah) Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi
orang yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain.
Inilah sedekah yang paling utama dibanding sedekah harta benda. Ini dikarenakan
mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti menenan amal yang muta’adi (dapat
berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi
dapat dinikmati orang lain

b. Interaksi iman, ilmu dan amal


Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terinteraksi ke dalam suatu sistem yang disebut
dinul Islam, didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlak
dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh. Islam merupakan ajaran agama yang sempurna,
karena kesempurnaannya dapat tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Di dalam al-Qur’an
dinyatakan yang artinya “Tidaklah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik (dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya
kokoh (menghujam ke bumi) dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu mengeluarkan
buahnya setiap muslim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-
perumpamaan itu untuk manusia agar mereka ingat”.
Dari penjelasan tersebut di atas menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan amal
atau syariah dan akhlak dengan menganalogikan dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang
baik. Ini merupakan gambaran bahwa antara iman, ilmu dan amal merupakan suatu kesatuan
yang utuh tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Iman diidentikkan dengan akar dari
sebuah phon yang menupang tegaknya ajaran Islam, ilmu bagaikan batang pohon yang
mengeluarkan dahan. Dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat
buah dari pohon itu ibarat dengan teknologi dan seni. IPTEK yang dikembangkan di atas
nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan alam.

c. Keutamaan orang yang berilmu


Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan
masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan terhormat
yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah SWT dan
makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai “al-Raasikhun fil Ilm” (Al Imran: 7), “Ulul al-Ilmi”
(Al Imran: 18), “Ulul al-Bab” (Al Imra: 190), “al-Basir” dan “as-Sami' “(Hud: 24), “al-
A'limun” (al-An’kabut: 43), “al-Ulama” (Fatir: 28), “al-Ahya' “(Fatir: 35) dan berbagai nama
baik dan gelar mulia lain. Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman:
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah),
Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan
yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana".
Dalam ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka amat istimewa
di sisi Allah SWT. Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi saksi
Keesaan Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan yang
menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada
manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua (mahluk)
yang dapat melaknati." (Al-Baqarah: 159)
Rasulullah saw juga bersabda:
"Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, akan dikendali mulutnya oleh Allah pada hari
kiamat dengan kendali dari api neraka." (HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau. Juga
diriwayatkan oleh Al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini sahih)
Jadi setiap orang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia peroleh
dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau mengamalkan pengetahuanya untuk
hal-hal yang bermanfaat.

d. Penyikapan terhadap Perkembangan IPTEK


Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah SWT berupa “alat” untuk mencapai
dan membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah:
1) indera, untuk menangkap kebenaran fisik,
2) naluri, untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusia secara probadi
maupun sosial
3) pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan kemampuan tiga
jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga merupakan
penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi
4) imajinasi, daya khayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan menyempurnakan
pengetahuannya
5) hati nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran tingkah
laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral.
Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK
yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan norma-
norma Islam dengan perkembangan tersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani (1995), dalam
menghadapi perkembangan IPTEK ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok: Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat netral dan berusaha
melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai;

e. Keselarasan IMTAQ dan IPTEK


“Barang siapa ingin menguasai dunia dengan ilmu, barang siapa ingin menguasai
akhirat dengan ilmu, dan barang siapa ingin menguasai kedua-duanya juga harus dengan
ilmu” (Al-Hadist). Perubahan lingkungan yang serba cepat dewasa ini sebagai dampak
globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), harus diakui telah
memberikan kemudahan terhadap berbagai aktifitas dan kebutuhan hidup manusia. Di sisi
lain memunculkan kekhawatiran terhadap perkembangan perilaku khususnya para pelajar dan
generasi muda, dengan tumbuhnya budaya kehidupan baru yang cenderung menjauh dari
nilai-nilai spiritualitas. Semuanya ini menuntut perhatian ekstra orang tua serta pendidik
khususnya guru, yang kerap bersentuhan langsung dengan siswa.

Anda mungkin juga menyukai