Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah Dosen Pengampu

Ilmu Hukum Tiesnawati Wahyuningsih

WHITE COLLAR CRIME

Disusun Oleh

PROGRAM STUDY ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK (FHISIP)
UNVERSITAS TERBUKA PEKANBARU
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, sehingga makalah “Makalah White Collar Crime” dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Hukum. Penulis
berharap makalah tentang Makalah White Collar Crime dapat menjadi referensi
bagi masyarakat agar tetap waspada di tengah suasana tidak kondusif.
Penulis menyadari makalah bertema Kriminal ini masih perlu banyak
penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik
dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan maupun konten, penulis
memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pekanbaru, 17 Juni 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Makalah
D. Manfaat Makalah.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kajian Teoretis ............................................................................ 3
1. Pengertian Kurikulum Pendidikan Agama Islam ................... 3
B. Pembahasan .................................................................................. 4
1. Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran .............................. 4
2. Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Agama Islam ....................... 7
3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Indonesia ................. 10
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ....................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

White collar crime’ sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari bahkan
mungkin sudah bosen kita mendengar dan membahasnya. Pelakunya yang biasa
kita sebut dengan koruptor atau tikus yang suka menggerogoti sesuatu yang bukan
menjadi haknya mungkin saat ini berkeliaran bebas menggunakan uang haramnya
itu buat bersenang-senang.

Pasca krisis ekonomi tahun 1997, perekonomian Indonesia berada dalam


suatu kondisi yang memprihatinkan. Budaya curang seakan-akan sudah
membudaya di masyarakat bahkan semakin berkembang dan lebih canggih seiring
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Hal ini ditunjukkan
oleh maraknya tindak kecurangan yang dilakukan oleh institusi pemerintah
maupun non pemerintah yang disebut dengan kejahatan kerah putih (white collar
crime). Kejahatan kerah putih yang meliputi korupsi, pencucian uang (money
laundering), perekayasaan anggaran, penyalahgunaan asset, penyalahgunaan
restitusi pajak, kredit macet, dan penipuan uang melalui internet sudah sering
ditemukan. Bermula dari tindak korupsi yang dilakukan oleh Keluarga Cendana
pada tahun 1997 yang menyebabkan gulingnya rezim Soeharto hingga indikasi
tindakan korupsi yang dilakukan oleh oknum Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), penipuan pajak oleh Gayus Tambunan yang santer dibicarakan di tahun
2010-2011. Selain itu, seiring maraknya internet di masyarakat juga dijadikan
peluang para profesional bisnis bukan sekedar untuk melakukan transaksi bisnis
tetapi juga penipuan kepada masyarakat. Semua tersangka dalam kasus ini adalah
para profesional bisnis yang ahli di bidangnya.

White collar crime seperti korupsi sering diidentikkan dengan pejabat atau
pegawai negeri yang telah menyalahgunakan keuangan negara, dalam
perkembangannya saat ini masalah korupsi juga telah melibatkan anggota
legislatif dan yudikatif, para banker dan konglomerat, serta juga korporasi. Hal ini
berdampak membawa kerugian yang sangat besar bagi keuangan negara. Saat ini
orang sepertinya tidak lagi merasa malu menyandang predikat tersangka kasus
korupsi sehingga perbuatan korupsi seolah-olah sudah menjadi sesuatu yang
biasa/lumrah untuk dilakukan.

Banyaknya kasus kejahatan kerah putih tersebut membuat aksi


pemberantasan terhadap kejahatan kerah putih itu mulai banyak dilakukan. Salah
satu cara yang digunakan untuk memberantas kejahatan ini adalah pembentukan
lembaga-lembaga pemerintah yang menangani tindak korupsi dan audit.
Sayangnya, lembaga-lembaga dan audit yang digunakan selama ini tidak efektif
dan tidak menimbulkan efek jera pada para pelaku kejahatan. Hal ini disebabkan
karena lemahnya hukum di Indonesia, sistem pengendalian intern yang kurang
efektif, dan juga kurangnya peran akuntan publik dalam menyikapi kecurangan
yang dilakukan dalam kejahatan ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari white collar crime ?
2. Apa yang menyeabkan terjadinya white collar crime ?
3. Bagaimanakah dampak dari white collar crime ?
4. Apa saja bentuk –bentuk white collar crime ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari white collar crime
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya white collar crime
3. Untuk mengetahui dampak dari white collar crime
4. Untuk mengetahui bentuk –bentuk white collar crime
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian White Collar Crime

Istilah “white collar crime” sering diterjemahkan ke dalam bahasa


Indonesia sebagai “kejahatan kerah putih” ataupun “kejahatan berdasi”. ( I Wayan
Landrawan ) White collar crime ini pertama kali dikemukakan daN dikembangkan
oleh seorang kriminolog Amerika Serikat yang bernama Edwin Hardin Sutherland
sekitar tahun 1939 didepan American sosiological society, jenis kejahatan ini
dipandang muncul bersamaan dengan terjadinya pengelompokan masyarakat
dalam kategori upper class dan lower class dalam perusahaan-perusahaan juga
kelas-kelas seperti itu white collar (upper class), dan Blue Collar (Lower Class)

White Collar Crime (WCC) :

1. Kejahatan oleh orang – orang yang memiliki jabatan tertentu yang


menyangkut manajemen. “tidak menjangkau yang diluar hokum pidana”
2. Pelanggaran hokum pidana oleh orang yang memiliki kedudukan social
ekonomi tinggi.
3. Sedangkan menurut EIDEL (Noach Simanjuntak, 1984) ; tindakan illegal
yang dilakukan dengan cara non fisik dan dengan penyembunyian atau
tipu muslihat untuk memperoleh uang atau harta benda dan pemanfaatan
perorangan.
4. WWC adalah kejahatan yang dilakukan oleh seorang dari upper class
(sosio, ekonomi politik) yang berhubungan dengan pekerjaannya/
jabatannya baik dibidang ekonomi , sosiopolitik, dan terutama pelanggaran
atas kepercayaan masyarakat kepadanya ( I Wayan Landrawan )
5. E. A. Ros (Noach Simanjuntak, 1984) ; sedikit bertolak dengan EIDEL
yang menyatakan sedikit pelanggaran kaidah moral lebih penting dari sisi
hokum kejahatan korporasi sebagai WCC yang tidak di ilhami oleh
dorongan jahat.
Kejahatan kerah putih (white collar crime) adalah istilah untuk menyebut
berbagai tindak kejahatan di lembaga pemerintahan yang terjadi, baik secara
struktural yang melibatkan sekelompok orang maupun secara individu. kejahatan
kerah putih sebagai penyalahgunaan jabatan yang legitim sebagaimana telah
ditetapkan oleh hukum.Umumnya, skandal kejahatan kerah putih sulit dilacak
karena dilakukan pejabat yang punya kuasa untuk memproduksi hukum dan
membuat berbagai keputusan vital. Kejahatan kerah putih terjadi dalam
lingkungan tertutup, yang memungkinkan terjadinya sistem patronase. Kejahatan
kerah putih sungguh memasung dan membodohi rakyat. Rakyat yang tidak melek
politik akhirnya pasrah, tetapi kepasrahan ini justru Kian membuat para pejabat
menggagahinya.

White collar crime dibedakan dari blue collar crime. Jika istilah white
collar crime ditujukan bagi aparat dan petinggi negara, blue collar crime dipakai
untuk menyebut semua skandal kejahatan yang terjadi di tingkat bawah dengan
kualitas dan kuantitas rendah. Namun, kita juga harus tahu, kejahatan di tingkat
bawah juga sebuah trickle down effect. Maka, jika kita mau memberantas
berbagai kejahatan yang terjadi di instansi pemerintahan, kita harus mulai dari
white collar crime, bukan dari blue collar crime.

White collar crime identik dengan suatu kejahatan yang dilakukan


bersamaan dengan aktifitas pekerjaan / jabatanya / dilakukan oleh orang yang
terhormat dalam instansi pemerintahan.

Kejahatan kerah putih (white collar crime), sebagai salah satu contoh atau bentuk
perilaku menyimpang yg terkategorikan sbg kejahatan (kriminal), di samping
beberapa fakta lain, seperti organized crime (kejahatan terorganisasi) dan crime
without victim (kejahatantanpakorban).

Kejahatan kerah putih adlh istilah temuan Hazel Croal ( Education Article Http //:
www.google.com : white collar crime ,artikel education,) :untuk menyebut
berbagai tindak kejahatan dilembaga pemerintahan yg terjadi, baik scr struktural
yg melibatkan sekelompok org maupun scr individu. Hazel Croal mendefinisikan
kejahatan kerah putih sbg penyalahgunaan jabatan yg legitim sebgmn telah
ditetapkan oleh hukum. Istilah ini diciptakan pd thn 1939 dan skrg identik dgn
berbagai macam penipuan yg dilakukan oleh para profesional bisnis dan
pemerintah.

Pada awalnya, kejahatan kerah putih merupakan kejahatan bisnis (business crime)
atau kejahatan ekonomi (economic criminality). Pelakunya adlh para “pengusaha-
pengusaha” dan para “penguasa-penguasa” atau pejabat-pejabat publik didlm
menjalankan fungsinya, atau menjalankan perannya sehubungan dgn kedudukan
atau jabatannya. Keadaan keuangan dan kekuasaan para pelaku relatif kuat,
sehingga memungkinkan mereka utk melakukan perbuatan2 yg oleh hukum dan
masyarakat umum dikualifikasikan sbg kejahatan, krn mereka -dgn keuangannya
yg kuat- dpt kebal thdp hukum dan sarana2 pengendalian sosial lainnya. Tdk
mudah utk memenjara para pelaku kejahatan kerah putih, karena kelemahan dari
para korbannya.

B. Penyebab White Collar Crime

Biasanya, suatu white collar crime dilakukan untuk salah satu dari 2 (dua)
motif berikut ini :

a. Motif Mencari Keuntungan Finansial.


b. Motif Mendapat Jabatan Pemerintahan.

Dari data yang ada tentang white collar crime dapat disimpulkan sebagai
berikut:

1. Kumulasi dari kejahatan yang tergolong kedalam kejahatn white collar


crome jauh lebih besar jumlah uang yang terlibat daripada kejahatan biasa.
2. Hukuman penjara kepada penjahat biasa jauh lebih sering ketimbang
hukuman penjara terhadap pelaku white collar crime yang lain.
3. Hukuman penjara bagi penjahat konvensional jauh lebih berat ketimbang
hukuman penjara bagi pelaku kejahatan kerah putih.
Yang dimaksud dengan istilah white collar crime adalah suatu perbuatan
(atau tidak berbuat) dalam sekelompok kejahatan yang spesifik yang bertentangan
dengan hukum pidana yang dilakukan oleh pihak professional, baik oleh individu,
organisasi, atau sindikat kejahatan, ataupun dilakukan oleh badan hukum.

Dari pengertian white collar crime tersebut diatas dapat ditarik unsur-
unsur yuridis dari white collar crime, yaitu sebagai berikut:

1. Adanya perbuatan (atau tidak berbuat) yang bertentangan dengan hukum,


baik hukum pidana dan atau hukum perdata dan atau hukum tata usaha
negara.
2. Sekelompok kejahatan yang spesifik.
3. Pelakunya adalah individu, organisasi kejahatan, atau badan hokum.
4. Pelakunya sering kali (tetapi tidak selamanya) merupakan terhormat/kelas
tinggi dalam masyarakat, atau mereka yang berpendidikan tinggi.
5. Tujuan dari perbuatan tersebut adalah unutk melindungi kepentingan
bisnis atau kepentingan pribadi, atau untuk mendapatkan uang, harta
benda, maupun jasa, ataupun untuk mendapatkan kedudukan dan jabatan
tertentu.
6. Perbuatan tersebut dilakukan bukan dengan cara-cara kasar, seperti
mengancam, merusak, atau memaksa secara fisik, melainkan dilakukan
dengan cara-cara halus dan canggih.
7. Perbuatan tersebut biasanya (tetapi tidak selamanya) dilakukan ketika
pelakunya sedang menjalankan tugas (orang dalam) atau ketika
menjalankan profesinya/ jabatan.

Pengelompokan terhadap white collar crime adalah sebagai berikut:

a. White collar crime yang bersifat individual, berskala kecil dengan


modus operand an sederhana.
b. White collar crime yang bersifat individual, berskala besar dengan
modus operandi kompleks.
c. White collar crime yang melibatkan korporasi.
d. White collar crime di sektor publik.

Respon yang diberikan para pelaku white collar crime apabila dilakukan
fait acompli terhadap tindakan yang telah dilakukannya muncul dalam 4 (empat)
tipe sebagai berikut:

a. Tipe Pemaafan.
b. Tipe Justifikasi.
c. Tipe Konsesi.
d. Tipe Refusal

WCC terdiri dari :

1. Kejahatan Okupasi : memperoleh keuntungan dalam melakukan kejahatan


korporasi. Misalnya, seorang pegawai negeri melakukan manipulasi / mark
up data anggaran untuk kepentingan pribadi.
2. Kejahatan Korporasi : kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan
nama korporasi tersebut.

Sebagaii konsekuensi berbagai istilah dan focus perhatianya, “ Joan Miller


“ membagi WCC kedalam empat kategori :

a. Organizational of occupational crime yaitu kejahatan yang dilakukan para


eksekutif demi keuntungan perusahaan berakibat kerugian pada
masyarakat. Dimanapun mereka berada.
Misalnya ; manipulasi pajak, penipuan iklan.
b. Governmental occupational crime yatu kejahatan yang dilakukan oleh
pejabat atau birokrat misalnya perbuatan sewenang – wenang yang
merugikan masyarakat yang terkait dengan kekuasaan dan kewenangan
yang dimiliki dan sangat sulit terdeteksi karenadilakuakn berdasarkan
keahlian dan berbarengan dengan kejabatanya.
c. Profesional occupational crime yaitu pelaku kajahatan ini mencakup
berbagai pekerjaan atau profesi. Disamping kerugian yang bersifat
ekonomis juga mengancxam keselamatan jiwa seseorang. ( tidak menutup
kemungkinan timbulnya kriminogen / kejahatan dalam bentuk lain.
Misalnya ; dokter, pengacara, akuntan.
Contoh ; aborsi, eutasia / suntik mati, tindakan dokter diluar profesi.
d. Individual occupational crime yaitu kejahatan yang dilakukan oleh
individu artinya pekerjaan yang dilakukan dengan menyimpang yang
menimbulkan kerugian perusahaan.

Dari ke empat defininisi tersebut WCC dilakukan tanpa kekerasan


melainkan dengan kecurangan, rekayasa. Untuk mengenali WCC lebih jauh
berikut karkteristik “ WCC “ :

1. Low visibility ; kejahatan tersebut sulit dilihat karena biasanya tertutup


oleh kegiatan pekerjaan yang normal yang rutin dan melibatkan keahlianya
serta sangat komplexs.
2. Complexcity ; kejahatan tersebut sangat komplexs karena berkaitan
dengan kebohongan, penipuan, pengingkaran, serta berkaitan dengan
sesuatu yang ilmiah, teknologi, terorganisasi, melibatkan banyak orang
dan berjalan bertahun – tahun.
3. Defussion of responsibility ; terjadinya penyebaran tanggung jawab yang
semakin luas akibat kekomplekan organisasi, artinya setiap kebijakan yang
merupakan bagian kejahatan yang ditimbulkan oleh perusahaan biasanya
tanggung perusahaan bertanggung jawab terhadap hal tersebut meskipun
hal etrsebut dilakukan oleh satu pihak saja namun disini tanggung jawab
tidak bias di bebankan oleh satu pihak tersebut. Misalnya, seseorang
pegawai melakukan kejahatan atau kecurangan terhadap perusahaan
sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan, nah disini secara otomatis
perusahaan juga ikut bertanggung jawab.
4. Defusion of victimization ; penyebaran korban melalui pencemaran
lingkungan. Misalnya, sebuah pabrik yang menghasilkan limbah
berbahaya dan limbah tersebut mencemari sungai maka secara otomatis
sepanjang sungai tersebut akan tercemar sehingga banyak sekali korban.
5. Detection and proccution ; hambatan dalam penuntutan akibat profesi
dualisme yang tidak seimbang antara penegak hokum dan pelaku.
Misalnya ; seorang penyidik kepolisian hanya lulus SMU yang sedang
menangani kasusu sedangkan tersangkanya seorang intelektual yang
berpendidikan tinggi.
6. Ambiguitas law ; peraturan yang tidak jelas yang sering menimbulkan
kerugian pada penegak hokum.

Pengaturan WCC justru lebih banyak ditemukan diluar KUHP. Berbagai


bentuk WCC sudah dapat pengaturan dalam literatur kriminologi dikenal beberapa
istlah :

a. Street crime
b. Underwold crime
D. Akibat yang ditimbulkan dari White Collar Crime
1. Social : Terjadinya kesengsaraan masyarakat sebagai korban dari WWC
2. Ekonomi : Terjadinya kemiskinan akibat WWC
3. Budaya : Adanya Bad Living Culture.
4. Politik : Adanya image yang tidak baik serta kurangnya kepercayaan
masyarakat terhadap pejabat Negara.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

White collar crime merupakan suatu bentuk kejahatan yang tersembunyi,


sulit dideteksi karena white collar crime ini biasanya dilakukan oleh para pejabat
kelas atas / orang terhormat didalam pemerintahan yang mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat. Selain white collar crime ada juga Blue collar
crime , biasanya sebutan untuk kejahatan yang pelakunya kelas bawah /
lingkungan pejabat dibawah.

Factor penyebab utamanya disebabkan karena alasan ekonomi dan untuk


memperkaya diri atau orang tertentu dan kelompoknya. Sehingga sedikit ada
kesempatan yang unvisibility akan digunakan untuk melakukan kejahatan. Akibat
yang ditimbulkan pun secara langsung terhadap kehidupan ekonomi masyarakat
( korban), social, budaya, dan politik yang tidak sehat. Seperti yang sekarang ini
kita hadapi bersama adalah korupsi. Korupsi ini merupakan salah satu bentuk dari
white collar crime , dimana kejahatan ini akan memiliki dampak yang sangat
besar sekali terhadap ekonomi, social, budaya, dan politik suatu Negara. Nilainya
pun hingga milyar hingga triliun. Namu , jumblah yang besar itu tidak terlihat
oleh masyarakat karena mereka orng pinter, berjabatan dan sudah mapan sehingga
sulit terdeteksi.

B. Saran

White Colllar Crime ini ada dalam berbagai bentuk seiring dengan
modernisasi dan globalisasi. Untuk lebih memahami white collar crime secara
jelas saya sarankan untuk bertolak dari korupsi dan korporasi. Karena inilah
white collar crime yang powerfull.
DAFTAR PUSTAKA

Noach Simanjuntak, 1984 . kriminologi, bandung, Tarsito

Drs. I Wayan Landrawan, 2005 . Pengantar Kriminologi, singaraja

Anda mungkin juga menyukai