Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH QIROATUL KUTUB

ISIM MAUSHUL

Guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Qiroatul Kutub


Dosen Pengampu : Bapak Kholid Masyhari, S.Ag.,M.S.I.

Disusun oleh :

Aida Falahah : NIM 18106051010

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah nahwu tentang Isim
Maushul dibawah bimbingan dosen Bapak Kholid Masyhari, S.Ag.,M.S.I.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah nahwu tentang Isim Maushul ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Semarang , Desember 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar...................................................................................................................... i

Daftar isi............................................................................................................................... ii

Bab I : Pendahuluan

1.1. Latar Belakang.................................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
1.3. Tujuan................................................................................................................. 1

Bab II : Pembahasan

A. Pengertian isim maushul.............................................................................. 2


B. Pembagian isim maushul.............................................................................. 3
C. Bentuk isim maushul................................................................ …………….5

Bab III : Penutup

Kesimpulan............................................................................................................................ 9

Daftar Pustaka....................................................................................................................... 10
A. LATAR BELAKANG

Bahasa arab merupakan pelajaran penting bagi mahasiswa yang beragama islam, karena
kitab suci A termasuk bahasa internasional dan banyak dipelajari oleh para ilmuwan barat
untuk mengkaji peradaban islam. Di dalam hadits dikatakan; “Cintailah bahasa Arab karena
tiga hal, yaitu bahwa saya (Muhammad) adalah orang Arab, bahwa Al Qur`an adalah bahasa
Arab, dan bahasa penghuni surga di dalam surga adalah bahasa Arab.” (HR. Ath-Thabrani)
Bahasa arab juga mempunyai aturan tersendiri dalam penulisannya, dan mempunyai
berbagai macam bentuk kata kerja, kata ganti dan kata sifat. Kata kerja dan kata ganti itu
terbagi lagi kedalam beberapa macam bentuk, seperti pada kata ganti diketahui kata ganti
isyarat (isim al-isyarâh), kata ganti penghubung (al-isim al-maushũl) dan kata ganti penanya
(adawat al-istifhâm). Dalam makalah ini saya akan membahas mengenai al-isim al-

maushũl [  ‫الموصول‬ ‫االسم‬ ] atau kata ganti penghubung beserta contoh-contohnya.

B.    RUMUSAN MASALAH

1.    Apa yang dimaksud dengan isim maushul ?


2.    Pembagian isim maushul ?
3.    Bentuk isim maushul ?

C.    TUJUAN

1.    Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud isim maushul


2.    Mahasiswa mampu mengetahui pembagian isim maushul
3.    Mahasiswa mampu mengenal bentuk isim maushul

.   
BAB II
PEMBAHASAN

A.  PENGERTIAN ISIM MAUSHUL

Isim Maushũl (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan
beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Maksudnya, bahwa setiap
isim ma’rifat itu akan menjadi jelas bila bersambung dengan kalimat sesudahnya, yang
dinamakan Shilah.  Shilah (anak kalimat) itu harus memiliki dhamir  yang kembali pada
isim maushul, yang dinamakan a’id. Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung semacam

ini diwakili oleh kata: "yang". Bentuk asal atau dasar dari Isim Maushũl adalah :  ْ‫ ال َّ ِذي‬ 
(yang)1. Perhatikan contoh penggunaan Isim Maushũl dalam menggabungkan dua kalimat
di bawah ini :

Kalimat I   ُ‫جا َء ْال ُمدَرِّس‬ 


َ = “datang guru itu”.
ْ
Kalimat II  َ‫الفِ ْقه‬ ُ‫ اَ ْل ُمدَرِّ سُ يَ ْدرُس‬ = “guru itu mengajar fiqh”.
ْ ُ‫ َجا َء ْال ُمدَرِّ سُ الَّ ِذيْ يَ ْدرُس‬ = “datang guru yang mengajar fiqh”.
Kalimat III   َ‫الفِ ْقه‬

Kalimat III menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushũl:  ْ‫ ال َّ ِذي‬.

B.      PEMBAGIAN ISIM MAUSHŨL

Dalam Bab ini Isim Maushũl terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Isim Maushũl Ismi

1
) Arsyad, Azhar, Bahasa Arab dan metode Pengajarannya Cet.II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004 hal 95
Isim Maushũl Ismi adalah Isim Maushũl isim yang selamanya butuh
kepada Shilah dan A’id

Contoh :  ُ ‫قَا َم اَب ُْوه‬ ‫جا َء الَ ِّذي‬ 


َ = telah datang seseorang yang ayahnya berdiri.

2. Isim Maushũl Harfi


Isim Maushũl Harfi adalah semua huruf yang
dengan shilahnya di ta’wili dengan Masdar [2].
Sedangkan Isim Maushũl Harfi itu ada lima macam:

ْ   “An” dengan
a)     Huruf  ‫أن‬ dibaca fathah, ini bisa masuk
pada fi’il madli, fi’il mudlori’, fi’il Amar.

contoh fi’il madli = ‫ز ْي ٌد‬


َ ‫ْت ِم ْن اَ ْن قَا َم‬ ُ ‫عجب‬
ِ  “saya heran dari telah berdirinya Zaid”.
contoh fi’il mudlori’= ‫ز ْي ٌد‬َ ‫ْت ِم ْن اَ ْن يَقُ ْو َم‬
ُ ‫عجب‬
ِ   “saya heran dari berdirinya Zaid”.
contoh fi’il Amar = ‫ق ُ ْم‬ ‫ت الَ ْي ِه بِا َ ْن‬
ُ ْ‫ اَشَر‬ “saya memberi isyarat dengan perintah
berdiri”

َّ َ‫ أ‬ “Anna”
b)    Huruf ‫ن‬

contoh =  ‫ك‬ َ ‫ك ۡٱلڪِتَ ٰـ‬


َ ِ‫ب ي ُۡتلَ ٰى َعلَ ۡي ِه ۚمۡ‌ إِ َّن فِى َذٲل‬ َ ‫نز ۡلنَا َعلَ ۡي‬
َ َ‫ أ‬ ‫أَ َولَمۡ يَ ۡكفِ ِهمۡ أَنَّٓا‬
ۡ ‫لَ َر ۡح َم ۬ةً َو ِذ‬
‫ڪ َر ٰى لِقَ ۡو ۬ ٍم ي ُۡؤ ِمنُون‬
“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan
kepadamu Al Kitab [Al Qur’an] sedang dia dibacakan kepada mereka?Sesungguhnya
dalam [Al Qur’an] itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang
yang beriman.”(Q.S. Al-Ankabũt : 51)2

ْ ‫ َك‬ “Kai” hanya bisa masuk pada fi’il mudlori’ saja.


c)      Huruf ‫ى‬

contoh = ً‫زيْدا‬
َ َ ‫ت لِ َك ْى تُ ْك ِرما‬
ُ ‫ ِج ْئ‬ “saya datang supaya kamu  memuliakan atas
Zaid”

2
) Ibid hal 115
d)     Huruf ‫ َما‬  “Ma” ada yang berbentuk Masdariyah Dharfiyyah, dan ada
yang  Masdariyah Ghairu Dharfiyyah.

Contoh Masdariyah Dharfiyyah = ً ‫ُم ْنطَلِقا‬ َ ‫ اَل اَصْ َحب َُك ما َ ُد ْم‬ “saya


‫ت‬ tidak bisa
menemanimu selama kamu pergi”

Contoh Masdariyah Ghairu Dharfiyyah = ً‫زيْدا‬


َ َ َ ‫ْت ِمما‬
َ ‫ض َرب‬
‫ْت‬ ُ ‫عجب‬
ِ  “saya heran
tentang pukulanmu kepada Zaid”

e)     Huruf ‫ لَ ْو‬ “ Lau” huruf ini bisa masuk pada fi’il Madli dan juga fi’il Mudlori’.

Contoh fi’il Madli = ‫ز ْي ٌد‬


َ ‫ت لَ ْو قا َ َم‬ُ ‫ َو ِد ْد‬  “saya senang jika Zaid sudah berdiri”
Contoh fi’il Mudlori’ = ‫ز ْي ٌد‬ َ ‫ت لَ ْو يَقُ ْو ُم‬ُ ‫ َو ِد ْد‬    “saya senang  jika Zaid berdiri”

C. BENTUK-BENTUK  ISIM MAUSHUL

1) Bentuk Isim Maushũl Mufrad (tunggal) dan Mutsanna (dual)

‫ َو ْاليَـــــا إ َذا َما ثُنِّيَــــا الَ تُ ْثــــــ ِـ‬¤ ‫َم ْوصُو ُل اال ْس َما ِء الَّ ِذي األُ ْنثَى الَّتِي‬
‫ب‬

Adapun Isim Mausũl yaitu   ‫ال َّ ِذي‬  (jenis laki; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) dan
untuk jenis (perempuan; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) yaitu ‫الَّتِي‬. Jika keduanya
ditatsniyah-kan (dual), maka huruf Ya’nya jangan ditetapkan atau dibuang.

Contoh =  ‫قَا َم‬ ‫جا َء نِ ْي الَ ِّذي‬ َ “datang kepadaku seorang(laki-laki) yang berdiri”.
Contoh =  ‫ي الَ ِّذي قَا َم‬ ْ ِ‫جا َء ْتن‬ 
َ “datang kepadaku seorang (perempuan) yang berdiri”. 3

3
) Bahaud Din Abdullah ibnu ‘Aqil, Terj. Alfiyah Syarah Ibnu ‘Aqil Jilid 1, Bandung: Sinar Baru Algennsido, 2009
hal 205
ْ ‫ َوالنُّ ْو ُن‬¤ ‫بَلْ َمــا تَلِيْـ ِه أَ ْولِ ِه ْال َعالَ َمـــ ْه‬
‫إن تُ ْش َد ْد فَالَ َمالَ َم ْه‬

3. PEMBAGIAN ISIM MAUSHŨL

Dalam Bab ini Isim Maushũl terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.      Isim Maushũl Ismi
Isim Maushũl Ismi adalah Isim Maushũl isim yang selamanya butuh
kepada Shilah dan A’id

Contoh :  ُ ‫قَا َم اَب ُْوه‬ ‫ َجا َء الَ ِّذي‬  = telah datang seseorang yang ayahnya berdiri.

2.      Isim Maushũl Harfi


Isim Maushũl Harfi adalah semua huruf yang
dengan shilahnya di ta’wili dengan Masdar [2]. Sedangkan Isim Maushũl Harfi itu ada
lima macam :
ْ  “An” dengan
a)     Huruf  ‫أن‬ dibaca fathah, ini bisa masuk
pada fi’il madli, fi’il mudlori’, fi’il Amar.

َ
contoh fi’il madli =  ‫ز ْي ٌد‬ ‫ْت ِم ْن اَ ْن قَا َم‬ ُ ‫عجب‬
ِ  “saya heran dari telah berdirinya Zaid”.
contoh fi’il mudlori’=  ‫ز ْي ٌد‬َ ‫ْت ِم ْن اَ ْن يَقُ ْو َم‬
ُ ‫عجب‬
ِ  “saya heran dari berdirinya Zaid”.
contoh fi’il Amar = ‫ن ق ُ ْم‬
ْ َ ‫بِا‬ ‫ت الَ ْي ِه‬
ُ ْ‫ اَشَر‬saya memberi isyarat dengan perintah berdiri”
َّ َ‫ أ‬ “Anna”  “
b)    Huruf ‫ن‬
۬
contoh =  ً‫ر ۡح َمة‬
َ َ‫ل‬ ‫ك‬ َ ‫ك ۡٱلڪِتَ ٰـ‬
َ ِ‫ب ي ُۡتلَ ٰى َعلَ ۡي ِه ۚمۡ‌ إِ َّن فِى َذٲل‬ َ ‫ أَن َز ۡلنَا َعلَ ۡي‬ ‫أَ َولَمۡ يَ ۡكفِ ِهمۡ أَنَّٓا‬
‫ڪ َر ٰى لِقَ ۡو ۬ ٍم ي ُۡؤ ِمنُون‬
ۡ ‫َو ِذ‬
“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu
Al Kitab [Al Qur’an] sedang dia dibacakan kepada mereka?Sesungguhnya dalam [Al
Qur’an] itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang
beriman.”(Q.S. Al-Ankabũt : 51)

ْ ‫ َك‬ “Kai” hanya bisa masuk pada fi’il mudlori’ saja.


c)      Huruf ‫ى‬

contoh = ً‫زيْدا‬
َ َ ‫ت لِ َك ْى تُ ْك ِرما‬
ُ ‫ ِج ْئ‬ “saya datang supaya kamu  memuliakan atas Zaid”
d)     Huruf  ‫ َما‬  “Ma” ada yang berbentuk Masdariyah Dharfiyyah, dan ada
yang  Masdariyah Ghairu Dharfiyyah.

Contoh Masdariyah Dharfiyyah = ً ‫ُم ْنطَلِقا‬ َ ‫ك ما َ ُد ْم‬


‫ت‬ َ ُ‫ اَل اَصْ َحب‬ “saya tidak bisa
menemanimu selama kamu pergi”

Contoh Masdariyah Ghairu Dharfiyyah = ً‫زيْدا‬


َ َ َ ‫ْت ِمما‬
َ ‫ض َرب‬
‫ْت‬ ُ ‫عجب‬
ِ   “saya heran
tentang pukulanmu kepada Zaid”

e)     Huruf ‫ لَ ْو‬ “ Lau” huruf ini bisa masuk pada fi’il Madli dan juga fi’il Mudlori’.

Contoh fi’il Madli = ‫ز ْي ٌد‬


َ ‫ت لَ ْو قا َ َم‬ُ ‫ َو ِد ْد‬  “saya senang jika Zaid sudah berdiri”
Contoh fi’il Mudlori’ = ‫ز ْي ٌد‬ َ ‫ت لَ ْو يَقُ ْو ُم‬ُ ‫ َو ِد ْد‬  “saya senang  jika Zaid berdiri”

3)    Bentuk Isim Maushũl Mutlaq (Umum)

ِ ‫َو َم ْن َو َما َوأَلْ تُ َس‬


ْ‫اوي َما ُذ ِكر‬
Adapun Isim Mausũl ‫َما‬ ,‫ َم ْن‬  , dan  ْ‫ أَل‬  adalah menyamakan hukumnya dengan Isim Mausũl
yang telah disebut sebelunnya. (artinya: bisa digunakan untuk Laki-laki,
Perempuan, mufrad, mutsanna, atau Jamak).
ُ ‫قَا‬
Contoh =  ،‫م ْوا‬ ْ ‫ قَا َم‬ ‫ َو َم ْن‬،‫ قَا َم‬ ‫َجا َء نِ ْي َم ْن‬
 ‫ َو َم ْن‬،‫ قَا َمتَا‬ ‫ َو َم ْن‬ ،‫ قَا َما‬ ‫ َو َم ْن‬ ‫ـ‬،‫ت‬
‫ قُ ْم َن‬ ‫ َو َم ْن‬ “datang kepadaku seorang (laki-laki) yang berdiri, (perempuan) yang berdiri,
(dua orang laki-laki) yang berdiri, (dua orang  perempuan) yang berdiri, mereka (laki-laki)
yang berdiri, mereka (perempuan) yang berdiri”

4)    Bentuk Isim Maushũl Dza ( ‫) َذا‬

‫ أَ ْو َم ْن إ َذا لَ ْم تُ ْل َغ فِي ْال َكالَ ِم‬¤ ‫ـام‬


ِ َ‫َو ِم ْث ُل َما َذا بَ ْع َد َما ا ْستِ ْفه‬
Isim Mausũl  ‫ َذا‬  statusnya sama dengan isim Mausũl  ‫ َما‬ (dipakai untuk tunggal, dual, jamak,

laki-laki dan perempuan), dengan syarat (1)  ‫ َذا‬  jatuh

sesudah  ‫ما‬  Istifham atau  ‫من‬ Istifham, (2);  ‫ َذا‬ tidak dibatalkan didalam Kalam

(maksudnya:  ‫ َذا‬ dan  ‫ما‬ atau  ‫من‬  tersebut, tidak dijadikan satu kata Istifham (kata tanya).

َ ‫ِع ْن َد‬
Contoh = ‫ك‬ َ‫ َماذا‬- ‫ك‬
َ ‫ َم ْن ذاَ َجا َء‬ “siapa orang yang datang kepadamu” – “tidak ada
orang yang disampingmu”

5)    Bentuk Shilah Isim Maushũl

‫ق ُم ْشتَ ِملَ ْه‬ َ ‫ َعلَى‬¤ ‫صلَـ ْه‬


ٍ ِ‫ض ِمي ٍْر الَئ‬ َ ‫َو ُكلُّهَــا يَ ْل‬
ِ ُ‫ـز ُم بَ َعــ َده‬
Setiap Isim-Isim Mausũl ditetapkan adanya Shilah (jumlah atau kalimat keterangan)
setelahnya, yang mencakupi atas Dhamir yang sesuai (ada Dhamir atau ’Aid yang kembali
kepada Isim Mausũl)[6].
Contoh =

َ ‫ الَ ِّذي َْن‬-‫ض َر ْبتُهُ َما‬


 ‫ض َر ْبتُهُ ْم‬ ِ ‫ والَ ِّذ‬- ُ‫ض َر ْبتُه‬
َ ‫ان‬ َ ‫ َجا َء نِ ْي الَ ِّذي‬ “datang kepadaku
seorang (laki-laki) yang saya pukul, dan (dua) orang yang saya pukul, dan mereka yang
saya pukul”
َ ‫ والاَّل تِي‬-‫ض َر ْبتُهُ َما‬
‫ض َر ْبتُه َُّن‬ ِ َ‫ والَّت‬-‫ض َر ْبتُهَا‬
َ ‫ان‬ َ ‫ت الَّتِي‬
ِ َ‫ َجائ‬ “datang kepadaku
seorang (perempuan) yang saya pukul, dan (dua) orang yang saya pukul, dan mereka yang
saya pukul”

ْ‫بِ ِه َك َم ْن ِع ْن ِدي الَّ ِذي ا ْبنُهُ ُكفِل‬¤ ْ‫صل‬


ِ ‫أو ِش ْبهُهَا الَّ ِذي ُو‬
ْ ٌ‫َو ُج ْملَة‬
Shilah yang tersambung oleh Isim Mausũl, biasanya terdiri dari Jumlah atau Shibhul
Jumlah (serupa jumlah).

Contoh =  ‫ي الَ ِّذي‬


ْ ِ‫ن‬ َ ‫ ِع ْن َد‬ “datang kepadaku seorang yang ada disampingmu”
‫ َجا َء‬ ‫ك‬
Contoh =  ‫ي الَ ِّذي‬
ْ ِ‫ن‬ ‫ َجا َء‬ ‫فِي ال َّد ِر‬  “datang kepadaku seorang yang didalam rumah”
ِ ‫ب األَ ْف َع‬
ْ‫ال قَل‬ ِ ‫ َو َك ْونُهَا بِ ُم ْع َر‬¤ ْ‫صــلَةُ أَل‬
ِ ٌ‫ص ِري َْحة‬
َ ٌ‫َوصــفَة‬

Bentuk Sifat Sharihah (Isim Fai’l atau Isim Maf’ul atau Sifat Musyabbah)

merupakan Shilah untuk Isim Mausul  ‫ال‬ “Al”, sedangkan Shilah-nya yang berupa Fi’il


Mu’rob (Fi’il Mudhori’) jarang adanya.

Contoh isim fa’il =  ٌ‫َّارب‬


ِ ‫الض‬ ‫جا َء نِ ْي‬ 
َ “datang kepadaku orang yang memukul”
ٌ ‫نِ َي ال َمضْ ر‬
Contoh isim maf’ul = ‫ُوب‬ ‫ َجا َء‬ “datang kepadaku orang yang dimukul”
Contoh sifat musyabbihat =  ُ ‫َوجْ هُه‬ ‫ َجا َء نِ ْي ال َح َس ُن‬ “datang kepadaku orang yang
memiliki wajah tampan”[8]

6)    Bentuk Isim Maushũl  Ayyun  ( ٌّ‫ ) أَي‬dan Shilahnya

ْ ‫ض ِم ْي ٌر ا ْن َح َذ‬
‫ف‬ َ ‫ص ْد ُر َوصْ لِهَا‬ ْ ‫ض‬
َ ‫ َو‬¤ ‫ف‬ ْ َ‫أَيُّ َك َما َوأُ ْع ِرب‬
َ ُ‫ت َما لَ ْم ت‬
ّ ‫ أ‬ “Ayyun” dihukumi seperti Isim Maushũl “Ma” (bisa untuk Mudzakkar,
Isim Mausul ‫ي‬
Muannats, Mufrod, Mutsanna juga Jama’) selagi tidak Mudhaf dan Shadar Silah-nya (‘A-id
yang menjadi permulaan Shilah) adalah berupa Dhamir yang terbuang.

Contoh =  ‫قَائِ ٌم‬ ٌ َ‫يُ ْع ِجبُنِي ا‬  “manakah orang yang berdiri yang telah mengagumkanku”
‫ي‬
Contoh =  ‫قَائِ ٌم‬ ‫ْجبُنِي اَيٌهُ ْم هُ َو‬
ِ ‫يُع‬ “manakah kaum yang telah mengherankanku yang mana
dia orang yang berdiri”[9]

Contoh =  ‫قَائِ ٌم‬ ٌ َ‫ْجبُنِي ا‬


‫ي هُ َو‬ ِ ‫يُع‬ “manakah orang yang telah mengherankanku yang mana
dia orang yang berdiri”

7)      Bentuk Pembuangan Shadar Shilah (‘Aid Majrur )

َ ِ‫ف ُخف‬
‫ضا‬ ُ ‫ك َح ْذ‬
ٍ ْ‫ف َما بِ َوص‬ َ ‫َك َذا‬ ٍ ‫اض بَ ْع َد أَ ْم‬
َ َ‫ـر ِم ْن ق‬
‫ضى‬ َ ‫َكأ َ ْن‬
ٍ َ‫ت ق‬

Seperti itu juga (banyak digunakan dan jelas) yaitu pembuangan ‘Aid yang dikhofadkan atau

َ ‫ أَ ْن‬ ( takdirannya: ‫اضيْه‬
ٍ َ‫ت ق‬
dijarkan oleh kata sifat. Seperti lafadz ‫اض‬ َ ‫ أَ ْن‬ ) setelah Fi’il
ِ َ‫ت ق‬
َ َ‫ق‬.
Amarnya lafadz  ‫ضى‬

َ ‫أَ ْن‬
ٍ َ‫ت ق‬
Contoh =  ‫اض‬ ِ ‫فَا ْق‬ “maka putuskanlah apa yang henda
‫ض َما‬
ٍ َ‫ق‬
Contoh =  ‫اض‬ َ ‫ض َما أَ ْن‬
‫ت‬ ِ ‫فَا ْق‬  “maka putuskanlah apa yang hendak kamu
putuskan..”(Q.S. Tha-Hâ: 72)

ُ ْ‫ َك ُمـــ َّر بِــالَّ ِذي َم َرر‬¤ ْ‫َك َذا الَّ ِذي ُج َّر بِ َما ْال َم ْوص ُْو َل َجر‬
ْ‫ت فَهْــ َو بــَــر‬
Demikian juga (sering membuang Aid pada Shilah Maushũl) yaitu Aid yang dijarkan oleh
Huruf yang mengejarkan Isim Maushũlnya (dengan ‘Amil yang seragam).

ُ ْ‫َم َرر‬
Contoh = ‫ت‬ ‫ ُمـــ َّر بِــالَّ ِذي‬ (takdirannya: ‫ت بِ ِه‬
ُ ْ‫) ُمـــ َّر بِــالَّ ِذي َم َرر‬ “berjalanlah
kamu dengan orang yang mana saya telah bertemu”
KESIMPULAN
Isim Maushũl (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan
beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Maksudnya, bahwa setiap isim
ma’rifat itu akan menjadi jelas bila bersambung dengan kalimat sesudahnya, yang
dinamakan Shilah.

Isim Maushũl terbagi menjadi dua bagian, yaitu:


1. Isim Maushũl Ismi
2. Isim maushul harfi

Isim Maushũl (Kata Sambung) ada 6 bentuk ِ َ‫اللَّت‬,‫الَّتِي‬,‫ الَّ ِذي َْن‬,‫الَّ َذا ِن‬,‫الَّ ِذي‬, dan
‫ان‬
‫الالئ‬/‫ الالتي‬.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar, Bahasa Arab dan metode Pengajarannya Cet.II; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004

Bahaud Din Abdullah ibnu ‘Aqil, Terj. Alfiyah Syarah Ibnu ‘Aqil Jilid 1, Bandung:
Sinar Baru Algennsido, 2009

Fahmi, Akrom, Ilmu Nahwu dan Saraf (Tata Bahasa Arab) Prakis dan Aplikatif. Cet.
I; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995

Gulayani, Mustafa, Jami’ al- Durus al- Arabiyyah, Semarang: al- syifa. 1991

Hafid, Abd. Karim, Pedoman & Petunjuk Pengajaran dalam Membaca Kitab Kuning.
Makassar: Alauddin Press. 2009

Hasyimi, Ahmad, al-Qawaid al- Asasiyah li al- Lughah al- Arabiyah, Bairut: Dar al-
Qutub al-‘Ilmiah, 1354 H.

Iman Saiful Mu’minin, Kamus Ilmu Nahwu dan Shraf, Jakarta: Sinar Grafik Offset,
2008

Jasim, Ali & Mustafa Amin, Nahwu al- Wadi fi Qawaid al- Lughah al-‘Arabiy.

Moh. Nuri, H. Mustafa. Tuntunan Praktis Memahami Bahasa Arab II, Makassar:
Fakultas Adab dan Humaniora, IAIN Alauddin Makassar. 1993.

Syekh Syamsuddin Muhammad Araa’ini, Ilmu Nahwu, Bandung: Sinar Baru


Algennsido, 2010

Anda mungkin juga menyukai