ISIM MAUSHUL
Disusun oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah nahwu tentang Isim
Maushul dibawah bimbingan dosen Bapak Kholid Masyhari, S.Ag.,M.S.I.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah nahwu tentang Isim Maushul ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar...................................................................................................................... i
Daftar isi............................................................................................................................... ii
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Pembahasan
Kesimpulan............................................................................................................................ 9
Daftar Pustaka....................................................................................................................... 10
A. LATAR BELAKANG
Bahasa arab merupakan pelajaran penting bagi mahasiswa yang beragama islam, karena
kitab suci A termasuk bahasa internasional dan banyak dipelajari oleh para ilmuwan barat
untuk mengkaji peradaban islam. Di dalam hadits dikatakan; “Cintailah bahasa Arab karena
tiga hal, yaitu bahwa saya (Muhammad) adalah orang Arab, bahwa Al Qur`an adalah bahasa
Arab, dan bahasa penghuni surga di dalam surga adalah bahasa Arab.” (HR. Ath-Thabrani)
Bahasa arab juga mempunyai aturan tersendiri dalam penulisannya, dan mempunyai
berbagai macam bentuk kata kerja, kata ganti dan kata sifat. Kata kerja dan kata ganti itu
terbagi lagi kedalam beberapa macam bentuk, seperti pada kata ganti diketahui kata ganti
isyarat (isim al-isyarâh), kata ganti penghubung (al-isim al-maushũl) dan kata ganti penanya
(adawat al-istifhâm). Dalam makalah ini saya akan membahas mengenai al-isim al-
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ISIM MAUSHUL
Isim Maushũl (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan
beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Maksudnya, bahwa setiap
isim ma’rifat itu akan menjadi jelas bila bersambung dengan kalimat sesudahnya, yang
dinamakan Shilah. Shilah (anak kalimat) itu harus memiliki dhamir yang kembali pada
isim maushul, yang dinamakan a’id. Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung semacam
ini diwakili oleh kata: "yang". Bentuk asal atau dasar dari Isim Maushũl adalah : ْ ال َّ ِذي
(yang)1. Perhatikan contoh penggunaan Isim Maushũl dalam menggabungkan dua kalimat
di bawah ini :
Dalam Bab ini Isim Maushũl terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Isim Maushũl Ismi
1
) Arsyad, Azhar, Bahasa Arab dan metode Pengajarannya Cet.II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004 hal 95
Isim Maushũl Ismi adalah Isim Maushũl isim yang selamanya butuh
kepada Shilah dan A’id
ْ “An” dengan
a) Huruf أن dibaca fathah, ini bisa masuk
pada fi’il madli, fi’il mudlori’, fi’il Amar.
َّ َ أ “Anna”
b) Huruf ن
contoh = ًزيْدا
َ َ ت لِ َك ْى تُ ْك ِرما
ُ ِج ْئ “saya datang supaya kamu memuliakan atas
Zaid”
2
) Ibid hal 115
d) Huruf َما “Ma” ada yang berbentuk Masdariyah Dharfiyyah, dan ada
yang Masdariyah Ghairu Dharfiyyah.
e) Huruf لَ ْو “ Lau” huruf ini bisa masuk pada fi’il Madli dan juga fi’il Mudlori’.
َو ْاليَـــــا إ َذا َما ثُنِّيَــــا الَ تُ ْثــــــ ِـ¤ َم ْوصُو ُل اال ْس َما ِء الَّ ِذي األُ ْنثَى الَّتِي
ب
Adapun Isim Mausũl yaitu ال َّ ِذي (jenis laki; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) dan
untuk jenis (perempuan; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) yaitu الَّتِي. Jika keduanya
ditatsniyah-kan (dual), maka huruf Ya’nya jangan ditetapkan atau dibuang.
Contoh = قَا َم جا َء نِ ْي الَ ِّذي َ “datang kepadaku seorang(laki-laki) yang berdiri”.
Contoh = ي الَ ِّذي قَا َم ْ ِجا َء ْتن
َ “datang kepadaku seorang (perempuan) yang berdiri”. 3
3
) Bahaud Din Abdullah ibnu ‘Aqil, Terj. Alfiyah Syarah Ibnu ‘Aqil Jilid 1, Bandung: Sinar Baru Algennsido, 2009
hal 205
ْ َوالنُّ ْو ُن¤ بَلْ َمــا تَلِيْـ ِه أَ ْولِ ِه ْال َعالَ َمـــ ْه
إن تُ ْش َد ْد فَالَ َمالَ َم ْه
Dalam Bab ini Isim Maushũl terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Isim Maushũl Ismi
Isim Maushũl Ismi adalah Isim Maushũl isim yang selamanya butuh
kepada Shilah dan A’id
Contoh : ُ قَا َم اَب ُْوه َجا َء الَ ِّذي = telah datang seseorang yang ayahnya berdiri.
َ
contoh fi’il madli = ز ْي ٌد ْت ِم ْن اَ ْن قَا َم ُ عجب
ِ “saya heran dari telah berdirinya Zaid”.
contoh fi’il mudlori’= ز ْي ٌدَ ْت ِم ْن اَ ْن يَقُ ْو َم
ُ عجب
ِ “saya heran dari berdirinya Zaid”.
contoh fi’il Amar = ن ق ُ ْم
ْ َ بِا ت الَ ْي ِه
ُ ْ اَشَرsaya memberi isyarat dengan perintah berdiri”
َّ َ أ “Anna” “
b) Huruf ن
۬
contoh = ًر ۡح َمة
َ َل ك َ ك ۡٱلڪِتَ ٰـ
َ ِب ي ُۡتلَ ٰى َعلَ ۡي ِه ۚمۡ إِ َّن فِى َذٲل َ أَن َز ۡلنَا َعلَ ۡي أَ َولَمۡ يَ ۡكفِ ِهمۡ أَنَّٓا
ڪ َر ٰى لِقَ ۡو ۬ ٍم ي ُۡؤ ِمنُون
ۡ َو ِذ
“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu
Al Kitab [Al Qur’an] sedang dia dibacakan kepada mereka?Sesungguhnya dalam [Al
Qur’an] itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang
beriman.”(Q.S. Al-Ankabũt : 51)
contoh = ًزيْدا
َ َ ت لِ َك ْى تُ ْك ِرما
ُ ِج ْئ “saya datang supaya kamu memuliakan atas Zaid”
d) Huruf َما “Ma” ada yang berbentuk Masdariyah Dharfiyyah, dan ada
yang Masdariyah Ghairu Dharfiyyah.
e) Huruf لَ ْو “ Lau” huruf ini bisa masuk pada fi’il Madli dan juga fi’il Mudlori’.
(maksudnya: َذا dan ما atau من tersebut, tidak dijadikan satu kata Istifham (kata tanya).
َ ِع ْن َد
Contoh = ك َ َماذا- ك
َ َم ْن ذاَ َجا َء “siapa orang yang datang kepadamu” – “tidak ada
orang yang disampingmu”
5) Bentuk Shilah Isim Maushũl
ْ ض ِم ْي ٌر ا ْن َح َذ
ف َ ص ْد ُر َوصْ لِهَا ْ ض
َ َو¤ ف ْ َأَيُّ َك َما َوأُ ْع ِرب
َ ُت َما لَ ْم ت
ّ أ “Ayyun” dihukumi seperti Isim Maushũl “Ma” (bisa untuk Mudzakkar,
Isim Mausul ي
Muannats, Mufrod, Mutsanna juga Jama’) selagi tidak Mudhaf dan Shadar Silah-nya (‘A-id
yang menjadi permulaan Shilah) adalah berupa Dhamir yang terbuang.
Contoh = قَائِ ٌم ٌ َيُ ْع ِجبُنِي ا “manakah orang yang berdiri yang telah mengagumkanku”
ي
Contoh = قَائِ ٌم ْجبُنِي اَيٌهُ ْم هُ َو
ِ يُع “manakah kaum yang telah mengherankanku yang mana
dia orang yang berdiri”[9]
َ ِف ُخف
ضا ُ ك َح ْذ
ٍ ْف َما بِ َوص َ َك َذا ٍ اض بَ ْع َد أَ ْم
َ َـر ِم ْن ق
ضى َ َكأ َ ْن
ٍ َت ق
Seperti itu juga (banyak digunakan dan jelas) yaitu pembuangan ‘Aid yang dikhofadkan atau
َ أَ ْن ( takdirannya: اضيْه
ٍ َت ق
dijarkan oleh kata sifat. Seperti lafadz اض َ أَ ْن ) setelah Fi’il
ِ َت ق
َ َق.
Amarnya lafadz ضى
َ أَ ْن
ٍ َت ق
Contoh = اض ِ فَا ْق “maka putuskanlah apa yang henda
ض َما
ٍ َق
Contoh = اض َ ض َما أَ ْن
ت ِ فَا ْق “maka putuskanlah apa yang hendak kamu
putuskan..”(Q.S. Tha-Hâ: 72)
ُ ْ َك ُمـــ َّر بِــالَّ ِذي َم َرر¤ َْك َذا الَّ ِذي ُج َّر بِ َما ْال َم ْوص ُْو َل َجر
ْت فَهْــ َو بــَــر
Demikian juga (sering membuang Aid pada Shilah Maushũl) yaitu Aid yang dijarkan oleh
Huruf yang mengejarkan Isim Maushũlnya (dengan ‘Amil yang seragam).
ُ َْم َرر
Contoh = ت ُمـــ َّر بِــالَّ ِذي (takdirannya: ت بِ ِه
ُ ْ) ُمـــ َّر بِــالَّ ِذي َم َرر “berjalanlah
kamu dengan orang yang mana saya telah bertemu”
KESIMPULAN
Isim Maushũl (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan
beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Maksudnya, bahwa setiap isim
ma’rifat itu akan menjadi jelas bila bersambung dengan kalimat sesudahnya, yang
dinamakan Shilah.
Isim Maushũl (Kata Sambung) ada 6 bentuk ِ َاللَّت,الَّتِي, الَّ ِذي َْن,الَّ َذا ِن,الَّ ِذي, dan
ان
الالئ/ الالتي.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar, Bahasa Arab dan metode Pengajarannya Cet.II; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004
Bahaud Din Abdullah ibnu ‘Aqil, Terj. Alfiyah Syarah Ibnu ‘Aqil Jilid 1, Bandung:
Sinar Baru Algennsido, 2009
Fahmi, Akrom, Ilmu Nahwu dan Saraf (Tata Bahasa Arab) Prakis dan Aplikatif. Cet.
I; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995
Gulayani, Mustafa, Jami’ al- Durus al- Arabiyyah, Semarang: al- syifa. 1991
Hafid, Abd. Karim, Pedoman & Petunjuk Pengajaran dalam Membaca Kitab Kuning.
Makassar: Alauddin Press. 2009
Hasyimi, Ahmad, al-Qawaid al- Asasiyah li al- Lughah al- Arabiyah, Bairut: Dar al-
Qutub al-‘Ilmiah, 1354 H.
Iman Saiful Mu’minin, Kamus Ilmu Nahwu dan Shraf, Jakarta: Sinar Grafik Offset,
2008
Jasim, Ali & Mustafa Amin, Nahwu al- Wadi fi Qawaid al- Lughah al-‘Arabiy.
Moh. Nuri, H. Mustafa. Tuntunan Praktis Memahami Bahasa Arab II, Makassar:
Fakultas Adab dan Humaniora, IAIN Alauddin Makassar. 1993.