Anda di halaman 1dari 33

Alam semesta adalah al-samawat wal ardh wa ma bainahuma (langit dan

bumi serta segala yang ada di antara keduanya). Di dalamnya terdapat


fenomena-fenomena alam yang sangat menarik apabila dibahas, mulai dari
bagaimana alam ini bisa muncul, kejadian-kejadian yang ada, sampai rahasia
apa di balik semuanya itu. Tentu dalam memahami alam tidak terlepas dari
ayat-ayat Alquran yang kemudian ditafsirkan berdasarkan keimanan
mengenai ayat-ayat itu dengan melibatkan penjelasan Rasul melalui hadishadisnya dan upaya pengungkapan rahasia alam itu dengan akal pikiran
manusia melalui perangkat sains.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai alam semesta dengan dua fokus
analisa sebagai berikut: A. Ayat-ayat tentang penciptaan alam, B. Masa,
bahan material, dan proses terbentuknya alam semesta.
A.

Ayat-ayat tentang Penciptaan Alam


Pembicaraan Alquran tentang alam semesta ditemukan dalam ayat-ayat-Nya
lebih dari 1000 ayat yang tergelar dalam beberapa surat. 461 di antaranya
berkaitan dengan bumi (bentuk bulat bumi, orbit bumi, rotasi bumi dan
pembagian wilayah bumi serta isi kandungannya). Sebagian ayat berkaitan
dengan penciptaan alam semesta, gugusan dan peredaran bintang-bintang
di jagat raya, galaksi dan akhir dari alam semesta ini. Termasuk tentang
penciptaan matahari yang lebih awal dari penciptaan bulan.
Meskipun demikian, pembicaraan Alquran tentang alam ini masih bersifat
garis besar atau prinsip-prinsip dasarnya saja, karena Alquran bukan buku
ilmu pengetahuan yang umumnya menguraikan penciptaan alam semesta
secara sistematis. Karena itu untuk mempunyai gambaran yang jelas
tentang
bagaimana
kejadian-kejadian
itu
disajikan,
kita
harus
mengumpulkan bagian-bagian yang terpisah dalam beberapa surat.
Ayat yang menjadi acuan utama mengenai penciptaan alam adalah surat alBaqarah:117, yang berbunyi:













Allah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk
menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengucapkan kepadanya
jadilah lalu jadilah ia.
Ayat ini menegaskan bahwa Allah pemilik mutlak dari alam semesta dan
penguasa alam yang tidak dapat disangkal, di samping pemeliharaanya yang
maha pengasih. Karena kekuasaan-Nya bila Ia hendak menciptakan bumi
dan langit, Dia hanya mengatakan jadilah.
Secara umum ayat-ayat Alquran tentang penciptaan alam dapat dipetakan
melalui dua pendekatan: (1) maudhui-mushaf, yaitu pengelompokan ayatayat tentang penciptaan alam yang tersebar di berbagai surat sesuai dengan

susunannya dalam mushhaf, (2) maudhui- tanzili, yaitu pengelompokan


ayat-ayat itu yang tersebar di berbagai surat sesuai dengan susunannya
waktu diturunkan
Secara maudhui-mushafi,
ayat-ayat
Alquran
tentang
penciptaan
alamterdapat di surat al-Araf [7]:54, Yunus [10]:3, Hud [11]:7, al-Anbiya
[21]:30,al-Furqan [25]:59, as-Sajdah [32]:4, Fushilat [41]:9-12, Qaf [50]:38,
al-Hadid [57]:4 dan an-Naziat [79]:27-33.
a. al-Araf [7]:54
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya
pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.
Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.
b. Yunus [10]:3,
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur
segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali
sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka
sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
c. Hud [11]:7
dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan
adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah
di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada
penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati",
niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir
yang nyata".
d. al-Anbiya [21]:30
dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
Mengapakah mereka tiada juga beriman?
e. al-Furqan [25]:59,

yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) yang
Maha pemurah, Maka Tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih
mengetahui (Muhammad) tentang Dia.
f. as-Sajdah [32]:4,
Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak
ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula)
seorang pemberi syafa'at. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?
g. Fushilat [41]:9-12,
9.

Katakanlah: "Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan


bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang
bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam".

10. dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya.
11.

kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa".
keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".

12. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan
pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaikbaiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.
h. Qaf [50]:38
dan Sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa
keletihan.
i. al-Hadid [57]:4
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia
bersemayam di atas arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi
dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa
yang naik kepada-Nya. dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada.
dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

j. an-Naziat [79]:27-33
Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah
membinanya[ 27], Dia
meninggikan
bangunannya
lalu
menyempurnakannya [28], dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan
menjadikan siangnya terang benderang [29], dan bumi sesudah itu
dihamparkan-Nya [30], ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan
(menumbuhkan)
tumbuh-tumbuhannya [31]. dan
gunung-gunung
dipancangkan-Nya dengan teguh [32], (semua itu) untuk kesenanganmu dan
untuk binatang-binatang ternakmu [33].
Adapun secara maudhui-tanzili, ayat-ayat Alquran tentang penciptaan
alam terdapat di surat Makiyyah (turun di Mekah sebelum hijrah) dan
Madaniyyah (turun di Madinah). Berikut ini disebutkan secara berurutan
ayat-ayat tentang penciptaan alam yang turun di Mekah: Qaf:38 [urutan ke34 makiyyah], al-Araf:54 [urutan ke-39 makiyyah], al-Furqan:59 [urutan ke42 makiyyah], Yunus:3 [urutan ke-51 makiyyah], Hud:7 [urutan ke-52
makiyyah], Fushilat:9-12 [urutan ke-61 makiyyah], al-Anbiya:30 [urutan ke73 makiyyah], as-Sajdah:4 [urutan ke-75 makiyyah], dan an-Naziat:2733[urutan ke-81 makiyyah]. Sedangkan yang turun di Madinah surat alHadid:4 [urutan ke-8 madaniyyah]

Pengertian Sama (

) dan Ardh (

)
Pada ayat-ayat tersebut di atas terdapat dua istilah yang senantiasa disebut,
yakni al-sama (langit) dan al-ardh (bumi). Ungkapan langit dan bumi
merupakan petunjuk yang mewakili semua jagat alam raya ini. Adapun
kenapa bumi yang disebut, hal itu dikarenakan keterikatan kita dengannya
dimana kita hidup dan tinggal di atas permukaan bumi. Sedangkan
penyebutan kata langit, hal itu dikarenakan kedekatan kita dengan langit
yang menjadi obyek penglihatan kita, sekaligus sebagai sumber hujan yang
bermanfaat untuk menumbuhkan berbagai tumbuhan yang kita butuhkan
dan juga sebagai makanan binatang ternak kita.
Sebagai catatan bahwa di dalam Alquran, kata as-sama (bentuk tunggal)
disebut sebanyak 109 kali. Sedangkan dalam bentuk jamak (as-samawat)
185 kali. Adapun kata al-ardh (dengan beberapa variasinya) disebut
sebanyak
461
kali. Di mana 80
surat
hanya
menyebut
dalam
bentuk mufrad(tunggal) saja dan tidak pernah muncul dalam bentuk jamak.
Adapun berjumlah tujuh, penyebutannya hanya secara implisit pada surat
Ath-Thalaq [65]: 12.
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah
Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar
meliputi segala sesuatu.

Kemudian dari jumlah sebanyak itu, penyebutan keduanya secara


bersamaan ditemukan dalam 178 ayat. Uniknya, dari 178 ayat tersebut, 175
ayat menggunakan susunan atau urutan langit dan bumi, sedangkan sisanya
yang tiga ayat dengan redaksi sebaliknya, yakni bumi dan langit.
Selanjutnya, dari 178 ayat tersebut, 46 di antaranya terkait atau
dihubungkan dengan kata khalaqa (penciptaan) dengan perincian 45 ayat
menyebut penciptaan langit dan bumi (dengan beberapa variasinya) dan
hanya satu ayat menyebutkan penciptaan bumi dan langit.
Kata al-sama (
) dalam Alquran biasa diartikan sebagai langit, yakni

kubah biru di atas bumi atau horizon (langit bagian bawah yg berbatasan
dengan permukaan bumi atau laut). Akan tetapi, tidak semua kata itu
diartikan demikian, karena pada beberapa ayat, antara lain ayat-ayat di
atas, digunakan untuk menginformasikan penciptaan alam semesta. Karena
itu dalam konteks alam semesta kata langit dimaknai sebagai ruang
angkasa yang di dalamnya terdapat galaksi-galaksi, bintang-bintang, dan
lainnya.

Kata ardh (
) dalam Alquran biasa diartikan sebagai "bumi". Akan tetapi,
tidak semua kata itu diartikan demikian, karena pada beberapa ayat, antara
lain ayat-ayat di atas, digunakan untuk menginformasikan penciptaan alam
semesta dengan sistem tata surya (solar system) yangbelum terbentuk

seperti sekarang. Karena itu, kata ardh (


) . dalam ayat-ayat ini lebih tepat
dipahami sebagai "materi", yakni cikal bakal bumi.
Istilah Penciptaan
Perlu diketahui pula bahwa pada ayat-ayat tersebut di atas, terdapat tiga
istilah yang agak berbeda maknanya, namun diterjemahkan sama rata
sebagai penciptaan.
Pertama, khalaqa pada surat al-Araf:54, Yunus:3, Hud:7, al-Furqan:59, asSajdah:4, Fushilat:9, al-Hadid:4. Menurut ar-Raghib al-Ashfahani, Kata alkhalq dapat digunakan dalam makna al-ibda, yaitu menciptakan sesuatu
tanpa asal dan meniru (tidak ada contoh sebelumnya). Namun dapat pula
digunakan dalam makna al-iejad, yaitu menciptakan sesuatu dari sesuatu
(menciptakan dari bahan yang telah ada sebelumnya). Menurut ar-Raghib,
kata khalqus samawat wal ardhi maknanya al-ibda dengan dilalah firman
Allah: badius samawat wal ardh (Qs. Al-Baqarah:117) Al-Mufradat f Gharibil
Quran, I:157.
Kedua, jaala dalam surat Fushilat:10, yang bermakna menyusun, mengolah
bahan yang telah ada sebelumnya menjadi ciptaan baru.
Istilah ketiga ialah qadla dalam kata faqadlahunna (surat Fushilat:12). Istilah
ini bermakna menetapkan. Penggunaan istilah qadla (menetapkan)
dalam ayat itu terkait dengan penciptaan langit: Maka Dia menjadikannya
tujuh langit dalam dua masa

Selain itu ketika menyebut khalaqa as-samawat wal ardh (penciptaan langit
dan bumi), pada ayat-ayat itu disertai kata sittati ayyam. Dan kata itu selalu
diawali oleh kata fi yang menunjukkan suatu proses yang kontinyu, tanpa
ada jeda. Sedangkan ketika menyebut khalaqal ardh digunakan kata
yaumain. Demikian pula ketika menyebut faqadhahunna terkait dengan
penciptaan langit.
Jika ditilik dari urutan pembahasan ayat-ayat tersebut, maka penetapan
tujuh langit berada pada bagian paling akhir rangkaian penciptaan. Namun,
mengingat alam semesta senantiasa berproses, maka menetapkan di sini
tidak bisa disamakan dengan menyelesaikan. Yang selesai bukanlah fisik
langit atau alam semesta, melainkan hukum-hukumnya. Dengan hukumhukum itulah, alam semesta terus menerus berproses.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penciptaan alam
semesta terjadi melalui sejumlah tahapan yang kontinyu: dimulai dengan
penciptaan dari ketiadaan, penciptaan baru dari ciptaan-ciptaan
sebelumnya, hingga penetapan hukum-hukum alam.

s Terbentuknya Alam Semesta


Dalam upaya menafsirkan rangkaian ayat-ayat tersebut di atas terdapat dua
madzhab utama: Pertama, madzhab burhani (saintifik). Kedua, madzhab
bayani (wahyuistik).
Dalam memahami ayat-ayat penciptaan alam semesta, madzhab burhani
berusaha memaksimalkan akal dengan melibatkan pendekatan empiris,
dalam hal ini konsep sains dan penemuan mutakhir. Dalam madzhab ini teks
suci (wahyu) tidak diposisikan sebagai dogma (ajaran) dan sebagai
pengetahuan jadi melainkan hanya sebagai sebuah isyarat ilmiah yang
pemaknaanya harus mengikuti sains. Madzhab ini cenderung terikat secara
keseluruhan terhadap kontribusi sains dalam menafsirkan Alquran.
Sedangkan madzhab bayani berpijak pada teks, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung dalam arti langsung menganggap
teks sebagai pengetahuan jadi, dan secara tidak langsung yaitu dengan
melakukan penalaran yang berpijak pada teks ini. Dalam madzhab ini wahyu
diposisikan sebaliknya yang harus diterima secara imani, bukan tafsiran
ilmiah, walaupun tidak logis dan ilmiah dalam analisa konsep sains. Madzhab
ini cenderung menolak secara keseluruhan terhadap kontribusi sains dalam
menafsirkan Alquran.
Madzhab Saintifik
Alam diciptakan Allah dalam enam masa (Q.S. Fushilat [41]:9-12): dua masa
untuk menciptakan langit sejak berbentuk dukhan (campuran debu dan gas),
dua masa untuk menciptakan bumi, dan dua masa (empat masa sejak
penciptaan bumi) untuk memberkahi bumi dan menentukan makanan bagi

penghuninya. Ukuran lamanya masa (hari, ayyam) tidak dirinci di dalam


Alquran. Belum ada penafsiran pasti tentang enam masa itu. Namun,
bedasarkan kronologi evolusi alam semesta dengan dipandu isyarat di dalam
Al-Qur-an (Q.S. Fushilat [41]:9-12 dan Q.S. an-Naziat [79]:27-33) mereka
menafsirkan enam masa itu adalah enam tahapan proses sejak penciptaan
alam sampai hadirnya manusia. Lamanya tiap masa tidak merupakan fokus
perhatian.
Surat An-Naziat ayat 27-33 tersebut dapat menjelaskan tahapan enam masa
secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya,
sehingga dapat diuraikan sebagai berikut:
Masa I (Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit?
Allah telah membinanya [27]): penciptaan langit pertama kali
Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang
disebut big bang[1], kira-kira 13,7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini
ialah adanya radiasi kosmik di langit yang berasal dari semua arah. Bigbang
adalah awal penciptaan ruang, waktu, dan materi. Materi awal Hidrogen.
Hidrogen menjadi bahan pembentuk bintang, dalam bahasa Al-Quran
disebut dukhan. Awan hidrogen itu berkondensasi sambil berputar dan
memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius,
mulailah terjadi reaksi nuklir yang membentuk Helium. Reaksi nuklir inilah
yang menjadi sumber energi bintang dengan mengikuti persamaan E=mc 2,
besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan selisih massa (m)
Hidrogen dan Helium.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub bakal bintang itu
(protostar), menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya.
Sehingga, selimut gas yang tersisa berupa piringan, yang kemudian
membentuk planet-planet. Awan Hidrogen dan bintang-bintang terbentuk
dalam kumpulan besar yang disebut galaksi.
Di
alam
semesta
galaksi
sangat banyak
membentuk
struktur flamen(untaian) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita
kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian
yang terisi
Masa II (Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya
[28]): pengembangan dan penyempurnaan
Dalam ayat 28 di atas terdapat kata meninggikan bangunan dan
menyempurnakan. Kata meninggikan bangunan ditafsirkan dengan alam
semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan
langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin
mengembang, dengan kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti

tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh


satu sama lain.
Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi,
pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang (seperti meledaknya
bom), melainkan proses pengembangan ruang alam semesta secara cepat.
Sedangkan kata menyempurnakan, menunjukkan bahwa alam ini tidak
serta merta terbentuk, melainkan dalam proses evolusi yang terus
berlangsung. Kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi.
Penyempurnaan alam terus berlangsung.
Masa III (Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan
siangnya terang benderang [29): pembentukan tata surya termasuk
Bumi
Surat An-Naziayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang
gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat
ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi
yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya
sama dengan proses pembentukan bintang umumnya, dari dukhan, walau
sudah tidak murni Hidrogen lagi.
Masa IV (bumi sesudah itu dihamparkan-Nya [30]): Evolusi Bumi
Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai
pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi yang kemudian
terpisah-pisah menjadi beberapa benua.
Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9
yang artinya, Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kamu kafr kepada yang
menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam.
Masa V (Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan
(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya [31]): pengiriman air ke
Bumi melalui komet
Ayat ini menceritakan mulai adanya air di bumi dan makhluk hidup yang
pertama adalah tumbuhan. Air di bumi, berdasarkan kajian astronomi tidak
dihasilkan sendiri oleh bumi, tetapi berasal dari komet yang menumbuk
Bumi. Hal ini dibuktikan dari rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut
yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen
yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya.

Masa VI (Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh [32]


(semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang
ternakmu [33]): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia
Dalam ayat 32 di atas, disebutkan gunung-gunung dipancangkan dengan
teguh. Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan,
pembentukan lautan air, dan munculnya tumbuhan pertama. Gununggunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen
Pangaea mulai terpecah. Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk,
terciptalah hewan dan akhirnya manusia sebagaimana dalam suatu. Jadi,
usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi.
Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat
dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang
berbunyi, Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di
atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makananmakanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai
jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.
Demikianlah penafsiran enam masa penciptaan alam dalam Alquran, sejak
kemunculan alam semesta hingga terciptanya manusia.
Madzhab Wahyuistik
Surat Al Anbiyaa [21]:30 menunjukan keadaan Bumi dan langit saat
permulaan.
Tafsir Ibn Katsir atas ayat 21:30: Tidakkah mereka mengetahui bahwa
Langit dan bumi dulunya bersatupadu yakni pada awalnya mereka satu
kesatuan, terikat satu sama lain. Bertumpuk satu diatas yang lainnya,
kemudian Allah memisahkan mereka satu sama lain dan menjadikannya
Langit itu tujuh dan Bumi itu tujuh, meletakan udara diantara bumi dan
langit yang terendah
Said bin Jubair mengatakan, langit dan Bumi dulunya jadi satu sama lain,
Kemudian Langit dinaikkan dan bumi menjadi terpisah darinya dan
pemisahan ini disebut Allah di Alquran.
Al Hasan dan Qatadah mengatakan, Mereka Dulunya bersatu padu,
kemudian dipisahkan dengan udara ini.
Surat Fushshilat [41]: 9-12, menyajikan urutan pengerjaan bagaimana
penciptaan yang dilakukan Allah:
Pertama, (41:9) Bumi di ciptakan dalam dua masa
Kedua, (41:10) Segala isi Bumi diciptakan total dalam empat masa
Ketiga, (41:11) Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu
masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi:

Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau


terpaksa. Keduanya menjawab: Kami datang dengan suka hati.
Ayat-ayat diatas jelas menunjukan bahwa kedudukan Bumi dan Langit adalah
sederajat, bumi bukan bagian dari langit. Bumi diciptakan terlebih dahulu,
diselesaikan baru kemudian Allah menyelesaikan Langit dan itu dibuktikan di
ayat selanjutnya
Keempat, (41:12) Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia
mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang
dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya
dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi
Maha Mengetahui.
Tafsir Ibn Katsir untuk surat 41:9-11 juga menyatakan bahwa: Penciptaan
Bumi dan Penciptaan langit dibicarakan secara terpisah. Allah berkata bahwa
Ia menciptakan Bumi terlebih dahulu, karena itu adalah Fondasi, dan Fondasi
harus dibangun terlebih dahulu baru kemudian atap.
Berkenaan dengan penciptaan bintang-bintang surat Fushshilat [41:12] maka
terdapat 3 (ayat) lain di Alquran yang memberikan konfirmasi pasti bahwa
bintang- bintang diciptakan untuk menghiasi langit dan sebagai alat untuk
melempar setan-setan ketika mereka mencuri dengar berita dari Allah/langit,
lihat ash Shaaffaat [37]: 6, Al Mulk [67]: 5, Al Hijr [15]:16-18 dan juga Al
Buruj sebagai bintang besar pada Al Furqaan [25]:61.
Surat Al Mulk [67]:5,Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat
dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat
pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang
menyala-nyala.
Tafsir Ibn Katsir surat 67:1-5: Ayat ini merujuk pada bintang-bintang yang
telah di letakan di langit, beberapa bergerak dan beberapa diam.
Qatadah berkata, Bintang-bintang diciptakan hanya untuk tiga kegunaan,
yaitu: Hiasan di langit, Alat pelempar setan dan petunjuk Navigasi, Jadi
siapapun yang mencari interpretasi lain tentang bintang selain ini maka itu
jelas merupakan opini pribadi, Ia telah melebihi porsinya dan membebani
dirinya dengan hal-hal yang ia sendiri tidak punya pengetahuan tentang ini.
[Ibn Jarir dan Ibn Hatim merekam riwayat ini].
Kegunaan Al Buruj (Bintang besar) juga sama sebagai Benteng penjaga
untuk melempar setan yang mencuri dengar [riwayat dari Atiyah Al-`Awfi,
lihat: Tafsir Ibn Katsir surat 15:16-19]
Surat An Naaziat [79]:27-33, juga menyajikan urutan pengerjaan penciptaan
yang dilakukan Allah!
Allah menyatakan bahwa penciptaan Manusia itu jauh lebih mudah daripada
penciptaan Langit. Ia meninggikan Bangunannya lalu menyempurnakannya

(79:28). Kemudian ia Menciptakan siang dan malam. Kemudian bumi


dihamparkannya (diisi) Caranya: memancarkan Air dan menumbuhkan
tumbuhan, gunung-gunung dipancangkan teguh (79:31-32). Untuk apa?
Untuk kesenangan Manusia dan binatang ternak milik manusia (79:33)
Tafsir Ibn Katsir untuk surat 79:27-33: Di Tafsir Ibn Katsir untuk surat 79:2733, terdapat satu riwayat menarik mengenai kebingungan seseorang akan
hubungan surat [41:9-12] dan surat [79:27-33] yaitu mana yang diciptakan
terlebih dahulu: Bumi atau Langit.
Said bin Jubair berkata, Seseorang berkata pada Ibn Abbas: Saya
menemukan di Quran yang membingungkan ku Allah berkata (79:27-33):
Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah
membinanya,
Dia
menciptakannya,
meninggikannya
lalu
menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan
menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkanNya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan)
tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan
teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang
ternakmu.
Jadi dia menyatakan bahwa Penciptaan Langit dahulu baru kemudian
penciptaan Bumi, Namun kemudian Allah berfirman (41:9-12): Katakanlah:
Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam
dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? demikian itu adalah
Rabb semesta alam. Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang
kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar
makanan-makanannya dalam empat masa. bagi orang-orang yang bertanya.
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.
Keduanya menjawab: Kami datang dengan suka hati. Maka Dia
menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiaptiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintangbintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Di sini Allah menyatakan Penciptaan Bumi dahulu baru kemudian Penciptaan
Langit. Kemudian Ibn Abbas menjawab, Allah menciptakan Bumi dalam dua
hari (masa), kemudian menciptakan Langit, kemudian (Istawa ila)
meninggikan langit dan membentuknya dalam dua hari lagi. Kemudian
membentangkan Bumi, ini berarti bahwa Dia membawa, sejak saat itu, air
dan makanan. Dan kemudian Dia menciptakan Gunung-gunung, Pasir,
benda-benda tak bernyawa, batu-batu dan bukit-bukit dan semuanya dalam
waktu dua hari lagi.
Inilah yang Allah katakan (Ia) menghamparkan (Bumi) (79:30) Dan Allah
berkata, Ia ciptakan bumi dalam dua hari, jadi Dia menciptakan Bumi dan
segala isinya dalam empat hari dan Dia menciptakan Langit dalam dua Hari.

Pada riwayat Al Bukhari: Dia menciptakan Bumi dalam Dua hari, artinya pada
Minggu dan Senin. Dia meletakan Gunung-gunung yang kokoh di atasnya,
menumbuhkan yang bermanfaat, menakar untuk perlengkapan yang
dibutuhkan manusia, artinya pada Selasa dan Rabu, jadi dengan dua hari
sebelumnya menjadi empat hari
Kemudian Dia meninggikan (Istawa ila) langit dan dan langit itu masih
merupakan asap..melengkap dan menyelesaikan ciptaannya seperti 7 langit
dalam dua hari, artinya Kamis dan Jumat
Pada riwayat Muslim, Abu Hurairah melaporkan bahwa Nabi menggenggam
tanganku dan berkata: Allah yang Maha Agung dan Mulia menciptakan:
Tanah pada hari Sabtu dan Gunung pada hari Minggu dan Pepohonan pada
hari Senin dan Segala yang berkaitan kelengkapan pekerjaan pada Selasa
dan cahaya pada hari Rabu dan Dan menyebarkan Binatang pada hari Kamis
dan Adam setelah ashar pada hari Jumat, ciptaan terakhir pada hari Jumat
antara Sore dan Malam.
Tiga riwayat mengenai penciptaan langit dan bumi di atas, sudah
menegaskan bahwa: Bumi diciptakan terlebih dahulu baru kemudian langit.
Masih mengenai Surat 41:11 Kemudian Dia menuju kepada penciptaan
langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu..
Dalam Asbabun Nuzul surat Al Ikhlas [112]:1-4: Katakanlah: Dia-lah Allah,
Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia.
Riwayat Abu Syaikh di dalam kitabul Adhamah dari Aban yang bersumber
dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar menghadap kepada
Nabi saw. dan berkata: Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari
cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit
dari asap, dan bumi dari buih air. Cobalah terangkan kepada kami tentang
Tuhanmu. Rasulullah saw. tidak menjawab, sehingga turunlah Jibril
membawa wahyu surat ini (Q.s.112:1-4) yang melukiskan sifat Allah.
Dari hadis di atas, kita ketahui bahwa tidak ada penolakan mengenai asal
muasal Langit, Adam, Iblis dan Bumi.
Terdapat fakta menarik yang disebutkan di surat Fushilat [41], yaitu setelah
penciptaan Bumi, Langit masih beberbentuk kabut kemudian hadis
mengisyaratkan pernyataan yang sama dari kaum yahudi bahwa langit
diciptakan dari kabut sehingga penciptaan semesta dari agama-agama
Abrahamik lebih mendekati hipotesis kabut daripada hipotesis Big Bang.
Surat Fushilat [41], ad-Dzariat [51], al-Anbiya [21] dan an-Naziat [79]
termasuk golongan makiyah (sebelum Hijrah ke Medinah, 620 M) dan urutan
turunnya surat adalah tertera demikian. Surat al-Ikhlas [112], ada yang

mengganggap sebagai Makiyyah, sementara As Suyuti menganggap sebagai


Madaniyyah
Penegasan terakhir mengenai penciptaan Bumi dan Langit adalah melalui
surat Al Baqarah yang diturunkan Allah pada tahun 2 H (624 M). Surat ini
termasuk golongan surat madaniyyah yang turun lebih belakangan dari surat
Makiyyah lainnya, yaitu Surat Fushilat [41], ad-Dzariat [51], al-Anbiya [21]
dan an-Naziat [79]. Di surat Al Baqarah [2]:29, Allah swt. bersabda bahwa:
Ia yang menjadikan segala sesuatunya untukmu di Bumi. Kemudian Ia
meninggikan (Istawa ila) langit dan dijadikanNya tujuh langit. Dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu. Setelah semuanya siap, di dilanjutkan dengan
penciptaan Adam di Al Baqarah [2]:30-36. Surat itu memperkuat surat-surat
penciptaan manusia yang turun sebelumnya yaitu di al-Araf [7]:10-24, al-Hijr
[15]:26-33 dan Shad [38]:71-84. Disebutkan bahwa Adam diciptakan dari
tanah kemudian Allah berkata, Jadilah! (Ali Imran [3]:59)
Pernyataan di surat Al Baqarah [2]:29-36 sangat jelas, terstruktur dan ada
urutannya, yaitu menciptakan Bumi, kemudian langit plus 7 langit dan
terakhir Penciptakan Manusia. Jadi, saat manusia diciptakan maka
penciptaan langit sudah final, tidak ada pengembangan langit lagi.
Bukti itu ada pada Al Baqarah [2]:31: Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat
lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!
Ada pendapat yang mengatakan bahwa 7 langit adalah 7 lapisan Atmosfir. Di
jaman awal Islam, Mujahid, Qatadah and Ad-Dahhak dalam tafsir Ibn Katsir
untuk surat as-Sajdah [32]:4-6 yang di kutip lagi oleh Ibn Katsir untuk tafsir
surat ar-Radu [13]:2-4, dinyatakan bahwa jarak Bumi dan lapisan langit
serta antar lapisan langit adalah 500 tahun [jadi sekitar 3500 tahun]. Jelas
sudah bahwa 7 langit adalah bukan atmosfir, sesuai dengan bunyi surat Al
Najm [53]:14-15, maka langit yang dimaksudkan adalah surga, di Sidratil
Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.
Jalaluddin as-Suyuthi (pengarang tafsir Ad-Durr al-Mantsur fi Tafsir bi alMatsur) menjelaskan berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi
Hatim dari Wahhab ibnu Munabbih bahwa Allah Swt. menciptakan `arsy dan
kursi (kedudukan) dari cahaya-Nya. `Arsy itu melekat pada kursi. Para
malaikat berada di tengah-tengah kursi tersebut. `Arsy dikelilingi oleh empat
buah sungai, yaitu:
1. sungai yang berisi cahaya yang berkilauan;
2. sungai yang bermuatan salju putih berkilauan;
3. sungai yang penuh dengan air; dan
4. sungai yang berisi api yang menyala kemerahan.
Para malaikat berdiri di setiap sungai tersebut sambil bertasbih kepada Allah.
Hadis yang menyebutkan 7 langit sebagai Surga adalah riwayat al-Bukhari

(Sahih Bukhari, hadis No. 608, yang diterangkan Anas Bin Malik, yaitu saat
perjalanan Isra-Mira, naik hingga langit ke-7, dikatakan oleh Nabi Muhamad
bahwa Ia dibawa keliling langit dan kemudian Ia lihat ditepi Sungai, Ia lihat
Istana yang dibangun dari Mutiara dan Jamrud.
Dalam Sahih Bukhari hadis No.345, diriwayatkan dari Abu Dzar, Nabi
berkata, Saat ia mencapai Langit pertama. Ia berjumpa Adam bersama jiwajiwa anak cucunya pada sisi kanan dan kiri Adam, dimana yang dikanannya
merupakan penghuni Surga dan dikirinya adalah penghuni neraka..
Dalam Sahih Bukhari hadis No. 426, diriwayatkan dari Malik Bin Sasaa, Nabi
berkata ketika Ia mencapai langit ke 7, Ia bertemu Ibrahim disana dan
melihat Bait-Al-Mamur (Rumah Allah) yang didalamnya 70.000 malaikat
yang berbeda yang melakukan sholat setiap harinya. Ia lihat pula Sidrat-ulMuntaha, Buah Nabk, daun seperti telinga gajah, dan empat sungai: Saihan,
Jaihan, Nil dan Euphrate
Dalam Shahih Bukhari hadis No.227 dan Sahih Muslim, hadis No 6807, Abu
Hurairah meriwayatkan Nabi bersabda, Saihan, Jaihan, Euphrates dan Nil
adalah nama-nama sungai di Firdaus.
Kesimpulan
1.

Penciptaan alam versi Alquran hanya menjelaskan dalam lingkup


penciptaan bumi dan langit yang kedudukannya sederajat, bukan penciptaan
tata surya dan alam semesta.

2. Fungsi bintang-bintang dan bintang besar bukanlah seperti Matahari, namun


sebagai penghias langit, pelempar setan dan petunjuk navigasi.
3. Bumi diciptakan terlebih dahulu baru kemudian langit dan segala isinya
4. Penciptaan manusia dilakukan setelah penciptaan Langit dan segala isinya
selesai.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penciptaan versi Alquran tidak
ada relevansinya dengan teori Big Bang yang selama ini di dengungdengungkan oleh madzhab saintifik dan para pengikutnya.
Madzhab Nahnuistik
Memikirkan perihal pembentukan, susunan, dan evolusi alam semesta
merupakan cara mengenal kekuasaan Allah yang pada gilirannya akan
memperkuat aqidah. Di dalam surat Ali Imran:190-191 Allah menunjukkan
setidaknya empat ciri yang harus dipunyai seorang Muslim untuk mencapai
tingkat ulil albab: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi (segala
fenomena di alam), dan pergantian malam dan siang (segala prosesnya),
terdapat tanda-tanda bagi para cendekia ('ulil albab); (yaitu:)

1. mereka yang senantiasa mengingat Allah sambil berdiri, duduk, maupun


berbaring (dalam segala aktivitasnya);
2.

dan selalu memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (tak henti
menelaah fenomena alam);

3. (bila dijumpainya suatu kekaguman mereka berkata:) "Tuhan kami, tiadalah


Engkau ciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau."
4.

(dan dengan kesadaran bahwa pengembaraan intelektualnya mungkin


sesat, mereka senantiasa memohon kepada AllahJ Dan jauhkanlah kami
dari siksa neraka.
Dengan mengacu ayat-ayat tersebut madzhab nahnuistik mengajak
menjelajah alam semesta dengan menembus kedalaman Alquran dan
sunah Rasul, dan perangkat sains sebagai salah satu alat bantu penafsiran.
Meskipun demikian, tersirat dari ayat di atas mengingatkan kita bahwa
kemungkinan salah dan sesat dalam pengembaraan ilmiah ati saja terjadi. Ini
juga mengingatkan bahwa kebenaran sains atinga. Hingga dalam memahami
kebenaran mutlak dalam Alquran dengan perangkat sains harus kita sadari
pula relativitas penafsiran kita. Apalagi dengan mengingat bahwa laju
kedaluwarsaan sains saat ini semakin cepat. Artinya, penafsiran Alquran
yang kebenarannya mutlak dengan perangkat sains yang kebenarannya
atinga perlu kehati-hatian.
Penciptaan Alam Semesta dalam Alquran & Sunah
Informasi penciptaan alam semesta kita peroleh dari Alquran yang
diturunkan kepada Rasul ketika usia alam semesta lebih dari 12.000
tahun[2]. Selain Alquran, sejumlah hadis juga mengabarkan penciptaan
alam semesta.
Jauh sebelum diciptakan langit dan bumi, yakni 50.000 tahun[3], Allah telah
menciptakan air, kemudian Arsy, dan meletakkan Arsy-Nya di atas air.
Kemudian menciptakan Al-Qalam yang diperintah oleh-Nya untuk
menuliskan di Al-Lauhul Mahfuzh (yakni kitab lembaran taqdir tentang segala
kejadian yang telah ditaqdirkan-Nya sampai hari kiamat). Setelah itu Allah
pun menciptakan Nun (ikan besar). Informasi penciptaan di atas kita peroleh
dari makna tersirat dalam Alquran dan makna tersurat dalam hadis
Rasul. Dalam Alquran Allah swt. Berfirman:
dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan
adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah
di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada
penduduk Mekah): Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati,
niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: Ini tidak lain hanyalah sihir
yang nyata Q.s. Hud: 7

Makna Arsy ((
)
Arsy ( ) (adalah bentuk mashdar dari kata kerja arasya yarisyu
(
arsyan (
(
) yang berarti bangunan, singgasana, istana
atau tahta. Di dalam Alquran, kata arsy dan kata yang seasal dengan itu
disebut 33 kali. Kata arsy mempunyai banyak makna, tetapi pada umumnya
yang dimaksudkan adalah singgasana atau tahta Tuhan.
Pengertian arsy ((
) , menurut para ulama:
A.
Rasyid Ridha dalam Tafsr al-Manr menjelaskan bahwa arsy ((
)
merupakan pusat pengendalian segala persoalan makhluk-Nya di alam
semesta. Penjelasan Rasyid Rida itu antara lain didasarkan pada
Surat Yunus (10): 3, Kemudian Dia bersemayam di atas arsy (= (
singgasana) untuk mengatur segala urusan.
2. Jalaluddin as-Suyuthi (Penulis tafsir Ad-Durr al-Mantsr f Tafsr bi al-Matsr)
menjelaskan, berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari
Wahhab ibnu Munabbih bahwa Allah swt. Menciptakan arsy ( ) (dan kursi
(kedudukan) dari cahaya-Nya. Arsy ( ) (itu melekat pada kursi. Para
malaikat berada di tengah-tengah kursi tersebut. Arsy ( ) (dikelilingi oleh
empat buah sungai, yaitu: 1) sungai yang berisi cahaya yang berkilauan; 2)
sungai yang bermuatan salju putih berkilauan; 3) sungai yang penuh dengan
air; dan 4) sungai yang berisi api yang menyala kemerahan. Para malaikat
berdiri di setiap sungai tersebut sambil bertasbih kepada Allah swt. Di arsy (
(
) juga terdapat lisn (bahasa) sebanyak bahasa makhluk di alam
semesta. Setiap lisn bertasbih kepada Allah swt. Berdasarkan bahasa
masing-masing.
3. Abu asy-Syaikh mempunyai pendapat yang berbeda dengan pendapat asSuyuti di atas, ia berpendapat bahwa arsy ( ) (itu diciptakan dari permata
zamrud hijau, sedangkan tiang-tiang penopangnya dibuat dari permata yakut
merah. Di arsy ( ) (terdapat ribuan lisn (bahasa), sementara di bumi
Allah swt menciptakan ribuan umat. Setiap umat bertasbih kepada Allah swt
dengan bahasa arsy () (. Pendapat ini berdasarkan hadis Rasulullah saw.
Yang diterima Abu asy-Syaikh dari Hammad.
Lebih lanjut tentang asal-usul penciptaan arsy () (, Abu asy-Syaikh juga
meriwayatkan hadis dari asy-Syabi yang menerangkan bahwa Rasulullah
saw. Bersabda, Arsy ( ) (itu terbikin dari batu permata yakut merah.
Kemudian, satu malaikat memandang kepada arsy ( ) (dengan segala
keagungan yang dimilikinya. Lalu, Allah swt berfirman kepada malaikat
tersebut, Sesungguhnya Aku telah menjadikan engkau memiliki kekuatan
yang sebanding dengan kekuatan 7.000 malaikat. Malaikat itu dianugerahi

70.000 sayap. Kemudian, Allah swt menyuruh malaikat itu terbang. Malaikat
itu pun terbang dengan kekuatan dan sayap yang diberikan Allah swt ating
mana saja yang dikehendaki Allah swt. Sesudah itu, malaikat tersebut
berhenti dan memandang ating arsy () (. Akan tetapi, ia merasakan
seolah-olah ia tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya terbang semula. Hal
ini memperlihatkan betapa besar dan luasnya arsy ( ) (Allah itu.
Gambaran fisik arsy ( ) (merupakan hal yang gaib, yang tak seorang pun
mampu mengetahuinya, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Abbas di dalam
riwayat Ibnu Abi Hatim. Ibnu Abbas berkata, Tidak atinga yang mampu
mengetahui berapa besar ukuran arsy () (, kecuali penciptanya sematamata. Langit yang luas ini jika dibandingkan dengan luas arsy ( ) (sama
dengan perbandingan di antara luas sebuah kubah dan luas padang sahara.
Di dalam hadis-hadis, urutan
penciptaan Arsy
makhluklainnya diuraikan secara jelas sebagai berikut:

dan makhluk-

Nabi saw. Bersabda:


(




Sesungguhnya air diciptakan sebelum arasy (H.R. Ahmad dan at-Tirmidzi)
Abi Razin Al-Uqaili bertanya kepada Nabi tentang di mana Allah ketika
sebelum menciptakan segenap makhluk-Nya. Beliau menjawab:
















Dia Allah berada di Ama tidak ada hawa di bawah-Nya dan tidak ada pula
hawa di atas-Nya, kemudian Dia menciptakan Arsy-Nya (dan diletakkan) di
atas air. (H.R. Ahmad, al-Musnad, IV:11)



















Dari Ibnu Abas, dari Nabi saw., beliau bersabda, Ketika Allah swt.
Menciptakan pena, Dia berkata kepadanya (pena), Tulislah. Maka pada saat
itu berlakulah segala apa yang ditetapkan hingga hari Kiamat (H.R. AtThabrani, al-Mujamul Kabir, XII:69, hadis No. 12.500)





Dari Ibnu Abas, ia berkata, Rasulullah saw. Bersabda, Awal makhluk yang
Allah swt. Ciptakan adalah pena dan ikan, (lalu Dia berkata kepada pena,
Tulislah.) Pena berkata, Apa yang aku tulis? Allah berkata, Segala sesuatu
yang terjadi hingga hari kiamat Lalu Nabi membaca: Nun wal qalam. Nun
adalah ikan, dan al-Qalam adalah pena. (H.R. H.r. At-Thabrani, al-Mujamul
Kabir, XI:433, hadis No. 12.227)










Dari Ibnu Umar, ia berkata, Rasulullah saw. Bersabda, Awal makhluk yang
Allah swt. Ciptakan adalah pena, lalu Dia berkata kepada pena, Tulislah.
Pena berkata, Apa yang aku tulis? Allah berkata, Tulislah apa yang terjadi
hingga hari Kiamat. (H.R. At-Thabrani, Musnad as-Syamiyin, II:398, hadis No.
1572)


















Dari Ubadah bin as-Shamit, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah saw.
Bersabda, Makhluk yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena, lalu Dia
berkata kepada pena tersebut, Tulislah. Pena berkata, Apa yang aku tulis?
Allah berkata, Tulislah apa yang akan terjadi dan apa yang telah terjadi
hingga hari Kiamat. (H.R. Ahmad, al-Musnad, V:317, hadis No. 22.759)

:












,






.


Dari Ibnu Abas, ia berkata, Awal makhluk yang Allah swt. Ciptakan adalah
pena, lalu menciptakan Nun. Maka Allah memasukan bumi di atas punggung
Nun (H.R. Ibnu Abu Syaibah, al-Mushannaf, VII:271, hadis No. 36.003)
Peristiwa penulisan yang dilakukan Qalam ini terjadi 50.000 tahun sebelum
penciptaan langit dan bumi, sebagaimana sabda Rasulullah:
















Sesungguhnya Allah telah menetapkan taqdir makhluq-Nya 50.000 tahun
sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. (H.R. Muslim)




















Allah telah menulis taqdir makhluq-Nya 50.000 tahun sebelum Dia
menciptakan langit dan bumi, dan ketika itu Arsy-Nya ada di atas air. (H.R.
Muslim)
Teks hadis tersebut mengisyaratkan bahwa Arsy Allah dan air termasuk
makhluq yang pertama-tama diciptakan, yaitu tercipta 50.000 tahun
sebelum adanya langit dan bumi.

Kemudian setelah itu Allah menciptakan zaman atau peredaran waktu. Hal
ini diberitakan oleh Rasulullah saw. Dalam sabdanya:


Zaman telah beredar seperti keadaannya, di hari diciptakannya langit dan
bumi, (peredaran zaman itu ialah) setahun dibagi dalam dua belas bulan,
daripadanya ada empat bulan haram... (H.R. Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari,
Kitabul Maghazi, Bab Hajjatil Wada, hadis No. 4406)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menerangkan makna hadis ini: Maka dengan
demikian, telah diketahui bahwa zaman itu telah ada lebih dahulu sebelum
Allah menciptakan matahari dan bulan, juga sebelum Allah menciptakan
malam dan siang. (Lihat, Daqaiqut Tafsir, III:228).
Hadis-hadis di atas menginformasikan bahwa setelah selesai menciptakan
air, Arsy (dan meletakkan Arsy-Nya di atas air), Al-Qalam dan Nun (ikan
besar), dan zaman, kemudian Allah menciptakan bumi, lalu menciptakan
langit yang tujuh dan segenap isi langit dan bumi itu.

erial, dan Proses Terbentuknya Alam Semesta


Untuk memahami masa, material, dan proses penciptaan alam semesta,
masing-masing ayat tersebut tidak bisa ditafsirkan secara terpisah,
karenaAlquran yufassiru badhuhu badhan (sebagian ayat Alquran
menafsirkan sebagian yang lain). Berdasarkan pendekatan maudhui-tanzili,
maka ayat-ayat yang pertama dianalisa kelompok makiyyah sebagai berikut:
Qaf [34]:38
dan Sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa
keletihan.
Al-Araf [39]:54
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya
pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.
Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.
Al-Furqan [42]:59,
yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) yang

Maha pemurah, Maka Tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih


mengetahui (Muhammad) tentang Dia.
Yunus [51]:3,
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy untuk mengatur
segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafaat kecuali
sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka
sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
Hud [52]:7
dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan
adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah
di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada
penduduk Mekah): Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati,
niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: Ini tidak lain hanyalah sihir
yang nyata.
Ayat-ayat
di
atas
menunjukan
masa penciptaan
alam
semesta denganmenggunakan istilah sittati ayyam atau enam hari. Selain
itu
pada
4
surat(al-Araf:54,
al-Furqan:59,
Yunus:3,
Hud:7) menghubungkan penciptaan
dalam
enam
masa itu dengan alArsy (pada Hud:72 dengan Arsy dan al-mau)
B.

Makna (

)
Kata ( bentuk tunggalnya

) di dalam Alquran disebut sebanyak 23 kali
dan tidak pernah berdiri sendiri. Kata tersebut selalu berada di dalam
rangkaian kata-kata lainnya yang mengacu pada pengertian yang
bermacam-macam. Empat kali di antaranya dihubungkan dengan
kata tsaltsun (
) sehingga membentuk kalimat tsaltsatu ayym (

) yang berarti tiga hari. Rangkaian kata ini selanjutnya digunakan untuk
menyebutkan bilangan hari shaum sebagai kafarat bagi orang yang
melakukan pelanggaran (Al-Baqarah [2]: 196).
Tujuh kali dihubungkan dengan kata sittatun (
) sehingga membentuk
frasa sittatu ayym (
),
yang
berarti
enam
hari seperti pada ayat

ayat di atas plus as-Sajadah [32]: 4, dan Al-Hadid [57]: 4).


Selain itu, ada pula kata ayym ( ) yang didahului oleh kata arbaah (

) yang


) sehingga susunan frasanya menjadi arbaatu ayym (

artinya empat hari. Di dalam Alquran kata tersebut hanya disebut sekali
dan digunakan untuk menyebutkan bilangan hari di dalam menentukan
kadar makanan (Fushshilat [41]: 10).
Pada bagian lain, terdapat pula kata ayym ( ) yang didahului oleh
kata tsamniyah (
sehingga
susunan
frasanya

) ,

menjadi tsamniyatu ayym (



) yang berarti delapan hari. Kata ini

hanya disebut sekali di dalam Alquran dan digunakan untuk menerangkan


bilangan hari (lamanya ating topan yang menimpa kaum Ad) (AlHaqqah [69]: 7). Selain itu, masih terdapat kata ayym ( ) yang diberi
sifat bermacam-macam.
Bentuk tunggal dari kata ayym ( ) adalah yaum (

) yang berarti hari.
Kata yaum (

)
di
dalam
Alquran
disebut
sebanyak
373 kali. Kata ini

kadang-kadang digunakan untuk menerangkan perjalanan waktu mulai dari
terbit matahari sampai terbenamnya dan kadang-kadang digunakan untuk
menunjukkan zaman, masa, atau periode.
Sama
halnya dengan kata ayym () , kata yaum (

) pun
penggunaannya selalu dirangkaikan dengan kata lain di dalam Alquran.
Misalnya, dirangkaikan dengan kata al-khir (
) sehingga susunannya
menjadi al-yaum ul-khir (
) , yang digunakan untuk menerangkan


saat mana tidak ada hari lain setelah hari akhir tersebut. Ada pula
kata yaum (

) sehingga
) yang dirangkaikan dengan kata ad-dn (
menjadi yaum ad-dn (


) , yang digunakan untuk menerangkan hari
ketika segala amal perbuatan manusia sewaktu hidup di dunia
diperhitungkan.
Intinya bahwa kata itu dalam Alquran menyatakan waktu yang beraneka
ragam: masa yang abadi dan tidak terhingga panjangnya (Al-Fatihah [1]: 4),
atau 50.000 tahun (Al-Ma`arij [70]: 4), atau 1000 tahun (As-Sajdah [32]: 5,
al-Hajj [22]:4), atau satu zaman (Ali Imran [3]: 140), atau satu hari (AlBaqarah [2]: 184), atau sekejap mata (Al-Qamar [54]: 50), atau masa yang
lebih singkat dari sekejap mata (An-Nahl [16]: 77), atau masa yang tidak
terhingga singkatnya (Ar-Rahman [55]: 29).
Pada kelima ayat di atas ukuran lamanya ( bentuk tunggalnya

) tidak
dirinci. Dalam konteks ini, semua ayat-ayat di atas kami kategorikan sebagai
bayan ijmali.
Selanjutnya kalimat f sittati ayyam digunakan pula dalam surat lain yang
turun kemudian, yaitu surat as-Sajdah:4 (urutan ke-75 makiyyah):
Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy.Tidak
ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula)
seorang pemberi syafaat. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?
Namun pada surat ini disertai dengan penjelasan ukuran hari, yaitu pada
ayat selanjutnya (ayat 5):
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu.
Kata yaum (

) pada ayat ini dihubungkan dengan kalimat kna miqdruhu


alfa sanah
(
= ukurannya seribu tahun). Kata ini



digunakan untuk menerangkan ukuran hari yang digunakan oleh Allah di


dalam mengatur urusan terkait dengan langit dan bumi yang disebutkan
pada ayat sebelumnya. Hemat kami ayat ini dapat dikategorikan
sebagai bayan tafshili bagi semua ayat-ayat yang menyebut kata sittatu
ayyam di atas.
Selain itu, penjelasan ukuran yaum kita dapatkan pula melalui surat dalam
kelompok madaniyyah, yaitu surat al-Hajj [22]:47 (urutan ke-18 madaniyyah)
Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu, adalah seperti seribu tahun dari
perhitungan kalian.
Dengan ayat ini, Ibnu Abbas dan lain-lainnya meyakini bahwa penciptaan
langit dan bumi dalam enam hari itu ialah hari dalam perhitungan di sisi
Allah dan bukan hari dalam perhitungan kita. Yakni enam hari itu maknanya
ialah enam ribu tahun. (lihat Tafsir Ibnu Katsir tentang surat Al-Hajj 47).
Dari berbagai keterangan di atas hemat kami yang lebih tepat jika ungkapan

dalam enam hari (



) pada penciptaan alam semesta itu kita artikan
dalam enam periode, dan ukuran tiap periode sama dengan seribu tahun.
Walhasil sittatu ayyam sama dengan 6000 tahun.
C.

Korelasi Arsy dan al-Ma dengan Penciptaan Alam


Pada surat al-Araf [39]:54, al-Furqan [42]:59, Yunus [51]:3, setelah
menginformasikan tentang penciptaan alam semesta dalam enam masa,
Allah menyertakan kalimat
Sedangkan pada surat yang turun kemudian (Hud [52]:7) dengan kalimat
Pada surat yang turun selanjutnya (as-Sajdah[75]:4) kalimat itu (istawa ala
al-arsy) disebut kembali.
Kalimat-kalimat di atas mengisyaratkan dua hal: Pertama, Arsy merupakan
pusat penciptaan dan pengendalian alam semesta. Kedua, air yang
mengelilingi Arsy sebagai bahan dasar pembentukan bumi dan langit
sekaligus sebagai sesuatu yang mengakibatkan adanya kehidupan di alam
semesta. Hal ini ditegaskan dalam surat yang turun kemudian (al-Anbiya:30).
Sehubungan dengan itu, Syekh Rasyid Ridha menjelaskan:









:




(








(Wa kaana arsyuhu alal ma) dan sesungguhnya itu menunjukkan bahwa
arsy dan air, keduanya tempat permulaan alam ini, yaitu alam langit dan
bumi. Seakan-akan mereka hendak menegaskan bahwa air itu asal
materinya dan arsy adalah pusat penentuan dan pengendalian. Tetapi Allah
swt. Menjelaskan kepada kita dalam surat Fushilat bahwa Allah menciptakan

langit dan bumi dari dukhan, dan mungkin untuk dikatakan: sesungguhnya
air yang dinyatakan sebagai dukhan itu dalam keadaannya berupa uap. Atau
materi dukhan itu didominasi uap air. (Tafsir al-Manar, VII:392)
Tahapan Penciptaan Langit dan Bumi
Setelah turun surat Qaf [34]:38, al-Araf [39]:54, al-Furqan [42]:59, Yunus
[51]:3, yang menjelaskan tentang masa dan bahan dasar pembentukan
alam semesta, Allah menjelaskan tahapan enam masa itu melalui surat
Fushilat: 9-12 (urutan ke-61 makiyyah) sebagai berikut:
(ayat 9) Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang
menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu
bagiNya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam. (ayat
10)Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya.
Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya. (ayat 11) Kemudian Dia menuju kepada
penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: Datanglah kamu keduanya menurut perintahKu dengan suka hati atau terpaksa. Keduanya menjawab: Kami ating
dengan suka hati. (ayat 12) Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua
masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi
langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Empat ayat dari surat Fushilat tersebut menunjukkan beberapa aspek,
antara lain:
(1)

Ayat-ayat di atas menjelaskan secara rinci tahapan dan ukuran waktu


penciptaan masing-masing dalam sittatu ayyam itu: dua yaum untuk
menciptakan bumi, dua yaum untuk mempersiapkan fasilitas hidup
padanya, sehingga selama empat yaum itu jadilah seluruh proses
penciptaan bumi untuk layak hidup padanya. Dua yaum untuk
menciptakan langit sejak berbentuk dukhan menjadi tujuh lapis.Karena itu
ayat-ayat dalam surat Fushilat ini kami kategorikan sebagaibayan
tafshili (keterangan secara rinci).
(2)

Ayat-ayat di atas membicarakan dua kelompok kejadian: Pertama,


kejadian-kejadian
di
bumi.
Kedua,
kejadian-kejadian
samawi.
Penyebutan hal-hal tersebut mengandung arti bahwa bumi harus
sudah ada sebelum digelar dan bahwa bumi itu sudah ada ketika Allah
membentuk langit. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa
evolusi langit dan bumi tidak terjadi pada waktu bersamaan (masingmasing).

(3) Ayat-ayat di atas memperjelas tentang bahan dasar pembentukan bumi


dan langit yang diisyaratkan pada ayat-ayat yang turun sebelumnya,
yaitu keduanya dibentuk dari air. Sedangkan pada ayat ini terdapat
isyarat tentang unsur materialnya
(a) Material bumi
Imam as-Samarqandi (Tafsir Bahr al-Ulum, III:210) dan Imam as-Samani
(Tafsir as-Samani, V:39) menyakini bahwa bumi terbentuk dari materi
awal berupa zabad (buih atau inti dari sesuatu) yang berasal dari air
yang mengelilingi Arasy. Zabad dimaknai sebagai sub atom dalam istilah
fisika.
(b) Material Samawi
Langit terbentuk dari materi awal yang disebut dukhan. Dukhan (makna
bahasa asap) bukanlah asap yang dikenal secara umum, karena asap
dikenal berasal dari api. Sementara dukhan dalam bahasa Alquran
bukanlah bersumber dari api, melainkan berasal dari air akibat
banyaknya gelombang-gelombang. Kata Ibnu Katsir, Ad-dukhan adalah
bukhar (uap air) yang menguap ketika bumi diciptakan (Tafsir Ibnu
Katsir, IV:101) Syekh Abu Bakar al-Jazairi menyakini bahwa dukhan ini
berasal dari air yang mengelilingi Arasy (Aisarut Tafasir IV:565). Dukhan
dimaknai sebagai awan hidrogen dalam istilah astrofisika.
Dari berbagai penafsiran di atas kami berkesimpulan: ayat di atas
menunjukkan bahwa bumi dan langit terbentuk dari materi awal berupa air,
namun air yang dimaksud bukanlah air yang terbentuk dari oksigen (O2) dan
hydrogen (H20) melainkan materi mudzaab (yang mencair), yaitu bahan
yang mencair yang memiliki potensi untuk berubah menjadi bahan-bahan
langit dan bumi seperti menjadi buih (atom-atom) dan berubah menjadi
bahan-bahan dan unsur-unsur kosmos.
Sedangkan percakapan antara Allah di satu pihak dan langit dan bumi di
pihak
lain maksudnya adalah untuk menunjukkan bahwa setelah
diciptakan Allah, langit-langit dan bumi tunduk kepada perintah-perintah
Allah. Selain itu teks pada ayat di atas dimaksudkan untuk mengajak
orang berfikir tentang kekuasaan Allah dengan memulai memikirkan bumi
sehingga nanti dapat memikirkan langit.
Mekanisme Proses Penciptaan
Setelah menjelaskan tahapan enam masa dan material pembentukan langit
dan bumi, selanjutnya Allah mengisyaratkan mekanisme proses
pembentukan itu melalui surat al-Anbiya:30 [urutan ke-73 makiyyah] sebagai
berikut:

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?
Ayat di atas menjelaskan bahwa langit dan bumi asalnya bersatu, lalu
keduanya dipisah. Ungkapan yang digunakan adalah ritqun (padu)
dan fatqun (pisah). Ungkapan ritqun menunjukkan satu kesatuan yang
sempurna dan padat. Sedangkan ungkapan fatqun menunjukkan pecahnya
satu kesatuan itu.
Jika diurutkan berdasarkan metode tanzili, maka ayat ini dapat dikorelasikan
dengan 4 ayat pada surat Fushshilat di atas sebagai berikut: 4 ayat pada
surat Fushilat menjelaskan kronologis tahapan dan isyarat material
pembentukan langit dan bumi. Sedangkan ayat ini mengisyaratkan proses
pembentukannya, yaitubahwa langit dan bumi pada mulanya berasal dari
unsur yang satu dan kemudian menjadi dua bendayang berlainan. Secara
ilustratif dapat diuraikan sebagai berikut: langit dan
bumi
pada
mulanya berasal dari unsur yang satu, yaitu air. Kemudian menjadi dua
benda yang berlainan, yaitu zabad (atom) dan dukhan (hidrogen). Pada
awalnya
kedua
bahan
ini ritqun (bersatu
padu),
kemudian fatqun (terpecah). Dari zabad terbentuk bakal bumi, dan dari
dukhan terbentuk bakal langit.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa makna-makna ayat di
atas tidak sepenuhnya relevan apalagi dianggap memperkuat teori bigbang
yang diungkap para ilmuwan. Sebab dalam teori bigbang dinyatakan
bahwa 300 ribu tahun setelah big bang belum terbentuk ruang. Selanjutnya
bintang-bintang dan galaksi-galaksi mulai terbentuk sekitar 1 milyar tahun
setelah big bang. Secara kronologis dapat diuraikan sebagai berikut:
Alam semesta tercipta dari zarrah-zarrah (partikel-partikel) sub-atom seperti
proton, neutron, elektron danzarah-zarrah sub-atom yang lain (jadi atom
belum terbentuk), dalam keadaan kerapatan dan suhu yang tinggi. Kemudian
terjadi peledakan dahsyat (big bang) sehingga secara bergumpal-gumpal
zarrah-zarrah sub-atom itu terlempar saling menjauh. Kemudian gumpalangumpalan tersebut terpecah-pecah pula menjadi jutaan gumpalan kecilkecil. Selanjutnya setiap gumpalan kecil itu "mengembun" menjadi plasma.
Dari setiap gumpalan kecil plasma itu terbentuklah gugusan bintang-bintang
yang disebut galaxy.
Berdasarkan teori ini diasumsikan bahwa bumi pada mulanya menempel
atau menyatu dengan kumpulan galaksi lain beserta planet-planet atau
benda-benda langit lainnya dalam sebuah bola besar. Lalu bumi yang
ada di bagian celah bola besar tersebut, akibat letusan bola besar ini,
terbanting dan bagian bumi yang menempel tadi menjadi cekungan lautan
dan samudra. Hasil pecahan bola besar itulah yang kemudian menjadi
benda-benda langit atau galaksi-galaksi selain bumi.

Sedangkan menurut ayat-ayat di atas, pada saat fatqun (terpecah) langit


belum menjadi ruang kumpulan galaksi, namun baru menjadi bakal langit. Di
samping itu, pada awal penciptaan bakal bumi, bumi bukanbagian celah
bola besar tersebut.
Andaikata teori Big Bang akan digunakan sebagai salah satu alat
penyingkapan rahasia fatqun tentu saja dapat dibenarkan dengan catatan
bahwa:
(1) Hal itu merupakan sebatas penafsiran yang dibatasi oleh terbatasnya teori
ilmiah sehingga jika didapati adanya kekeliruan dalam teori ilmiah itu, maka
yang keliru adalah isi penafsirannya, bukan kekeliruan atas teks Alquran.
(2) Penggunaan teori itu bukan dalam upaya menyandarkan teori ini kepada
Alquran secara definitif (dibenarkan oleh Alquran)
Selanjutnya diturunkan surat an-Naziat [79]:27-33 (urutan ke-81 makiyyah)
sebagai berikut:
Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah
membinanya [ayat 27], Dia
meninggikan
bangunannya
lalu
menyempurnakannya [28], dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan
menjadikan siangnya terang benderang [29], dan bumi sesudah itu
dihamparkan-Nya [30], ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan
(menumbuhkan)
tumbuh-tumbuhannya [31], dan
gunung-gunung
dipancangkan-Nya dengan teguh [32], (semua itu) untuk kesenanganmu dan
untuk binatang-binatang ternakmu [33]
Jika diurutkan berdasarkan metode tanzili, maka ayat ini dapat dikorelasikan
dengan 4 ayat pada surat Fushshilat dan al-Anbiya:30 di atas sebagai
berikut: 4 ayat pada surat Fushilat menjelaskan kronologis tahapan dan
isyarat material pembentukan langit dan bumi. al-Anbiya:30 mengisyaratkan
proses pembentukannya, yaitu bahwa langit dan bumi pada mulanya
berasal dari unsur yang satu dan kemudian menjadi dua benda yang
berlainan. Sedangkan ayat ini berbicara tahapan lanjutan dari cikal bakal
langit dan bumi. Dengan perkataan lain, proyek pembangunan
berkelanjutan.
Setelah bakal bumi dan langit diciptakan Allah menyempurnakan konstruksi
bangunan langit (An-Naziat:28). Ayat ini dapat dikorelasikan dengan ayatayat yang diturunkan di Madinah, antara lain al-Baqarah:29:
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia
Maha mengetahui segala sesuatu.
Ini menunjukkan bahwa setelah bumi diciptakan Allah menciptakan langit,
lalu langit itu disempurnakan menjadi tujuh langit, sedangkan bumi meski
diciptakan sebelumnya tetapi belum disempurnakan. Maka setelah langit
disempurnakan
Allah
menyempurnakan
penciptaan
bumi
dengan
menghamparkannya, Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Q.s. An-

Naziat:30. Ayat ini dapat dikorelasikan dengan ayat-ayat yang diturunkan di


Madinah, antara lain al-Baqarah:22
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu
janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu
mengetahui.
Ayat-ayat selanjutnya (31-33) mengisyaratkan kelengkapan fasilitas hidup
yang disediakan di bumi. Ayat-ayat ini dapat dikorelasikan dengan ayat 10
surat Fushshilat, yang diturunkan sebelumnya Ayat 10 surat Fushilat
menjelaskan masa penyediaan fasilitas hidup di bumi, sedangkan ayatayat ini merinci kelengkapan dan bentuk-bentuk fasilitas hidup itu,
sehingga selama empat yaum itu jadilah seluruh proses penciptaan bumi
untuk layak hidup padanya.
hari-hari
berikut:

penciptaan

fasilitas

bumi

itu dijelaskan

oleh

Rasul sebagai

:

:

- -

















Dari Abu Huraerah, ia berkata, Rasulullah saw. Memegang tanganku, lalu
bersabda, Allah menciptakan bumi pada hari Sabtu. Dan menciptakan
gunung-gunung di bumi pada hari Ahad, pohon pada hari Senin, al-makruh
(yang jelek) pada hari Selasa, cahaya pada hari Rabu, dan menyebarkan
makhluk-makhluk yang melata pada hari Kamis, dan menciptakan Adam
pada hari Jumat setelah Ashar sebagai akhir penciptaan di saat-saat akhir
hari Jumat, antara ashar ke malam. (H.R. Muslim, Shahih Muslim, IV:2149;
al-Baihaqi, as-Sunanul Kubra, IV:3)
Abdur Rauf al-Munawi memberi syarah (penjelasan) atas hadis di atas
sebagai berikut:






(


)

)
(

...




(Khalaqallahu at-turbah) yaitu bumi (yaumas sabti) pada lafal itu terdapat
bantahan atas anggapan kaum Yahudi bahwa awal penciptaan alam semesta
itu hari Ahad dan selesai pada hari Jumat, dan beristirahat hari Sabtu (AtTaisir bi Syarh al-jami as-Shagir, I:1050)
Hadis dan keterangan pensyarah di atas menunjukkan bahwa penciptaan
Adam dilakukan setelah selesainya proses penciptaan bumi untuk layak

hidup padanya. Mengenai waktu dan proses penciptaan Adam diuraikan


dalam makalah terpisah.
Periode penciptaan alam semesta itu ditegaskan kembali di Madinah (setelah
Nabi hijrah) melalui surat al-Hadid:4 [urutan ke-8 madaniyyah]
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia
bersemayam di atas arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi
dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa
yang naik kepada-Nya. dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.
dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
Namun hemat kami, fokus ayat ini bukan pada proses penciptaannya
melainkan pada penegasan bahwa Allah pemilik mutlak sekaligus penguasa
dari alam semesta, di samping pemeliharaanya.
Berdasarkan pendekatan maudhui-tanzili sekaligus melibatkan teori
munasabah, ayat-ayat berisi penjelasan mengenai Maha Karya Allah swt.
seperti penciptaan alam, selalu mengawali ayat-ayat berisi penjelasan
mengenai tauhid. Sehingga, setiap penafsiran mengenai penciptaan alam
semesta harus bermuara pada ketauhidan.

Lampiran
Penafsiran Makna & Mekanisme Pemisahan Langit Dan Bumi



Dan apakah orang-orang yang kafr tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (Q.S. al-Anbiya
[21]:30)
Ayat di atas menjelaskan bahwa langit dan bumi asalnya bersatu, lalu
keduanya dipisah. Inilah awal terciptanya materi, energi, dan waktu.
Para ahli tafsir berbeda pendapat
berpisahnya langit dan bumi.

tentang

makna

bersatu

dan

Pendapat pertama: langit dan bumi pada asalnya bersatu padu (melekat),
lalu Allah memisah keduanya dengan udara.
Pendapat kedua: langit pada asalnya bersatu padu, hanya satu thabaqat
(tingkatan), lalu Allah memisah langit itu menjadi tujuh dan demikian pula
bumi pada asalnya bersatu padu, hanya satu thabaqat (tingkatan), lalu Allah
membagi bumi menjadi tujuh.
Pendapat ketiga: langit pada asalnya bersatu padu, tidak menurunkan hujan,
demikian pula bumi tidak menumbuhkan tumbuhan. lalu Allah membelah
langit itu dengan hujan dan bumi dengan tumbuhan.
Pendapat keempat: ayat itu berkaitan dengan penciptaan malam dan siang.
Karena malam diciptakan terlebih dahulu sebelum siang. Lalu Allah
memecahnya sehingga muncul siang.
Menurut Imam at-Thabari pendapat yang paling mendekati kebenaran adalah
pendapat ketiga, yaitu bahwa langit dan bumi itu pada asalnya rapat dari
hujan dan tumbuhan. Maka Allah membuka/membelah/memisah langit
dengan hujan dan bumi dengan tumbuhan. Berdasarkan petunjuk dari
lanjutan ayat tersebut:











.
Menurut at-Thabari, Allah tidak menutup pembicaraan itu dengan
menyebutkan sifat air kecuali yang telah disebut terdahulu adalah sebabsebabnya. (Tafsir at-Thabari, XVIII:443)

Sementara Ibnu Katsir berupaya mengkolaborasi berbagai penafsiran itu,


sehingga beliau mengambil kesimpulan:

,



,






,
,









,




Tidakkah mereka mengetahui bahwa Langit dan bumi dulunya
bersatupadu yakni pada awalnya mereka satu kesatuan, terikat satu sama
lain. Bertumpuk satu diatas yang lainnya, kemudian Allah memisahkan
mereka satu sama lain dan menjadikannya Langit itu tujuh dan Bumi itu
tujuh, dan ia memisahkan antara langit yang terendah dan bumi dengan
udara, maka langit itu menurunkan hujan dan bumi menumbuhkan
tanaman. (Tafsir Ibnu Katsir, V:339)
Adapun mekanisme pemisahannya, Alquran dan hadis tidak merincinya. Para
ilmuwan muslim meyakini bahwa mekanisme pemisahan ini melalui ledakan
besar, yang kemudian dikenal dengan teori big bang
Penafsiran Tujuh Langit
Di dalam Alquran terdapat pembahasan tentang tujuh langit yang tersebar
pada tujuh ayat sebagai berikut:



1. ..... Dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikannya
tujuhlangit ..... (Al-Baqarah: 29)










2. Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih
kepada Allah ..... (Al-Isra: 44)


(









3. Katakanlah: "Siapakah yang memiliki tujuh langit dan 'arasy yang
besar"(Al-Mu'minun: 86)

4.

Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia
mewahyukan kepada tiap-tiap langit urusannya ..... (Fushshilat: 12)

5. Allah-lah Yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi .....(AIThalaq: 12)

6. Yang telah menjadikan tujuh langit berlapis-lapis. (AI-Mulk: 3)











7. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan
tujuhlangit bertingkat-tingkat? (Nuh: 15)
Di antara keseluruhan penafsiran beragam yang membahas tujuh langit,
berikut ini adalah penafsiran yang paling tepat menurut kami, yaitu maksud
dari tujuh langit (samwt sab) adalah makna hakiki dari tujuh langit yang
ada. Yaitu, yang dimaksud dengan langit di sini bukanlah planet, melainkan
kumpulan dari bintang-bintang dan kosmos angkasa. Dan maksud dari angka
tujuh merupakan angka jumlah yang telah kita kenal, bukan angka yang
mengindikasikan arti banyak.
Hanya saja, di dalam ayat-ayat lain Alquran ditemukan bahwa seluruh apa
yang kita lihat dari bintang-bintang, planet, galaksi, dan meteor-meteor
berkaitan dengan rangkaian langit pertama. Oleh karena itu, di balik kosmos
agung ini, terdapat enam kosmos lain (enam langit) yang satunya lebih baik
dari yang lainnya. Dan keenam kosmos ini paling tidak hingga hari ini
berada di luar jangkauan ilmu pengetahuan manusia.
Dalam surat Ash-Shaffat [37], ayat 6 difirmankan:
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan
bintang-bintang.
Dan dalam surat Fushshilat [41], ayat 12 difirmankan:
... dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang ....
Dan terdapat pula makna yang sama dengan sedikit perbedaan dalam surat
Al-Mulk [67], ayat 5 difirmankan:
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintangbintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, ....
Benar apabila dikatakan bahwa sains kita saat ini belum bisa membuka tabir
kekaburan dari keenam kosmos yang lainnya. Akan tetapi, hal ini sama sekali
bukan merupakan dalil penafian keberadaan tatanan kosmos tersebut dari
pandangan ilmiah. Dan bisa jadi di masa yang akan datang, rahasia dari
teka-teki ini akan bisa terungkap.
Bahkan, penelitian ilmiah sebagian astrolog membuktikan bahwa saat ini,
indikasi dari keberadaan alam lain telah bisa terlihat dari jauh. Salah satunya
adalah apa yang sebelumnya dikatakan oleh Pusat Penelitian Astrologi
Polumor yang terkenal tentang keagungan dunia sebagaimana yang
sebelumnya pernah kami nukilkan. Dan klaim yang menjadi saksi atas

pendapat kami, akan kami ulangi di sini, Dengan menggunkan teropong


milik Pusat Penelitian Astrologi Polumor telah ditemukan berjuta-juta galaksi
baru, yang sebagiannya mempunyai jarak dari kita sejauh beribu juta tahun
cahaya. Akan tetapi, di seberang jarak ribuan juta tahun cahaya ini terdapat
ruang udara yang luar biasa luas dan gelap gulita di mana tidak ada sesuatu
pun terlihat di sana.
Tanpa ragu lagi, di dalam ruang udara yang luar biasa luas dan gulita
tersebut terdapat ratusan juta galaksi di mana tatanan kosmos yang berada
di samping kita terjaga keseimbangannya dengan gravitasi yang dimiliki oleh
galaksi tersebut. Keseluruhan dunia yang terlihat sangat agung dan
mempunyai ratusan juta galaksi ini hanyalah butiran kecil yang tak bisa
diperhitungkan dibandingkan dengan dunia yang lebih besar, dan kita masih
saja tidak mempunyai keyakinan bahwa dalam keluasan dunia kedua
tersebut tidak ada lagi dunia yang lain.
Di tempat lain, salah seorang ilmuwan dalam artikel panjang menulis
tentang keberadaan mikrokosmos yang agung ini, setelah sebelumnya
menyebutkan keajaiban galaksi-galaksi yang ada dalam pasal-pasalnya yang
luar biasa mendalam dan memaparkan tentang fariasinya yang
mengagumkan yang semua itu didasarkan pada hitungan tahun cahaya. Ia
mengatakan, Hingga di sini para ahli perbintangan sepakat bahwa mereka
baru menjalani separuh perjalanan dalam mengenali fenomena-fenomena
yang bisa terlihat dari dunia dengan keagungannya, dan masih ada lagi
ruang hampa lain yang belum bisa ditemukan di mana persoalan ini harus
dicari jawabannya.
Dengan demikian, kosmos-kosmos yang hingga sekarang telah ditemukan
oleh manusia dengan segala keluarbiasaan yang dimilikinya hanyalah
merupakan sisi kecil dari mikrokosmos yang besar dan luas ini dan bisa
direlevansikan dengan persoalan tujuh langit.
berputar mengelilingi sumbunya dan pada dinding-dindingnya menempel
bintang-bintang. Karena itu penyebutan tujuh langit adalah makna hakiki
dari tujuh langit yang ada. Yaitu, yang dimaksud dengan langit di sini
bukanlah planet, melainkan kumpulan dari bintang-bintang dan kosmos
angkasa. Dan seluruh apa yang kita lihat dari bintang-bintang, planet,
galaksi, dan meteor-meteor berkaitan dengan rangkaian langit pertama.
Oleh karena itu, di balik kosmos agung ini, terdapat enam kosmos lain (enam
langit). Dan keenam kosmos ini paling tidak hingga hari ini berada di luar
jangkauan ilmu pengetahuan manusia.
Oleh Ust. Amin Saefullah Muchtar

[1] Salah satu teori mengenai terciptanya alam semesta bahwa alam
semesta tercipta dari sebuah ledakan kosmis sekitar 10-20 milyar tahun
yang lalu, mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan) alam
semesta. Sebelum terjadinya ledakan kosmis tersebut, seluruh ruang
materi dan energi terkumpul dalam sebuah titik. Pada dasarnya teori ini
diturunkan dari perhitungan rumit khususnya perhitungan matematika dan
fisika tingkat tinggi dan pengamatan gerak bintang berbilang puluhan tahun.
Boleh dibilang teori bigbang adalah penemuan sains terbesar abad 20.
Menurut Dr. Agus Purwanto (ahli fisika teoritis lulusan Universitas Hiroshima,
Jepang) Saat Bing Bang adalah saat terjadinya ruang, waktu, dan isinya
yakni radiasi. Jadi bukan terjadinya bumi atau sistem tata surya. Kejadian
bumi, gunung dan penghuninya merupakan kejadian belakangan yakni 11
miliar tahun setelah Big Bang. Jadi, selama 11 miliar tahun pula jagat raya
berlangsung tanpa bumi dan kehidupan. Yang ada hanya benda-benda ruang
angkasa seperti bintang, quasar, dan nebula protosolar (Lihat, Ayat-ayat
Semesta, 2008:306).
[2] Dihitung berdasarkan teori penciptaan langit-Bumi sittatu ayyam (1
yaum=1000 tahun) dan teori masa penciptaan Adam hingga kenabian
Muhamad sekitar 6000 tahun. Adam diciptakan 6000 tahun setelah
penciptaan langit & bumi dan Adam hidup selama 960 tahun. Masa Adam
hingga Nuh (1200 th), dari Nuh hingga Ibrahim (1240 th), dari Ibrahim
hingga Musa (565 th), dari Musa hingga Daud (569 th), dari Daud hingga Isa
(1356 th), dari Isa hingga Muhamad (600 th). (Lihat, Tarikh Dimasqa, I:I).
[3] lihat hadis al-Bukhari di halaman berikutnya

Anda mungkin juga menyukai