Anda di halaman 1dari 67

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328824840

EKONOMI MONETER (CHAPTER I)

Chapter · November 2018

CITATIONS READS
0 72,446

1 author:

Herispon Herispon
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau, Pekanbaru
51 PUBLICATIONS 47 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Herispon Herispon on 09 November 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BAHAN AJAR

EKONOMI MONETER
(CHAPTER I)

OLEH
HERISPON, SE., M.Si

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU


Jln H.R. Soebrantas No. 57 Tuah Karya, Panam, Pekanbaru

Tahun 2018
Daftar Isi

Bab I : Pendahuluan, 3

Bab II : Nilai Uang, 9

Bab III : Teori Moneter, 22

Bab IV : Sistem Moneter dan Bank Sentral, 33

Bab V : Kebijakan Moneter, 46

Bab VI : Inflasi dan Pengaruhnya, 57

Daftar Pustaka, 65

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 2


Bagian I
Pendahuluan

1. Pengertian Ekonomi Moneter

Ilmu ekonomi merupakan kegiatan-kegiatan yang meliputi ; a) yang


menciptakan produksi, b) mengukur aktivitas perekonomian, c) mengukur tingkat
pengangguran, d) mengukur tingkat harga melalui inflasi, e) hubungan perdagangan
internasional.
Ekonomi moneter merupakan bagian ilmu ekonomi yang khusus mempelajari
tentang fungsi uang terhadap aktivitas perekonomian, dimana dalam ekonomi moneter
mempelajari beberapa hal antara lain ; a) peranan dan fungsi uang dalam perekonomian,
b) pengaruh sistem moneter terhadap jumlah uang yang beredar, c) pengaruh jumlah
uang beredar dengan kredit terhadap aktivitas perekonomian, d) pengaruh tingkat suku
bunga terhadap permintaan uang, e) sistem moneter internasional, f) lembaga keuangan
bank dan lembaga keuangan bukan bank (LKB dan LKBB), g) lembaga keuangan
internasional.
Mengapa perlu mempelajari ekonomi moneter ?, dengan mempelajari ekonomi
moneter akan diketahui beberapa hal yaitu ; a) akan dapat diketahui mekanisme
penciptaan uang, tingkat bunga, pasar uang, b) akan dapat diketahui sistim moneter dan
kebijaksanaan moneter dan sistim lalu lintas pembayaran internasional, c) akan dapat
menganalisis kebijaksanaan moneter yang dikeluarkan oleh pemerintah dan
pengaruhnya terhadap aktivitas perekonomian.
Pengertian ekonomi moneter adalah ; a) ilmu ekonomi yang mengkhususkan
perhatiannya untuk mempelajari uang dengan hubungan-hubungannya, b) ilmu yang
mempelajari uang dengan hubungan-hubungannya. Dimana masalah-masalah yang
spesifik dalam kajian ekonomi moneter adalah masalah keuangan dan perbankan.
Disamping itu ada beberapa kebijaksanaan yang dapat diterapkan oleh pemerintah
dalam sektor keuangan dan perbankan yaitu ; a) kebijaksanaan monter yaitu
kebijaksanaan pemerintah dalam mengatur keuangan dan perkreditan, b) Kebijaksanaan
fiskal yaitu kebijaksanaan pemerintah dalam mengatur keuangan terutama dibidang
perpajakan, c) kebijaksanaan harga yaitu kebijaksanaan pemerintah dalam mengawasi
dan mengendalikan (stabilisasi) harga terutama harga kebutuhan pokok.

2. Uang dan Pengertiannya.

Pada zaman sebelum timbulnya uang dimana masyarakatnya bertindak selaku


‖produsen dan konsumen‖ (dalam ekonomi disebut perekonomian subsisten), ia
menciptakan barang sendiri kadang-kadang memakai sendiri, keadaan ini pun tidak
berlangsung lama, karena tingkat kemajuan, peradaban dan pertambahan kebutuhan.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 3


Akibat dari kemajuan dan peradaban dimana dalam suatu masyarakat itu
terjadilah pertukaran suatu barang dengan barang lain yang terjadi antara dua pihak
yang membutuhkannya. Atau pada suatu daerah tertentu ada sumber-sumber ekonomi
yang melebihi dari kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat sehingga
dibawa ketempat lain, pertukaran barang secara langsung ini di sebut Barter.
Misalnya, si A berkunjung ke tempat si B, dimana si A membawa barang yang
belum pernah ada di tempat si B dan ketika si A pulang, ia membawa barang pula yang
diberi si B yang belum pernah ada ditempat si A. Pertukaran barang di sini bukanlah
bersifat ekonomi tapi hanya bersifat sosial. Jadi si A dan si B sudah saling mengenal
suatu barang dari daerah masing-masing.
Barter ini pun tidak bertahan lama karena untuk terlaksananya barter ini harus di
penuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a. Harus ada persesuaian kebutuhan atau masng-masing pihak saling membutuhkan
barang tersebut.
b. Persesuaian tempat dan waktu.
c. Persesuaian nilai yang berkaitan dengan psikologis atau kejiwaan seseorang dalam
penilaiannya terhadap suatu barang dalam barter ini, jadi masalah nilai dalam barter
ini adalah masalah yang rumit.
Kesulitan lain dalam barter adalah :
a. Sulit untuk memperoleh barang dan jasa yang di inginkan sesuai dengan jenis
barang dan jasa pada saat yang dibutuhkan.
b. Sulit menemukan orang yang mau menukarkan barangnya yang sesuai dengan
kebutuhan yang di inginkan.
c. Sulit untuk menentukan nilai barang yang akan ditukarkan terhadap barang yang
diinginkan.
d. Sulit menemukan orang yang mau menukarkan barangnya dengan jasa yang dimiliki
atau sebaliknya.
Sulit untuk menemukan kebutuhan yang mau ditukarkan pada saat yang cepat
sesuai dengan keinginan. Artinya untuk memperoleh barang yang diinginkan terkadang
memerlukan waktu yang relatif lama.
Karena barter ini tidak berlangsung lama, maka timbullah benda-benda uang,
benda uang ini harus memenuhi syarat :
a. Benda itu disukai oleh kelompok masyarakat tertentu.
b. Tahan lama dan mudah di simpan.
c. Mempunyai nilai yang tetap.
d. Mudah dibawa dan dipindahkan.
Pada mulanya benda uang yang dipakai ialah logam mulia seperti emas dan
perak, yang dipakai dalam standar barang tapi sekarang emas tidak dipakai sebagai uang
karena benda itu terbatas dan banyak kegunaan lainnya.
Benda-benda uang merupakan alat penengah dalam proses tukar menukar dan
kesulitan dari benda uang adalah karena kelompok masyarakat lain mempunyai benda
uang yang berbeda seperti manik-manik, kulit binatang, tulang dan lainnya. Maka
muncullah uang chartal dan uang girang / giral.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 4


2.1. Pengertian Uang

Beberapa definisi uang oleh para penulis tua dan baru :


1) Robertson.
‖Money is something which is widely accepted in payments for goods‖. Artinya
uang adalah segala sesuatu yang umum diterima dalam pembayaran barang (dalam buku
‖money‖ cetakan I, 1922).

2) R. S. Sayers
‖Money is something that is widely accepted for the settlement of debts.‖ Artinya
uang adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai pembayar hutang. (dalam buku
‖Moderen Banking‖ cetakan I, 1938).

3) A. C. Pieagou
‖Money are those things that are widely used as a media for exchange.‖ Artinya
uang adalah segala sesuatu yang umum dipergunakan sebagai alat tukar. (The Veil of
money, 1950).

4) A. G. Hart
‖Money is property with which the owner can pay off the debt with certainly
and without delay.‖ Artinya uang adalah kekayaan dengan mana si empunya dapat
melunaskan hutangnya dalam jumlah tertentu pada waktu itu juga.

5) Rollin G. Thomas
‖Money is something that is ready and generally accepted by the public in
payment for the sale of goods survives, and other valuable assets, and for the payment
of debts.‖ Artinya uang adalah segala sesuatu yang siap sedia dan pada umumnya
diterima umum dalam pembayaran pembelian barang dan jasa-jasa dan untuk pembayar
hutang. (Our modern banking and monetary syistem. Cetakan I. 1957).

6) Walker
‖ Money is that money does.‖ artinya semua barang yang melakukan tugas uang
adalah uang. (J. Van Zwijndregt, Fasal – Fasal Ekonomi dalam Markoem, 1959 hal. 22).

Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para penulis tersebut dalam


disimpulkan beberapa pengertian tentang uang yaitu :
a. Suatu medium yang dapat digunakan untuk menyatakan nilai benda-benda dan
mempermudah proses pertukaran.
b. Segala sesuatu yang umum diterima sebagai pembayaran untuk benda-benda atau
untuk melunasi kewajiban dalam dunia usaha.
c. Segala sesuatu yang umum diterima sebagai alat penukar dan sebagai alat penukar
nilai, yang pada waktu bersamaan bertindak sebagai alat penimbun kekayaan.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 5


Perjalanan sejarah kehidupan manusia telah membawa kepada mengenal uang.
Uang telah memperlihatkan ke tiga fungsinya. Manusia berlomba-lomba mencari uang.
Kekayaan diukur dengan banyak sedikitnya uang dan kesenangan serta kebahagiaan
tergambar dalam memiliki uang. Harga uang itu memegang peranan dalam meletakan
harga pribadi manusia. Segala sesuatu telah dapat dipenagruhi oleh uang dengan nilai
uang dan kekuatan uang maka uang menjadi neraca hidup.
Untuk mendapatkan uang terkadang akhlak merosot, budi pekerti hilang dan
kehormatan berantakan. Uang menjadi kekuatan untuk segalan macam keadaan baik
untuk kemajuan / perkembangan kehidupan, maupun untuk mencapai berbagai
kepentingan. Dengan demikian peranan uang telah demikian kompleks dalam kehidupan
(Effendi Syukur, 2001 ; 2)

2.2. Transaksi dan definisi uang.

Transaksi-transaksi uang terjadi melalui proses pengeluaran-pengeluaran atau


pembelanjaan merupakan arus-arus uang (perputaran uang) dapat bentuk arti sempit,
bila terdapat hanya beberapa macam uang yang beredar. Sedangkan dalam arti luas, jika
macam uang bereda itu telah semakin banyak macamnya dari pada arti sempit tadi.
Ada beberapa definisi dari pada uang, masing-masing berbeda banyak macam
dan tingkat likuiditas ((Syukur, E. 2001 ; 2) yaitu :
M1 adalah peredaran uang dalam arti sempit dimana macam uang terdiri dari uang
kertas dan uang logam disebut uang chartal dan uang giral yaitu uang yang
disimpan di bank-bank dalam bentuk rekening koran yang lazim disebut giro
(demand deposit)
M2 disebut peredaran uang dalam arti luas, selain M1 juga ditambah uang dalam
tabungan dan deposito berjangka (time deposit) yang ada pada bank-bank umum,
disebut juga uang kuasi.
M3 adalah peredaran uang dalam arti lebih luas, yang beredar selain M1 + M2
ditambah lagi uang dalam bentuk surat-surat berharga (efek) yang dapat
diperdagangkan seperti saham, obligasi yang ditransaksikan di bursa efek.
Dari beberapa macam uang beredar itu, maka M1 adalah yang paling likuid
karena uang kertas dan uang logam adalah sebagai uang tunai yang langsung dapat
digunakan sebagai alat pembayaran / penukar, sementara giro yang terbentuk dalam
rekening koran bank, prosesnya dijadikan uang tunai mudah karena dapat dimabil setiap
saat, serta dapat dipindahkan kepada orang lain untuk melakukan pembayaran, melalui
pengeluaran cek dan bilyet giro
Segala sesuatu yang sudah memenuhi definisi tersebut kita anggap sebagai uang.
Apakah ia terbuat dari logam, kertas atau benda lainnya. Bilamana ia sudah diterima
oleh masyarakat sebagai alat penukar, alat pengukur nilai dan sebagai alat penimbun
kekayaan kita anggap sebagai uang.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 6


Pentingnya uang dalam perekonomian ;
a. Karena uang memegang peranan penting dalam lapangan hidup manusia.
b. Karena uang memegang peranan dalam hubungannya dengan perdagangan
internasional.
c. Karena uang adalah benda yang mempunyai tugas untuk mempermudah tukar
menukar.

Uang dapat diterima sebagai alat tukar dan alat bayar yang sah karena ;
a. Masyarakat atau umum telah menerima uang sebagai alat pembayaran.
b. Ditetapkan oleh pemerintah dan dilindungi oleh hukum sebagai alat pembayaran
yang sah.
c. Kepercayaan masyarakat pada pemerintah bahwa pemerintah akan berusaha
mempertahankan nilai uang dengan stabil.
d. Uang itu tersedianya jarang dan diinginkan oleh setiap orang.

Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya uang ;


a. Mempermudah untuk memperoleh dan memilih barang dan jasa yang diinginkan
secara cepat.
b. Mempermudah dalam menentukan nilai/harga dari barang atau jasa.
c. Memperlancar proses perdagangan secara luas.
d. Digunakan sebagai tempat menimbun kekayaan.

Kriteria-kriteria yang ada pada uang ;


a. Ada jaminan, diterbitkan dan dijamin oleh pemerintah negara tertentu.
b. Diterima/disukai umum.
c. Nilai stabil
d. Mudah disimpan dan dibawa.
e. Tidak mudah rusak.
f. Mudah dibagi (dalam satuan unit tertentu).
g. Suplai harus elastis.
Tersedianya uang harus disesuaikan dengan kondisi yang ada artinya apabila
terjadi kekurangan atau kelebihan dengan cepat dapat diatasi, sehingga tidak
mengganggu aktivitas masyarakat dalam berbagai hal yang berhubungan dengan uang.

Fungsi uang secara umum ;


a. Medium of Exchange, yaitu uang dapat digunakan sebagai alat tukar tehadap segala
jenis barang dan jasa yang ditawarkan.
b. Standard of Value, yaitu uang sebagai satuan hitung yang menunjukkan nilai dari
barang dan jasa.
c. Store of value, yaitu uang sebagai penghimpun kekayaan atau penimbun kekayaan,
baik yang disimpan secara tunai atau dalam bentuk rekening pada bank.
d. Standard of deffered payment, yaitu uang sebagai alat pembayaran yang
ditangguhkan atau sebagai standard dalam pencicilan hutang piutang secara tepat
dan cepat.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 7


2.3. Jenis uang dari berbagai sisi :

1. Berdasarkan bahan ;
a. Uang logam
b. Uang kertas
2. Berdasarkan nilai ;
a. Bernilai penuh (full bodied money), uang yang nilai intrinsiknya (bahan uang)
sama dengan nilai nominal (nilai yang tertera) pada uang tersebut. Misalnya
uang logam.
b. Tidak bernilai penuh (Representatif full bodied money). Uang yang nilai
intrinsiknya lebih kecil dari nilai nominalnya. Misalnya adalah uang kertas yang
kadangkala nilai intrinsiknya jauh lebih rendah dari nilai nominalnya. Uang ini
di sebut juga sebagai Token money/uang bertanda.
3. Berdasarkan lembaga ; maksudnya yang menerbitkan atau yang mengeluarkan uang.
a. Uang kartal diterbitkan oleh Bank Sentral
b. Uang giral diterbitkan oleh Bank Umum
4. Berdasarkan kawasan, berlaku untuk suatu wilayah tertentu atau diseluruh wilayah.
a. Uang lokal yakni uang yang hanya berlaku disuatu negara tertentu. Misalnya
Rupee di India, Rupiah di Indonesia, dan lainnya.
b. Uang regional yakni uang yang berlaku dikawasan tertentu (lebih dari satu
negara). Misalnya adalah EURO mata uang tunggal yang berlaku di benua
Eropa.
c. Uang internasional yakni uang yang berlaku antara negara. Misalnya adalah US
Dollar Amerika Serikat menjadi standar pembayaran Internasional.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 8


Bagian II
Nilai Uang

1. Pengertian.

Uang adalah salah satu benda, setiap benda mempunyai nilai, meskipun nilai
antara benda yang satu dengan nilai benda yang lain tidak sama. Suatu benda
mempunyai nilai karena benda itu dapat memberi faedah kepada orang yang
membutuhkannya.

Mengapa uang mempunyai nilai ;

a. Karena masyarakat mengajukan permintaan terhadapnya.


b. Karena uang dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya dalam berbagai hal.
Yang sesungguhnya uang itu hanya sebagai alat perantara saja akan tetapi karena
uang itu memberi faedah sebagai alat perantara maka uang itu mempunyai nilai.
Bilamana permintaan terhadap uang meningkat, maka nilai uang naik, jika permintaan
terhadap uang kurang, maka nilai uang turun, naik turunnya permintaan terhadap uang
disebut ‖velocyti of circulation.‖
Uang adalah sejenis benda, maka apa yang dimaksudkan dengan nilai tukar
sesuatu benda sama halnya dengan nilai tukar sesuatu kesatuan barang atau uang.

Nilai uang adalah :

Jumlah barang atau jasa yang diberikan oleh orang lain kepada kita sebagai
pengganti satu kesatuan uang yang kita berikan kepadanya. Macam-macam nilai uang
antara lain ;
a. Nilai intrinsik adalah nilai bahan uang.
b. Nilai nominal adalah nilai yang tertulis pada setiap mata uang.
c. Nilai tukar adalah sejumlah barang atau jasa yang dapat di takar dengan sejumlah
uang.

Harga uang ;

Perbandingan antara mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain.
Harga uang suatu negara ; adalah jumlah kesatuan mata uang negara lain yang diberikan
orang kepada kita sebagai pengganti satu kesatuan uang negara yang pertama.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 9


Teori nilai uang dan teori kwantitas ;

Uang itu bernilai dan dapat diterima oleh umum sebagai alat bayar, sebagaimana
teori dari nilai uang yakni :
a. Teori metalisme : bahwa uang yang diterima umum sebagai alat tukar karena uang
itu sendiri memiliki nilai yang sewajarnya dimana nilai yang sewajarnya itu
ditentukan oleh bahan uang. Pelopornya adalah Prof Knapp.
b. Teori nominalisme : bahwa uang itu diterima oleh umum sebagai alat tukar tidak
karena uang itu dibuat dari emas/perak, melainkan dari tenaga belinya. Pelopornya
adalah Schumpeter, Verija Stuart, Fiyada dan Lieftinek.

Teori kwantitas ;

Teori yang membahas perubahan nilai mata uang.


1. Oleh David Ricardo
‖Harga barang berbanding lurus menurut banyaknya uang yang beredar.‖
Menurutnya, kalau jumlah uang yang beredar ditambah dua kali lipat dari semula,
sedang jumlah barang tetap maka harga akan naik.
Apabila jumlah uang yang beredar tetap dan barang yang beredar bertambah 2 kali
lipat, maka harga akan turun.
2. Oleh Irfing Fisher
‖The Purchasing Power of Money‖ yang mempergunakan pendapat David.
menurutnya adalah :

M.V = P.T

M = Volume of Money in Circulation / jumlah uang yang beredar


V = Velocity of Monetary Circulation / kecepatan peredaran uang
P = General Price / tingkat harga
T = Trade (perdagangan). Jumlah barang yang di jual masyarakat
Keterangan
o Jika M bertambah 2 x lipat sedangkan V dan T tetap, maka P akan cendrung naik
2 x dari semula
o Jika V bertambah 2 x sedangkan M dan T tetap,maka harga akan cendrung naik
2 x naik semula
o Jika persediaan barang dalam perdagangan (T) bertambah 2 x dari semula
sedangkan faktor M dan V tetap, maka harga akan cendrung turun menjadi
setengah dari semula
Apabila jumlah uang yang berkembang lebih cepat dari pada perkembangan
jumlah produksi maka terjadi inflasi. Apabila kenaikan harga-harga barang itu secara
keseluruhan disebut inflasi terbuka. Apabila kenaikan harga hanya untuk beberapa jenis
barang tertentu disebut inflasi terbatas. Apabila jumlah uang berkurang atau tidak
bertambah sesuai dengan perkembangan produksi maka harga akan turun disebut
deflasi.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 10


2. Teori penerimaan uang.

Masyarakat menerima uang dengan mengemukakan beberapa alasan, teori yang


membahas tentang hal ini disebut teori penerimaan. Pada dasarnya teori penerimaan
dibagi atas dua bagian yaitu :
a. Teori barang / nilai barang
Mengemukakan bahwa uang itu dianggap sebagai barang, artinya bahwa masyarakat
menerima suatu benda sebagai uang karena di dalamnya terdapat nilai intransitif
(nilai benda). Teori ini dibagi dua yaitu :
 Teori logam
Dalam hal ini uang diterima oleh umum karena di dalamnya terkandung nilai
intrinsif oleh karena itu menurut teori ini bahan uang harus dibuat dari bahan
logam mulia ataupun kalau uang itu terbuat dari kertas menurut teori ini uang
kertas tersebut dijamin 100% oleh emas.
 Teori nilai batas
Bahwa orang mau menerima uang karena uang itu berguna dengan perkataan
lain nilai uang bagi seseorang di tentukan oleh nilai batas uang tersebut.
b. Teori nominalisme
Bahwa nilai uang tidak di tentukan oleh benda yang dipergunakan sebagai uang
akan tetapi ditentukan beberapa hal, teori nominalisme mengatakan bahwa: uang itu
bukan barang, bukan benda, melainkan sesuatu yang diberi fungsi tertentu yaitu
sebagai alat penengah dalam pertukaran. Teori Nominalisme dibagi dua yaitu :
 Teori nominalisme formil, meliputi :
1. Teori perjanjian.
Masyarakat mau menerima benda sebagai uang karena perjanjian untuk
mempergunakan benda tersebut sebagai alat penengah dalam proses
pertukaran.
2. Teori kebiasaan
Masyarakat menerima suatu benda sebagai uang karena kebiasaan dalam
masyarakat itu untuk mempergunakan benda tersebut sebagai alat perantara
dalam proses pertukaran sehingga kebiasaan itu akhirnya menjadi sebuah
keharusan.
3. Teori kenegaraan
Masyarakat mau menerima suatu benda sebagai alat / uang karena benda itu
telah diberi tugas atau fungsi hukum yang bersifat resmi dari pemerintah
untuk di pergunakan sebagai uang dalam proses pertukaran.
 Teori nominalisme ekonomi, meliputi :
Bahwa uang adalah suatu benda yang mempunyai fungsi penting yaitu sebagai
alat penengah dalam proses pertukaran.
1. Teori penunjukan
Bahwa dengan memegang sejumlah uang tertentu kita dapat menuntut
sejumlah barang tertentu pula. Semakin banyak seseorang memegang uang
semakin banyak pula barang yang dituntut.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 11


2. Teori realisme
Ditinjau dari sudut mikro ekonomi maka uang itu berguna, karena dengan
adanya uang yang disimpan atau dimiliki oleh anggota masyarakat maka
orang yang memilikinya akan merasa tentram dan juga mungkin memperoleh
keuntungan dari padanya.
3. Teori modern
Ditinjau dari sudut masyarakat sebagai keseluruhan masyarakat mau
menerima uang karena uang itu mempunyai fungsi penting yaitu dapat
mempermudah lalu lintas barang-barang dalam proses pertukaran.

3. Teori-teori yang menentukan permintaan akan uang ;


1) Pendapat Friedman.
 Jumlah kekayaan yakni besarnya kekayaan masyarakat menentukan
banyak/jumlah uang yang diperlukan masyarakat.
 Tingkat tabungan, surat-surat pinjaman dan saham-saham. Besarnya tingkat
pendapatan dari penyimpan uang tunai/tabungan di bank juga mempengaruhi
besar permintaan uang oleh masyarakat. Dalam masa inflasi orang lebih sedikit
menyimpan uang di bank, tapi bila keadaan ekonomi stabil tabungan dan uang
tunai yang dipegang masyarakat akan menjadi besar. Juga tingkat pendapatan
dari surat-surat pinjaman dan saham dapat mempengaruhi permintaan akan uang.
 Perubahan yang diramalkan atas harga-harga di masa depan, masa akan datang,
akan lebih sedikit uang yang ditahan masyarakat. Jika dalam keadaan inflasi
masyarakat lebih suka menyimpan kekayaan dalam bentuk harta tetap (rumah,
tanah, emas).
 Cita rasa Ini memegang peranan penting dalam menentukan besarnya
permintaan atas uang. Sifat keinginan masyarakat untuk memegang uang dapat
mengalami perubahan dari masa ke masa. Misalnya perubahan dalam distribusi
pendapatan akan di terima oleh orang-orang yang tidak mempuyai keinginan
untuk memegang banyak uang akan mempengaruhi permintaan ke atas uang.
2) Menurut John Meynard Keynes
 Motif transaksi. Jika kita memegang sejumlah uang tunai dan telah kita ketahui
transaksinya dan kegunaannya disebut motif transaksi. Misalnya biaya-biaya
transport, biaya-biaya keluarga, biaya-biaya listrik, air, telepon, dll. Ciri-ciri kas
dari motif ini bahwa jumlahnya sudah diketahui sebelumnya walau bersifat tidak
mutlak.
 Motif Precautionary/ motif berjaga-jaga yaitu kejadian yang tak dapat diduga
sebelumnya yang bisa timbul dan memerlukan biaya. Misalnya datangnya famili
dari jauh, adanya sakit mendadak, terjadi kerusakan di luar perhitungan semula
bila pada perusahaan.
 Motif spekulasi ialah seseorang yang menyimpan uang untuk tujuan spekulasi
(coba-coba), biasa yang dilakukan oleh orang atau spekulator, dan harus
mengetahui, mempelajari keadaan pasar serta pengalaman dari kebijaksanaan
pemerintah. Berikut mekanisme uang dalam perekonomian.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 12


Gambar : mekanisme arus uang.

Pendapatan

Konsumsi

J Pengecer
A
S
A
Pertanian
Perdagangan
Pertambangan
besar
Dll.

Industri

Penjelasan :
1) Para konsumen memberikan jasa-jasa
2) Terhadap jasa ini dia menerima pendapatan.
3) Uang pendapatan tersebut digunakan untuk membeli barang-barang konsumsi
dari pengecer.
4) Sebagian dari penjualan hasil barang-barang konsumsi digunakan oleh retailer
(pengecer) untuk membeli persediaan barang-barang dari pedagang besar.
5) Uang yang diterima dari pedagang besar dari pengecer digunakan untuk
pembelian barang industri.
6) Sebagian barang persediaan (stock) ataupun barang-barang industri.
7) Para industriawan membeli barang-barang, pertanian, pertambangan,
perkebunan, dan lainnya.

Kekayaan atau uang mudah tunai.

Harta-harta yang bersifat uang adalah berbagai jenis kekayaan yang dapat
ditukarkan dengan barang atau uang dalam waktu cepat dan tanpa kerugian nilai. Misal,
Uang ialah merupakan kekayaan mudah tunai yang paling sempurna karena ditempat
manapun uang dapat digunakan. Kekayaan yang bersifat uang tapi tidak dapat
ditukarkan dengan mudah atau begitu saja, yaitu ; tabungan, deposito berjangka, surat
pinjaman jangka pendek pemerintah. Jadi uang yang beredar ditambah uang kuasi
disebut ‖likuiditas perekonomian‖.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 13


4. Faktor yang mempengaruhi perubahan jumlah uang beredar.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan perubahan jumlah uang yang beredar


dalam arti sempit dibagi dalam 5 golongan yaitu :
1) Tagihan luar negeri bersih yang mencerminkan selisih perubahan antara jumlah
tagihan dan jumlah kewajiban moneter kepada bukan penduduk.
2) Tagihan bersih kepada pemerintah pusat, yang mencerminkan selisih perubahan
antara jumlah tagihan dan jumlah kewajiban bank indonesia dan bank-bank pencipta
uang giral kepada pemerintah pusat.
3) Tagihan kepada sektor swasta domestik yang mencerminkan tagihan BI dan bank-
bank pencipta uang giral kepada lembaga-lembaga perusahaan pemerintah dan
perusahaan-perusahaan swasta serta perorangan.
4) Uang kuasi, yang mencerminkan perubahan saldo-saldo simpanan berjangka,
tabungan, dan rekening-rekening penduduk dalam valuta asing pada BI dan bank-
bank pencipta uang giral.
5) Lainnya bersih yang menampung selisih antara perubahan berbagai tagihan dan
kewajiban lainnya dari sistem moneter.
Penambahan jumlah uang hanya dapat dilakukan dengan penciptaan uang
baru/kehendak dari pada sistem moneter, dalam hal ini bank sentral dan bank-bank
pencipta uang giral. Bank hanya bisa menciptakan uang giral atas dasar jumlah uang
chartal yang ada pada bank-bank tersebut. Tanpa ada uang chartal tidak akan ada uang
giral. Tiap rupiah uang chartal yang diciptakan merupakan benih bagi terciptanya uang
giral, karena uang chartal ciptaan pemerintah disebut dengan uang inti atau hight power
money atau base money.
Termasuk uang inti juga hutang-hutang moneter dari bank sentral pada
masyarakat dan bank-bank. Misalnya saldo rekening bank-bank pada bank sentral. Uang
chartal yang berada pada bank-bank ditambah saldo rekening koran bank-bank umum
yang berada pada bank-bank sentral adalah merupakan ‖Reserve Money‖ yang
merupakan benih bagi uang yang diciptakan bank-bank.

Rumus I : B = C + R

Keterangan :
B = Base money/uang inti ialah uang chartal ciptaan pemerintah/bank sentral.
C = Currency/uang chartal yang dipegang oleh masyarakat yang berada diluar bank.
R = Reserve money/uang chartal yang ada pada bank, dan saldo rekening koran
bank umum yang berada pada bank sentral.
Atas dasar reserve yang dipegang bank-bank. Maka bank akan menciptakan
uang giral yang berupa saldo rekening koran yang dimiliki masyarakat dan disimpan
pada bank-bank = D. Sehingga jumlah uang yang beredar dimasyarakat terdiri dari uang
chaartal yang berada ditangan masyarakat diluar bank = C dan uang giral yang
diciptakan oleh bank-bank umum.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 14


D = D1 + D2

Yakni : Deposito = Deposito Berjangka + Demand Deposito.

Dengan demikian jumlah uang yang beredar dapat diketahui yakni :

M = C + D

M = Jumlah uang yang beredar.


C = Uang chartal yang dipegang masyarakat.
D = Rekening koran yang ada pada bank.

Dengan uang inti dapat diketahui berapa perlipat gandaan jumlah uang yang
beredar dengan menghitung koefisien multiplier uang dengan memakai rumus :

M = 1
c + r (1 - c) M = m (B)

Keterangan :
m = Koefisien.
r = Ratio antara reserve money dengan demand deposite.
c = Tingkah laku masyarakat yang memegang uang konstan atau ratio uang chartal
dengan deman deposit.
Multiplier uang tergantung pada tingkah laku masyarakat (c) dan ratio antara
reserve money dengan demand deposite (r). Yang keduanya pencerminan tingkah laku
masyarakat dan perbankan. Berapakah besarnya jumlah uang yang beredar yang
dikehendaki oleh masyarakat dalam bentuk uang chartal (C) adalah hasil prilaku atau
keputusan yang diambil oleh masyarakat itu sendiri. Sedangkan berapa besarnya saldo
rekening koran bank yang dijamin oleh bank dengan reserve moneynya (r) adalah hasil
prilaku atau keputusan yang diambil oleh perbankkan atau bank-bank umum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemegang uang dalam keputusannya
mengenai berapakah uang chartal dan berapa uang giral yang di kehendaki atau dengan
perkataan lain faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ‖cash deposito ratio‖ = CDR,
adalah :
1. Pendapatan/ income yang dihasilkan dari pemegang uang dalam bentuk uang chartal
dan uang giral (rekening giro). Kalau penerimaan lebih besar dalam bentuk uang
chartal berarti CDRnya besar atau sebaliknya.
2. Kekayaan dari seseorang menentukan c nya. Seorang yang kaya cenderung
menggunakan fasilitas perbankan. Jadi faktor c disini adalah kecil dan uang lebih
besar dalam bentuk rekening giro.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 15


3. Ada tidaknya alat pembayaran pengganti dalam masyarakat. Banyaknya pemakaian
= credit card, charge account sebagai pengganti pembayaran akan mengakibatkan c
nya menjadi kecil.
4. Dalam jangka pendek c dipengaruhi juga oleh musim. Dalam musim panen c akan
menjadi lebih tinggi karena aliran uang tunai akan mengalir ke daerah pedesaan
(petani panen akan menerima pembayaran dalam bentuk uang tunai).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ‖reserve deposito ratio‖ (r) yang merupakan
faktor yang mempengaruhi bank-bank dalam keputusannya, berapakah reserve yang
dipegangnya sebagai jaminan penciptaan uang giralnya, faktor tersebut ialah :
1. Besarnya cash ratio/reserve requirment yang ditetapkan bank sentral untuk bank-
bank umum.
2. Biasanya bank-bank memegang cash ratio lebih besar dari ketetapan bank sentral
yanag disebut ‖exces reserve‖. Exces reserve digunakan biasanya untuk jaga-jaga
(cadangan).
Keterangan tentang uang inti, uang chartal dan lainnya dalam perekonomian ;
B = Base money/ uang inti.
C = Currency/ uang kartal.
R = Reserve money/ cadangan uang
D = Demand deposite/ uang giral
M = Stock of money/ jual uang beredar.
m = Koefisien
c = Tingkah laku masyarakat/ cash deposite ratio
r = Ratio/ persentase reserve deposite
CC = Commercial Credit/ credit yang di salurkan.

Soal
Misalkan perkembangan uang yang beredar selama setahun dari tgl 1 April 2007 s/d 1
April 2008. dalam jutaan rupiah sebagai berikut :

Tahun M (Stock of C (Currency) D (Deman c


money) Deposit)
2007 210 731 84 444 .......... ............
2008 .......... 103 380 166 787 ............

Jika diketahui Reserve Deposit rationya sebesar 15 %. Berapakah besar multiplier uang
untuk tahun 2007 dan 2008. Maka ;
Tahun 2007
M =C+D Jadi, c = C / D
= 84 444 + D = 84.444 / 126.287
D = M – 84 444 = 0,67
D = 210.731 – 84 444
D = 126.287.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 16


Tahun 2008
M =C+D Jadi, c = C / D
= 103.380 + 166.787 = 103.380 / 166.787
= 270.167. = 0,62

Multiplier tahun 2007 Multiplier tahun 2008

1 1
m m
c  r (1  c) c  r (1  c)
1 1
m m
0,67  0,15(1  0,67) 0,67  0,15(1  0,62)
1 1
m m
0,67  0,0495 0,67  0,057

m  1,39 m  1,48

Tahun M (Stock of C (Currency) D (Deman c


money) Deposit)
2007 210 731 84 444 126 287 0.67
2008 270 167 103 380 166 787 0.62

Jika dari soal dan jawaban diatas dapat dilanjutkan pertanyaan, yaitu :
a. Berapa Reserve Money (R) ?
b. Berapa Base money (B) ?
c. Jika Reserve Deposit Ratio ditetapkan 2%, berapakah CC ?

Jawab :
a. Reserve Money ( R )
Tahun 2007 Tahun 2008
r = R/D r =R/D
0,15 = R / 126.287 0,15 = R /166.787
R = 0.15 x 126 287 R = 0,15 x 166.787
= 18.943,05 = 25.018,05
b. Base Money
Tahun 2007
B =C+R M1 = mxB
= 84.444 + 18.943,05 = 1,39 x 103.387,05
= 103.387,05 = 143.707,99

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 17


Tahun 2008
B =C+R M1 = m x B
= 103.380 + 25.108,05 = 1,48 x 128.398,05
= 128.398,05 = 190.030

c. Berapa Commercial Credit (CC), jika r = 2 %


r = 2% th 2007 = 2% x 126.287 = 2.526
CC = D – R
= 126 287 – 2.526
= 123 761

th 2008 = 2% x 166.787 = 3.336


CC = D – R
= 166 787 – 3336
= 163 451.

Soal
1. Suatu masyarakat mempunyai rekening bank berupa demand deposit (D) sebesar Rp
500 milyar. Dan untuk transaksi sehari-hari masyarakat menahan uang tunai sebesar
Rp. 100 milyar. Untuk para langganannya, bank menyediakan Reserve Money (R)
sebesar Rp. 50 milyar. Bank sentral menyediakan uang inti (B) sebesar Rp. 900
milyar yang diperuntukkan guna lalu lintas moneter.
Pertanyaan :
a. Berapakah Stock of money (M) yang diminta masyarakat untuk lalu lintas
moneter ?
b. Berapakah besarnya Commercial Credit (CC) yang tersedia ?
c. Berapakah besarnya multiplier uang dari bank sentral ?
Jawab :
a. Stock of Money (M)
M = C + D
= 100 + 500
= Rp. 600 milyar.
b. Comercial Credit (CC)
CC =D–R
= 500 – 50
= Rp. 450 milyar.
c. Untuk menentukan multiplier harus diketahui ;
Cash Deposite Ratio = C = c/ D = 100 / 500 = 0,2

Reserve Deposit Money = r = R / D = 50 / 500 = 0,1

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 18


1 1
m m
c  r (1  c) 0,2  0,08

1
m m  3,57
0,2  0,1(1  0,2)

2. Bank sentral dapat mengubah stock of money (M) dengan atau kebijaksanaan
perubahan Reserve Deposit Ratio berdasarkan data-data sebagai berikut :
a. Masyarakat mempunyai deposito di bank sebesar Rp. 1000 milyar dan
masyarakat menahan uang tunai sebesar Rp. 200 milyar untuk keperluan sehari-
hari.
b. Untuk deposito bank menyediakan reserve money sebesarRp. 100 milyar sesuai
dengan peraturan reserve deposit ratio dari bank sentral. Base money yang
tersedia di bank sentral sebesar Rp. 2000 milyar untuk lalu lintas moneter.
c. Apabila bank sentral menentukan reserve deposit ratio 20 %, maka hitunglah :
 Besarnya stock of money (m) dan CC bank. ( M dan CC )
 Besarnya M sekarang setelah terjadi perubahan reserve deposit ratio 25%
dan tentukan pula CC bank. ( M1 dan CC1 )
 Tentukanlah besarnya multiplier uang sebelum dan sesudah perubahan
deposit ratio reserve. ( m dan m1 )

Jawab :

Diketahui, D = 1000 M
C = 200 M
R = 100 M
i = 20% dan 25%

Stock of Money (M)

M = C + D Commercial Credit , CC =D-R


= 200 + 1000 = 1.000 - 100
= 1200 milyar. = 900 milyar

C = c / D , 200 / 1000 = 0,2 r = R / D , 0,25 = R / 1000


R1 = 0,25 x 1.000
= 250 milyar

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 19


Stock of Money sekarang ;

 r  250 x1,20
R1   M M1 
1  c  0,25
 0,25 
R1   M M1 = 1200 milyar
1  0,20 

CC = D - R
= 1.000 - 250
= 750 milyar

Multiplier
1 1
m m
c  r (1  c) 0,2  0,2(0,8)

1
m m  2,78
0,2  0,2(1  0,2)

1 1
m1  m1 
c  r (1  c) 0,2  0,25(0,8)

1
m1  m1  2,5
0,20  0,25(1  0,2)

3. Diketahui :

 Stock of Money (M) = 1800 Milyar


 Deman deposite (D) = 1200 Milyar
 Reserve deposite ratio = 5%
 Currency =C...?
 Reserve Money =R...?
Ditanya :
a. CC
b. Multiplier, jika cash ratio 10 % berapa M1 dan m1 ?

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 20


Jawab :
Commercial Credit (CC)
C = M - D r = R/D
= 1800 – 1200 0,05 = R / 1.200
= 600 milyar. R = 0,05 x 1.200 = 60 milyar

CC = D - R c = C/D
= 1.200 - 60 = 600 /1.200
= 1.140 milyar = 0,5

Multiplier
1 1
m m
c  r (1  c) 0,5  0,05(0,5)

1
m m  1,90
0,5  0,05(1  0,5)

Bila Cash Ratio 10 %


r = R/D CC = D - R
0,1 = R / 1.200 = 1.200 - 120
R1 = 0,1 x 1.200 = 1.080 milyar
= 120 milyar

M1 sekarang adalah ;
 r  120 x1,5
R1   M1 M1 
1  c  0,1
 0,1 
120   M1 M1 = 1800 milyar
1  0,5 

m1 sekarang adalah ;
1 1
m1  m1 
c  r (1  c) 0,5  0,1(0,5)

1
m1  m  1,82
0,5  0,1(1  0,5)

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 21


Bagian III
Teori Moneter *)

1. Teori Moneter Klasik.

Teori ekonomi moneter klasik tiang utamanya adalah Jean Baptise Say, Irving
Fisher, Alfred Marshall. Ketiga ekonomi ini memiliki cara pandang yang berbeda dalam
menganalisa teori moneter dalam konteks ekonomi. Ekonomi J.B Say terkenal dengan
dalil ”Supply creates its own demand” yang menyebutkan bahwa penawaran akan selalu
menciptakan permintaan. Ini memberi arti suatu perekonomian tidak akan mengalami
under-employment (penurunan produksi dan kesempatan kerja ) atau under-
consumption (penurunan konsumsi). Peningkatan pengeluaran total masyarakat
(demand) akan selalu dapat mencukupi untuk menunjang produksi (supply) pada
keadaan kesempatan kerja penuh (full employment).
Penawaran (supply) memang akan menciptakan tenaga beli yaitu pendapatan,
namun belum pasti sama menciptakan pengeluaran konsumsi (demand) misalnya jika
masayarakat menabung (saving) terlalu banyak dari pendapatannya, melebihi keinginan
perusahaan untuk melakukan investasi dalam produksi, maka ada sebagian produksi
yang tidak terjual. Akibatnya pengusaha akan mengurangi produksi dan akan terjadi
pengangguran tenaga kerja dan pendapatan juga turun.
Menurut ekonom klasik, adanya tabungan masyarakat dalam proses ekonomi,
uang itu dipinjam oleh pengusaha (perusahaan) untuk membiayai investasi. Masyarakat
penabung mendapat bunga atas tabungannya, sedangkan pengusaha bersedia membayar
bunga tersebut selama harapan keuntungan yang diperoleh dari investasi lebih besar dari
bunga tersebut. Hal ini menimbulkan teori tingkat bunga oleh ekonomi klasik.

2. Teori Tingkat Bunga Klasik

Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga ( s = f (i), makin
tinggi tingkat bunga maka makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung.
Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan lebih terdorong untuk
mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna dapat menambah jumlah tabungannya.
Investasi juga tergantung pada tingkat bunga, kalau makin tinggi tingkat bunga kredit,
maka keinginan untuk meminjam dana untuk investasi makin kecil. Tapi kalau makin
rendah tingkat bunga maka pengusaha akan meningkatkan investasinya. Tingkat bunga
pinjaman (kredit) bagi pengusaha adalah merupakan biaya modal (cost of capital)
karena itu keadaan tingkat bunga yang berfluktuasi maka akan berpengaruh pada
kegiatan investasi dan pada gilirannya berdampak pada kegiatan perekonomian.

*) Kontributor : Effendi Syukur, Drs. H—(Tahun 2001; hal 30-39)

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 22


Keadaan tingkat bunga tetap kalau ada keseimbangan antara keinginan
menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi,
digambarkan dengan grafik sebagai berikut :

tingkat bunga
i

saving
i1

i0
I1

Io
so s1 Jumlah uang S/I

Keseimbangan tingkat bunga ada pada titik io dimana jumlah saving sama
dengan investasi sebesar so. Apabila tingkat bunga diatas naik dari io ke i1 jumlah
tabungan akan melebihi keinginan pengusaha untuk meminjam atau investasi.
Selanjutnya terjadi kelebihan tabungan dan hal ini akan menekan tingkat bunga
tabungan turun dan bank juga menurunkan bunga kreditnya sampai pada posisi io,
sebaliknya apabila tingkat bunga dibawah io , para pengusaha bersaing mendapatkan
pinjaman, sementara penabung mengurangi tabungannya dan dana bank berkurang, hal
ini akan mendorong tingkat bunga naik kembali ke io

3. Teori Kuantitas Uang Klasik

Menurut ekonom klasik , uang tidak mempunyai pengaruh terhadap


perekonomian sektor riil, tidak ada pengaruhnya terhadap tingkat bunga, kesempatan
kerja dan pada pendapatan nasional. Hal ini dibantah oleh ekonomi neo klasik, yang
menyatakan uang mempunyai pengaruh terhadap sektor riil terutama dalam keadaan
belum full employment.
Menurut ekonom klasik, uang hanya berpengaruh pada harga-harga barang, bila
bertambah uang beredar, akan mengakibatkan kenaikan harga saja, jumlah produksi
yang dihasilkan tidak berubah. Inilah yang disebut ‖klasikal dikotomi‖, yang
menyatakan sektor moneter tidak ada hubungannya dengan ekonomi sektor riil.
Ekonom Irfing Fisher dan Alfred Marshall mengemukakan teori kuantitas uang
yang pada dasarnya berpijak pada pengertian diatas. Irfing Fisher merumuskan teorinya
dengan suatu perumusan yaitu :
M.V = P.T

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 23


Dimana M adalah jumlah uang, V adalah tingkat perputaran (velocyti) yakni
berapa kali suatu mata uang pindah tangan (transaksi) dari satu orang kepada orang lain
dalam periode tertentu. P adalah harga barang dipasar, dan T adalah banyak (volume)
barang yang menjadi objek transaksi dipasar.
Persamaan diatas memberikan arti,jumlah uang dikalikan dengan perputarannya
sama dengan total pengeluaran transaksi harus sama dengan jumlah unit barang yang
ditransaksikan dikalikan dengan harganya. Dengan kata lain total pengeluaran (M V)
sama dengan nilai barang yang dibeli (P T). Sementara ekonom Alfred Marshall
membuat persamaan sedikit berbeda dari pada Irving Fisher. Marshal tidak menekankan
pada perputaran uang (velocyti) dalam suatu periode, melainkan pada bagian dari uang
(pendapatan – GNP) yang diwujudkan dalam bentuk uang kas (tidak dibelanjakan pada
barang ). Marshall merumuskan teorinya dengan formula ;
dimana k adalah bagian dari uang
pendapatan(GNP) yang ditahan dalam bentuk uang
M = k Py 1
kas, yang besarnya sama dengan dan y jumlah
V
produksisebagai pengukur T (jumlah barang).
Persamaan Alfred Marshall sudah dapat dikatakan adanya permintaan akan
auang menjadi uang kas, kemudian uang ini disimpan menjadi tabungan atau
dipindahkan ke portofolio yaitu dibelikan pada surat-surat berharga (saham, obligasi,
sertifikat deposito) yang memberikan keuntungan. Hal ini menimbulkan teori portofolio.
Teori kuantitas uang dari kedua pakar moneter klasik ini memberikan asumsi
yang sama,bahwa jumlah uang beredar hanyalah mempengaruhi harga, dan pengaruhnya
adalah proporsional, artinya kalau perubahan terjadi, dimana jumlah uang naik dua kali
lipat, maka harga barang akan naik dua kali pula. Dan uang menurut kedua pakar ini
tidak dapat mempengaruhi produksi (out put = Y), karena out put riil hanya akan
berubah dalam jumlah dan kualitas karena penggunaan faktor-faktor produksi, seperti
pemakaian tenaga kerja, tehnologi dan sebagainya.
Hubungan proporsional antara jumlah uang dengan harga dapat dijelaskan ;
apabila jumlah uang beredar M = 25, V = 4, dan Y = 100, maka harga P akan sama
dengan 1, dengan perhitungan MV = PT atau 25 x 4 = 1 x 100. Jika kemudian M naik 2
kali menjadi 50, maka P akan naik pula 2 kali yaitu 50 x 4 = 2 x 100. Ini kalau
menggunakan persamaan Irving Fisher.
Kalau digunakan formula dari Alfred Marshall dalam melihat hubungan yang
proporsional antara jumlah uang dengan harga, dapat dijelaskan, misalnya k = ¼ artinya
¼ bagian dari pendapatan GNP diwujudkan dalam bentuk uang kas (demand for
money). Apabila GNP (P Y) = 400 milyar rupiah, maka keinginan masyarakat
memegang uang kas = 100 milyar dengan perhitungan :
M = k Py
= ¼ x Rp 400
= Rp 100 milyar
Jika terjadi GNP naik menjadi Rp 800 milyar, maka besarnya uang kas yang diinginkan
masyarakat naik pula jadi Rp 200 milyar.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 24


Permintaan uang kas ini ditujukan untuk melakukan transaski, besar kecilnya k
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sistem pembayaran gaji / upah ( 1 kali
seminggu atau 1 kali sebulan) maka k akan lebih kecil pada orang yang mendapat gaji 1
kali seminggu dari pada yang dibayarkan 1 kali sebulan, dan juga semakin maju lalu
lintas pembayaran dalam transaksi dengan adanya kartu kredit (credit card) yang
cenderung mebuat k menjadi kecil.

4. Toeri Kuantitas Uang Milton Friedman

Setelah adanya teori moneter klasik dari Irving Fisher dan Alfred Marshall
tentang kuantitas uang, maka disini Milton Friedman melakukan terobosan terhadap
teori kuantitas tersebut dengan menyatakan bahwa teori kuantitas uang itu adalah teori
permintaan uang, bukan teori tentang penentuan harga, pendapatan dan penentuan
produksi. Uang itu kata Friedman suatu bentuk kekayaan dan modal, bagi seseorang
pengusaha uang itu dapat menjadi barang produktif. Jika uang dikombinasikan dengan
faktor produksi lain seperti bahan mentah, tenaga kerja dan mesin akan dapat dihasilkan
barang lain. Dengan demikian teori permintaan uang dapat dipandang sebagai teori
modal (capital).
Dipandang dari seseorang pemilik kekayaan uang, permintaan terhadap uang
kas tergantung tiga faktor ; 1) jumlah total kekayaan, 2) harga dan pendapatan dari
berbagai alternatif bentuk kekayaan, 3) selera dan keinginan dari pemilik kekayaan.
Kekayaan itu dapat merupakan sumber pendapatan, dan Friedman membagi bentuk
kekayaan kedalam 5 kategori yaitu ; uang kas, obligasi, saham, kekayaan fisik (rumah,
tanah, mesin), dan kekayaan manusia (skill = kecakapan, keahlian, keterampilan).
Secara formula hubungan kekayaan dan pendapatan (tingkat bunga, dividen) dan
perputarannya dapat dirumuskan :
W = Y/r Dimana W = kekayaan, Y = aliran pendapatan
r = tingkat bunga, dividen
Pendapatan (return = r) yang dihasilkan oleh masing-masing bentuk kekayaan
tersebut dapat digambarkan. Kekayaan berupa uang kas, secara riil nilainya tergantung
dari harga dan banyaknya didapat. Makin tinggi harga barang, maka makin rendah
pendapatan riil dari sejumlah uang kas, dan sebaliknya. Jadi harga barang merupakan
faktor yang mempengaruhi pendapatan riil dan uang kas.
Untuk obligasi dan saham, pendapatan yang diberikan berupa bunga (obligasi)
dan dividen (saham) disamping itu perubahan harga dari surat berharga tersebut.
Apabila harga obligasi dan saham naik perubahan harga ini memberi arti positif kepada
surat berharga berupa mendatangkan r capital gain dan sebaliknya, kalau harganya turun
memberi arti negatif mendatangkan capital loss.
Bagi bentuk kekayaan fisik seperti tanah, rumah, dan mesin hasil pendapatan riil
tergantung pada perubahan harga pasar kekayaan tersebut, sementara kekayaan yang
melekat pada manusia berupa kecakapan, keahlian atau keterampilan meskipun sulit
diukur dengan uang. Yang jelas orang yang memiliki skill mudah memperoleh
pekerjaan, dan bisa mendapatkan penghasilan (gaji-upah) yang lebih tinggi dari pada
orang yang tidak mempunyai skill.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 25


5. Toeri Keynes Tentang Tingkat Bunga dan Permintaan Uang.

Kalau moneter klasik mempunyai pandangan bahwa tingkat bunga itu


merupakan hasil interaksi antara hubungan tabungan dan investasi, maka John Maynard
Keynes mempunyai pandangan yang berbeda, menurut Keynes ; tingkat bunga
ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang dipasar uang. J.M. Keynes ada;ah
murid dari Alfred Marshall, dalam teori kuantitas uang memakai persamaan Marshall
yang dikenal dengan cash balance theory.
Keynes berpandangan, bahwa sepanjang uang itu mempengaruhi tingkat bunga
(interest) maka jumlah uang mempengaruhi keinginan orang untuk menabung dan
keinginan pengusaha / perusahaan mengadakan investasi dalam produksi dan dengan
demikian mempengaruhi pula pada GNP.
Uang menurut Keynes merupakan salah satu bentuk alat penimbun kekayaan
(fungsi uang) yang dapat dipunyai seseorang, diwujudkan dalam bentuk tabungan
dibank, portofolio (obligasi, saham) dan bentuk kekayaan lainnya. Keputusan
masyarakat mengenai bentuk dan susunan kekayaan, berapa besar dari kekayaan itu
berupa uang kas, tabungan dan deposito berjangka, saham, obligasi, tanah, rumah dan
lainnya akan menentukan tingginya tingkat bunga.
Andaikata kata Keynes, kekayaan itu diwujudkan dalam dua bentuk yaitu uang
kas dan surat berharga, saham dan obligasi (portofolio). Keuntungan kalau kekayaan itu
berupa uang kas, adalah kemudahan dalam melakukan transaksi-transaksi, sebab uang
kas merupakan alat pembayaran yang paling likuid, cuma tidak ada resiko capital gain
atau capital loss seperti halnya pada bentuk kekayaan saham / obligasi. Kekayaan dalam
uang kas tidak memberikan return (pendapatan) misalnya bunga. Sebaliknya kekayaan
dalam bentuk saham atau obligasi dimana harga dapat naik turun, tergantung dari
tingkat bunga, yaitu apabila tingkat bunga naik, harga surat berharga tersebut turun, dan
sebaliknya sehingga ada kemungkinan pemegang saham atau obligasi akan menghadapi
capital gain atau capital loss. Namun demikian surat berharga ini mendatangkan
peghasilan berupadividen untuk saham dan bunga bagi obligasi.
Keinginan masyarakat untuk memiliki uang kas, tabungan, deposito, surat
berharga dan bentuk assets lainnya, dijelaskan Keynes dalam toeri permintaan uang.
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa ada tiga motif pokok dalam permintaan akan
uang yaitu ; 1) motif transaksi, 2) motif berjaga-jaga, 3) motif spekulasi.

6. Teori Permintaan Keynes

John Maynard Keynes melukiskan permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-
jaga ditujukan untuk persediaan uang tunai akan digunakan untuk membeli kebutuhan
sehari-hari yang rutin dipenuhi, atau sebagai persiapan dari kemungkinan kebutuhan
dimasa datang seperti biaya pendidikan, kesehatan, setelah pensiun dari pekerjaan dan
kemungkinan resiko lainnya. Ketergantungan permintaan uang untuk transaksi dan
berjaga-jaga disimbolkan dengan mtr dengan rumusan :

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 26


Dimana mtr = jumlah uang yang diminta untuk
Mtr = m1 Y transaksi dan berjaga-jaga.
m1 = faktor pembanding, Y = pendapatan

Y (pendapatan)

Y3

Y2

Y1

O mtr1 mtr2 mtr3 Uang yang diminta

Dari grafik jelas terlihat, bahwa besarnya jumlah uang diminta untuk transaksi dan
berjaga-jaga tergantung pada besarnya pendapatan (Y) dan bukan tergantung pada
tingkat bunga. Pada tingkat pendapatan sebesar Y1 jumlah uang yang diminta sebesar
mtr1, pada Y2 adalah mtr2 dan pada Y3 adalah mtr3, menunjukan makin besar
pendapatan, maka makin besar pula uang yang ditahan untuk keperluan transaksi dan
berjaga-jaga, sehingga mempengaruhi jumlah uang beredar menjadi berkurang.
Perbedaan dengan motif permintaan uang untuk spekulasi, karena uang
berfungsi sebagai alat penimbun kekayaan, maka orang yang memliki keinginan
demikian mewujudkan uang kepada tindakan spekulasi, disebut assets demand for
money. Menurut Keynes, tindakan orang dengan spekulasi ini banyak ditentukan oleh
pengaruh tingkat bunga. Motif permintaan uang untuk spekulasi disimbulkan msp, yang
dapat dirumuskan :

Dimana msp = jumlah untuk spekulasi


msp = m2r m2 = faktor pembanding
r = tingkat bunga modal

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 27


i(%)

msp

o
jumlah uang + spekulasi
Motif spekulasi ditentukan oleh tingkat bunga, maka makin tinggi tingkat bunga akan
makin rendah keinginan masyarakat memiliki uang kas dengan alasan ; 1) bila tingkat
bunga naik berarti biaya memegang uang kas makin besar, demikian pula sebaliknya. 2)
masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga normal, yaitu suatu tingkat bunga
yang diharapkan berubah kearah itu karenan adanya hubungan negatif antara tingkar
bunga (i) dengan permintaan uang msp.
Permintaan uang untuk keseluruhan, yaitu motif transaksi ditambah untuk
berjaga-jaga ditambah untuk spekulasi disimbolkan dengan md dirumuskan :

md = mtr + msp
= m 1 Y + m2 r

Permintaan uang dengan beberapa motif tersebut disebut Keynes ‖liquidity preference‖
yang tergantung pada tingkat bunga dan mempengaruhi jumlah uang beredar
digambarkan secara grafis.

i (tingkat bunga)

jumlah
uang

ieq

liquidity
preference
o
Pada grafik terlihat bahwa tingkat bunga dalam keseimbangan pada i eq dimana
jumlah uang yang diminta untuk kekayaan sama dengan penawaran (jumlah uang) req.
Apabila pada suatu ketika tingkat bunga dibawah ieq maka masyarakat menginginkan
permitaan uang lebih banyak dengan cara menjual surat berharga yang dipegangnya,
dan ha ini akan mendorong harga surat berharga turun dan tingkat bunga naik kembali

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 28


sampai ketingkat keseimbangan semula. Sebaliknya apabila tingkat bunga berada diatas
ieq masyarakat menginginkan uang kas atau kekayaan lebih sedikit dengan cara membeli
surat berharga. Pembelian ini akan mengakibatkan naiknya harga surat berharga atau
tingkat bunga turun sampai keseimbangan tercapai kembali. Gambaran keadaan ini
dilukiskan dengan grafik :

i (%)

i5 5 trilyun

i6 6 triliyun

i7 7 triliyun

liquidity preperence

o jumlah uang & permintaan

Pada grafik menunjukkan bahwa semula jumlah uang beredar terdapat sebanyak
Rp 6 triluyun, pada suatu ketika terjadi penambahan jumlah uang sehingga jumlah uang
beredar menjadi Rp 7 triluyun, telah membuat tingkat bunga turun dari i6 menjadi i7.
Terjadinya pertambahan uang beredar karena masyarakat yang memiliki kelebihan uang
membelanjakan uang itu kepada surat berharga. Sebaliknya berkurangnya jumlah uang
beredar menjadi Rp 5 triliyun yang sebelumnya Rp 6 triliyun, karena masyarakat merasa
kekurangan uang yang dipegang, kemudian menjual surat berharga yang dipegang,
akibatnya tingkat bunga naik semula i6 sekarang menjadi i5 dimana jumlah uang beredar
sama dengan permintaan uang.

7. Perkembangan Teori Permintaan Uang dan Teori Portofolio.

Teori permintaan uang Keynes telah dikembangkan oleh William J. Baumol,


James Tobin, Milton Friedman. Teori Milton Friedman telah dibahas sebelumnya,
tinggal lagi teori Baumol dan Tobin. William J. Baumol menganalisa permintaan uang
untuk motif transaksi, dicontohkan dengan rumah tangga atau keluarga yang
memperoleh penghasilan dari berbagai pekerjaan, dimana pendapatan yang diperoleh 1
kali sebulan namun harus membelanjakan sepanjang waktu (hari) untuk memenuhi
kebutuhan keluarga selama sebulan itu. Persoalannya tergantung kata Baumol, berapa
besar dari pendapatan itu dipegang sebagai uang kasdan berapa untuk pengeluaran
kebutuhan konsumsi keluarga. Kemungkinan sebagian uang pendapatan itu dijadikan
kekayaan melalui tabungan atau bentuk kekayaan lainnya.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 29


Y (income)
Rp 1.000.000,-.

C r
2 Rp. 500.000,-.

10 hari 10 hari 10 hari waktu

Dicontohkan seseorang pada awal bulan memperoleh penghasilan gaji / upah Rp


1.000.000, menjadi uang kas ( C ), kemudian dikeluarkan atau dibelanjakan secara
merata setiap hari selama 1 bulan sampai akhir bulan habis. Berarti C = 0 untuk bulan-
bulan berikutnya demikian pula, disebut tujuan transaksi. Dapat pula sumber uang awal
bulan itu oleh seseorang itu diambil dari uang tabungannya dibank, atau ia harus
menjual surat berharga yang dipegangnya. Karena itu menurut Baumol permintaan uang
kas untuk tujuan transaksi tergantung pula terhadap tingkat bunga, serta biaya perantara
untuk uang kas itu (cost of money). Apabila tingkat bunga dibank sebesar r perbulan
lebih besar dari biaya memegang uang kas (opportunity cost of holding money), maka
orang sedikit memegang uang kas, demikian pula sebaliknya.
James Tobin dalam tulisannya ‖The interest elasticity of transaction demand for
cash‖ dalam analisa permintaan uang untuk transaksi, karena adanya ketidak bersamaan
antara penerimaan pendapatan dengan pengeluaran, telah memaksa seseorang untuk
menyediakan uang kas sebagai alat pembayaran untuk membiayai kebutuhan transaksi.
Hanya saja bila pendapatan (uang kas) diperoleh dari menjual surat berharga,kerugian
orang tersebut harus mengeluarkan biaya untuk transaksi menukarkan atau menjual
surat berharga itu.
Dalam analisa lain Tobin melihat permintaan uang untuk motif spekulasi.
Tulisannya berjudul ‖liquidity preference as behavior towards risk‖ menjelaskan,
kekayaan dapat diwujudkan selain berupa uang kas, juga obligasi, saham, sertifikat
deposito yang mudah diperjual belikan. Hanya saja memegang uang kas tidak
menguntungkan apa-apa, sementara surat berharga bagi pemegangnya dapat
mendatangkan return (penerimaan) berupa bunga, dividen, dan kapital gain karena
perubahan tingkat bunga.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 30


Y (income)

T (t)

B1
SB

0
t1 t2 Uang yang diminta

Tobin menunjukan cara untuk 2 transaksi, cara pertama, bahwa seseorang memegang
penghasilannya dalam bentuk uang kas sampai waktu t1. Kemudian membeli surat
berharga seharga B1 pada waktu t1 dan dipegangnya hingga waktu t2 dan pada waktu t2
surat berharga tersebut dijual. Pendapatan bunga /dividen yang diperoleh ditunjukan
dengan SB segi empat.

Y (income)

T (t)
B (t)
B1
SB

o = t1 t2

Cara kedua, bahwa seseorang itu membeli surat berharga seharga B1, pada awal
penerimaan penghasilan (t1 = 0 ) dan dipegangnya smapia uang kas yang dipegang
habis, yakni pada waktu t2. Pendapatan bunga yang diperolehnya ditunjukan dengan SB
segi empat yang lebih besar dari yang pertama.

Teori Portofolio.

Teori permintaan uang yang telah dikembangkan oleh Milton Friedman, W J.


Baumol dan James Tobin telah populer dengan sebutan teori portofolio. Teori portofolio
ini telah banyak diterapkan dalam manajemen keuangan atau manajemen pembelanjaan
oleh kalangan perusahaan-perusahaan dan investor individual setelah semakin
berkembang keberadaan pasar modal (bursa efek).

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 31


Teori portofolio ini menyangkut masalah pemilihan yang optimal tentang surat
berharga (saham, obligasi, sertifikat deposito dan lainnya) yang dapat menghasilkan
tingkat keuntungan yang diharapkan paling optimal dengan tingkat resiko tertentu.
portofolio yang demikian disebut portofolio yang efisien.
Perkembangan pasar modal atau bursa efek di Indonesia telah meningkatkan
aktivitas masyarakat terhadap transaksi surat berharga yang semula berhubungan hanya
dengan bank-bank yang menyimpankan uangnya /kekayaannya dalam bentuk tabungan
dan deposito berjangka (pasar uang). Setelah semakin berkembang keberadaan pasar
modal, perusahaan, individual sebagai pelaku penanam modal (unit surplus lenders)
telah banyak memindahkan uang atau kekayaan itu ke pasar modal tersebut, dengan
membeli surat berharga (saham, obligasi) dan juga produk-produk derivatif. Resiko
saham dan obligasi dapat diukur dengan cara membandingkan tingkatkeuntungan yang
diharapkan dari suatu portofolio tertentu dengan tingkat keuntungan, portofolio lain
secara keseluruhan, atau portofolio pasar dimana yang dibandingkan disini adalah
kelebihan tingkat keuntungan (exces return) antara saham atau obligasi tertentu tersebut
dengan portofolio pasar lainnya.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 32


Bagian IV
Sistim Moneter dan Bank Sentral

1. Sistim Moneter.

Sistem moneter adalah lembaga-lembaga yang dapat mengeluarkan,


menciptakan, dan mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Sistem moneter terdiri dari
otoritas moneter dan semua bank yang di perbolehkan menerima simpanan giro,
termasuk bank-bank devisa. Otoritas moneter terdiri dari Bank Sentral atau Bank
Indonesia dan Bank Pemerintah Pusat.
Sistem moneter bersama-sama dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya
merupakan sektor ekonomi keuangan Indonesia. Menurut UU perbankkan No. 14 tahun
1967, ‖ sistem perbankkan Indonesia disusun agar BI dapat melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijaksanaan moneter oleh bank-bank dan untuk mengawasi
serta memimpin seluruh sistem perbankkan‖.
Oleh karena itu seluruh bank, yaitu bank komersil/ umum pemerintah atau
swasta sebagai badan usaha dengan bentuk hukum perseroan terbatas atau koperasi akan
dapat di awasi dan di arahkan oleh bank sentral agar supaya dapat di ciptakan suatu
sistem koordinasi dibawah lembaga pengawasan dan panduan tunggal.
1) Fungsi dari otoritas moneter adalah
a. Mengeluarkan atau menciptakan uang giral.
b. Menciptakan uang primer (Uang Kartal).
c. Memelihara atau melakukan pengelolaan cadangan emas dan devisa.
d. Mengontrol pelaksanaan sistem moneter.
Fungsi otoritas moneter yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah mengadakan
transaksi dengan International Monetary of Fund (IMF) dan mengadakan
pinjaman dari luar negeri dalam rangka memperkuat cadangan devisa.
2) Dewan Moneter
Menurut UU No. 13 tahun 1968 tentang Bank sentral, dalam Bab VI pasal 9
menyebutkan bahwa dewan moneter bertugas untuk :
a. Membantu perencanaan dan penentuan serta pengawasan pola kebijaksanaan
moneter untuk mencapai kestabilan moneter.
b. Membantu perencanaan dan penentuan kesempatan kerja penuh dan kenaikan
taraf hidup rakyat.
c. Mengatur dan mengkoordinir pelaksanaan kebijaksanaan moneter seperti yang
telah ditentukan oleh pemerintah.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 33


Kemudian dalam bab yang sama pasal 10 mengatakan bahwa, dewan moneter
terdiri dari :

a. Ketua : Menteri Keuangan


b. Anggota : Menteri Perekonomian/Perdagangan.
Gubernur Bank Indonesia.

Anggota-Anggota Umum Sistem Moneter Dan


Perbankan Di Indonesia

Dirjen moneter dlm negeri


Dirjen moneter luar negeri
Departemen Keuangan
Dewan
moneter
Deputi Perencanaan Moneter
Pembiayaan BAPPENAS

Bank
sentral

Bank Pemerintah Bank asing Bank swasta


Bank Umum/Devisa Kantor cabang Bank umum
Bank Pembangunan Daerah Kepala sub cabang Bank umum (devisa)
Bank Tabungan Ketua perwakilan

3) Kedudukan Dewan / Anggota Moneter di Indonesia

Dalam sistem perbankan indonesia, di mana terdapat dewan moneter yang di ketuai
oleh Menteri Keuangan dengan anggota, Menteri Perdagangan / Perekonomian dan
Gubernur Bank Indonesia. Di bawah dewan moneter terdapat Bank Sentral (Bank
Indonesia) di samping berfungsi : mengatur, menjaga, memelihara kestabilan nilai
rupiah, mengawasi pelaksanaan kebijaksanaan moneter dan membina,
mengkoordinir dan mengawasi seluruh perbankan baik Bank Pemerintah / Bank
Sentral Nasional.
Dewan moneter ini berakhir setelah dikeluarkannya Undang-Undang No. 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dan dari sini pula dimulai Independensi Bank
Indonesia dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 34


2. Bank Sentral

2.1. Asal-usul Bank Sentral

Pada tahun 1834 seorang Perancis yang berkunjung ke Amerika Serikat


menyebut the Bank of United States (cikal bakal Federal Reserve Bank sebagai banque
centrale). Dan 40 tahun kemudian Walter Bagehot menggunakan nama tersebut dalam
bahasa Inggris ‖central bank‖, sebagai bank yang memiliki hak monopoli dalam
percetakan dan pengedaran uang (Marjorie and Pringle, dalam Suseno ; 2007 hal 4).
Mengapa bank sentral penting ? sesuai dengan predikat yang melekat pada nama
yaitu bank dan sentral, sentral disini dapat diartikan sebagai pengendali, sebagai pusat,
sebagai pembuat aturan bagi bank lain. Jadi bank sentral menjadi penting karena ; a)
sebagai otoritas moneter, kegiatan bank sentral terkait dan berpengaruh terhadap seluruh
sektor ekonomi lainnya (seperti fiskal, riil, luar negeri dan lainnya), b) bank sentral
selain bertugas menjaga kestabilan harga juga berperan penting dalam menjaga stabilitas
sistem keuangan, c) bank sentral sebagai mitra strategis dan penyeimbang bagi otoritas
fiskal dalam menjaga stabilitasekonomi makro suatu perekonomian.
Bank sentral merupakan fenomena abad ke 20, hanya ada beberapa bank sentral
yang ada sebelum abad 20 yaitu ; Inggris dan Swedia. Menurut Capie (1997) pada awal
abad 20 terdapat 18 bank sentral, pada tahun 1950 ada sebanyak 59 bank sentral dan
pada tahun 1990 telah menjadi 161 bank sentral didunia. Pada saat ini hampir setiap
negara memiliki sebuah bank sentral.
Munculnya bank sentral adalah melalui proses evolusi yang sangat panjang, akan
tetapi pada dasarnya bank sentral muncul sebagai konsekuensi dari adanya uang serta
berkembangnya sistim perbankan. Bank sentral muncul sejak ada bank yang ditunjuk
dan mempunyai monopoli untuk mencetak dan mengedarkan uang. Tetapi ada juga teori
yang menyatakan bahwa bank sentral muncul sejak sebuah bank berfungsi sebagai ‖the
lender of the last resort‖. Kalau harus memenuhi ke dua syarat tersebut maka sebelum
abad 20 mungkin tidak ada lembaga yang memenuhi syarat sebagai suatu banksentral.
Sebelum dikenal adanya bank sentral, setiap bank dapat mengeluarkan uang
(koin) masing-masing dan uang tersebut tidak memakai standard (ukuran maupun kadar
kandungan emas atau peraknya). Pada tahun 1606 parlemen Belanda
mengidentifikasikan terdapat 341 jenis coin perak dan 505 jenis coin emas, dan paling
tidak terdapat lembaga yang mencetak (mints) coin (uang logam) di Belanda. Pada
tahun 1609 Bank of Amsterdam sebenarnya sudah mulai dengan monopoli mencetak
kion, tetapi bank tersebut bankrut karena kredit macet (terhadap Dutch East India Co).
Bank-bank sentral yang terbentuk sebelum abad 20 antara lain Swedia, dan
Eropa lainnya, Bank of Japan dibentuk pada tahun 1882 pada saat restorasi Meiji, bank
sentral Amerika (the Fed) baru berdiri pada awal abad 20 yaitu pada tahun 1913,
sedangkan sebagian besar bank sentral termasuk Indonesia terbentuk setelah
berakhirnya perang dunia ke dua. Bank sentral terus mengalami perubahan, terutama
menjelang akhir abad 20 dan awal abad 21.

(* Suseno ; 2007, hal 4-8)

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 35


Dibidang kelembagaan misalnya bank sentral yang semula sebagai bagian dari
pemerintah,menjadi semakin otonom/independen, tugas yang semula lebih luas menjadi
semakin terfokus. Berikut dapat dilihat evolusi kelembagaan bank sentral ;

Evolusi kelembagaan Bank Sentral


Bank sentral di berbagai negara bermula dari bank komersial, yang
berkembang menjadi bank sirkulasidan kemudian menjadi bank sentral yang
modern dengan tujuan yang fokus dan independent.

Bank sirkulasi & Bank sentral Bank sentral


banker’s bank (awal) (dewasa ini )

 Bank komersial ber  Peran kebijakan mo  Tujuan tunggal, yaitu


fungsi sebagai bank neter, perbankan, dan stabilitas harga untuk
sirkulasi sistim pembayaran pertumbuhan ekonomi
 Juga sebagai ban meningkat  Fokus pada tiga tugas ;
 Kadang masih sebagai kebijakan moneter,
ker’s bank (len ders
bank komersial perbankan, dan sistim
of last resort)  Sebagai bagian dari pembayaran
 Peran kebijakan mo pemerintah, termasuk  Independent dari peme
neter, perbankan, pembiayaan fis kal dan rintah dengan koor
dan sistim pemba program pemerintah dinasi
yaran terbatas  Tujuan jamak (inflasi,  Penguatan akuntabi
kurs, partumbuhan, litas dan tranfaransi.
lapangan kerja, neraca
pembayaran

Dalam perjalanannya evolusi kelembagaan bank sentral ini terus diikuti dengan evolusi
dari peran bank sentral itu sendiri, dan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 36


Evolusi Peran Bank Sentral
Evolusi peran bank sentral dipengaruhi perkembangan ekonomi dan keuangan,
sosial dan politik, serta teori ekonomi.

Bank sirkulasi & Bank Sentral Bank Sentral


Banker’s bank (awal) (Dewasa ini)

 Industrial revolution &  Perlunya pertumbuhan (dari  Globalization & financial


Ekonomi,
keuangan

merchantilism pada inflasi pasca perang liberalization


 Emergence of banking dunia  Cross-border capital flows
 Financial repression & & crises
and payment system
government lead develop  Pentingnya disiplin dan
ment focus kebidang ekonomi
 Bretton wood & interest
trade focus

 Classical economic  Macroeconomic (output)  Neo-clasical synthesis : LR


Pandangan

thoughts of Adam Smith, stabilization policy money neutrality & SR


 Debat Klasik versus Keynes
Teori

Fisher, Keyness, Ricardo, Philips curve inflation focus


Casel, etc, on growth  Mundel-Fleming untuk eko of monetary policy
nomi terbuka  Ratexs & Real business
money, prices, interest,
 Structural adjustment cycle, transparency,
exchange rate etc. komitment, credibility
policies (first generation
reforms)  Good governance (second
generation reforms)

 Colonialism from the  Democratization in the  Democratization movements


Politik
Sosial

West, struggle for West, but not in the East from the West ―spill-over‖to
independence in the East  Nationalsm & cathing the East
up’from the East

2.2. Perkembangan Bank Sentral di Indonesia.

Di Indonesia, bank sentral dikenal Bank Indonesia yang pada mulanya


berkembang dari suatu bank yang mempunyai tugas sebagaimana dilakukan oleh bank-
bank pada umumnya atau yang dikenal dengan sebutan bank komersial. Secara gradual
bank sentral diberi tugas dan tanggung jawab yang lebih besar dan berbeda dari bank
komersial, yaitu dalam pengaturan dan kebijakan seperti menerbitkan uang (kertas dan
logam), dan bertindak sebagai agen dan bankir pemerintah. Dalam perkembangan
selanjutnya, bank yang kemudian dikenal sebagai bank sentral memiliki tugas dan
tanggung jawab yang lebih terkait dengan pengaturan dan kebijakan, dan dilepaskan
dari berbagai tugas dan tanggung jawab yang pada umumnya dilakukan oleh bank
komersial.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 37


Pada awalnya bank sentral disebut sebagai bank of issue ’bank sirkulasi’ karena
tugasnya dalam menerbitkan uang kertas dan logam sebagai alat pembayaran yang sah
dalam suatu negara dan mempertahankan konversi uang dimaksud terhadap emas atau
perak atau keduanya.
Sebelum Indonesia merdeka, Indonesia belum memiliki bank sentral seperto
yang ada pada saat ini. Pada periode tersebut fungsi bank sentral hanya terbatas sebagai
bank sirkulasi. Tugas sebagai bank sirkulasi dilaksanakan oleh De Javasche Bank NV
yang diberi hak oktrooi Tahun 1827, yaitu hak mencetak dan mengedarkan Gulden
Belanda oleh Pemerintah Belanda.
Pada masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, dalam penjelasan bab VII
pasal 23 UUD 1945 disebutkan bahwa dibentuk sebuah bank sentral yang disebut bank
Bank Indonesia dengan tugas mengeluarkan dan mengatur peredaran uang kertas.
Selanjutnya pada tanggal 19 September 1945 dalam sidang Dewan Menteri, Pemerintah
Indonesia mengambil keputusan untuk mendirikan satu bank sirkulasi berbentuk bank
milik negara. Berkaitan dengan hal tersebut, langkah pertama adalah mebentuk yayasan
dengan nama ‖Pusat Bank Indonesia‖. Yayasan tersebut merupakan cikal bakal
berdirinya Bank Negara Indonesia (BNI).
Pada tahun 1949 melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) terjadi penyerahan
kedaulatan Indonesia kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS), pada saat itu
terjadi kesulitan dalam mengusulkan Bank Negara Indonesia (BNI) yang telah didirikan
untuk ditetapkan sebagai bank sentral RIS, sehingga Pemerintah Indonesia dengan
terpaksa menerima De Javasche Bank sebagai bank sentral. Dalam perkembangannya
pada tanggal 6 Desember 1951 dikeluarkan Undang-Undang Nasionalisasi De Javasche
Bank.
Pada tanggal 1 Juli 1953 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953,
tentang Pokok Bank Indonesia sebagai pengganti Javasche Bank Wet tahun 1922. Mulai
saat itu lahirlah satu bank sentral di Indonesia yang diberi nama BankIndonesia,
selanjutnya pada tahun 1968 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968,
tentang Bank Indonesia, dimana Bank Indonesia tidak lagi berfungsi ganda karena
beberapa fungsi sebagaimana dilakukan oleh bank komersial dihapuskan.
Selanjutnya dengan diberlakukan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999,
kedudukan Bank Indonesia selaku bank sentral telah dipertegas kembali. Dimana Bank
Indonesia telah mempunyai kedudukan yang independen diluar pemerintah sebagaimana
bank-bank sentral dibeberapa negara. Dengan independensi tersebut Bank Indonesia
selaku otoritas moneter diharapkan dapat melaksanakan tugas dan wewenangnya secara
detail. Berdasarkan UU tersebut Bank Indonesia dinyatakan sebagai badan hukum, yang
berart Bank Indonesia mempunyai kewenangan untuk melaksanakan perbuatan hukum
termasuk mengelola kekayaannya sendiri terlepas dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), selain itu Bank Indonesia juga berwenang membuat peraturan
yang mengikat masyarakat luas sesuai dengan tugas dan kewenangan dan dapat
bertindak atas namanya sendiri didalam dan diluar pengadilan.
Terakhir pada tahun 2004 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004,
tentang Bank Indonesia, yang tidak saja menjelaskan tentang independensi,
akuntabilitas, dan transparansi Bank Indonesia, tetapi juga dalam melakasanakan tugas

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 38


dan wewenangnya Bank Indonesia dinilai kinerjanya oleh DPR dan melakukan
koordinasi dengan pemerintah dalam perumusan kebijakan moneternya, untuk itu Bank
Indonesia diwajibkan menyampaikan laporan tahunan dan laporan triwulanan mengenai
pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada DPR dalam rangka akuntabilitas dan
kepada Pemerintah sebagai informasi, disamping itu Bank Indonesia juga wajib
melaporkan Laporan Keuangan Tahunan kepada BPK untuk dilakukan pemeriksaan
dan laporan hasil pemeriksaan dimaksud disampaikan kepada DPR. Dalam rangka
memenuhi asas transparansi, Bank Indonesia diwajibkan menyampaikan laporan
tahunan dan laporan triwulanan tersebut kepada masayarakat luas melalui media massa
dengan menyampaikan ringkasannya dalam Berita Negara.

2.3. Tujuan dan Tugas Pokok Bank Indonesia

Tujuan dan tugas pokok Bank Indonesia sebagai bank sentral diatur secara jelas
dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 3 Tahun 2004. Tujuan Bank Indonesia ditetapkan untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksudkan dalam
UU tersebut adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa serta terhadap mata
uang negara lain. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa diukur dengan dengan
atau tercermin pada perkembangan laju inflasi. Kestabilan nilai rupiah terhadap mata
uang negara lain diukur berdasarkan atau tercermin pada perkembangan nilai tukar
rupiah (kurs) terhadap mata uang negara lain.
Perubahan penting pada Bank Indonesia, dimana Bank Indonesia mengalami
perubahan fungsi, peran, dan status yang penting sejak diberlakukannya UU No. 23
tahun 1999. Perubahan tersebut dipicu oleh perubahan sosial ekonomi dan politik
setelah terjadi krisis pada tahun 1997 / 1998. Beberapa perubahan penting yang
dilakukan adalah ; a) Bank Indonesia berstatus sebagai lembaga yang indenpenden
(sebelumnya sebagai bagian dari pemerintah / kabinet / Dewan Moneter, b) Bank
Indonesia mempunyai sasaran dan tujuan tunggal (stabilitas nilai rupiah), c) Bank
Indonesia tidak dapat melakukan pembiayaan (memberikan kredit kepada pemerintah,
proyek-proyek pembangunan dan sebagainya, d) Bank Indonesia lebih transparansi dan
akuntabel, e) Bank Indonesia sebagai research and knowledge based organization.
Beberapa aspek yang berkaitan dengan UU No. 3 Tahun 2004 yang merupakan
amandemen terhadap UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, antara lain ; a)
penetapan sasaran inflasi (inflation targeting) oleh pemerintah, b) penundaan pengalihan
tugas pengawasan bank, c) pengaturan fasilitas pembiayaan darurat bagi perbankan, d)
penyempurnaan mekanisme pencalonan Dewan Gubernur, e) penguatan akuntabilitas
dan transparansi, f) pembentukan badan supervisi, g) persetujuan anggaran operasional
oleh DPR. Kemudian tugas pokok Bank Indonesia dipertegas lagi dengan UU No. 3
Tahun 2004 yaitu ; a) Tujuan Bank Indonesia adalah untuk mencapai dan memelihara
stabilitas rupiah, b) Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia mempunyai tugas ;
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran
sistim pembayaran, mengatur dan mengawasi bank-bank.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 39


Peran dan tugas Bank Indonesia selaku Bank Sentral di Indonesia telah
mengalami evolusi dari yang semula sebagai bank sirkulasi, kemudian pernah diminta
pemerintah sebagai agen pembangunan, dan terakhir sejak tahun 1999 telah menjadi
lembaga yang independen dengan rincian tugas-tugas pokok adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mengendalikan jumlah
uang beredar dan atau suku bunga dalam perekonomian agar dapat mendukung
pencapaian tujuan kestabilan nilai uang tersebut dan sekaligus mampu mendorong
perekonomian nasional, dalam kaitan ini mencapai sasaran inflasi dan kestabilan
nilai tukar bank sentral juga mempertimbangkan perkembangan dan prospek
ekonomi makro secara keseluruhan. Hal ini dilakukan agar pencapaian kestabilan
nilai uang tersebut tidak menganggu dan sebaliknya justru ikut menggairahkan
aktivitas ekonomi secara keseluruhan.
b. Mengatur dan melaksanakan sistim pembayaran, yang mecakup sekumpulan
kesepakatan, aturan, standard, dan prosedur yang digunakan dalam mengatur
peredaran uang antar pihak dalam melakukan kegiatan ekonomi dan keuangan
dengan menggunakan instrumen pembayaran yang sah. Sistim pembayaran dapat
berlangsung baik secara tunai maupun non tunai. Sistim pembayaran tunai
menyangkut pencetakan dan peredaran uang agar jumlah, denominasi, kelayakan,
maupun keamanan uang sebagai alat pembayaran yang sah dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam melaksanakan berbagai aktivitas ekonomi. Sementara
itu, sistim pembayaran nontunai menyangkut peredaran uang yang pada umumnya
dalam bentuk giral, dan produk-produk perbankan lainnya, baik melalui proses
kliring antarbank, kartu kredit, dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
c. Mengatur dan mengawasi perbankan, peran penting perbankan terutama terletak
pada fungsinya sebagai lembaga kepercayaan dalam memobilisasi dana masyarakat
dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit dan alternatif pembiayaan lainnya
untuk dunia usaha, perbankan mempunyai peran vital dalam pelaksanaan kebijakan
moneter karena sebagian besar peredaran uang dalam perekonomian berlangsung
melalui perbankan, hampir seluruh mekanisme transmisi kebijakan moneter ke
inflasi dan aktivitas ekonomi riil melalui perbankan. Dengan kata lain, pelaksanaan
tugas kebijakan moneter, sistim pembayaran, dan pengaturan perbankan saling
terkait dan saling mendukung dalam pencapaian tujuan kestabilan nilai uang yang
menjadi tujuan dan tanggung jawab bank sentral. Berdasarkan Undang-Undang,
kewenangan Bank Indonesia dalam mengatur dan mengawasi bank meliputi ; 1)
memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari
bank, 2) menetapkan peraturan dibidang perbankan, 3) melakukan pengawasan
bank baik secara langsung maupun tidak langsung, 4) mengenakan sanksi terhadap
bank sesuai ketentuan perundangan.
Dilihat dari sistim ketatanegaraan Republik Indonesia, kedudukan Bank
Indonesia selaku lembaga negara yang independen tidak sejajar dengan lembaga tinggi
negara seperti Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, dan atau
Mahkamah Agung. Kedudukan Bank Indonesia juga tidak sama dengan Departemen
karena kedudukan Bank Indonesia berada diluar pemerintah, status dan kedudukan yang

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 40


khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan
fungsinya sebagaai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.

Struktur Bank Indonesia Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia

MPR

PRESIDEN DPR BPK MA


Kepala Kepala
Bank Negara pemerintahan
Indonesia

(F.X. Sugiono dan Ascarya : 2004, hal 27)

2.4. Hubungan Dengan Pemerintah.


Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Bank Indonesia menjali
hubungan dengan Pemerintah, tidak saja dalam tingkatan koordinasi antarkebijakan,
tetapi juga mencakup pula hubungan kerja operasional. Hubungan Bank Indonesia
dengan Pemerintah telah diatur dengan jelas dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004. Pada tingkat
operasional, Bank Indonesia ditetapkan sebagai pemegang kas Pemerintah. Dalam hal
ini penerimaan dan pengeluaran pemerintah dilakukan melalui rekeningnya yang
disimpan di Bank Indonesia. Meskipun demikian Bank Indonesia dilarang memberikan
pinjaman kepada Pemerintah, termasuk dalam bentuk saldo negatif dari rekening
pemerintah tersebut maupun dengan membeli surat utang negara yang diterbitkan
Pemerintah di pasar. Selain pemegang kas pemerintah, Bank Indonesia untuk dan atas
nama pemerintah dapat menerima pinjaman luar negeri.
2.5. Dewan Gubernur.

Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999, Bank Indonesia sebagai bank sentral
Republik Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur. Dalam melaksanakan tugasnya,
Dewan Gubernur dipimpin oleh seorang Gubernur, dengan Deputi Gubernur Senior
sebagai wakil dan minimal empat orang atau maksimal tujuh orang Deputi Gubernur
sebagai anggota. Saat ini Bank Indonesia memiliki seorang Gubernur, seorang Deputi
Gubernur Senior, dan enam Deputi Gubernur. Dewan Gubernur mempunyai masa
jabatan maksimum lima tahun dan hanya dapat diangkat kembali untuk satu kali masa

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 41


jabatan berikutnya. Untuk menjaga kesinambungan kebijakan bank sentral, penggantian
Dewan Gubernur diatur secara berkala, yaitu setiap tahun paling banyak dua orang yang
diganti.

Gubernur

Deputi
Gubernur
Senior

Deputi Deputi Deputi Deputi Deputi Deputi


Gubernur Gubernur Gubernur Gubernur Gubernur Gubernur

(F.X. Sugiono dan Ascarya : 2004, hal 39)

Dewan gubernur diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan dari DPR, khusus Deputi Gubernur usul Presiden dilakukan
dengan rekomendasi dari Gubernur dengan bakal calon dari internal maupun eksternal
Bank Indonesia. Untuk menjadi anggota Dewan Gubernur, calon yang bersangkutan
harus memenuhi persyaratan antara lain ; a) warga negara Indonesia, b) memeliki akhlak
dan moral yang tinggi, c) memiliki keahlian dan pengalaman dibidang ekonomi,
keuangan, perbankan, atau hukum, khususnya yang berkaitan dengan tugas bank sentral.

2.6. Independensi Bank Sentral.

Independensi adalah salah satu faktor penting dalam pencapai tujuan akhir suatu
bank sentral. Permasalahan independensi telah ada semenjak bank sentral pertama
berdiri. David Ricardo (1824) menganjurkan adanya otonomi bank sentral dan
menganjurkan pula agar bank sentral tidak membiayai defisit anggaran belanja
pemerintah. Independensi bank sentral sudah mulai banyak diterapkan dan diperkuat
dengan undang-undang diberbagai negara sejak tahun 1990-an.
Independensi didefinisikan sebagai kebebasan dari pengaruh, instruksi,
pengarahan, atau kontrol dari pihak-pihak lain, jadi diterapkan pada bank sentral. Meyer
(2000) mengartikan independensi sebagai kebebasan dari pengaruh,
instruksi/pengarahan, atau kontrol, baik dari badan eksekutif maupun badan legislatif.
Sementara itu Fraser (1994) mendefinisikan independensi bank sentral sebagai

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 42


kebebasan bank sentral untuk dapat melaksanakan kebijakan moneternya yang bebas
dari pertimbangan-pertimbangan politik. Yang tidak termasuk dalam pengertian
independensi menurut Fraser adalah konsultasi/koordinasi dengan Pemerintah dalam
rangka menyelaraskan kebijakan yang menjadi kewenangan masing-masing.
Secara umum independensi bank sentral dapat dibedakan dalam lima aspek
sebagai berikut :
a. Institutional Independence
Kebebasan kelembagaan yaitu kedudukan lembaga bank sentral yang berada diluar
lembaga pemerintah dan bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain.
b. Goal Independence
Independensi dalam menetapkan sasaran akhir, yaitu kebebasan bank sentral dalam
menetapkan kebijakan moneter seperti sasaran inflasi, pertumbuhan ekonomi dan
lainnya.
c. Instrument Independence
Kebebasan bank sentral dalam menetapkan dan menggunakan instrumen moneter
dan menetapkan sendiri target-target operasional kebijakan moneter untuk mencapai
sasaran akhir yang ditetapkan.
d. Personal Independence
Yaitu kemampuan dan kewenangan dewan gubernur bank sentral sebagai badan
pembuat kebijakan untuk menolak campur tangan pemerintah dan atau pihak lain
dalam melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan undang-undang. Independensi
personal dapat terwujud dalam bentuk penetapan masa jabatan dewan gubernur yang
berbeda dengan masa jabatan pemerintah.
e. Financial Independence
Kewenangan yang diberikan undang-undang kepada bank sentral untuk menetapkan
dan mengelola anggaran dan aset kekayaan tanpa persetujuan oleh parlemen.
Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan bank sentral dilakukan melalui audit
yang dilakukan oleh auditor independen yang hasilnya dipublikasikan kepada
masyarakat.
Di Indonesia konsep independensi bank sentral telah banyak dibahas semenjak
tahun 1950-an. Mr. Sjafruddin Prawiranegara, presiden De Javasche Bank waktu itu
sudah mensinyalir adanya gangguan terhadap independensi karena rencana
pembentukan dewan moneter. Pengaturan independensi Bank Indonesia telah ditetapkan
dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2004. Berdasarkan uraian lima aspek
tersebut diatas Bank Indonesia dapat menjalankan kebebasannya dalam kebebasan
kelembagaan, kebebasan dalam menetapkan sasaran akhir, kebebasan dalam
menetapkan instrumen kebijakan moneter, kebebasan dan kewenangan dewan gubernur
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan kebebasan dan kewenangan dalam mengelola
anggaran dan aset kekayaannya.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 43


2.7. Akuntabilitas dan Transparansi

Independensi yang tinggi menuntut akuntabilitas dan transparansi yang lebih


besar pula untuk menjamin bahwa pencapaian tujuan dan pelakanaan tugas-tugas yang
sudah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik oleh bank sentral. Akuntabilitas dan
transparansi terkait erat. Bank sentral yang lebih transparan akan mempermudah kinerja
bank sentral menjadi lebih baik (Poole, 2001).
Secara umum Poole (2003) memberikan pengertian mengenai transparansi
kebijakan bank sentral sebagai pengungkapan informasi kepada publik secara akurat,
termasuk segala informasi yang dibutuhkan oleh para pelaku pasar dalam rangka
membentuk opini selengkap mungkin mengenai kebijakan yang ditempuh bank sentral.
Sundarajan dkk (2003) memberikan pengertian yang lebih konrit bahwa transparansi
kebijakan moneter dan keuangan merujuk pada kondisi ketika tujuan kebijakan,
landasan hukum dan kelembagaan, keputusan kebijakan dan dasar pertimbangannya,
data dan informasi yang dipergunakan, dan akuntabilitas badan pembuat kebijakan
disampaikan kepada publik dengan cara yang mudah dipahami, diakses, dan tepat
waktu.
Pandangan Geraats (2001) yang meletakan transparansi dalam tahapan-tahan
pemberian informasi mengenai kebijakan bank sentral kepada publik. Dalam kaitan ini
transparansi dikelompokan kedalam lima aspek yaitu ;
a. Keterbukaan mengenai tujuan kebijakan seperti sasaran kestabilan harga atau inflasi
(transparansi politik).
b. Pengungkapan data, model, dan prakiraan ekonomi yang dipergunakan bank sentral
(transparansi ekonomi).
c. Informasi mengenai strategi kebijakan dan prosedur pengambilan keputusan internal
pada bank sentral (transparansi prosedural).
d. Pengomunikasian keputusan kebijakan, seperti perubahan dan arah suku bunga
(transparansi kebijakan).
e. Keterbukaan pelaksanaan kebijakan yang diputuskan seperti operasi moneter
(transparansi operasional).
Terdapat beberapa cara dan media yang digunakan dalam transparansi kebijakan
bank sentral, seperti ; a) penjelasan melalui publikasi dokumen resmi, b) penjelasan
kepada media massa ataupun lembaga perwakilan rakyat (parlemen), c) penjelasan
secara langsung kepada masyarakat umum, d) cara penjelasan yang lain. Beberapa cara
ini dapat dipergunakan sekaligus sesuai dengan keinginan otoritas moneter dalam
memperluas transparansinya secara.efektif.
Kepada siapa transparansi dan komunikasi kebijakan bank sentral merupakan
cerminan dari penerapan prinsip akuntabilitas demokrasi seperti yang telah diuraikan
sebelumnya. Dalam kaitan ini, Blinder dkk (2003) mengemukakan empat pihak yang
menjadi target utama dari komunikasi bank sentral yaitu : a) media massa dan
masyarakat, b) pemerintah dan parlemen atau DPR, c) pasar keuangan, d) pemerhati
bank sentral. Cakupan informasi dan bagaimana metode keomunikasinya akan
tergantung pada keempat target komunikasi tersebut.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 44


Akuntabilitas dan transparansi Bank Indonesia diatur secara jelas dalam UU No.
23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3
Tahun 2004. Dalam kaitan ini, amandemen UU Bank Indonesia memberikan penegasan
bahwa kinerja Dewan Gubernur dan Bank Indonesia dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya dinilai oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Untuk itu Bank Indonesia
diwajibkan untuk menyampaikan laporan tahunan dan laporan triwulanan secara tertulis
tentang pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada DPR dan Pemerintah.
Penyampaian laporan kepada DPR adalah dalam rangka akuntabilitas, sedangkan
laporan kepada Pemerintah adalah dalam rangka informasi.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 45


Bagian V
Kebijakan Moneter

1. Pengertian

Dalam perkembangan peradaban manusia, peranan uang dirasakan sangat


penting, hampir tidak ada satupun bagian dari kehidupan ekonomi manusia yang tidak
terkait dengan keberadaan uang. Perkembangan dan peningkatan jumlah uang bereda
yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga melebihi tingkat yang diharapkan
sehingga dalam jangka panjang dapat menganggu pertumbuhan ekonomi, sebaliknya
apabila peningkatan jumlah uang beredar sangat rendah maka kelesuan ekonomi akan
terjadi. Apabila hal ini berlangsung terus menerus, kemakmuran masyarakat secara
keseluruhan pada gilirannya akan mengalami penurunan. Kondisi tersebut antara lain
melatarbelakangi upaya-upaya yang dilakukan oleh bank sentra suatu negara dalam
mengendalikan jumlah uang beredar dalam perekonomian. Kegiatan pengendalian
jumlah uang beredar tersebut lazimnya disebut dengan kebijakan moneter yang
ditempuh bank sentral.
Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas moneter
dalam bentuk pengendalian besaran moneter dan atau suku bunga untuk mencapai
perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Dalam prakteknya,
perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan tersebut adalah terjaganya
stabilitas ekonomi makro yang antara lain dicerminkan stabilitas harga, seperti ;
rendahnya laju inflasi, membaiknya perkembangan output riil atau pertumbuhan
ekonomi, dan cukup luasnya lapangan atau kesempatan kerja yang tersedia. Kebijakan
moneter yang disebutkan diatas merupakan bagian integral dari kebijakan ekonomi
makro, yang pada umumnya dilakukan dengan mempertimbangkan siklus kegiatan
ekonomi, sifat perekonomian suatu negara (tertutup, terbuka), serta faktor fundamental
ekonomi lainnya.

2. Kebijakan Moneter dan Siklus Kegiatan Ekonomi

Kebijkan moneter sebagai salah satu dari kebijakan ekonomi makro


padaumumnya diterapkan sejalan dengan siklus kegiatan ekonomi (business cycle).
Dalam hal ini kebijakan moneter yang diterapkan pada kondisi ketika perekonomian
sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat (boom) tentu berbeda dengan
kebijakan moneter yang diterapkan pada saat perekonomian sedang melambat
(depression atau slump). Dalam kajian literatur dikenal dua jenis kebijakan moneter
yaitu kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif.
Kebijakan moneter ekspansif adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk
mendorong kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui peningkatan jumlah
uang beredar. Kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan moneter yang ditujukan

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 46


untuk memperlambat kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui penurunan
jumlah uang beredar.
Dalam jangka pendek kebijakan moneter ekspansif dapat mendorong kegiatan
ekonomi yang sedang mengalami resesi yang berkepanjangan. Sedangkan kebijakan
moneter kontraktif dapat memperlambat laju inflasi yang umumnya terjadi pada saat
kegiatan perekonomian sedang mengalami boom. Berikut dapat dilihat gambaran siklus
kegiatan ekonomi ;

Siklus Kegiatan Ekonomi


output

fase ekspansif G

C Trend

E
A
D F

Waktu
(Perry Warjiyo dan Solikin ; 2004, hal 65)

Posisi pada huruf A, C, E, dan G menunjukan perkembangan kegiatan ekonomi pada


titik balik tertinggi untuk kurun waktu tertentu. Sementara posisi pada huruf B, D, F
menunjukan perkembangan kegiatan ekonomi pada titik balik terendah untuk kurun
waktu tertentu. Pada fase kegiatan perekonomian sedang mengalami resesi (misalkan
dari A ke B). Bank sentral dapat memperpendek periode resesi dengan melakukan
kebijakan moneter yang ekspansif sehingga perekonomian dapat lebih cepat mengalami
pemulihan kembali (recovery). Dalam kondisi perekonomian mengalamai
perkembangan yang sangat pesar bank sentral dapat menghaindari pemanasan kegiatan
ekonomi (overheating) dengan melkaukan kebijakan moneter yang kontraktif. Pola
penerapan kebijakan moneter yang aktif bersifat ‖memperlunak‖fluktuasi kegiatan
ekonomi tersebut dikenal dengan counter cyclical monetary policy.

3. Kebijakan Moneter dan Kebijakan Ekonomi Makro Lain.

Penerapan kebijakan moneter tidak dapat dilakukan secara terpisah dengan


penerapan kebijakan ekonomi makro lainnya, seperti kebijakan fiskal, kebijakan sektor
riil, dan lain. Hal ini terutama mengingat perkembangan ekonomi dan harga-harga

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 47


ditentukan oleh perkembangan pada sisi permintaan dan sisi penawaran. Kebijakan
moneter dan fiskal lebih berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi dan harga
melalui sisi permintaan, yaitu pengaruh jumlah uang beredar dan suku bunga untuk
kebijakan moneter dan pengaruh pengeluaran pemerintah untuk kebijakan fiskal.
Sementara itu pengaruh sisi penawaran dari perkembangan ekonomi dan harga lebih
banyak ditentukan oleh kebijakan sektor riil, seperti industri, perdagangan, investasi,
tenaga kerja, dan teknologi. Dengan demikian untuk mencapai tujuan kebijakan
ekonomi makro secara optimal, biasanya diterapkan policy mix atau bauran kebijakan
yang terkoordinasi antara satu kebijakan dengan kebijakan lainnya.

4. Kebijakan Moneter dalam Perekonomian Terbuka.

Keterbukaan ekonomi suatu negara akan membawa konsekuensi pada


perencanaan dan pelaksanaan kebijakan ekonomi makro, termasuk kebijakan
moneternya. Hal ini mengingat semakin besar transaksi perdagangan dan keuangan
internasional yang dilakukan oleh suatu negara, maka semakin besar pula aliran dana
luar negeri yang masuk dan keluar dari negara yang bersangkutan. Aliran dana luar
negeri tersebut selanjutnya akan mempengaruhi jumlah uang yang beredar, suku bunga,
dan nilai tukar dalam perekonomian, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Mekanisme dan besarnya pengaruh aliran dana luar
negeri tersebut akan dipengaruhi oleh sistim nilai tukar dan sistim devisa yang dianut
negara tersebut.
a. Sistim nilai tukar.
Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatu mata uang
terhadap mata uang lain. Pada dasarnya terdapat tiga sistim nilai tukar yaitu ; 1)
fixed exchange rate yaitu sistim nilai tukar tetap, 2) managed floating exchange rate
yaitu sistim nilai tukar mengambang terkendali, 3) floating exchange rate yaitu
sistim nilai tukar mengambang.
b. Sistim Devisa.
Devisa merupakan aset keuangan yang digunakan dalam transaksi internasional.
Penetapan sistim devisa pada suatu negara ditujukan untuk mengatur pergerakan laju
lintas devisa antara penduduk dan bukan penduduk dari suatu negara kenegara lain.
Pada dasarnya ada tiga sistim devisa yaitu ; 1) sistem devisa terkontrol, 2) sistim
devisa semi terkontrol, 3) sistim devisa bebas. Pemilihan sistim devisa mana yang
dianut akan tergantung pada kondisi negara yang bersangkutan, khususnya
keterbukaan ekonominya dalam arti seberapa jauh negara yang bersangkutan ingin
mengintegrasikan ekonominya dengan ekonomi global.

5. Kerangka Strategis Kebijakan Moneter.

Kerangka strategis kebijakan moneter pada dasarnya terkait dengan penetapan


tujuan akhir kebijakan moneter dan strategi untuk mencapainya. Secara prinsip terdapat
beberapa strategi dalam mencapai tujuan kebijakan moneter. Masing-masing strategi
memiliki karakteristik sesuai dengan indikator tertentu yang digunakan sebagai nominal

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 48


anchor ’jangkar nominal’ atau semacam ’sasaran antara’ dalam mencapai tujuan akhir.
Beberapa strategi kebijakan moneter tersebut antara lain ; 1) exchange rate targeting
yaitu pengetatan nilai tukar, 2) monetary targeting yaitu penargetan besaran moneter, 3)
inflation targeting, yaitu penargetan inflasi, 4) implicit but not explicit anchor, yaitu
suatu strategi kebijakan moneter tanpa jangkar yang tegas.
a. Penargetan nilai tukar
Yaitu mendasarkan keyakinan bahwa nilai tukarlah yang paling dominan
pengaruhnya terhadap pendapaian sasaran akhir kebijakan moneter. Dalam
pelaksanaannya terdapat tiga alternatif yang dapat ditempuh ; 1) menetapkan nilai
mata uang domestik terhadap harga komoditas tertentu yang diakui secara
internasional, seperti emas (standard emas), 2) dengan menetapkan nilai mata uang
domestik terhadapmata uang negara besar yang mempunyai laju inflasi yang rendah,
3) dengan menyesuaikan nilai mata uang domestik terhadap mata uang negara
tertentu ketika perubahan nilai mata uang diperkenankan sejalan dengan perbedaan
laju inflasi diantara kedua negara (crawling peg). Kelebihan penargetan nilai tukar
adalah ; 1) dapat meredam laju inflasi yang berasal dari perubahan harga barang
impor, 2) dapat mengarahkan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi, 3) memberikan
kaidah baku (rules) dan dapat mendisiplinkan pelaksanaan kebijakan moneter, 4)
bersifat sederhana dan jelas sehingga mudah dipahami oleh masyarakat. Kelemahan
dari penargetan nilai tukar adalah ; 1) dalam kondisi ketika perekonomian suatu
negara sangat terbuka dan mobilitas dana luar negeri sangat tinggi akan
menghilangkan independensi kebijakan moneter domestik dari pengaruh luar negeri
tersebut, 2) dapat menyebabkan setiap gejolak struktural yang terjadi dinegara lain
akan ditransmisikan atau berdampak secara langsung pada stabilitas perekonomian
domestik, 3) rentan terhadap tindakan spekulasi dalam pemegangan mata uang
domestik.
b. Penargetan besaran moneter
Yaitu dengan menetapkan pertumbuhan jumlah uang beredar sebagai sasaran antara,
misalnya uang beredar dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2) serta kredit.
Kelebihan dari kebijakan ini adalah dimungkinkannya kebijakan moneter yang
independen sehingga bank sentral dapat memfokuskan pencapaian tujuan yang
ditetapkan seperti laju inflasi yang rendah, dan pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan. Strategi ini sangat bergantung pada kestabilan hubungan antara
besaran moneter dengan sasaran akhir kebijakan (perkembangan harga dan out put).
Dengan semakin berkembangnya instrument keuangan dan semakin terintegrasinya
perekonomian domestik dengan internasional, maka kestabilan income velocity
’tingkat perputaran uang dalam ekonomi’. Hal ini antara lain yang menjadi alasan
mengapa bank sentral tidak menerapkan strategi ini dengan kaku, atau bahkan
meninggalkan strategi ini.
c. Penargetan inflasi
Penargetan inflasi dilakukan dengan mengumumkan kepada masyarakat / publik
mengenai target inflasi jangka menengah dan komitmen bank sentral untuk
mencapai stabilitas harga sebagai tujuan jangka panjang dari kebijakan moneter.
Untuk mencapai sasaran inflasi tersebut, strategi ini tidak mendasarkan pada satu

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 49


indikator saja, misalnya, nilai tukar atau uang beredar saja, tetapi mengevaluasi
berbagai indikator kunci dan relevan untuk perumusan kebijakan moneter. Yang
diutamakan adalah pencapaian sasaran akhir inflasi, dan bukan pencapaian sasaran
antara seperti uang beredar atau nilai tukar. Dengan menargetkan inflasi sebagai
jangkar nominal, bank sentral dapat menjadi lebih kredibel dan lebih fokus didalam
mencapai kestabilan harga sebagai tujuan akhir. Walaupun penargetan dilakukan
pada inflasi, strategi ini tidak mengabaikan pencapaian tujuan kebijakan moneter
lainnya seperti perkembangan out put dan kesempatan kerja. Dalam hal ini bank
sentral senantiasa berupaya untuk memperhitungkan stabilitas perkembangan output
dan kesempatan kerja (pada tingkat tertentu) dalam jangka pendek dalam penetapan
sasaran inflasi jangka menengah yang ingin dicapai. Selain itu dalam rangka
meminimumkan penurunan perkembangan output, bank sentral melakukan
penyesuaian secara bertahap sasaran inflasi jangka pendek menuju arah pencapaian
sasaran laju inflasi jangka menengah panjang yang lebih rendah.
d. Strategi kebijakan moneter tanpa ‖jangkar‖ yang tegas
Adalah strategi kebijakan moneter tanpa mengungkapkan penargetan secara tegas.
Akan tetapi bank sentral tersebut tetap memberikan perhatian dan komitmen untuk
mencapai tujuan akhir kebijakan moneter. Kelemahan dari strategi kebijakan
moneter tanpa jangkar yang tegas ini adalah dapat memicu ketidakpastian dipasar
mengenai prospek perkembangan harga dan output, dapat menurunkan akuntabilitas
bank sentral dimata masyarakat dan DPR (parlemen) karena tidak adanya kriteria
keberhasilan pencapaian kebijakan moneter yang umumnya ditentukan terlebih
dahulu.

6. Mekanisme Pengendalian Moneter.

Berdasarkan sasaran inflasi yang ditetapkan, serta proyeksi pertumbuhan


ekonomi, nilai tukar, suku bunga, dan variabel ekonomi makro lainnya. Bank Indonesia
melalui penyusunan program moneter dapat memperkirakan permintaan uang yang
sesuai dengan kebutuhan riil perekonomian. Dari perhitungan ini dapat diperkirakan
pertumbuhan jumlah uang beredar (M1 dan M2) yang dibutuhkan masyarakat.
Selanjutnya Bank Indonesia dapat memperkirakan posisi dan pertumbuhan uang primer
sebagai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional tersebut ditentukan
baik secara tahunan, kuartalan, bulanan, mingguan untuk digunakan sebagai dasar
pelaskanaan kebijakan moneter Bank Indonesia.
Berdasarkan sasaran uang primer yang telah ditetapkan, Bank Indonesia
melakukan operasi pasar terbuka (OPT) sebagai instrumen utama dalam pengendalian
moneter. Adapun instumen yang dapat digunakan oleh Bank Indonesia dalam
pengendalian moneter adalah :
a. Operasi Pasar Terbuka / Open Market Policy . Kebijaksanaan yang dijalankan Bank
Sentral atau Bank Indonesia untuk membeli atau menjual surat-surat berharga
seperti : wesel, kertas perbendaharaan negara, obligasi negara, lelang SBI, melalui
penggunaan fasilitas Bank Indonesia dipasar uang rupiah, sterilisasi / intervensi

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 50


dipasar valuta asing, dengan maksud memperbesar dan memperkecil jumlah uang
yang beredar di masyarakat.
1) Lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Besarnya lelang SBI (mingguan) dimaksudkan untuk mencapai besarnya target
uang primer yang ditetapkan. Untuk itu, tiap minggu Bank Indonesia akan
memperkirakan perkembangan uang primer dan dengan membandingkan target
yang ditetapkan, menentukan besarnya kelebihan likuiditas pasar uang yang
harus diserap melalui operasi pasar terbuka (OPT). Hal ini dilakukan dengan
menghitung berapa SBI yang jatuh tempo, berapa ekspansi/kontraksi dari sisi
fiskal (rekening) pemerintah di Bank Indonesia), mutasi cadangan devisa, serta
bagaimana kondisi likuditas dipasar uang. Dengan cara ini, Bank Indonesia
dapat mencapai target uang primer yang telah ditetapkan serta dapat
mempengaruhi perkembangan suku bunga dipasar uang.
2) Fasilitas Bank Indonesia.
Bank Indonesia juga melakukan operasi moneter secara langsung dipasar uang
rupiah melalui fasilitas Bank Indonesia (Fasbi). Hal ini dilakukan secara harian,
terutama apabila terjadi perkembangan diluar perhitungan yang dapat
menyebabkan tidak tercapainya target uang primer melalui lelang SBI. Caranya
antara lain dapat dilakukan dengan secara langsung menawarkan kepada bank-
bank untuk menanamkan kelebihan likuiditasnya di Bank Indonesia (berjangka
waktu overnight hingga satu minggu) atau dengan cara membeli kembali SBI
secara repurchase agreement (repo) dipasar uang antarbank.
3) Sterilisasi /intervensi valuta asing
Pada saat-saat tertentu, Bank Indonesia juga melakukan intervensi dipasar valuta
asing. Hal ini dilakukan terutama apabila pemerintah akan membiayai kegiatan
suatu proyek (membutuhkan rupiah) dengan cara menggunakan dana valuta
asingnya yang disimpan sebagai cadangan devisa di Bank Indonesia. Apabila
tidak terjadi tekanan melemahnya rupiah, ekspansi dari sisi fiskal tersebut
umumnya diserap dengan menjual SBI. Akan tetapi, apabila pada saat yang
bersamaan terdapat tekanan pelemahan nilai tukar yang perlu dicegah, maka
Bank Indonesia menjual valuta asing untuk mensterilisasi ekspansi fiskal
tersebut. Dengan cara ini dapat dicapai dua tujuan sekaligus ; a) penyerapan
kelebihan likuiditas dipasar uang akibat ekspansi sisi fiskal tersebut dapat
dilakukan sehingga target uang primer dapat tercapai, b) langkah ini sekaligus
dapat membantu upaya untuk menstabilkan perkembangan nilai tukar rupiah
dipasar. Perlu dicatat bahwa langkah intervensi dipasar valuta asing tersebut
dapat pula dilakukan Bank Indonesia pada waktu sedang terjadi gejolak nilai
tukar rupiah dipasar valuta asing, meskipun pada saat yang bersamaan tidak
terjadi ekspansi moneter dari sisi fiskal.
b. Politik diskonto ialah kebijaksanaan yang di jalankan oleh Bank Indonesia dengan
mempengaruhi tingkat suku bunga kredit / pinjaman dari perbankan.
Bunga kredit tinggi, animo masyarakat untuk meminjam, menurun, berarti jumlah
uang beredar berkurang. Bunga kredit rendah, animo masyarakat untuk meminjam
akan meningkat.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 51


c. Politik Cash Ratio, kebijaksanaan yang dijalankan oleh Bank Indonesia dengan
menetapkan kas rasio pada batas-batas tertentu misal : 2%, 5%, 10%, 15%.
Cash ratio tinggi – ekspansi kredit akan berkurang, cash ratio rendah – ekspansi
kredit akan bertambah. Dengan mempengaruhi posisi cash ratio akan memberikan
dampak terhadap likuiditas dan rentabilitas suatu bank.
Hampir semua negara baik negara-negara yang telah maju maupun negara yang
sedang berkembang menghadapi masalah memelihara kestabilan serta masalah
pertumbuhan ekonominya. Di negara kita di samping ke dua masalah tersebut bahkan
lebih ditonjolkan serta ditekankan adalah masalah pemerataan yang menyangkut segi-
segi keadaan sosial. Kestabilan ekonomi mencakup segi-segi :
a. Kestabilan tingkat harga.
b. Kestabilan tingkat pendapatan.
c. Kestabilan tingkat kesempatan kerja.
Masalah pemeliharaan kestabilan tingkat harga lebih bersifat jangka pendek,
sedangkan masalah pertumbuhan bersifat jangka panjang. Sementara kebijaksanaan
moneter dan fiskal ditujukan unutk memelihara kestabilan ekonomi terutama kestabilan
harga menyangkut berbagai aspek dan kaitan bebagai variabel ekonomi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan moneter di Indonesia dalam jangka
panjang :
a. Makin terbukanya ekonomi Indonesia terhadap dunia luar
Yaitu pertumbuhan ekonomi semakin terintegrasi dengan ekonomi dunia. Kita
menjual semakin banyak barang-barang kenegara lain baik dalam arti absolut
maupun relatif terhadap GDP kita. Keuntungan-keuntungan yang di peroleh dari
makin terintegrasinya perekonomian indonesia cukup jelas. Masuknya modal luar
negeri menambah dana pembangunan dan teknologi-teknologi baru bisa diperoleh
bersamaan masuknya modal baru tersebut, demikian pula kesempatan untuk turut
serta dalam ‖Internasioanal Division of Labour‖ makin luas dan ini bisa diharapkan
mempunyai efek positif terhadap alokasi sumber-sumber ekonomi dalam negeri.
Sementara pengaruh ekonomi Indonesia terkaya terhadap perekonomian dunia
adalah marginal tapi sebaliknya pengaruh naik turunnya perekonomian dunia sangat
menentukan jalannya perekonomian indonesia.
Jadi alternatif-alternatif bagi Indonesia yang terbuka perekonomiannya sebagai
berikut :
a) Do nothing policy. Kita (Indonesia) tidak perlu berbuat apa-apa, pengaruh kita
hanya kecil di arena moneter internasional.
b) Join the mayority policy. Kita (Indonesia) selalu mengikuti mayoritas negara-
negara di dunia dalam hal baik kebijaksanaan fiskal dan moneter kenaikan
volume uang di negara kita, Kenaikan harga, tingkat bunga, kurs valuta dsb kita
jangan sampai di luar garis ‖ out of line‖ dengan mayoritas negara lain.
Kelemahannya adalah Tidak menjamin kita mendapatkan manfaat yang besar
bagi kepentingan nasional kita dan tidak menjamin mayoritas termasuk kita akan
tetap hidup.
c) Join the leader policy. Kita (Indonesia) selalu mengaitkan mata uang kita dengan
mata uang terpenting. Misalnya, dolar dan kalau perlu kita harus menjaga jangan

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 52


sampai keadaan moneter domestik terlalu out of line dengan mereka.
Kelemahannya adalah bila kita mengaitkan mata uang kita dengan mereka,
apabila mereka mengurangi dan kurang stabil, maka kita terpaksa harus ikut
menderita.
d) Completely independent policy. Kita (Indonesia) merumuskan sendiri
kebijaksanaan-kebijaksanaan kurs paritas kita dan kebijaksanaan-kebijaksanaan
perdagangan internasional fiskal dan moneter domestik kita untuk
mengeksploisitir semaksimal mungkin konstelasi keadaan dari saat ke saat.
Kelemahannya adalah tidak akan menjamin kita terhindar dari ketergantungan
dunia selama struktur ekonomi kita adalah ekonomi terbuka.
e) Autorkie policy. Suatu kebijaksanaan memutuskan untuk mengadakan isolasi
maksimum perekonomian dari gangguan ketidakstabilan perekonomian dunia.
Dalam arti menutup rapat-rapat masyarakat suatu negara tersebut dengan sistem
autorkie penuh untuk menghindari gangguan perekonomian dari luar.
b. Adanya ‖Gap‖ pangan yang makin melebar.
Yaitu kemungkinan melebarnya gap antara permintaan atau kebutuhan akan bahan
pangan (beras) dengan produksi pangan dalam negeri kita. Dan perlu disadari bahwa
inflasi yang timbul karena kelangkaan bahan makanan pokok ini adalah ‖inflasi
struktural‖ yang tidak akan lenyap hanya dengan tindakan moneter saja. Misalnya
dengan pencatatan uang. Inflasi ini hanya bisa di atasi dengan kenaikan produksi.
c. Ketegaran harga di banyak sektor dan makin menguatkan mentalitas inflasi.
Ketegaran harga bisa timbul karena dari pegalaman negara lain ialah bahwa proses
industrialisasi sering dibarengi dengan proses konsentrasi industri yaitu proses yang
menjurus kepada struktur industri yang oligopolistis atau bahkan monopolstis.
d. Kejenuhan moneter
Yaitu makin mengecilnya daya serap perekonomian terhadap tambahan volume
uang yang beredar tanpa mengakibatkan inflasi. Untuk menggambarkan berapa
besar daya serap moneter indonesia di masa akan datang kita bisa mengadakan
Perhitungan sementara. Harga akan naik apabila harga supply uang naik dengan
kecepatan tidak melebihi kecepatan kenaikan. Pernintaan akan uang kita ini dipengaruhi
oleh dua faktor utama, yakni kenaikan jumlah transaksi dan kenaikan permintaan akan
uang perkapita.
Kenaikan jumlah transaksi dicerminkan oleh kenaikan dari Gross Domestic
Product (GDP). Kenaikan oleh permintaan akan uang perkapita di pengaruhi oleh selain
pulihnya kepercayaan kepada mata uang itu sendiri, yaitu :
a. Meluasnya sektor modern.
b. Monterisasi daerah-daerah yang semula hanya sedikit menggunakan uang-uang
dalam pertukaran
c. Makin banyaknya orang memegang uang sebagai assets, misal dikarenakan makin
tingginya income.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 53


7. Tindakan-tindakan dan kebijakan moneter di Indonesia.
Sejak kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, sejak itu pula
pemerintah Indonesia melakukan pembenahan dan perubahan dalam sistem dan
kebijakan moneter di Indonesia, dalam masa perang kemerdekaan 1945 – 1950, dan
masa pergolakan didaerah 1950 -1965. Adapun tindakan-tindakan dan kebijakan
moneter yang pernah dikeluarkan adalah :
a. Pengguntingan uang
Pengguntingan uang ini terjadi pada tahun 1950. Beberapa tahun setelah
kemerdekaan, keadaan perekonomian di Indonesia masih memasuki babak baru
dalam pembangunannya. Pada masa ini jumlah uang beredar tidak terkontrol atau
sangat banyak sehingga nilai uang saat itu sangat rendah, melihat keadaan tersebut
maka pemerintah menempuh suatu cara dengan melakukan pengguntingan uang
yakni dengan penurunan nilai nominalnya dengan perincian 50 % dapat digunakan
oleh masyarakat dan 50 % lagi diambil oleh pemerintah untuk tabungan dan pada
saat tertentu dapat ditukarkan, dengan adanya kebijaksanaan ini perekonomian dapat
dikendalikan tapi hal ini bertahan lebih kurang 15 tahun.
b. Politik Sanering.
Pada masa ini dilakukan kebijaksanaan lebih dramatis lagi, menteri keuangan waktu
itu menganjurkan suatu kebijaksanaan baru untuk lebih menyehatkan perekonomian
karena pada waktu itu nilai uang sangat rendah. Isi dari kebijaksanaan itu adalah
bahwa uang dengan nilai Rp 1.000 nilainya disamakan dengan nilai Rp 1. Tindakan
ini tentu bagi sebagian masyarakat merugikan akan tetapi lama kelamaan
masyarakat dapat menerimanya karena tujuan diadakan tindakan ini adalah untuk
menyehatkan perekonomian negara yang berarti untuk kepentingan umum, ini
terjadi pada tahun 1965.
c. Kebijaksanaan 15 November 1978.
Kebijaksanaan ini lebih terkenal dengan istilah Knop 15, yang pada prinsipnya
bertujuan untuk mengusahakan agar barang industri termasuk pertanian,
pertambangan, maupun usaha lainnya dapat menjadi lebih baik sehingga
produksinya dapat bersaing dipasaran dunia. Kebijaksanaan ini ditekankan pada
beberapa hal yaitu :
- Meningkatkan ekspor barang-barang dengan kualitas ekspor.
- Menekan impor guna melindungi perusahaan-perusahaan dalam negeri yang
menghasilkan barang-barang yang sama
- Memberi rangsangan terhadap investor dengan cara penyederhanaan prosedur
pelaksanaannya.
- Membuka lapangan kerja baru.
d. Paket 1 Juni 1983
Paket kebijaksanaan 1 Juni 1983 (Pakjun 83) berisikan kebijaksanaan sebagai
berikut :
- Menghapus pagu kredit, maka untuk mengendalikan moneter Bank Sentral
(Bank Indonesia) akan menyandarkan pada alat-alat yang secara tak langsung

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 54


mempengaruhi perkembangan moneter seperti ; cash ratio reserve reqruitment,
cadangan minimum, discount window atau diskonto ulang.
- Memberlakukan sistim devisa bebas. Paket ini mengawali deregulasi perbankan
khususnya dan keuangan umumnya serta dimulainya era liberalisasi di
Indonesia.
e. Paket 6 Mei 1986.
Tindakan ini selain bertujuan untuk meningkatkan produksi non migas dan investasi
dalam negeri juga memperbaiki beberapa cara kerja dibidang perpajakan terutama
pajak ekspor impor. Dalam bidang investasi pemerintah mempermudah prosedur
pelaksanaan investasi untuk investor dalam negeri atau luar negeri.
f. Kebijaksanaan Devaluasi 12 September 1986.
Devaluasi adalah penurunan nilai tukar rupiah terhadap nilai tukar mata uang negara
lain. Tujuannya untuk merangsang investor masuk ke Indonesia. Kebijaksanaan
nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang pernah dilakukan adalah ;
- Devaluasi Nopvember 1978 dari Rp 425 per USD menjadi Rp 625 per USD
- Devaluasi Maret 1983 dari Rp 625 per USD menjadi Rp 825 per USD
- Devaluasi September 1986 dari Rp 1134 per USD menjadi Rp 1644 per USD
Selanjutnya sistim nilai tukar mengambang terkendali secara lebih fleksibel pernah
diterapkan di Indonesia dari September 1986 – Januari 1994. Kemudian nilai tukar
mengambang diterapkan sejak tanggal 14 Agustus 1997 sampai sekarang, kebijakan
ini ditempuh sebagai reaksi pemerintah dalam menghadapi demikian besarnya
gejolak dan cepatnya pelemahan nilai tukar rupiah pada sekitar Juli-Agustus 1997.
Selajutnya nilai tukar mengambang tersebut dikukuhkan dengan Undang-Undang
No. 24 Tahun 1999 tentang lalu lintas devisa dan sistim nilai tukar. Sesuai dengan
undang-undang tersebut, sistim nilai tukar di Indonesia ditetapkan oleh pemerintah
setelah mempertimbangkan rekomendasi yang disampaikan oleh Bank Indonesia.
g. Paket Oktober 1988.
Kebijakan ini dikeluarkan pada tanggal 28 Oktober 1988 yang dikenal dikenal
dengan istilah ‖Pakto 88‖ dibidang keuangan dan perbankan, dengan isi sebagai
berikut :
- Pengenaan pajak penghasilan (pph) sebesar 15 % terhadap bunga deposito.
Pungutan ini bersifat final (dipungut langsung ketika deposan menerima bunga
deposito). Alasan mengenai pengenaan pph atas bunga deposito adalah untuk
mengembangkan pasar modal melalui investasi yang dilakukan masyarakat ke
usaha-usaha yang lebih produktif disamping melaksanakan undang-undang
perpajakan. Dalam hal ini mengenai penarikan deposito secara besar-besaran
tidak akan terjadi, sebab bila dibandingkan suku bunga deposito dalam valuta
asing, lebih menguntungkan dalam deposito rupiah.
- Mempermudah persyaratan pendirian suatu bank dan lembaga keuangan bukan
bank (LKBB). Dalam hal ini LKBB dibolehkan mengedarkan sertifikat deposito
dan sebuah bank diizinkan mengadakan tabungan.
- Menurunkan jaminan likuiditas atau cash ratio dari 15 % menjadi 2 %. Hal ini
dilakukan guna membantu deposan agar pendapatannya tidak berkurang dengan
dikenakan pajak.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 55


Sasaran-sasaran yang diharapkan dari kebijakan Pakto 88 ini adalah : mengerahkan
dana masyarakat, pemerataan kesempatan usaha, mengembangkan pasar modal,
pemerataan kesempatan kerja, mendorong peningkatan ekspor non migas melalui
perluasan bank-bank devisa dan melonggarkan persyaratan kepada pedagang valuta
asing, meningkatkan efisiensi perbankan dan lembaga keuangan yaitu pemerintah
melonggarkan ketentuan menyangkut penempatan dana BUMN pada bank dan
mengatur kembali batas minimum pemberian kredit (legal lending limit),
mengendalikan pelaksanaan kebijaksanaan moneter yaitu menetapkan likuiditas
wajib minimum serta operasi pasar terbuka.
h. Paket 21 November 1988.
Paket ini mengatur mengenai BUMN yaitu masalah status ganda yang dimiliki oleh
BUMN sebagai berikut :
- Sebagai unit kegiatan ekonomi.
- Sebagai aparatur perekonomian negara
Hal ini didalam prakteknya sangat bertentangan disatu pihak mencari laba, dilain
pihak terikat dengan peraturan yang berlaku. Langkah yang diambil adalah ;
memperkecil atau menghilangkan BUMN yang tidak produktif lagi, meringankan
ketentuan birokrasi, mengutamakan profesionalismen, mengadakan kerja sama
dengan swasta dalam bidang manajemen.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 56


Bagian VI
I n f l a s i dan Pengaruhnya

1. Pengertian.

Inflasi merupakan peristiwa moneter yang dijumpai hampir pada semua negara
didunia. Inflasi dalam moneter menyangkut pada barang, uang dan berkaitan dengan
harga. Harga-harga akan naik bila terjadi kondisi-kondisi yang mempengaruhi keadaan
moneter sebagai berikut ; a) bila suatu negara berusaha untuk mencapai tingkat
pertumbuhan yang lebih cepat dari yang dibutuhkan, b) bila berbagai golongan dalam
perekonomian berusaha untuk memperoleh tambahan pendapatan relatif yang lebih
besar dari kenaikan produktivitasnya, c) bila pengharapan (expectation) yang terlalu
bersemangat akan menyebabkan permintaan barang atau jasa naik terlalu cepat
dibandingkan pertambahan output yang mungkin bisa dicapai perekonomian tersebut.
Klasifikasi kenaikan harga-harga yang dimaksud adalah ; a) bila harga-harga naik secara
perlahan-lahan maka inflasi yang terjadi disebut dengan creeping inflation, b) bila
harga-harga naik secara cepat, maka inflasi yang terjadi disebut hyper inflation.
Menurut A.P. Lerner (dalam Cornelis Rintuh, 1995) menyebutkan bahwa :
inflasi adalah kelebihan permintaan (exces demand) terhadap penyediaan barang-barang
dalam suatu perekonomian secara keseluruhan. Kelebihan tingkat pengeluaran atau
permintaan akan barang dan jasa dipandang sebagai :
a. Kelebihan tingkat pengeluaran (exces spending) dari barang akhir dibanding dengan
penyediaan output maksimum dengan sumber-sumber produksi yang tersedia, yang
dapat dicapai dalam jangka panjang, maksudnya adalah pengerjaan faktor-faktor
produksi yang normal.
b. Too much money is chasing the available goods yaitu barang-barang yang tersedia
terlalu sedikit dibandingkan dengan tingkat pengeluaran yang diharapkan.
Menurut F.W. Paish menyebutkan inflasi adalah keadaan dimana pendapatan
nominal jauh lebih cepat meningkat dibandingkan dengan pendapatan nasional riil. Atau
pendapatan nominal jauh lebih cepat meningkat dibandingkan dengan peningkatan arus
barang-barang dan jasa yang tersedia.
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus
menerus. Inflasi merupakan suatu proses ketidak seimbangan (disequilibrium) yang
mana tingkat harga terus menerus mengalami peningkatan selama periode tertentu. Dari
pengertian inflasi diatas terkandung tiga unsur pokok yaitu ; a) adanya kecenderungan
(trend) harga-harga untuk meningkat, b) kenaikan harga-harga itu berlangsung
berkelanjutan (sustainable increase), c) kenaikan harga bukan pada satu atau beberapa
komoditi saja tetapi tingkat harga umum (general level of price).

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 57


2. Inflasi dilihat dari sudut pandang.

Kejadian dan fenomena-fenomena yang ada pada inflasi dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang sebagai berikut :
a. Kondisi parah atau tidak parahnya inflasi
Inflasi yang terjadi dihubungkan dengan laju inflasi tersebut yaitu laju inflasi
dibawah 10 % pertahun disebut inflasi ringan, laju inflasi antara 10 % sampai
dengan 30 % pertahun disebut inflasi sedang, laju inflasi antara 30 % sampai dengan
100 % pertahun disebut inflasi berat, dan laju inflasi diatas 100 % pertahun disebut
hyperinflasi. Misal inflasi 10 % pertahun, maksudnya adalah kenaikan harga-harga
secara umum 10 % pertahun. Sedang dalam keadaan hiperinflasi masyarakat lebih
cenderung memegang barang, dan enggan memegang uang karena nilai mata uang
menurun drastis sehingga menambah keruwetan moneter, uang dibelanjakan untuk
membeli barang menyebabkan jumlah uang yang beredar semakin bertambah dan
perputaran semakin cepat.
b. Didasarkan pada sebab awal inflasi, inflasi yang terjadi dapat disebabkan oleh
faktor-faktor berikut :
- Demand inflation
Inflasi yang terjadi karena permintaan konsumen atau masyarakat atas barang
dan jasa melebihi kemampuan produsen dalam menyediakan barang dan jasa
dipasar. Sehingga akibatnya terjadi kelangkaan barang atau jasa dipasar, dan
berdampak pada pergeseran harga yang bergerak naik. Bila dipandang dari sudut
permintaan agregat, akan terjadi peningkatan harga-harga bila terjadi exces
demand dalam keadaan full employment, adanya kelebihan permintaan inilah
yang menyebabkan terjadinya perubahan harga. Penyebab inflasi dari sudut
permintaan ini melahirkan beberapa pendapat (Nasution. M, 1998, hal 211) yaitu
:
a) Perbedaan harga ini terjadi karena adanya kelebihan permintaan dalam
masyarakat, pendapat ini menekankan adanya kelebihan permintaan tanpa
melihat faktor-faktor lain yang mempunyai kaitan dengan penyebab inflasi.
b) (Neo Keynesian), bahwa penyebab utama terjadi inflasi akibat adanya
ekspansi penawaran uang (money supply)
c) Kelompok monetaris mengatakan inflasi dapat terjadi akibat adanya
peningkatan konsumsi, investasi (PMA dan PMDN) dan pengeluaran
pemerintah, walaupun jumlah sirkulasi uang yang beredar tidak meningkat.
Peningkatan konsumsi mungkin diakibatkan pencairan tabungan masyarakat,
sedangkan pengeluaran pemerintah dan investasi diakibatkan oleh perubahan
suatu kebijakan. Perhatikan gambar dibawah ini :

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 58


Gambar. 6.1
Exces demand inflation

P AS

P1 AD1 P = price
Q = out put

P2 AD2

0 Q0 Q
P = price/harga
Q= output/barang jasa

Q0 menggambarkan terjadinya full employment dalam perekonomian, dan


penawaran agregat (agregat supply) tejadi pada garis AS, sedangkan agregat
deman digambarkan pada AD0, karena adanya peningkatan permintaan
masyarakat, maka kurva AD bergeser dari AD0 ke AD1, sehingga mendorong
harga naik dari P0 ke P1. Perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat
pertambahan permintaan dalam masyarakat (pencairan tabungan), juga
sebagai pertambahan penawaran uang, kasus kenaikan gaji pegawai dan
penetapan upah minimum akan menciptakan exces demand.
- Cost push inflation
Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya-biaya pada komponen produksi
(seperti upah tenaga kerja, biaya bahan baku, dan biaya lainnya), mencakup :
1) Wage cost push inflation
Wage cost ini berkaitan pada biaya komponen produksi yaitu biaya tenaga
kerja, tapi kenaikan biaya ini lebih disebabkan oleh desakan tertentu
sehingga upah tenaga kerja dinaikan (biaya tenaga kerja ini naik misalnya ;
karena adanya desakan dari serikat pekerja, dari pekerja pada suatu unit
usaha, dari penetapan standard upah minimum yang dikeluarkan oleh
pemerintah atau yang dikenal dengan upah minimum regional /UMR).
Sementara kenaikan biaya pada bahan baku dapat disebabkan oleh
kelangkaan bahan baku dipasar maupun dari pemasok, permainan tertentu
dari pemasok atau agen untuk menaikan harga bahan, bahan baku yang

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 59


dipasok dari luar negeri bila harganya naik di negara asal barang, maka
otomatis harga dalam negeri akan naik. Biaya lainnya, misalnya dalam
pengenaan pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan berarti mengurangi
pendapatan perusahaan, maka untuk mengatasinya perusahaan menaikan
harga produk yang dijualnya.
2) Price push inflation
Inflasi yang terjadi karena kenaikan harga barang atau jasa yang disengaja
atau yang diinginkan oleh produsen atau pengusaha untuk mendapatkan dan
keuntungan yang lebih besar.
Inflasi dari sudut penawaran dapat disebabkan adanya kenaikan upah
pekerja, posisi monopoli atau oligopoli yang dimiliki oleh perusahaan,
kenaikan BBM yang diumum oleh pemerintah, naiknya tarif listrik, naiknya
tarif angkutan, naiknya besaran pajak yang harus dibayarkan oleh produsen,
semua ini dapat memberikan dampak terhadap kenaikan dan atau dorongan
biaya produksi (cost push) yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar. 6.2
Inflasi dari sudut penawaran

P
AS1

AS0
P1

P0

AD

0 Q1 Q2 Q

Pada output Q0 tingkat harga berada pada P0, bila terjadi kenaikan biaya
produksi maka berdampak terhadap kenaikan harga dari output yang dihasilkan
produsen, yaitu dengan bergesernya harga dari P0 ke P1 dan output pun bergeser
dari Q0 ke Q1. Model inflasi dorongan biaya ini merupakan suatu model dilema,
karena tekanan sisi penawaran akan menimbulkan kesulitan bekerjanya
kebijaksanaan untuk stablisasi, atau efek inflasi dorongan biaya akan
mengakibatkan membatasi fungsi penawaran agregat. Pergeseran kekiri akan
menghasilkan tingkat harga naik dari P0 menjadi P1 begitu juga pada output atau

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 60


pendapatan dari Q0 menjadi Q1, dan berdampak lanjutan yaitu terciptanya
pengangguran.
Untuk mengatasi pengangguran ini pemerintah misalnya meningkatkan
permintaan agregat masyarakat (menambah jumlah uang beredar), ini akan
menimbulkan inflasi tambahan, karena kenaikan harga menghilangkan kenaikan
upah riil (yang dituntut serikat buruh), dan serikat buruh tergoda kembali
menuntut kenaikan upah lagi setelah mereka yakin bahwa reaksi pemerintah
pada tingginya tingkat pengangguran adalah kebijaksanaan yang bersifat
ekspansioner (menurunkan suku bunga dengan menambah jumlah uang beredar
dan untuk meningkatkan investasi). Sebaliknya jika pemerintah tetap bertahan
pada P0 (tidak ada kebijakan ekspansioner), maka tingkat penganggutan akan
semakin bertambah.
- Struktural inflation
Inflasi yang terjadi karena kekakuan struktural, kekakuan yang dimaksud adalah
berupa pemanfaatan sumber daya ekonomi yang kurang fleksibel sukar berubah
dengan cepat, tingkat harga dan tingkat upah yang kaku (rigid) mudah naik tapi
sukar untuk turun kembali, mobilitas sumber daya yang rendah dalam
perekonomian yang menyebabkan adanya kapasitas yang menganggur (idle
capacity) dan menimbulkan kelangkaan barang dan jasa, mengakibatkan
kenaikan biaya-biaya atau biaya ekonomi menjadi tinggi (high cost economic)
sehingga mendorong terjadi inflasi.
c. Didasarkan pada asal inflasi, inflasi ini dapat dilihat dari dua asal yaitu :
- Domestic inflation
Inflasi yang terjadi dari keadaan dalam negeri, misalnya banyaknya permintaan
masyarakat terhadap berbagai macam barang yang menyebabkan naiknya harga.
- Import inflation
Inflasi yang terjadi karena pengaruh dari negara lain atau luar negeri, ini terjadi
karena ; adanya hubungan perdagangan satu negara dengan negara lain,
ketergantungan satu negara dengan negara lain, sistim perekonomian dunia yang
sudah mengglobal, adanya sentimen negatif, keraguan, ketakutan atas krisis yang
terjadi pada suatu negara.
d. Didasarkan pada sektor-sektor, inflasi yang terjadi disini dapat dilihat dari 3 sektor
yaitu :
- Sektor pemerintah
Inflasi dapat terjadi karena defisit anggaran belanja negara (APBN) dimana
pengeluaran lebih besar dari pendapatan negara, karena defisit ini pemerintah
dapat menempuh beberapa cara untuk mengatasinya yaitu dengan ; mencetak
uang untuk memenuhi kekurangan yang dimaksud sehingga jumlah uang beredar
bertambah ditengah masyarakat, menambah jumlah hutang baik hutang luar
negeri maupun dalam negeri.
- Sektor perbankan
Inflasi dapat terjadi karena perluasan atau ekspansi kredit oleh sektor perbankan,
dimana kredit yang dimaksudkan disini ialah kredit yang lebih banyak

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 61


digunakan oleh nasabah untuk keperluan konsumtif bukan untuk kepentingan
produktif.
- Sektor lain
Inflasi bisa terjadi karena kegagalan panen secara menyeluruh pada suatu negara
yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama, bukan bersifat sementara
(temporer).

3. Beberapa Indikator Inflasi

Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan dalam mengetahui laju
inflasi selama satu periode tertentu (Rahardja dan Maurung, 2005 ; 184-187),
diantaranya adalah :
a. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)
IHK adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang
harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan
menghitung harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam
periode tertentu, masing-masing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot
(weigthed) berdasarkan tingkat keutamaannya, barang dan jasa yang dianggap
paling penting diberi bobot yang paling besar.
Di Indonesia IHK dilakukan dengan mempertimbangkan sekitar beberapa ratus
komoditi pokok, untuk lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya perhitungan
IHK dilakukan dengan melihat perkembangan regional yaitu dengan
mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar di Indonesia.
Kenaikan harga-harga yang berlaku dari satu waktu kewaktu lainnya tidaklah
seragam. Kenaikan tersebut biasanya berlaku atas semua barang-barang tapi
kenaikannya berbeda. Berlakunya tingkat perubahan harga yang berbeda tersebut
menyebabkan indeks harga perlu dibentuk untuk menggambarkan tingkat
perubahan harga-harga yang berlaku dalam suatu negara. Untuk mengukur inflasi
atau tingkat inflasi indeks harga yang digunakan adalah ; indeks harga konsumen,
yaitu indeks harga dari barang-barang yang selalu digunakan konsumen. Untuk
membentuk indeks harga diperlukan tiga langkah yaitu :
- Memilih tahun dasar, yaitu tahun yang menjadi titik tolak dalam
membandingkan perubahan harga.
- Menentukan jenis-jenis barang yang perubahan harga-harganya akan diamati
untuk membentuk indeks harga.
- Menghitung indeks harga.
Contoh menghitung indeks harga
Misalkan tahun dasar adalah tahun 1999. Yang dihitung adalah indeks harga pada
akhir tahun 2009. Anggap 4 jenis barang digunakan untuk membentuk indeks harga
konsumen yaitu barang A, B, C, dan D. Disamping mengumpulkan data perubahan
harga, harganya harus pula ditentukan ―kepentingan relatif‖ (weigths) setiap
kelompok barang dalam konsumsi masyarakat. Misalkan barang A sangat penting
dalam masyarakat, pengeluarannya meliputi 50 % dari pengeluaran keseluruhan
masyarakat, maka barang A diberi weigth sebanyak 50, lihat tabel berikut :

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 62


Tabel 6.1
Perhitungan IHK
Tahun dasar
Tahun 2009
Kelompok Kepentingan 1999
barang (weigths) Weigths x
Harga Rp Harga Rp Weigths x Rp
Rp
A 50 1.000 50.000 2.000 100.000
B 20 5.000 100.000 11.000 220.000
C 5 5.000 25.000 16.000 80.000
D 25 3.000 75.000 8.000 200.000
100 250.000 600.000

Maka indeks harga tahun 2009, maka IHK = 600.000 / 250.000 x 100 % = 240 %
Indeks harga tahun dasar adalah 100 %, maka dalam rentang waktu 10 tahun telah
terjadi peningkatan harga sebanyak 140 %. Penghitungan tingkat inflasi
dimaksudkan untuk menggambarkan perubahan-perubahan harga dalam satu tahun
tertentu.
Berdasarkan contoh diatas, misalkan pada tahun 2010 indeks harga konsumen
adalah 251, berapakah tingkat inflasi dalam tahun 2010 ?. Maka tingkat inflasi
tahun 2010 = 251 – 240 / 240 x 100 % = 4,6 %.

Tabel 6.2.
IHK Gabungan 27 Kota di Indonesia
Akhir Periode Indeks Harga Konsumen Perubahan IHK (%)
2004 210 -
2005 219 4,28
2006 225 2,74
2007 233 3,55
2008 235 0,86

Yang berarti periode 2004-2005 telah terjadi inflasi sebesar 4,28 %. Dilihat dari
cakupan komoditi yang dihitung, IHK kurang mencerminkan tingkat inflasi yang
sebenarnya. Tapi IHK sangat berguna karena menggambarkan besarnya kenaikan
biaya hidup bagi konsumen, sebab IHK memasukan komoditi-komoditi yang
relevan (pokok) yang biasanya dikonsumsi oleh masyarakat.
b. Indek Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)
Bila IHK dilihat dari sisi konsumen, maka IHPB dilihat dari sisi produsen, oleh
karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen (producer price
index). IHP menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai
tingkat produksi.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 63


Tabel 6.3.
IHPB 2005 – 2008
(tahun dasar 1998 = 100)
Akhir Periode IHPB Perubahan IHPB (%)
2004 110 -
2005 119 8,18
2006 125 5,04
2007 133 6,4
2008 135 1,50

c. Indeks Harga Implisit


Dalam kenyataan, jenis barang dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dalam
sebuah perekonomian dapat mencapai ribuan, puluhan ribu bahkan mungkin ratusan
ribu jenis. Kegiatan ekonomi juga terjadi tidak hanya di beberapa kota saja,
melainkan seluruh pelosok wilayah. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang
paling mewakili keadaan sebenarnya dapat digunakan indeks harga implisit (IHI)
atau GDP deflator.
Tabel 6.4.
IHI 2000 – 2009
(tahun dasar 2000 = 100)
Akhir Periode IHI Perubahan IHI (%)
2000 110 -
2001 119 8,18
2002 125 5,04
2003 133 6,4
2004 135 1,50
2005 140 3,70
2006 149 6,43
2007 157 5,34
2008 168 7,00
2009 175 4,16

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 64


Daftar Pustaka

Rachbini, Didik J., Tono, Suwidi, et al (2000). Bank Indonesia : Menuju Indonesia Bank
Sentral. Cetakan I, PT. Mardi Mulyo, Jakarta, 1-302.
Raharja, Pratama dan Manurung, M. (2005). Teori Ekonomi Makro, Suatu Pengantar.
Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Faklutas Ekonomi Universitas Indonesia,
halaman ; 43-44.
Raharja, Pratama dan Manurung, M. (2006). Teori Ekonomi Mikro, Suatu Pengantar.
Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Faklutas Ekonomi Universitas Indonesia,
halaman ; 75-76.
Syukur, Effendi (2001). Ekonomi Moneter. Akademi Keuangan & Perbankan Riau
(AKBAR) Pekanbaru, 1-60.
Warjiyo, Perry ; editor (2004). Bank Indonesia : Bank Sentral Republik Indonesia,
Sebuah Pengantar. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank
Indonesia (PPSK-BI), Edisi I, ISBN : 979-3363-14-2 : 1-294.
Weston, J. Fred and Thomas E. Copeland, (1991), "Manajerial Finance", (alih bahasa
Jaka wasana, Kirbrandoko, Suparanoto Dipokusumo), Edisi delapan,
Penerbit Erlangga, Jakarta.

Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 65


Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 66

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai