PENCEGAHAN KORUPSI
Disusun Oleh:
Nim : 2011102441064
Kelas : A1
SAMARINDA 2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil Alamiinn, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan pemahaman
ilmu kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini, guna menyelesaikan
Projek Akhir Semester Kewarganegaraan .
Karya ilmiah ini berjudul “PENCEGAHAN KORUPSI” saya mengambil tema besar ini
dikarenakan banyak sekali contoh tindakan korupsi yang ada disekitar kita, baik itu secara
terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.
Karya ilmiah ini saya buat agar dapat menambah pemahamman para pembaca tentang korupsi
beserta cara mencegahnya.
Sekian pengantar dari saya semoga isi dari makalah ini bisa menambah wawasan kita semua.
20 Desember 2021
Penulis
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
a. Faktor Internal.................................................................................................................. 4
2.4 Dampak Yang Terjadi Akibat Adanya Tindakan Korupsi Di Indonesia ............................. 5
a. Demokrasi ........................................................................................................................ 5
b. Ekonomi ........................................................................................................................... 5
c. Nepotisme/Patronage ....................................................................................................... 6
ii
2.6 Hukuman Pidana Terhadap Koruptor .................................................................................. 7
BAB III
PENUTUP..................................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................... 13
iii
ABSTRAK
Korupsi adalah penyelewengan tugas dan penggelapan uang negara atau perusahaan
untuk keuntungan pribadi maupun orang lain. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu
orang. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan dan biasa terjadi pada badan publik atau
masyarakat umum. Penyebab adanya tindakan korupsi berasal dari aspek individu, organisasi,
dan peraturan yang ada. Dampak dari tindakan korupsi dapat merusak perekonomian negara,
demokrasi dan kesejahteraan umum.
Di tengah makin maraknya korupsi yang dilakukan oleh pejabat publik yang notabene
sebagian besar berasal dari kader-kader Partai Politik, sudah sewajarnya partai politik (Parpol)
ikut bertanggungjawab dan berperan dalam tindakan penanggulangan korupsi. Faktor-faktor
yang melatarbelakangi pejabat publik melakukan perbuatan korupsi yang sebagian besar
ditengarai berasal dari kader-kader partai politik (parpol) serta melihat peran partai politik dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. untuk menuntaskan kasus korupsi melalui
kebijakan-kebijakan berdasarkan peraturan yang berkaitan dengan pemberantasan kasus korupsi.
Walau demikian, masih banyak kasus korupsi yang belakangan terjadi dan penyelesaian
cenderung terlihat tidak ditangani dengan serius dan berbelit-belit.
Berbagai upaya dan tindakan melalui berbagai pendekatan telah dilakukan oleh aparat
penegak hukum untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi yang sudah berjalan
bertahun-tahun di negara ini. Tanggungjawab partai politik (parpol) dapat dimulai dari rekrutmen
kader partai sebelum didistribusikan ke berbagai jabatan publik di pemerintahan. Partai politik
juga bertanggungjawab terhadap kader yang terlibat tindak pidana korupsi dengan tidak
menghalangi penegak hukum dalam proses penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Korupsi merupakan gejala masyarakat yang sangat sulit untuk diberantas. Sejarah
membuktikan, hampir setiap Negara dihadapkan pada masalah korupsi. Tak hanya
‘menjangkiti’ pejabat publik yang menyalahgunakan kewenangannya, kini korupsi juga
mewabah pada perorangan. Menyikapi keadaan ekonomi yang kian memburuk, tak sedikit
yang menilai bahwa berbagai permasalahan yang timbul adalah karena telah berurat-
akarnya praktik-praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN). Praktik tercela ini disinyalir
sudah menjadi bagian dari budaya, sehingga dalam pikiran banyak orang terkesan sebagai
sesuatu yang lumrah untuk dikerjakan, meskipun secara moral dan hukum diakui sebagai
hal yang salah.
Korupsi adalah kejahatan yang berkembang secara dinamis dari waktu ke waktu.
Apabila sebelumnya orang hanya mengenal kerugian Negara dan suap-menyuap, saat ini
korupsi sudah berkembang menjadi penggelapan dalam jabatan, perbuatan curang,
pemerasan, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi. Di masa mendatang,
korupsi bisa saja berkembang lagi secara dinamis, karena korupsi mengikuti pola hidup
manusianya yang materialis. Karena bergerak secara dinamis, penegakan hukum dalam
pemberantasan korupsi tidak bisa hanya dengan mengandalkan cara-cara konvensional.
Oleh karena itu, penanganannya juga membutuhkan suatu tindakan penanganan luar biasa.
Selain itu, tuntutan ketersediaan perangkat hukum yang sangat luar biasa dan canggih serta
profesionalitas lembaga yang menangani korupsi pun tidak dapat dielakkan lagi.
1
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membentuk sebuah lembaga
penegak hukum baru dalam sistem peradilan pidana, yaitu Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (KPK) yang ditetapkan dalam UndangUndang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai amanat dari Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Selain pembentukan lembaga KPK, peraturan dan regulasi juga perlu dibenahi
sehingga tidak ada lagi celah bagi wabah korupsi untuk bertumbuh kembang.
Dapat menjadi materi pemahaman yang bisa meredakkan kasus korupsi diindonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Korupsi berasal dari bahasa latin : corruption dari kata kerja corrupere yang
artinya menggoyahkan, memutar balik, rusak, menurut Transparency international
korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun pegawai
negeri secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada
mereka.
Pengertian korupsi ialah perilaku buruk yang dilakukan pejabat publik secara tidak wajar
atau tidak legal untuk memperkaya diri sendiri, kelompok atau golongan.
Dari sudut pandang hukum, tindakan korupsi mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan dan sarana
Perbuatan melawan hukum
Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi
Merugikan keuangan negara
Pengertian korupsi dijelaskan dalam UU No 31 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak
pidana.
3
2.2 Ciri-ciri Korupsi
1. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang. Pelaku korupsi biasa tidak bekerja
sendiri tetapi mereka akna saling bekerja sama dan saling menutupi tindak korupsinya
sehingga dalam mengendusan terhadap tindakan mereka dapat ditangani.
2. Korupsi pada umumnya melibatkan keserba rahasiaan. Hal ini karena sifat korupsi sendiri
yang merupakan tindakan buruk dan dapat mencoreng nama baiknya sebagai pemimpin
maupun keluarga atau partai yang ia geluti sehingga tindakan korupsi harus ia tutupi
untuk menjaga nama baik dan mengindari hukuman.
3. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik. Seperti
menyelewengkan tugas dan mengkhianati kesepakatan.
4. Berusaha menyelubungi perbuatannya dengan berlindung dibalik perlindungan hukum
5. Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan keputusan-keputusan
yang tegas dan mereka yang mampu untuk mempengaruhi keputusan-keputusan itu
6. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan publik atau
masyarakat umum
7. Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan
8. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif
9. Perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan pertanggung jawaban dalam
masyarakat.
4
2.4 Dampak Yang Terjadi Akibat Adanya Tindakan Korupsi Di Indonesia
a. Demokrasi
korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik dengan cara
menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan badan legislatif mengurangi
akuntabilitas dan perwakilan pada pembentukan kebijaksanaan. Kemudian korupsi di sistem
pengadilan menghentikan ketertiban hukum dan korupsi di pemerintahan publik menghasilkan
ketidak seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan
institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat
diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi
mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.
b. Ekonomi
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekomomi dengan membuat distorsi dan ketidak
efisienan yang tinggi. Dalam sektor prifat, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian
dari pembayaran ilegal. ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko
pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi
mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru.
Dan muncul pula kesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat
aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga,
korupsi juga mengacaukan "lapangan perniagaan". Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi
dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.
5
c. Kesejahteraan Umum Negara
Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga
negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan pemberi
sogok, bukannya rakyat luas. contoh bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi
perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil . Politikus-politikus "pro-
bisnis" ini hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang memberikan
sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka.
a. Penyuapan Penyuapan
dapat dijelaskan sebagai suatu pertukaran yang rahasia dan tidak bertanggung
jawab. Penyuapan selalu dilakukan melalui berbagai strategi tergantung dimana
pertukaran dilakukan; oleh karena itu, perbedaan yang terjadi antara negara yang
berbeda yang terkait dengan penyuapan lebih bersifat kuantitatif daripada
struktural.
b. Pembelian Suara
Sejak politisi harus bekerja keras memenangkan dan menguasai pemilih mereka.
Pemimpin politik terkadang percaya bahwa tidak terdapat alternatif lain daripada
membeli suara untuk memenangkan Pemilu46. Pembelian suara dapat dilihat
sebagai suatu strategi yang digunakan oleh partai politik mempertahankan
kekuasaan mereka.
c. Nepotisme/Patronage
6
merupakan hubungan keluarga. Ketika jabatan akan ditunjuk dalam kedua kasus
tersebut, pejabat public (truster) harus mengikuti perintah politisi (fiduciary)
untuk melaksanakan pelayanan khusus kepada pendukung pemilih pemimpin
politik (koruptor). Terkadang, pemimpin politik juga membutuhkan suatu
persentase gaji klien untuk mendukung pergerakan politik mereka.
d. Pembiayaan Kampanye
a. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan
paling lama 20 tahun
b. Pidana tambahan perampasan barang bergerak atau tidak nergerak yang diperoleh
dari tindak korupsi
c. Pidana mati dapat dituju pada otang yang melawan hukum atau merugikan
perekonomian negara
Korupsi tidak hanya menyangkut suap, tapi juga bicara mengenai masyarakat
ekonomi lemah, yang masih sering menjadi sumber daya yang perannya belum
maksimal di tengah suatu ngara. Karena itu sangat penting untuk memahami
berbagai jenis korupsi untuk mengembangkan respons yang cerdas, dan sesuai
dengan kebutuhan suatu negara.
7
b. Akhiri Impunitas
Penegakan hukum yang efektif sangat penting untuk memastikan para koruptor
dihukum dan memutus siklus impunitas, kebebasan dari hukuman atau kerugian.
Pendekatan penegakan hukum yang baik harus didukung oleh kerangka hukum
yang kuat, cabang penegakan hukum dan sistem pengadilan yang independen dan
efektif. Sedangkan masyarakat sipil sendiri dapat mendukung proses tersebut
dengan melakukan inisiatif tertentu seperti kampanye yang dilakukan secara
bijak, dan tetap memperhatikan hukum. Pasalnya menghukum pihak yang terlibat
korupsi adalah komponen vital dari setiap upaya anti korupsi yang efektif.
Kontribusi masyarakat di setiap aspek bagian negara yang masih relevan, dapat
membantu pemerintahan. Untuk itu dalam hal ini sangat perlu untuk melakukan
identifikasi prioritas, masalah, dan menemukan solusi. Setiap kontribusi yang
diberikan masyarakat akan sangat bermanfaat untuk kemajuan suatu negara,
meskipun hanya dapat dilakukan dalam skala kecil. Misalnya dengan melakukan
inisiatif pemantauan masyarakat dalam beberapa kasus berkontribusi pada deteksi
korupsi, mengurangi kebocoran dana, meningkatkan kuantitas dan kualitas
layanan publik.
e. Memanfaatkan Teknologi
Saat ini teknologi yang menunjang segala aktivitas masyarakat, bahkan dengan
teknologi seperti internet siapapun dapat melakukan tindakan pencegahan baik di
8
tingkat global dan lokal, yang dapat disesuaikan dengan skala dan ruang lingkup
itu sendiri. Sehingga sangat disarankan untuk masyarakat dapat memanfaatkan
teknologi dan ikut terlibat dengan cara yang bijaksana.
Salah satu yang menyebabkan korupsi susah untuk dilacak adalah saat pejabat
publik melakukan pencucian uang dan menyembunyikannya di negara lain.
Sehingga sangat perlu bagi pusat keuangan untuk memiliki sistem yang maju, dan
mampu menghentikan transaksi gelap yang terjadi.
g. Menetapkan Standar
Jika bicara soal korupsi tentunya tidak akan terlepas dari analisa kekuatan pasar,
perilaku, dan sosial. Karena semua aspek yang telah disebutkan mengadopsi
standar integritas yang baik, maka hasil yang diberikan juga akan positif.
Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan membentuk suatu
lembaga yang independen yang khusus menangani korupsi. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari tingkat
kepolisisan, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan. Pengadilan
adalah jantungnya penegakan hukum yang harus bersikap netral, artinya tidak
memihak, jujurdan adil. Banyak kasus korupsi yang tidak terjerat oleh hukum
karena kinerja pihak peradilan yang sangat buruk.
Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat
publik untuk melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki,
9
baik sebelum maupun sesudah menjabat. Dengan demikian masyarakat dapat
memantau tingkat kewajaran peningkatan jumlah kekayaan yang dimiliki
khususnya apabila ada peningkatan jumlah kekayaan setelah usai menjabat.
Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan dengan melakukan korupsi
dialihkan kepemilikannya kepada orang lainmisalnya anggota keluarga.
nilai-nilai anti korupsi atau Budaya Anti Korupsi (BAK). Proses tersebut
dilakukan melalui proses pendidikan yang terencana, sistematis, terus menerus
dan terintegrasi, sejak usia dini hingga ke perguruan tinggi. Demikian juga
sosialisasi dan internalisasi nilai anti korupsi tersebut dilakukan kepada seluruh
komponen masyarakat dan aparatur pemerintah di pusat dan daerah, lembaga
tinggi negara, BUMN, BUMD, sehingga nilai sosial anti korupsi atau Budaya
Anti Korupsi (BAK) menjadi gerakan nasional dan menjadi kebiasaan hidup
seluruh komponen bangsa Indonesia, menuju kehidupan yang adil makmur dan
sejahtera.
10
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, melaksanakan praktek-praktek yang
sehat dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya serta melibatkan masyarakat
luas dalam memantau dan mendorong perbaikan kinerja instansi pemerintah.
Banyak sekali hambatan dalam pemberantasan korupsi. Terlebih bila korupsi sudah
secara sistemik mengakar dalam segala aspek kehidupan sebuah masyarakat di sebuah negara.
Beragam cara dicoba, namun praktek korupsi tetap subur dan berkembang baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya. Perlu dipahami bahwa tidak ada satu konsep tunggal yang dapat
menjawab bagaimana korupsi harus dicegah dan diberantas. Semua cara, strategi dan upaya
harus dilakukan dalam rangka memberantas korupsi.
Upaya yang paling tepat untuk memberantas korupsi adalah menghukum seberat-
beratnya pelaku korupsi. Faktanya kita sudah memiliki berbagai perangkat hukum untuk
memberantas korupsi yaitu peraturan perundang-undangan. Kita memiliki lembaga serta aparat
hukum yang mengabdi untuk menjalankan peraturan tersebut baik kepolisian, kejaksaan dan
pengadilan. Kita bahkan memiliki sebuah lembaga independen yang bernama Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) yang yang kesemuanya dibentuk salah satunya untuk
memberantas. Namun apa yang terjadi? Korupsi tetap tumbuh subur dan berkembang pesat.
Sedihnya lagi, dalam realita ternyata lembaga dan aparat yang telah ditunjuk tersebut dalam
beberapa kasus justru ikut menumbuhsuburkan korupsi yang terjadi di Indonesia.
11
Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa bekal pendidikan (termasuk pendidikan
agama) memiliki peran yang sangat penting untuk mencegah korupsi. Pertanyaannya, benarkah
demikian?. Yang cukup mengejutkan, nyatanya negara-negara yang tingkat terjadinya korupsi
cenderung tinggi adalah negara-negara yang mayoritas masyarakatnya cendurung sangat taat
dalam beragama. Adapula pendapat mengatakan, korupsi adalah suatu penyakit yang menempel
pada semua aspek kehidupan masyarakat dan sulit untuk disembuhkan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korupsi adalah perbuatan yang ilegal dalam memperkaya diri, akibatnya kurangnya pendapat
negara dan kurangnya kepercayaan terhadap pemerintah. korupsi adalah kejahatan kemanusiaan
yang memiliki dampak yang luas dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
1. Adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna melakukan
partisipasi politik dan kontrol sosial dengan bersifat acuh tak acuh.
2. Menanamkan aspirasi Nasional yang positif, yaitu mengutamakan kepentingan
Nasional.
3. Para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, memberantas dan menindak
korupsi.
4. Adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan menghukum
tindak korupsi.
5. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintah, melalui
penyederhanaan jumlah Kementerian beserta jawatan dibawahnya.
6. Adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan “achievement” dan bukan
berdasarkan sistem “ascription”.
7. Adanya kebutuhan Pegawai Negeri yang non-politik demi kelancaran administrasi
pemerintah.
8. Menciptakan aparatur pemerintah yang jujur
9. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab etis
tinggi, dibarengi sistem kontrol yang efisien.
10. Pencatatan ulang terhadap kekayaan perorangan yang mencolok dengan
pengenaan pajak yang tinggi
13
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan didalam makalah ini adalah hendaknya pemerintah
lebih meningkatkan kontrol terhadap lembaga-lembaga yang ada dan lebih menekankan sifat
yang independen, kemudian ikut sertakan masyarakat untuk mengontrol jalannya pemerintahan,
bisa diwakilkan dengan pembuatan kelompok atau organisasi yang sifatnya independen yang
anggotanya berasal dari masyarakat, para aktivis dan mahasiswa.
Agar pemerintah melakukan penegakan hukum secara konsisten dan sesuai dengan tingkat
pidana yang dilakukan oleh pelaku serta pemerintah juga harus berlaku secara independen tidak
memihak siapapun dan tidak pandang bulu. Tidak hanya itu, pemerintah juga harus melihat
kedepannya agar sifat-sifat korup ini tidak menurun ke anak cucu, maka bentuklah watak bangsa
mulai dari sekarang menjadi mental yang baik dan bertanggung jawab dalam segala hal baik
secara moral maupun kelakuan. Tentunya melalui pendidikan dan sikap keteladanan dari pada
pemimpin yang menjadi tombak utama sebagai cerminan dari pemerintah terhadap generasi
penerus bangsa.
14
DAFTAR PUSTAKA
15