Allah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk
menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengucapkan kepadanya
jadilah lalu jadilah ia.
Ayat ini menegaskan bahwa Allah pemilik mutlak dari alam semesta dan
penguasa alam yang tidak dapat disangkal, di samping pemeliharaanya yang
maha pengasih. Karena kekuasaan-Nya bila Ia hendak menciptakan bumi
dan langit, Dia hanya mengatakan jadilah.
Secara umum ayat-ayat Alquran tentang penciptaan alam dapat dipetakan
melalui dua pendekatan: (1) maudhui-mushaf, yaitu pengelompokan ayatayat tentang penciptaan alam yang tersebar di berbagai surat sesuai dengan
yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) yang
Maha pemurah, Maka Tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih
mengetahui (Muhammad) tentang Dia.
f. as-Sajdah [32]:4,
Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak
ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula)
seorang pemberi syafa'at. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?
g. Fushilat [41]:9-12,
9.
10. dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya.
11.
kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa".
keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
12. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan
pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaikbaiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.
h. Qaf [50]:38
dan Sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa
keletihan.
i. al-Hadid [57]:4
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia
bersemayam di atas arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi
dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa
yang naik kepada-Nya. dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada.
dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
j. an-Naziat [79]:27-33
Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah
membinanya[ 27], Dia
meninggikan
bangunannya
lalu
menyempurnakannya [28], dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan
menjadikan siangnya terang benderang [29], dan bumi sesudah itu
dihamparkan-Nya [30], ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan
(menumbuhkan)
tumbuh-tumbuhannya [31]. dan
gunung-gunung
dipancangkan-Nya dengan teguh [32], (semua itu) untuk kesenanganmu dan
untuk binatang-binatang ternakmu [33].
Adapun secara maudhui-tanzili, ayat-ayat Alquran tentang penciptaan
alam terdapat di surat Makiyyah (turun di Mekah sebelum hijrah) dan
Madaniyyah (turun di Madinah). Berikut ini disebutkan secara berurutan
ayat-ayat tentang penciptaan alam yang turun di Mekah: Qaf:38 [urutan ke34 makiyyah], al-Araf:54 [urutan ke-39 makiyyah], al-Furqan:59 [urutan ke42 makiyyah], Yunus:3 [urutan ke-51 makiyyah], Hud:7 [urutan ke-52
makiyyah], Fushilat:9-12 [urutan ke-61 makiyyah], al-Anbiya:30 [urutan ke73 makiyyah], as-Sajdah:4 [urutan ke-75 makiyyah], dan an-Naziat:2733[urutan ke-81 makiyyah]. Sedangkan yang turun di Madinah surat alHadid:4 [urutan ke-8 madaniyyah]
Pengertian Sama (
) dan Ardh (
)
Pada ayat-ayat tersebut di atas terdapat dua istilah yang senantiasa disebut,
yakni al-sama (langit) dan al-ardh (bumi). Ungkapan langit dan bumi
merupakan petunjuk yang mewakili semua jagat alam raya ini. Adapun
kenapa bumi yang disebut, hal itu dikarenakan keterikatan kita dengannya
dimana kita hidup dan tinggal di atas permukaan bumi. Sedangkan
penyebutan kata langit, hal itu dikarenakan kedekatan kita dengan langit
yang menjadi obyek penglihatan kita, sekaligus sebagai sumber hujan yang
bermanfaat untuk menumbuhkan berbagai tumbuhan yang kita butuhkan
dan juga sebagai makanan binatang ternak kita.
Sebagai catatan bahwa di dalam Alquran, kata as-sama (bentuk tunggal)
disebut sebanyak 109 kali. Sedangkan dalam bentuk jamak (as-samawat)
185 kali. Adapun kata al-ardh (dengan beberapa variasinya) disebut
sebanyak
461
kali. Di mana 80
surat
hanya
menyebut
dalam
bentuk mufrad(tunggal) saja dan tidak pernah muncul dalam bentuk jamak.
Adapun berjumlah tujuh, penyebutannya hanya secara implisit pada surat
Ath-Thalaq [65]: 12.
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah
Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar
meliputi segala sesuatu.
Kata ardh (
) dalam Alquran biasa diartikan sebagai "bumi". Akan tetapi,
tidak semua kata itu diartikan demikian, karena pada beberapa ayat, antara
lain ayat-ayat di atas, digunakan untuk menginformasikan penciptaan alam
semesta dengan sistem tata surya (solar system) yangbelum terbentuk
Selain itu ketika menyebut khalaqa as-samawat wal ardh (penciptaan langit
dan bumi), pada ayat-ayat itu disertai kata sittati ayyam. Dan kata itu selalu
diawali oleh kata fi yang menunjukkan suatu proses yang kontinyu, tanpa
ada jeda. Sedangkan ketika menyebut khalaqal ardh digunakan kata
yaumain. Demikian pula ketika menyebut faqadhahunna terkait dengan
penciptaan langit.
Jika ditilik dari urutan pembahasan ayat-ayat tersebut, maka penetapan
tujuh langit berada pada bagian paling akhir rangkaian penciptaan. Namun,
mengingat alam semesta senantiasa berproses, maka menetapkan di sini
tidak bisa disamakan dengan menyelesaikan. Yang selesai bukanlah fisik
langit atau alam semesta, melainkan hukum-hukumnya. Dengan hukumhukum itulah, alam semesta terus menerus berproses.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penciptaan alam
semesta terjadi melalui sejumlah tahapan yang kontinyu: dimulai dengan
penciptaan dari ketiadaan, penciptaan baru dari ciptaan-ciptaan
sebelumnya, hingga penetapan hukum-hukum alam.
Pada riwayat Al Bukhari: Dia menciptakan Bumi dalam Dua hari, artinya pada
Minggu dan Senin. Dia meletakan Gunung-gunung yang kokoh di atasnya,
menumbuhkan yang bermanfaat, menakar untuk perlengkapan yang
dibutuhkan manusia, artinya pada Selasa dan Rabu, jadi dengan dua hari
sebelumnya menjadi empat hari
Kemudian Dia meninggikan (Istawa ila) langit dan dan langit itu masih
merupakan asap..melengkap dan menyelesaikan ciptaannya seperti 7 langit
dalam dua hari, artinya Kamis dan Jumat
Pada riwayat Muslim, Abu Hurairah melaporkan bahwa Nabi menggenggam
tanganku dan berkata: Allah yang Maha Agung dan Mulia menciptakan:
Tanah pada hari Sabtu dan Gunung pada hari Minggu dan Pepohonan pada
hari Senin dan Segala yang berkaitan kelengkapan pekerjaan pada Selasa
dan cahaya pada hari Rabu dan Dan menyebarkan Binatang pada hari Kamis
dan Adam setelah ashar pada hari Jumat, ciptaan terakhir pada hari Jumat
antara Sore dan Malam.
Tiga riwayat mengenai penciptaan langit dan bumi di atas, sudah
menegaskan bahwa: Bumi diciptakan terlebih dahulu baru kemudian langit.
Masih mengenai Surat 41:11 Kemudian Dia menuju kepada penciptaan
langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu..
Dalam Asbabun Nuzul surat Al Ikhlas [112]:1-4: Katakanlah: Dia-lah Allah,
Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia.
Riwayat Abu Syaikh di dalam kitabul Adhamah dari Aban yang bersumber
dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar menghadap kepada
Nabi saw. dan berkata: Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari
cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit
dari asap, dan bumi dari buih air. Cobalah terangkan kepada kami tentang
Tuhanmu. Rasulullah saw. tidak menjawab, sehingga turunlah Jibril
membawa wahyu surat ini (Q.s.112:1-4) yang melukiskan sifat Allah.
Dari hadis di atas, kita ketahui bahwa tidak ada penolakan mengenai asal
muasal Langit, Adam, Iblis dan Bumi.
Terdapat fakta menarik yang disebutkan di surat Fushilat [41], yaitu setelah
penciptaan Bumi, Langit masih beberbentuk kabut kemudian hadis
mengisyaratkan pernyataan yang sama dari kaum yahudi bahwa langit
diciptakan dari kabut sehingga penciptaan semesta dari agama-agama
Abrahamik lebih mendekati hipotesis kabut daripada hipotesis Big Bang.
Surat Fushilat [41], ad-Dzariat [51], al-Anbiya [21] dan an-Naziat [79]
termasuk golongan makiyah (sebelum Hijrah ke Medinah, 620 M) dan urutan
turunnya surat adalah tertera demikian. Surat al-Ikhlas [112], ada yang
(Sahih Bukhari, hadis No. 608, yang diterangkan Anas Bin Malik, yaitu saat
perjalanan Isra-Mira, naik hingga langit ke-7, dikatakan oleh Nabi Muhamad
bahwa Ia dibawa keliling langit dan kemudian Ia lihat ditepi Sungai, Ia lihat
Istana yang dibangun dari Mutiara dan Jamrud.
Dalam Sahih Bukhari hadis No.345, diriwayatkan dari Abu Dzar, Nabi
berkata, Saat ia mencapai Langit pertama. Ia berjumpa Adam bersama jiwajiwa anak cucunya pada sisi kanan dan kiri Adam, dimana yang dikanannya
merupakan penghuni Surga dan dikirinya adalah penghuni neraka..
Dalam Sahih Bukhari hadis No. 426, diriwayatkan dari Malik Bin Sasaa, Nabi
berkata ketika Ia mencapai langit ke 7, Ia bertemu Ibrahim disana dan
melihat Bait-Al-Mamur (Rumah Allah) yang didalamnya 70.000 malaikat
yang berbeda yang melakukan sholat setiap harinya. Ia lihat pula Sidrat-ulMuntaha, Buah Nabk, daun seperti telinga gajah, dan empat sungai: Saihan,
Jaihan, Nil dan Euphrate
Dalam Shahih Bukhari hadis No.227 dan Sahih Muslim, hadis No 6807, Abu
Hurairah meriwayatkan Nabi bersabda, Saihan, Jaihan, Euphrates dan Nil
adalah nama-nama sungai di Firdaus.
Kesimpulan
1.
dan selalu memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (tak henti
menelaah fenomena alam);
Makna Arsy ((
)
Arsy ( ) (adalah bentuk mashdar dari kata kerja arasya yarisyu
(
arsyan (
(
) yang berarti bangunan, singgasana, istana
atau tahta. Di dalam Alquran, kata arsy dan kata yang seasal dengan itu
disebut 33 kali. Kata arsy mempunyai banyak makna, tetapi pada umumnya
yang dimaksudkan adalah singgasana atau tahta Tuhan.
Pengertian arsy ((
) , menurut para ulama:
A.
Rasyid Ridha dalam Tafsr al-Manr menjelaskan bahwa arsy ((
)
merupakan pusat pengendalian segala persoalan makhluk-Nya di alam
semesta. Penjelasan Rasyid Rida itu antara lain didasarkan pada
Surat Yunus (10): 3, Kemudian Dia bersemayam di atas arsy (= (
singgasana) untuk mengatur segala urusan.
2. Jalaluddin as-Suyuthi (Penulis tafsir Ad-Durr al-Mantsr f Tafsr bi al-Matsr)
menjelaskan, berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari
Wahhab ibnu Munabbih bahwa Allah swt. Menciptakan arsy ( ) (dan kursi
(kedudukan) dari cahaya-Nya. Arsy ( ) (itu melekat pada kursi. Para
malaikat berada di tengah-tengah kursi tersebut. Arsy ( ) (dikelilingi oleh
empat buah sungai, yaitu: 1) sungai yang berisi cahaya yang berkilauan; 2)
sungai yang bermuatan salju putih berkilauan; 3) sungai yang penuh dengan
air; dan 4) sungai yang berisi api yang menyala kemerahan. Para malaikat
berdiri di setiap sungai tersebut sambil bertasbih kepada Allah swt. Di arsy (
(
) juga terdapat lisn (bahasa) sebanyak bahasa makhluk di alam
semesta. Setiap lisn bertasbih kepada Allah swt. Berdasarkan bahasa
masing-masing.
3. Abu asy-Syaikh mempunyai pendapat yang berbeda dengan pendapat asSuyuti di atas, ia berpendapat bahwa arsy ( ) (itu diciptakan dari permata
zamrud hijau, sedangkan tiang-tiang penopangnya dibuat dari permata yakut
merah. Di arsy ( ) (terdapat ribuan lisn (bahasa), sementara di bumi
Allah swt menciptakan ribuan umat. Setiap umat bertasbih kepada Allah swt
dengan bahasa arsy () (. Pendapat ini berdasarkan hadis Rasulullah saw.
Yang diterima Abu asy-Syaikh dari Hammad.
Lebih lanjut tentang asal-usul penciptaan arsy () (, Abu asy-Syaikh juga
meriwayatkan hadis dari asy-Syabi yang menerangkan bahwa Rasulullah
saw. Bersabda, Arsy ( ) (itu terbikin dari batu permata yakut merah.
Kemudian, satu malaikat memandang kepada arsy ( ) (dengan segala
keagungan yang dimilikinya. Lalu, Allah swt berfirman kepada malaikat
tersebut, Sesungguhnya Aku telah menjadikan engkau memiliki kekuatan
yang sebanding dengan kekuatan 7.000 malaikat. Malaikat itu dianugerahi
70.000 sayap. Kemudian, Allah swt menyuruh malaikat itu terbang. Malaikat
itu pun terbang dengan kekuatan dan sayap yang diberikan Allah swt ating
mana saja yang dikehendaki Allah swt. Sesudah itu, malaikat tersebut
berhenti dan memandang ating arsy () (. Akan tetapi, ia merasakan
seolah-olah ia tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya terbang semula. Hal
ini memperlihatkan betapa besar dan luasnya arsy ( ) (Allah itu.
Gambaran fisik arsy ( ) (merupakan hal yang gaib, yang tak seorang pun
mampu mengetahuinya, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Abbas di dalam
riwayat Ibnu Abi Hatim. Ibnu Abbas berkata, Tidak atinga yang mampu
mengetahui berapa besar ukuran arsy () (, kecuali penciptanya sematamata. Langit yang luas ini jika dibandingkan dengan luas arsy ( ) (sama
dengan perbandingan di antara luas sebuah kubah dan luas padang sahara.
Di dalam hadis-hadis, urutan
penciptaan Arsy
makhluklainnya diuraikan secara jelas sebagai berikut:
dan makhluk-
(
Sesungguhnya air diciptakan sebelum arasy (H.R. Ahmad dan at-Tirmidzi)
Abi Razin Al-Uqaili bertanya kepada Nabi tentang di mana Allah ketika
sebelum menciptakan segenap makhluk-Nya. Beliau menjawab:
Dia Allah berada di Ama tidak ada hawa di bawah-Nya dan tidak ada pula
hawa di atas-Nya, kemudian Dia menciptakan Arsy-Nya (dan diletakkan) di
atas air. (H.R. Ahmad, al-Musnad, IV:11)
Dari Ibnu Abas, dari Nabi saw., beliau bersabda, Ketika Allah swt.
Menciptakan pena, Dia berkata kepadanya (pena), Tulislah. Maka pada saat
itu berlakulah segala apa yang ditetapkan hingga hari Kiamat (H.R. AtThabrani, al-Mujamul Kabir, XII:69, hadis No. 12.500)
Dari Ibnu Abas, ia berkata, Rasulullah saw. Bersabda, Awal makhluk yang
Allah swt. Ciptakan adalah pena dan ikan, (lalu Dia berkata kepada pena,
Tulislah.) Pena berkata, Apa yang aku tulis? Allah berkata, Segala sesuatu
yang terjadi hingga hari kiamat Lalu Nabi membaca: Nun wal qalam. Nun
adalah ikan, dan al-Qalam adalah pena. (H.R. H.r. At-Thabrani, al-Mujamul
Kabir, XI:433, hadis No. 12.227)
Dari Ibnu Umar, ia berkata, Rasulullah saw. Bersabda, Awal makhluk yang
Allah swt. Ciptakan adalah pena, lalu Dia berkata kepada pena, Tulislah.
Pena berkata, Apa yang aku tulis? Allah berkata, Tulislah apa yang terjadi
hingga hari Kiamat. (H.R. At-Thabrani, Musnad as-Syamiyin, II:398, hadis No.
1572)
Dari Ubadah bin as-Shamit, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah saw.
Bersabda, Makhluk yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena, lalu Dia
berkata kepada pena tersebut, Tulislah. Pena berkata, Apa yang aku tulis?
Allah berkata, Tulislah apa yang akan terjadi dan apa yang telah terjadi
hingga hari Kiamat. (H.R. Ahmad, al-Musnad, V:317, hadis No. 22.759)
:
,
.
Dari Ibnu Abas, ia berkata, Awal makhluk yang Allah swt. Ciptakan adalah
pena, lalu menciptakan Nun. Maka Allah memasukan bumi di atas punggung
Nun (H.R. Ibnu Abu Syaibah, al-Mushannaf, VII:271, hadis No. 36.003)
Peristiwa penulisan yang dilakukan Qalam ini terjadi 50.000 tahun sebelum
penciptaan langit dan bumi, sebagaimana sabda Rasulullah:
Sesungguhnya Allah telah menetapkan taqdir makhluq-Nya 50.000 tahun
sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. (H.R. Muslim)
Allah telah menulis taqdir makhluq-Nya 50.000 tahun sebelum Dia
menciptakan langit dan bumi, dan ketika itu Arsy-Nya ada di atas air. (H.R.
Muslim)
Teks hadis tersebut mengisyaratkan bahwa Arsy Allah dan air termasuk
makhluq yang pertama-tama diciptakan, yaitu tercipta 50.000 tahun
sebelum adanya langit dan bumi.
Kemudian setelah itu Allah menciptakan zaman atau peredaran waktu. Hal
ini diberitakan oleh Rasulullah saw. Dalam sabdanya:
Zaman telah beredar seperti keadaannya, di hari diciptakannya langit dan
bumi, (peredaran zaman itu ialah) setahun dibagi dalam dua belas bulan,
daripadanya ada empat bulan haram... (H.R. Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari,
Kitabul Maghazi, Bab Hajjatil Wada, hadis No. 4406)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menerangkan makna hadis ini: Maka dengan
demikian, telah diketahui bahwa zaman itu telah ada lebih dahulu sebelum
Allah menciptakan matahari dan bulan, juga sebelum Allah menciptakan
malam dan siang. (Lihat, Daqaiqut Tafsir, III:228).
Hadis-hadis di atas menginformasikan bahwa setelah selesai menciptakan
air, Arsy (dan meletakkan Arsy-Nya di atas air), Al-Qalam dan Nun (ikan
besar), dan zaman, kemudian Allah menciptakan bumi, lalu menciptakan
langit yang tujuh dan segenap isi langit dan bumi itu.
Makna (
)
Kata ( bentuk tunggalnya
) di dalam Alquran disebut sebanyak 23 kali
dan tidak pernah berdiri sendiri. Kata tersebut selalu berada di dalam
rangkaian kata-kata lainnya yang mengacu pada pengertian yang
bermacam-macam. Empat kali di antaranya dihubungkan dengan
kata tsaltsun (
) sehingga membentuk kalimat tsaltsatu ayym (
) yang berarti tiga hari. Rangkaian kata ini selanjutnya digunakan untuk
menyebutkan bilangan hari shaum sebagai kafarat bagi orang yang
melakukan pelanggaran (Al-Baqarah [2]: 196).
Tujuh kali dihubungkan dengan kata sittatun (
) sehingga membentuk
frasa sittatu ayym (
),
yang
berarti
enam
hari seperti pada ayat
) yang
) sehingga susunan frasanya menjadi arbaatu ayym (
artinya empat hari. Di dalam Alquran kata tersebut hanya disebut sekali
dan digunakan untuk menyebutkan bilangan hari di dalam menentukan
kadar makanan (Fushshilat [41]: 10).
Pada bagian lain, terdapat pula kata ayym ( ) yang didahului oleh
kata tsamniyah (
sehingga
susunan
frasanya
) ,
)
di
dalam
Alquran
disebut
sebanyak
373 kali. Kata ini
kadang-kadang digunakan untuk menerangkan perjalanan waktu mulai dari
terbit matahari sampai terbenamnya dan kadang-kadang digunakan untuk
menunjukkan zaman, masa, atau periode.
Sama
halnya dengan kata ayym () , kata yaum (
) pun
penggunaannya selalu dirangkaikan dengan kata lain di dalam Alquran.
Misalnya, dirangkaikan dengan kata al-khir (
) sehingga susunannya
menjadi al-yaum ul-khir (
) , yang digunakan untuk menerangkan
saat mana tidak ada hari lain setelah hari akhir tersebut. Ada pula
kata yaum (
) sehingga
) yang dirangkaikan dengan kata ad-dn (
menjadi yaum ad-dn (
) , yang digunakan untuk menerangkan hari
ketika segala amal perbuatan manusia sewaktu hidup di dunia
diperhitungkan.
Intinya bahwa kata itu dalam Alquran menyatakan waktu yang beraneka
ragam: masa yang abadi dan tidak terhingga panjangnya (Al-Fatihah [1]: 4),
atau 50.000 tahun (Al-Ma`arij [70]: 4), atau 1000 tahun (As-Sajdah [32]: 5,
al-Hajj [22]:4), atau satu zaman (Ali Imran [3]: 140), atau satu hari (AlBaqarah [2]: 184), atau sekejap mata (Al-Qamar [54]: 50), atau masa yang
lebih singkat dari sekejap mata (An-Nahl [16]: 77), atau masa yang tidak
terhingga singkatnya (Ar-Rahman [55]: 29).
Pada kelima ayat di atas ukuran lamanya ( bentuk tunggalnya
) tidak
dirinci. Dalam konteks ini, semua ayat-ayat di atas kami kategorikan sebagai
bayan ijmali.
Selanjutnya kalimat f sittati ayyam digunakan pula dalam surat lain yang
turun kemudian, yaitu surat as-Sajdah:4 (urutan ke-75 makiyyah):
Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy.Tidak
ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula)
seorang pemberi syafaat. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?
Namun pada surat ini disertai dengan penjelasan ukuran hari, yaitu pada
ayat selanjutnya (ayat 5):
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu.
Kata yaum (
) pada ayat ini dihubungkan dengan kalimat kna miqdruhu
alfa sanah
(
= ukurannya seribu tahun). Kata ini
:
(
(Wa kaana arsyuhu alal ma) dan sesungguhnya itu menunjukkan bahwa
arsy dan air, keduanya tempat permulaan alam ini, yaitu alam langit dan
bumi. Seakan-akan mereka hendak menegaskan bahwa air itu asal
materinya dan arsy adalah pusat penentuan dan pengendalian. Tetapi Allah
swt. Menjelaskan kepada kita dalam surat Fushilat bahwa Allah menciptakan
langit dan bumi dari dukhan, dan mungkin untuk dikatakan: sesungguhnya
air yang dinyatakan sebagai dukhan itu dalam keadaannya berupa uap. Atau
materi dukhan itu didominasi uap air. (Tafsir al-Manar, VII:392)
Tahapan Penciptaan Langit dan Bumi
Setelah turun surat Qaf [34]:38, al-Araf [39]:54, al-Furqan [42]:59, Yunus
[51]:3, yang menjelaskan tentang masa dan bahan dasar pembentukan
alam semesta, Allah menjelaskan tahapan enam masa itu melalui surat
Fushilat: 9-12 (urutan ke-61 makiyyah) sebagai berikut:
(ayat 9) Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang
menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu
bagiNya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam. (ayat
10)Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya.
Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya. (ayat 11) Kemudian Dia menuju kepada
penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: Datanglah kamu keduanya menurut perintahKu dengan suka hati atau terpaksa. Keduanya menjawab: Kami ating
dengan suka hati. (ayat 12) Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua
masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi
langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Empat ayat dari surat Fushilat tersebut menunjukkan beberapa aspek,
antara lain:
(1)
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?
Ayat di atas menjelaskan bahwa langit dan bumi asalnya bersatu, lalu
keduanya dipisah. Ungkapan yang digunakan adalah ritqun (padu)
dan fatqun (pisah). Ungkapan ritqun menunjukkan satu kesatuan yang
sempurna dan padat. Sedangkan ungkapan fatqun menunjukkan pecahnya
satu kesatuan itu.
Jika diurutkan berdasarkan metode tanzili, maka ayat ini dapat dikorelasikan
dengan 4 ayat pada surat Fushshilat di atas sebagai berikut: 4 ayat pada
surat Fushilat menjelaskan kronologis tahapan dan isyarat material
pembentukan langit dan bumi. Sedangkan ayat ini mengisyaratkan proses
pembentukannya, yaitubahwa langit dan bumi pada mulanya berasal dari
unsur yang satu dan kemudian menjadi dua bendayang berlainan. Secara
ilustratif dapat diuraikan sebagai berikut: langit dan
bumi
pada
mulanya berasal dari unsur yang satu, yaitu air. Kemudian menjadi dua
benda yang berlainan, yaitu zabad (atom) dan dukhan (hidrogen). Pada
awalnya
kedua
bahan
ini ritqun (bersatu
padu),
kemudian fatqun (terpecah). Dari zabad terbentuk bakal bumi, dan dari
dukhan terbentuk bakal langit.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa makna-makna ayat di
atas tidak sepenuhnya relevan apalagi dianggap memperkuat teori bigbang
yang diungkap para ilmuwan. Sebab dalam teori bigbang dinyatakan
bahwa 300 ribu tahun setelah big bang belum terbentuk ruang. Selanjutnya
bintang-bintang dan galaksi-galaksi mulai terbentuk sekitar 1 milyar tahun
setelah big bang. Secara kronologis dapat diuraikan sebagai berikut:
Alam semesta tercipta dari zarrah-zarrah (partikel-partikel) sub-atom seperti
proton, neutron, elektron danzarah-zarrah sub-atom yang lain (jadi atom
belum terbentuk), dalam keadaan kerapatan dan suhu yang tinggi. Kemudian
terjadi peledakan dahsyat (big bang) sehingga secara bergumpal-gumpal
zarrah-zarrah sub-atom itu terlempar saling menjauh. Kemudian gumpalangumpalan tersebut terpecah-pecah pula menjadi jutaan gumpalan kecilkecil. Selanjutnya setiap gumpalan kecil itu "mengembun" menjadi plasma.
Dari setiap gumpalan kecil plasma itu terbentuklah gugusan bintang-bintang
yang disebut galaxy.
Berdasarkan teori ini diasumsikan bahwa bumi pada mulanya menempel
atau menyatu dengan kumpulan galaksi lain beserta planet-planet atau
benda-benda langit lainnya dalam sebuah bola besar. Lalu bumi yang
ada di bagian celah bola besar tersebut, akibat letusan bola besar ini,
terbanting dan bagian bumi yang menempel tadi menjadi cekungan lautan
dan samudra. Hasil pecahan bola besar itulah yang kemudian menjadi
benda-benda langit atau galaksi-galaksi selain bumi.
penciptaan
fasilitas
bumi
itu dijelaskan
oleh
Rasul sebagai
:
:
- -
Dari Abu Huraerah, ia berkata, Rasulullah saw. Memegang tanganku, lalu
bersabda, Allah menciptakan bumi pada hari Sabtu. Dan menciptakan
gunung-gunung di bumi pada hari Ahad, pohon pada hari Senin, al-makruh
(yang jelek) pada hari Selasa, cahaya pada hari Rabu, dan menyebarkan
makhluk-makhluk yang melata pada hari Kamis, dan menciptakan Adam
pada hari Jumat setelah Ashar sebagai akhir penciptaan di saat-saat akhir
hari Jumat, antara ashar ke malam. (H.R. Muslim, Shahih Muslim, IV:2149;
al-Baihaqi, as-Sunanul Kubra, IV:3)
Abdur Rauf al-Munawi memberi syarah (penjelasan) atas hadis di atas
sebagai berikut:
(
)
)
(
...
(Khalaqallahu at-turbah) yaitu bumi (yaumas sabti) pada lafal itu terdapat
bantahan atas anggapan kaum Yahudi bahwa awal penciptaan alam semesta
itu hari Ahad dan selesai pada hari Jumat, dan beristirahat hari Sabtu (AtTaisir bi Syarh al-jami as-Shagir, I:1050)
Hadis dan keterangan pensyarah di atas menunjukkan bahwa penciptaan
Adam dilakukan setelah selesainya proses penciptaan bumi untuk layak
Lampiran
Penafsiran Makna & Mekanisme Pemisahan Langit Dan Bumi
Dan apakah orang-orang yang kafr tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (Q.S. al-Anbiya
[21]:30)
Ayat di atas menjelaskan bahwa langit dan bumi asalnya bersatu, lalu
keduanya dipisah. Inilah awal terciptanya materi, energi, dan waktu.
Para ahli tafsir berbeda pendapat
berpisahnya langit dan bumi.
tentang
makna
bersatu
dan
Pendapat pertama: langit dan bumi pada asalnya bersatu padu (melekat),
lalu Allah memisah keduanya dengan udara.
Pendapat kedua: langit pada asalnya bersatu padu, hanya satu thabaqat
(tingkatan), lalu Allah memisah langit itu menjadi tujuh dan demikian pula
bumi pada asalnya bersatu padu, hanya satu thabaqat (tingkatan), lalu Allah
membagi bumi menjadi tujuh.
Pendapat ketiga: langit pada asalnya bersatu padu, tidak menurunkan hujan,
demikian pula bumi tidak menumbuhkan tumbuhan. lalu Allah membelah
langit itu dengan hujan dan bumi dengan tumbuhan.
Pendapat keempat: ayat itu berkaitan dengan penciptaan malam dan siang.
Karena malam diciptakan terlebih dahulu sebelum siang. Lalu Allah
memecahnya sehingga muncul siang.
Menurut Imam at-Thabari pendapat yang paling mendekati kebenaran adalah
pendapat ketiga, yaitu bahwa langit dan bumi itu pada asalnya rapat dari
hujan dan tumbuhan. Maka Allah membuka/membelah/memisah langit
dengan hujan dan bumi dengan tumbuhan. Berdasarkan petunjuk dari
lanjutan ayat tersebut:
.
Menurut at-Thabari, Allah tidak menutup pembicaraan itu dengan
menyebutkan sifat air kecuali yang telah disebut terdahulu adalah sebabsebabnya. (Tafsir at-Thabari, XVIII:443)
,
,
,
,
,
Tidakkah mereka mengetahui bahwa Langit dan bumi dulunya
bersatupadu yakni pada awalnya mereka satu kesatuan, terikat satu sama
lain. Bertumpuk satu diatas yang lainnya, kemudian Allah memisahkan
mereka satu sama lain dan menjadikannya Langit itu tujuh dan Bumi itu
tujuh, dan ia memisahkan antara langit yang terendah dan bumi dengan
udara, maka langit itu menurunkan hujan dan bumi menumbuhkan
tanaman. (Tafsir Ibnu Katsir, V:339)
Adapun mekanisme pemisahannya, Alquran dan hadis tidak merincinya. Para
ilmuwan muslim meyakini bahwa mekanisme pemisahan ini melalui ledakan
besar, yang kemudian dikenal dengan teori big bang
Penafsiran Tujuh Langit
Di dalam Alquran terdapat pembahasan tentang tujuh langit yang tersebar
pada tujuh ayat sebagai berikut:
1. ..... Dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikannya
tujuhlangit ..... (Al-Baqarah: 29)
2. Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih
kepada Allah ..... (Al-Isra: 44)
(
3. Katakanlah: "Siapakah yang memiliki tujuh langit dan 'arasy yang
besar"(Al-Mu'minun: 86)
4.
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia
mewahyukan kepada tiap-tiap langit urusannya ..... (Fushshilat: 12)
5. Allah-lah Yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi .....(AIThalaq: 12)
7. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan
tujuhlangit bertingkat-tingkat? (Nuh: 15)
Di antara keseluruhan penafsiran beragam yang membahas tujuh langit,
berikut ini adalah penafsiran yang paling tepat menurut kami, yaitu maksud
dari tujuh langit (samwt sab) adalah makna hakiki dari tujuh langit yang
ada. Yaitu, yang dimaksud dengan langit di sini bukanlah planet, melainkan
kumpulan dari bintang-bintang dan kosmos angkasa. Dan maksud dari angka
tujuh merupakan angka jumlah yang telah kita kenal, bukan angka yang
mengindikasikan arti banyak.
Hanya saja, di dalam ayat-ayat lain Alquran ditemukan bahwa seluruh apa
yang kita lihat dari bintang-bintang, planet, galaksi, dan meteor-meteor
berkaitan dengan rangkaian langit pertama. Oleh karena itu, di balik kosmos
agung ini, terdapat enam kosmos lain (enam langit) yang satunya lebih baik
dari yang lainnya. Dan keenam kosmos ini paling tidak hingga hari ini
berada di luar jangkauan ilmu pengetahuan manusia.
Dalam surat Ash-Shaffat [37], ayat 6 difirmankan:
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan
bintang-bintang.
Dan dalam surat Fushshilat [41], ayat 12 difirmankan:
... dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang ....
Dan terdapat pula makna yang sama dengan sedikit perbedaan dalam surat
Al-Mulk [67], ayat 5 difirmankan:
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintangbintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, ....
Benar apabila dikatakan bahwa sains kita saat ini belum bisa membuka tabir
kekaburan dari keenam kosmos yang lainnya. Akan tetapi, hal ini sama sekali
bukan merupakan dalil penafian keberadaan tatanan kosmos tersebut dari
pandangan ilmiah. Dan bisa jadi di masa yang akan datang, rahasia dari
teka-teki ini akan bisa terungkap.
Bahkan, penelitian ilmiah sebagian astrolog membuktikan bahwa saat ini,
indikasi dari keberadaan alam lain telah bisa terlihat dari jauh. Salah satunya
adalah apa yang sebelumnya dikatakan oleh Pusat Penelitian Astrologi
Polumor yang terkenal tentang keagungan dunia sebagaimana yang
sebelumnya pernah kami nukilkan. Dan klaim yang menjadi saksi atas
[1] Salah satu teori mengenai terciptanya alam semesta bahwa alam
semesta tercipta dari sebuah ledakan kosmis sekitar 10-20 milyar tahun
yang lalu, mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan) alam
semesta. Sebelum terjadinya ledakan kosmis tersebut, seluruh ruang
materi dan energi terkumpul dalam sebuah titik. Pada dasarnya teori ini
diturunkan dari perhitungan rumit khususnya perhitungan matematika dan
fisika tingkat tinggi dan pengamatan gerak bintang berbilang puluhan tahun.
Boleh dibilang teori bigbang adalah penemuan sains terbesar abad 20.
Menurut Dr. Agus Purwanto (ahli fisika teoritis lulusan Universitas Hiroshima,
Jepang) Saat Bing Bang adalah saat terjadinya ruang, waktu, dan isinya
yakni radiasi. Jadi bukan terjadinya bumi atau sistem tata surya. Kejadian
bumi, gunung dan penghuninya merupakan kejadian belakangan yakni 11
miliar tahun setelah Big Bang. Jadi, selama 11 miliar tahun pula jagat raya
berlangsung tanpa bumi dan kehidupan. Yang ada hanya benda-benda ruang
angkasa seperti bintang, quasar, dan nebula protosolar (Lihat, Ayat-ayat
Semesta, 2008:306).
[2] Dihitung berdasarkan teori penciptaan langit-Bumi sittatu ayyam (1
yaum=1000 tahun) dan teori masa penciptaan Adam hingga kenabian
Muhamad sekitar 6000 tahun. Adam diciptakan 6000 tahun setelah
penciptaan langit & bumi dan Adam hidup selama 960 tahun. Masa Adam
hingga Nuh (1200 th), dari Nuh hingga Ibrahim (1240 th), dari Ibrahim
hingga Musa (565 th), dari Musa hingga Daud (569 th), dari Daud hingga Isa
(1356 th), dari Isa hingga Muhamad (600 th). (Lihat, Tarikh Dimasqa, I:I).
[3] lihat hadis al-Bukhari di halaman berikutnya