net/publication/328824840
CITATIONS READS
0 72,446
1 author:
Herispon Herispon
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau, Pekanbaru
51 PUBLICATIONS 47 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Herispon Herispon on 09 November 2018.
EKONOMI MONETER
(CHAPTER I)
OLEH
HERISPON, SE., M.Si
Tahun 2018
Daftar Isi
Bab I : Pendahuluan, 3
Daftar Pustaka, 65
2) R. S. Sayers
‖Money is something that is widely accepted for the settlement of debts.‖ Artinya
uang adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai pembayar hutang. (dalam buku
‖Moderen Banking‖ cetakan I, 1938).
3) A. C. Pieagou
‖Money are those things that are widely used as a media for exchange.‖ Artinya
uang adalah segala sesuatu yang umum dipergunakan sebagai alat tukar. (The Veil of
money, 1950).
4) A. G. Hart
‖Money is property with which the owner can pay off the debt with certainly
and without delay.‖ Artinya uang adalah kekayaan dengan mana si empunya dapat
melunaskan hutangnya dalam jumlah tertentu pada waktu itu juga.
5) Rollin G. Thomas
‖Money is something that is ready and generally accepted by the public in
payment for the sale of goods survives, and other valuable assets, and for the payment
of debts.‖ Artinya uang adalah segala sesuatu yang siap sedia dan pada umumnya
diterima umum dalam pembayaran pembelian barang dan jasa-jasa dan untuk pembayar
hutang. (Our modern banking and monetary syistem. Cetakan I. 1957).
6) Walker
‖ Money is that money does.‖ artinya semua barang yang melakukan tugas uang
adalah uang. (J. Van Zwijndregt, Fasal – Fasal Ekonomi dalam Markoem, 1959 hal. 22).
Uang dapat diterima sebagai alat tukar dan alat bayar yang sah karena ;
a. Masyarakat atau umum telah menerima uang sebagai alat pembayaran.
b. Ditetapkan oleh pemerintah dan dilindungi oleh hukum sebagai alat pembayaran
yang sah.
c. Kepercayaan masyarakat pada pemerintah bahwa pemerintah akan berusaha
mempertahankan nilai uang dengan stabil.
d. Uang itu tersedianya jarang dan diinginkan oleh setiap orang.
1. Berdasarkan bahan ;
a. Uang logam
b. Uang kertas
2. Berdasarkan nilai ;
a. Bernilai penuh (full bodied money), uang yang nilai intrinsiknya (bahan uang)
sama dengan nilai nominal (nilai yang tertera) pada uang tersebut. Misalnya
uang logam.
b. Tidak bernilai penuh (Representatif full bodied money). Uang yang nilai
intrinsiknya lebih kecil dari nilai nominalnya. Misalnya adalah uang kertas yang
kadangkala nilai intrinsiknya jauh lebih rendah dari nilai nominalnya. Uang ini
di sebut juga sebagai Token money/uang bertanda.
3. Berdasarkan lembaga ; maksudnya yang menerbitkan atau yang mengeluarkan uang.
a. Uang kartal diterbitkan oleh Bank Sentral
b. Uang giral diterbitkan oleh Bank Umum
4. Berdasarkan kawasan, berlaku untuk suatu wilayah tertentu atau diseluruh wilayah.
a. Uang lokal yakni uang yang hanya berlaku disuatu negara tertentu. Misalnya
Rupee di India, Rupiah di Indonesia, dan lainnya.
b. Uang regional yakni uang yang berlaku dikawasan tertentu (lebih dari satu
negara). Misalnya adalah EURO mata uang tunggal yang berlaku di benua
Eropa.
c. Uang internasional yakni uang yang berlaku antara negara. Misalnya adalah US
Dollar Amerika Serikat menjadi standar pembayaran Internasional.
1. Pengertian.
Uang adalah salah satu benda, setiap benda mempunyai nilai, meskipun nilai
antara benda yang satu dengan nilai benda yang lain tidak sama. Suatu benda
mempunyai nilai karena benda itu dapat memberi faedah kepada orang yang
membutuhkannya.
Jumlah barang atau jasa yang diberikan oleh orang lain kepada kita sebagai
pengganti satu kesatuan uang yang kita berikan kepadanya. Macam-macam nilai uang
antara lain ;
a. Nilai intrinsik adalah nilai bahan uang.
b. Nilai nominal adalah nilai yang tertulis pada setiap mata uang.
c. Nilai tukar adalah sejumlah barang atau jasa yang dapat di takar dengan sejumlah
uang.
Harga uang ;
Perbandingan antara mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain.
Harga uang suatu negara ; adalah jumlah kesatuan mata uang negara lain yang diberikan
orang kepada kita sebagai pengganti satu kesatuan uang negara yang pertama.
Uang itu bernilai dan dapat diterima oleh umum sebagai alat bayar, sebagaimana
teori dari nilai uang yakni :
a. Teori metalisme : bahwa uang yang diterima umum sebagai alat tukar karena uang
itu sendiri memiliki nilai yang sewajarnya dimana nilai yang sewajarnya itu
ditentukan oleh bahan uang. Pelopornya adalah Prof Knapp.
b. Teori nominalisme : bahwa uang itu diterima oleh umum sebagai alat tukar tidak
karena uang itu dibuat dari emas/perak, melainkan dari tenaga belinya. Pelopornya
adalah Schumpeter, Verija Stuart, Fiyada dan Lieftinek.
Teori kwantitas ;
M.V = P.T
Pendapatan
Konsumsi
J Pengecer
A
S
A
Pertanian
Perdagangan
Pertambangan
besar
Dll.
Industri
Penjelasan :
1) Para konsumen memberikan jasa-jasa
2) Terhadap jasa ini dia menerima pendapatan.
3) Uang pendapatan tersebut digunakan untuk membeli barang-barang konsumsi
dari pengecer.
4) Sebagian dari penjualan hasil barang-barang konsumsi digunakan oleh retailer
(pengecer) untuk membeli persediaan barang-barang dari pedagang besar.
5) Uang yang diterima dari pedagang besar dari pengecer digunakan untuk
pembelian barang industri.
6) Sebagian barang persediaan (stock) ataupun barang-barang industri.
7) Para industriawan membeli barang-barang, pertanian, pertambangan,
perkebunan, dan lainnya.
Harta-harta yang bersifat uang adalah berbagai jenis kekayaan yang dapat
ditukarkan dengan barang atau uang dalam waktu cepat dan tanpa kerugian nilai. Misal,
Uang ialah merupakan kekayaan mudah tunai yang paling sempurna karena ditempat
manapun uang dapat digunakan. Kekayaan yang bersifat uang tapi tidak dapat
ditukarkan dengan mudah atau begitu saja, yaitu ; tabungan, deposito berjangka, surat
pinjaman jangka pendek pemerintah. Jadi uang yang beredar ditambah uang kuasi
disebut ‖likuiditas perekonomian‖.
Rumus I : B = C + R
Keterangan :
B = Base money/uang inti ialah uang chartal ciptaan pemerintah/bank sentral.
C = Currency/uang chartal yang dipegang oleh masyarakat yang berada diluar bank.
R = Reserve money/uang chartal yang ada pada bank, dan saldo rekening koran
bank umum yang berada pada bank sentral.
Atas dasar reserve yang dipegang bank-bank. Maka bank akan menciptakan
uang giral yang berupa saldo rekening koran yang dimiliki masyarakat dan disimpan
pada bank-bank = D. Sehingga jumlah uang yang beredar dimasyarakat terdiri dari uang
chaartal yang berada ditangan masyarakat diluar bank = C dan uang giral yang
diciptakan oleh bank-bank umum.
M = C + D
Dengan uang inti dapat diketahui berapa perlipat gandaan jumlah uang yang
beredar dengan menghitung koefisien multiplier uang dengan memakai rumus :
M = 1
c + r (1 - c) M = m (B)
Keterangan :
m = Koefisien.
r = Ratio antara reserve money dengan demand deposite.
c = Tingkah laku masyarakat yang memegang uang konstan atau ratio uang chartal
dengan deman deposit.
Multiplier uang tergantung pada tingkah laku masyarakat (c) dan ratio antara
reserve money dengan demand deposite (r). Yang keduanya pencerminan tingkah laku
masyarakat dan perbankan. Berapakah besarnya jumlah uang yang beredar yang
dikehendaki oleh masyarakat dalam bentuk uang chartal (C) adalah hasil prilaku atau
keputusan yang diambil oleh masyarakat itu sendiri. Sedangkan berapa besarnya saldo
rekening koran bank yang dijamin oleh bank dengan reserve moneynya (r) adalah hasil
prilaku atau keputusan yang diambil oleh perbankkan atau bank-bank umum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemegang uang dalam keputusannya
mengenai berapakah uang chartal dan berapa uang giral yang di kehendaki atau dengan
perkataan lain faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ‖cash deposito ratio‖ = CDR,
adalah :
1. Pendapatan/ income yang dihasilkan dari pemegang uang dalam bentuk uang chartal
dan uang giral (rekening giro). Kalau penerimaan lebih besar dalam bentuk uang
chartal berarti CDRnya besar atau sebaliknya.
2. Kekayaan dari seseorang menentukan c nya. Seorang yang kaya cenderung
menggunakan fasilitas perbankan. Jadi faktor c disini adalah kecil dan uang lebih
besar dalam bentuk rekening giro.
Soal
Misalkan perkembangan uang yang beredar selama setahun dari tgl 1 April 2007 s/d 1
April 2008. dalam jutaan rupiah sebagai berikut :
Jika diketahui Reserve Deposit rationya sebesar 15 %. Berapakah besar multiplier uang
untuk tahun 2007 dan 2008. Maka ;
Tahun 2007
M =C+D Jadi, c = C / D
= 84 444 + D = 84.444 / 126.287
D = M – 84 444 = 0,67
D = 210.731 – 84 444
D = 126.287.
1 1
m m
c r (1 c) c r (1 c)
1 1
m m
0,67 0,15(1 0,67) 0,67 0,15(1 0,62)
1 1
m m
0,67 0,0495 0,67 0,057
m 1,39 m 1,48
Jika dari soal dan jawaban diatas dapat dilanjutkan pertanyaan, yaitu :
a. Berapa Reserve Money (R) ?
b. Berapa Base money (B) ?
c. Jika Reserve Deposit Ratio ditetapkan 2%, berapakah CC ?
Jawab :
a. Reserve Money ( R )
Tahun 2007 Tahun 2008
r = R/D r =R/D
0,15 = R / 126.287 0,15 = R /166.787
R = 0.15 x 126 287 R = 0,15 x 166.787
= 18.943,05 = 25.018,05
b. Base Money
Tahun 2007
B =C+R M1 = mxB
= 84.444 + 18.943,05 = 1,39 x 103.387,05
= 103.387,05 = 143.707,99
Soal
1. Suatu masyarakat mempunyai rekening bank berupa demand deposit (D) sebesar Rp
500 milyar. Dan untuk transaksi sehari-hari masyarakat menahan uang tunai sebesar
Rp. 100 milyar. Untuk para langganannya, bank menyediakan Reserve Money (R)
sebesar Rp. 50 milyar. Bank sentral menyediakan uang inti (B) sebesar Rp. 900
milyar yang diperuntukkan guna lalu lintas moneter.
Pertanyaan :
a. Berapakah Stock of money (M) yang diminta masyarakat untuk lalu lintas
moneter ?
b. Berapakah besarnya Commercial Credit (CC) yang tersedia ?
c. Berapakah besarnya multiplier uang dari bank sentral ?
Jawab :
a. Stock of Money (M)
M = C + D
= 100 + 500
= Rp. 600 milyar.
b. Comercial Credit (CC)
CC =D–R
= 500 – 50
= Rp. 450 milyar.
c. Untuk menentukan multiplier harus diketahui ;
Cash Deposite Ratio = C = c/ D = 100 / 500 = 0,2
1
m m 3,57
0,2 0,1(1 0,2)
2. Bank sentral dapat mengubah stock of money (M) dengan atau kebijaksanaan
perubahan Reserve Deposit Ratio berdasarkan data-data sebagai berikut :
a. Masyarakat mempunyai deposito di bank sebesar Rp. 1000 milyar dan
masyarakat menahan uang tunai sebesar Rp. 200 milyar untuk keperluan sehari-
hari.
b. Untuk deposito bank menyediakan reserve money sebesarRp. 100 milyar sesuai
dengan peraturan reserve deposit ratio dari bank sentral. Base money yang
tersedia di bank sentral sebesar Rp. 2000 milyar untuk lalu lintas moneter.
c. Apabila bank sentral menentukan reserve deposit ratio 20 %, maka hitunglah :
Besarnya stock of money (m) dan CC bank. ( M dan CC )
Besarnya M sekarang setelah terjadi perubahan reserve deposit ratio 25%
dan tentukan pula CC bank. ( M1 dan CC1 )
Tentukanlah besarnya multiplier uang sebelum dan sesudah perubahan
deposit ratio reserve. ( m dan m1 )
Jawab :
Diketahui, D = 1000 M
C = 200 M
R = 100 M
i = 20% dan 25%
r 250 x1,20
R1 M M1
1 c 0,25
0,25
R1 M M1 = 1200 milyar
1 0,20
CC = D - R
= 1.000 - 250
= 750 milyar
Multiplier
1 1
m m
c r (1 c) 0,2 0,2(0,8)
1
m m 2,78
0,2 0,2(1 0,2)
1 1
m1 m1
c r (1 c) 0,2 0,25(0,8)
1
m1 m1 2,5
0,20 0,25(1 0,2)
3. Diketahui :
CC = D - R c = C/D
= 1.200 - 60 = 600 /1.200
= 1.140 milyar = 0,5
Multiplier
1 1
m m
c r (1 c) 0,5 0,05(0,5)
1
m m 1,90
0,5 0,05(1 0,5)
M1 sekarang adalah ;
r 120 x1,5
R1 M1 M1
1 c 0,1
0,1
120 M1 M1 = 1800 milyar
1 0,5
m1 sekarang adalah ;
1 1
m1 m1
c r (1 c) 0,5 0,1(0,5)
1
m1 m 1,82
0,5 0,1(1 0,5)
Teori ekonomi moneter klasik tiang utamanya adalah Jean Baptise Say, Irving
Fisher, Alfred Marshall. Ketiga ekonomi ini memiliki cara pandang yang berbeda dalam
menganalisa teori moneter dalam konteks ekonomi. Ekonomi J.B Say terkenal dengan
dalil ”Supply creates its own demand” yang menyebutkan bahwa penawaran akan selalu
menciptakan permintaan. Ini memberi arti suatu perekonomian tidak akan mengalami
under-employment (penurunan produksi dan kesempatan kerja ) atau under-
consumption (penurunan konsumsi). Peningkatan pengeluaran total masyarakat
(demand) akan selalu dapat mencukupi untuk menunjang produksi (supply) pada
keadaan kesempatan kerja penuh (full employment).
Penawaran (supply) memang akan menciptakan tenaga beli yaitu pendapatan,
namun belum pasti sama menciptakan pengeluaran konsumsi (demand) misalnya jika
masayarakat menabung (saving) terlalu banyak dari pendapatannya, melebihi keinginan
perusahaan untuk melakukan investasi dalam produksi, maka ada sebagian produksi
yang tidak terjual. Akibatnya pengusaha akan mengurangi produksi dan akan terjadi
pengangguran tenaga kerja dan pendapatan juga turun.
Menurut ekonom klasik, adanya tabungan masyarakat dalam proses ekonomi,
uang itu dipinjam oleh pengusaha (perusahaan) untuk membiayai investasi. Masyarakat
penabung mendapat bunga atas tabungannya, sedangkan pengusaha bersedia membayar
bunga tersebut selama harapan keuntungan yang diperoleh dari investasi lebih besar dari
bunga tersebut. Hal ini menimbulkan teori tingkat bunga oleh ekonomi klasik.
Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga ( s = f (i), makin
tinggi tingkat bunga maka makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung.
Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan lebih terdorong untuk
mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna dapat menambah jumlah tabungannya.
Investasi juga tergantung pada tingkat bunga, kalau makin tinggi tingkat bunga kredit,
maka keinginan untuk meminjam dana untuk investasi makin kecil. Tapi kalau makin
rendah tingkat bunga maka pengusaha akan meningkatkan investasinya. Tingkat bunga
pinjaman (kredit) bagi pengusaha adalah merupakan biaya modal (cost of capital)
karena itu keadaan tingkat bunga yang berfluktuasi maka akan berpengaruh pada
kegiatan investasi dan pada gilirannya berdampak pada kegiatan perekonomian.
tingkat bunga
i
saving
i1
i0
I1
Io
so s1 Jumlah uang S/I
Keseimbangan tingkat bunga ada pada titik io dimana jumlah saving sama
dengan investasi sebesar so. Apabila tingkat bunga diatas naik dari io ke i1 jumlah
tabungan akan melebihi keinginan pengusaha untuk meminjam atau investasi.
Selanjutnya terjadi kelebihan tabungan dan hal ini akan menekan tingkat bunga
tabungan turun dan bank juga menurunkan bunga kreditnya sampai pada posisi io,
sebaliknya apabila tingkat bunga dibawah io , para pengusaha bersaing mendapatkan
pinjaman, sementara penabung mengurangi tabungannya dan dana bank berkurang, hal
ini akan mendorong tingkat bunga naik kembali ke io
Setelah adanya teori moneter klasik dari Irving Fisher dan Alfred Marshall
tentang kuantitas uang, maka disini Milton Friedman melakukan terobosan terhadap
teori kuantitas tersebut dengan menyatakan bahwa teori kuantitas uang itu adalah teori
permintaan uang, bukan teori tentang penentuan harga, pendapatan dan penentuan
produksi. Uang itu kata Friedman suatu bentuk kekayaan dan modal, bagi seseorang
pengusaha uang itu dapat menjadi barang produktif. Jika uang dikombinasikan dengan
faktor produksi lain seperti bahan mentah, tenaga kerja dan mesin akan dapat dihasilkan
barang lain. Dengan demikian teori permintaan uang dapat dipandang sebagai teori
modal (capital).
Dipandang dari seseorang pemilik kekayaan uang, permintaan terhadap uang
kas tergantung tiga faktor ; 1) jumlah total kekayaan, 2) harga dan pendapatan dari
berbagai alternatif bentuk kekayaan, 3) selera dan keinginan dari pemilik kekayaan.
Kekayaan itu dapat merupakan sumber pendapatan, dan Friedman membagi bentuk
kekayaan kedalam 5 kategori yaitu ; uang kas, obligasi, saham, kekayaan fisik (rumah,
tanah, mesin), dan kekayaan manusia (skill = kecakapan, keahlian, keterampilan).
Secara formula hubungan kekayaan dan pendapatan (tingkat bunga, dividen) dan
perputarannya dapat dirumuskan :
W = Y/r Dimana W = kekayaan, Y = aliran pendapatan
r = tingkat bunga, dividen
Pendapatan (return = r) yang dihasilkan oleh masing-masing bentuk kekayaan
tersebut dapat digambarkan. Kekayaan berupa uang kas, secara riil nilainya tergantung
dari harga dan banyaknya didapat. Makin tinggi harga barang, maka makin rendah
pendapatan riil dari sejumlah uang kas, dan sebaliknya. Jadi harga barang merupakan
faktor yang mempengaruhi pendapatan riil dan uang kas.
Untuk obligasi dan saham, pendapatan yang diberikan berupa bunga (obligasi)
dan dividen (saham) disamping itu perubahan harga dari surat berharga tersebut.
Apabila harga obligasi dan saham naik perubahan harga ini memberi arti positif kepada
surat berharga berupa mendatangkan r capital gain dan sebaliknya, kalau harganya turun
memberi arti negatif mendatangkan capital loss.
Bagi bentuk kekayaan fisik seperti tanah, rumah, dan mesin hasil pendapatan riil
tergantung pada perubahan harga pasar kekayaan tersebut, sementara kekayaan yang
melekat pada manusia berupa kecakapan, keahlian atau keterampilan meskipun sulit
diukur dengan uang. Yang jelas orang yang memiliki skill mudah memperoleh
pekerjaan, dan bisa mendapatkan penghasilan (gaji-upah) yang lebih tinggi dari pada
orang yang tidak mempunyai skill.
John Maynard Keynes melukiskan permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-
jaga ditujukan untuk persediaan uang tunai akan digunakan untuk membeli kebutuhan
sehari-hari yang rutin dipenuhi, atau sebagai persiapan dari kemungkinan kebutuhan
dimasa datang seperti biaya pendidikan, kesehatan, setelah pensiun dari pekerjaan dan
kemungkinan resiko lainnya. Ketergantungan permintaan uang untuk transaksi dan
berjaga-jaga disimbolkan dengan mtr dengan rumusan :
Y (pendapatan)
Y3
Y2
Y1
Dari grafik jelas terlihat, bahwa besarnya jumlah uang diminta untuk transaksi dan
berjaga-jaga tergantung pada besarnya pendapatan (Y) dan bukan tergantung pada
tingkat bunga. Pada tingkat pendapatan sebesar Y1 jumlah uang yang diminta sebesar
mtr1, pada Y2 adalah mtr2 dan pada Y3 adalah mtr3, menunjukan makin besar
pendapatan, maka makin besar pula uang yang ditahan untuk keperluan transaksi dan
berjaga-jaga, sehingga mempengaruhi jumlah uang beredar menjadi berkurang.
Perbedaan dengan motif permintaan uang untuk spekulasi, karena uang
berfungsi sebagai alat penimbun kekayaan, maka orang yang memliki keinginan
demikian mewujudkan uang kepada tindakan spekulasi, disebut assets demand for
money. Menurut Keynes, tindakan orang dengan spekulasi ini banyak ditentukan oleh
pengaruh tingkat bunga. Motif permintaan uang untuk spekulasi disimbulkan msp, yang
dapat dirumuskan :
msp
o
jumlah uang + spekulasi
Motif spekulasi ditentukan oleh tingkat bunga, maka makin tinggi tingkat bunga akan
makin rendah keinginan masyarakat memiliki uang kas dengan alasan ; 1) bila tingkat
bunga naik berarti biaya memegang uang kas makin besar, demikian pula sebaliknya. 2)
masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga normal, yaitu suatu tingkat bunga
yang diharapkan berubah kearah itu karenan adanya hubungan negatif antara tingkar
bunga (i) dengan permintaan uang msp.
Permintaan uang untuk keseluruhan, yaitu motif transaksi ditambah untuk
berjaga-jaga ditambah untuk spekulasi disimbolkan dengan md dirumuskan :
md = mtr + msp
= m 1 Y + m2 r
Permintaan uang dengan beberapa motif tersebut disebut Keynes ‖liquidity preference‖
yang tergantung pada tingkat bunga dan mempengaruhi jumlah uang beredar
digambarkan secara grafis.
i (tingkat bunga)
jumlah
uang
ieq
liquidity
preference
o
Pada grafik terlihat bahwa tingkat bunga dalam keseimbangan pada i eq dimana
jumlah uang yang diminta untuk kekayaan sama dengan penawaran (jumlah uang) req.
Apabila pada suatu ketika tingkat bunga dibawah ieq maka masyarakat menginginkan
permitaan uang lebih banyak dengan cara menjual surat berharga yang dipegangnya,
dan ha ini akan mendorong harga surat berharga turun dan tingkat bunga naik kembali
i (%)
i5 5 trilyun
i6 6 triliyun
i7 7 triliyun
liquidity preperence
Pada grafik menunjukkan bahwa semula jumlah uang beredar terdapat sebanyak
Rp 6 triluyun, pada suatu ketika terjadi penambahan jumlah uang sehingga jumlah uang
beredar menjadi Rp 7 triluyun, telah membuat tingkat bunga turun dari i6 menjadi i7.
Terjadinya pertambahan uang beredar karena masyarakat yang memiliki kelebihan uang
membelanjakan uang itu kepada surat berharga. Sebaliknya berkurangnya jumlah uang
beredar menjadi Rp 5 triliyun yang sebelumnya Rp 6 triliyun, karena masyarakat merasa
kekurangan uang yang dipegang, kemudian menjual surat berharga yang dipegang,
akibatnya tingkat bunga naik semula i6 sekarang menjadi i5 dimana jumlah uang beredar
sama dengan permintaan uang.
C r
2 Rp. 500.000,-.
T (t)
B1
SB
0
t1 t2 Uang yang diminta
Tobin menunjukan cara untuk 2 transaksi, cara pertama, bahwa seseorang memegang
penghasilannya dalam bentuk uang kas sampai waktu t1. Kemudian membeli surat
berharga seharga B1 pada waktu t1 dan dipegangnya hingga waktu t2 dan pada waktu t2
surat berharga tersebut dijual. Pendapatan bunga /dividen yang diperoleh ditunjukan
dengan SB segi empat.
Y (income)
T (t)
B (t)
B1
SB
o = t1 t2
Cara kedua, bahwa seseorang itu membeli surat berharga seharga B1, pada awal
penerimaan penghasilan (t1 = 0 ) dan dipegangnya smapia uang kas yang dipegang
habis, yakni pada waktu t2. Pendapatan bunga yang diperolehnya ditunjukan dengan SB
segi empat yang lebih besar dari yang pertama.
Teori Portofolio.
1. Sistim Moneter.
Bank
sentral
Dalam sistem perbankan indonesia, di mana terdapat dewan moneter yang di ketuai
oleh Menteri Keuangan dengan anggota, Menteri Perdagangan / Perekonomian dan
Gubernur Bank Indonesia. Di bawah dewan moneter terdapat Bank Sentral (Bank
Indonesia) di samping berfungsi : mengatur, menjaga, memelihara kestabilan nilai
rupiah, mengawasi pelaksanaan kebijaksanaan moneter dan membina,
mengkoordinir dan mengawasi seluruh perbankan baik Bank Pemerintah / Bank
Sentral Nasional.
Dewan moneter ini berakhir setelah dikeluarkannya Undang-Undang No. 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dan dari sini pula dimulai Independensi Bank
Indonesia dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Dalam perjalanannya evolusi kelembagaan bank sentral ini terus diikuti dengan evolusi
dari peran bank sentral itu sendiri, dan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
West, struggle for West, but not in the East from the West ―spill-over‖to
independence in the East Nationalsm & cathing the East
up’from the East
Tujuan dan tugas pokok Bank Indonesia sebagai bank sentral diatur secara jelas
dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 3 Tahun 2004. Tujuan Bank Indonesia ditetapkan untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksudkan dalam
UU tersebut adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa serta terhadap mata
uang negara lain. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa diukur dengan dengan
atau tercermin pada perkembangan laju inflasi. Kestabilan nilai rupiah terhadap mata
uang negara lain diukur berdasarkan atau tercermin pada perkembangan nilai tukar
rupiah (kurs) terhadap mata uang negara lain.
Perubahan penting pada Bank Indonesia, dimana Bank Indonesia mengalami
perubahan fungsi, peran, dan status yang penting sejak diberlakukannya UU No. 23
tahun 1999. Perubahan tersebut dipicu oleh perubahan sosial ekonomi dan politik
setelah terjadi krisis pada tahun 1997 / 1998. Beberapa perubahan penting yang
dilakukan adalah ; a) Bank Indonesia berstatus sebagai lembaga yang indenpenden
(sebelumnya sebagai bagian dari pemerintah / kabinet / Dewan Moneter, b) Bank
Indonesia mempunyai sasaran dan tujuan tunggal (stabilitas nilai rupiah), c) Bank
Indonesia tidak dapat melakukan pembiayaan (memberikan kredit kepada pemerintah,
proyek-proyek pembangunan dan sebagainya, d) Bank Indonesia lebih transparansi dan
akuntabel, e) Bank Indonesia sebagai research and knowledge based organization.
Beberapa aspek yang berkaitan dengan UU No. 3 Tahun 2004 yang merupakan
amandemen terhadap UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, antara lain ; a)
penetapan sasaran inflasi (inflation targeting) oleh pemerintah, b) penundaan pengalihan
tugas pengawasan bank, c) pengaturan fasilitas pembiayaan darurat bagi perbankan, d)
penyempurnaan mekanisme pencalonan Dewan Gubernur, e) penguatan akuntabilitas
dan transparansi, f) pembentukan badan supervisi, g) persetujuan anggaran operasional
oleh DPR. Kemudian tugas pokok Bank Indonesia dipertegas lagi dengan UU No. 3
Tahun 2004 yaitu ; a) Tujuan Bank Indonesia adalah untuk mencapai dan memelihara
stabilitas rupiah, b) Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia mempunyai tugas ;
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran
sistim pembayaran, mengatur dan mengawasi bank-bank.
MPR
Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999, Bank Indonesia sebagai bank sentral
Republik Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur. Dalam melaksanakan tugasnya,
Dewan Gubernur dipimpin oleh seorang Gubernur, dengan Deputi Gubernur Senior
sebagai wakil dan minimal empat orang atau maksimal tujuh orang Deputi Gubernur
sebagai anggota. Saat ini Bank Indonesia memiliki seorang Gubernur, seorang Deputi
Gubernur Senior, dan enam Deputi Gubernur. Dewan Gubernur mempunyai masa
jabatan maksimum lima tahun dan hanya dapat diangkat kembali untuk satu kali masa
Gubernur
Deputi
Gubernur
Senior
Dewan gubernur diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan dari DPR, khusus Deputi Gubernur usul Presiden dilakukan
dengan rekomendasi dari Gubernur dengan bakal calon dari internal maupun eksternal
Bank Indonesia. Untuk menjadi anggota Dewan Gubernur, calon yang bersangkutan
harus memenuhi persyaratan antara lain ; a) warga negara Indonesia, b) memeliki akhlak
dan moral yang tinggi, c) memiliki keahlian dan pengalaman dibidang ekonomi,
keuangan, perbankan, atau hukum, khususnya yang berkaitan dengan tugas bank sentral.
Independensi adalah salah satu faktor penting dalam pencapai tujuan akhir suatu
bank sentral. Permasalahan independensi telah ada semenjak bank sentral pertama
berdiri. David Ricardo (1824) menganjurkan adanya otonomi bank sentral dan
menganjurkan pula agar bank sentral tidak membiayai defisit anggaran belanja
pemerintah. Independensi bank sentral sudah mulai banyak diterapkan dan diperkuat
dengan undang-undang diberbagai negara sejak tahun 1990-an.
Independensi didefinisikan sebagai kebebasan dari pengaruh, instruksi,
pengarahan, atau kontrol dari pihak-pihak lain, jadi diterapkan pada bank sentral. Meyer
(2000) mengartikan independensi sebagai kebebasan dari pengaruh,
instruksi/pengarahan, atau kontrol, baik dari badan eksekutif maupun badan legislatif.
Sementara itu Fraser (1994) mendefinisikan independensi bank sentral sebagai
1. Pengertian
fase ekspansif G
C Trend
E
A
D F
Waktu
(Perry Warjiyo dan Solikin ; 2004, hal 65)
1. Pengertian.
Inflasi merupakan peristiwa moneter yang dijumpai hampir pada semua negara
didunia. Inflasi dalam moneter menyangkut pada barang, uang dan berkaitan dengan
harga. Harga-harga akan naik bila terjadi kondisi-kondisi yang mempengaruhi keadaan
moneter sebagai berikut ; a) bila suatu negara berusaha untuk mencapai tingkat
pertumbuhan yang lebih cepat dari yang dibutuhkan, b) bila berbagai golongan dalam
perekonomian berusaha untuk memperoleh tambahan pendapatan relatif yang lebih
besar dari kenaikan produktivitasnya, c) bila pengharapan (expectation) yang terlalu
bersemangat akan menyebabkan permintaan barang atau jasa naik terlalu cepat
dibandingkan pertambahan output yang mungkin bisa dicapai perekonomian tersebut.
Klasifikasi kenaikan harga-harga yang dimaksud adalah ; a) bila harga-harga naik secara
perlahan-lahan maka inflasi yang terjadi disebut dengan creeping inflation, b) bila
harga-harga naik secara cepat, maka inflasi yang terjadi disebut hyper inflation.
Menurut A.P. Lerner (dalam Cornelis Rintuh, 1995) menyebutkan bahwa :
inflasi adalah kelebihan permintaan (exces demand) terhadap penyediaan barang-barang
dalam suatu perekonomian secara keseluruhan. Kelebihan tingkat pengeluaran atau
permintaan akan barang dan jasa dipandang sebagai :
a. Kelebihan tingkat pengeluaran (exces spending) dari barang akhir dibanding dengan
penyediaan output maksimum dengan sumber-sumber produksi yang tersedia, yang
dapat dicapai dalam jangka panjang, maksudnya adalah pengerjaan faktor-faktor
produksi yang normal.
b. Too much money is chasing the available goods yaitu barang-barang yang tersedia
terlalu sedikit dibandingkan dengan tingkat pengeluaran yang diharapkan.
Menurut F.W. Paish menyebutkan inflasi adalah keadaan dimana pendapatan
nominal jauh lebih cepat meningkat dibandingkan dengan pendapatan nasional riil. Atau
pendapatan nominal jauh lebih cepat meningkat dibandingkan dengan peningkatan arus
barang-barang dan jasa yang tersedia.
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus
menerus. Inflasi merupakan suatu proses ketidak seimbangan (disequilibrium) yang
mana tingkat harga terus menerus mengalami peningkatan selama periode tertentu. Dari
pengertian inflasi diatas terkandung tiga unsur pokok yaitu ; a) adanya kecenderungan
(trend) harga-harga untuk meningkat, b) kenaikan harga-harga itu berlangsung
berkelanjutan (sustainable increase), c) kenaikan harga bukan pada satu atau beberapa
komoditi saja tetapi tingkat harga umum (general level of price).
Kejadian dan fenomena-fenomena yang ada pada inflasi dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang sebagai berikut :
a. Kondisi parah atau tidak parahnya inflasi
Inflasi yang terjadi dihubungkan dengan laju inflasi tersebut yaitu laju inflasi
dibawah 10 % pertahun disebut inflasi ringan, laju inflasi antara 10 % sampai
dengan 30 % pertahun disebut inflasi sedang, laju inflasi antara 30 % sampai dengan
100 % pertahun disebut inflasi berat, dan laju inflasi diatas 100 % pertahun disebut
hyperinflasi. Misal inflasi 10 % pertahun, maksudnya adalah kenaikan harga-harga
secara umum 10 % pertahun. Sedang dalam keadaan hiperinflasi masyarakat lebih
cenderung memegang barang, dan enggan memegang uang karena nilai mata uang
menurun drastis sehingga menambah keruwetan moneter, uang dibelanjakan untuk
membeli barang menyebabkan jumlah uang yang beredar semakin bertambah dan
perputaran semakin cepat.
b. Didasarkan pada sebab awal inflasi, inflasi yang terjadi dapat disebabkan oleh
faktor-faktor berikut :
- Demand inflation
Inflasi yang terjadi karena permintaan konsumen atau masyarakat atas barang
dan jasa melebihi kemampuan produsen dalam menyediakan barang dan jasa
dipasar. Sehingga akibatnya terjadi kelangkaan barang atau jasa dipasar, dan
berdampak pada pergeseran harga yang bergerak naik. Bila dipandang dari sudut
permintaan agregat, akan terjadi peningkatan harga-harga bila terjadi exces
demand dalam keadaan full employment, adanya kelebihan permintaan inilah
yang menyebabkan terjadinya perubahan harga. Penyebab inflasi dari sudut
permintaan ini melahirkan beberapa pendapat (Nasution. M, 1998, hal 211) yaitu
:
a) Perbedaan harga ini terjadi karena adanya kelebihan permintaan dalam
masyarakat, pendapat ini menekankan adanya kelebihan permintaan tanpa
melihat faktor-faktor lain yang mempunyai kaitan dengan penyebab inflasi.
b) (Neo Keynesian), bahwa penyebab utama terjadi inflasi akibat adanya
ekspansi penawaran uang (money supply)
c) Kelompok monetaris mengatakan inflasi dapat terjadi akibat adanya
peningkatan konsumsi, investasi (PMA dan PMDN) dan pengeluaran
pemerintah, walaupun jumlah sirkulasi uang yang beredar tidak meningkat.
Peningkatan konsumsi mungkin diakibatkan pencairan tabungan masyarakat,
sedangkan pengeluaran pemerintah dan investasi diakibatkan oleh perubahan
suatu kebijakan. Perhatikan gambar dibawah ini :
P AS
P1 AD1 P = price
Q = out put
P2 AD2
0 Q0 Q
P = price/harga
Q= output/barang jasa
Gambar. 6.2
Inflasi dari sudut penawaran
P
AS1
AS0
P1
P0
AD
0 Q1 Q2 Q
Pada output Q0 tingkat harga berada pada P0, bila terjadi kenaikan biaya
produksi maka berdampak terhadap kenaikan harga dari output yang dihasilkan
produsen, yaitu dengan bergesernya harga dari P0 ke P1 dan output pun bergeser
dari Q0 ke Q1. Model inflasi dorongan biaya ini merupakan suatu model dilema,
karena tekanan sisi penawaran akan menimbulkan kesulitan bekerjanya
kebijaksanaan untuk stablisasi, atau efek inflasi dorongan biaya akan
mengakibatkan membatasi fungsi penawaran agregat. Pergeseran kekiri akan
menghasilkan tingkat harga naik dari P0 menjadi P1 begitu juga pada output atau
Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan dalam mengetahui laju
inflasi selama satu periode tertentu (Rahardja dan Maurung, 2005 ; 184-187),
diantaranya adalah :
a. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)
IHK adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang
harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan
menghitung harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam
periode tertentu, masing-masing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot
(weigthed) berdasarkan tingkat keutamaannya, barang dan jasa yang dianggap
paling penting diberi bobot yang paling besar.
Di Indonesia IHK dilakukan dengan mempertimbangkan sekitar beberapa ratus
komoditi pokok, untuk lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya perhitungan
IHK dilakukan dengan melihat perkembangan regional yaitu dengan
mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar di Indonesia.
Kenaikan harga-harga yang berlaku dari satu waktu kewaktu lainnya tidaklah
seragam. Kenaikan tersebut biasanya berlaku atas semua barang-barang tapi
kenaikannya berbeda. Berlakunya tingkat perubahan harga yang berbeda tersebut
menyebabkan indeks harga perlu dibentuk untuk menggambarkan tingkat
perubahan harga-harga yang berlaku dalam suatu negara. Untuk mengukur inflasi
atau tingkat inflasi indeks harga yang digunakan adalah ; indeks harga konsumen,
yaitu indeks harga dari barang-barang yang selalu digunakan konsumen. Untuk
membentuk indeks harga diperlukan tiga langkah yaitu :
- Memilih tahun dasar, yaitu tahun yang menjadi titik tolak dalam
membandingkan perubahan harga.
- Menentukan jenis-jenis barang yang perubahan harga-harganya akan diamati
untuk membentuk indeks harga.
- Menghitung indeks harga.
Contoh menghitung indeks harga
Misalkan tahun dasar adalah tahun 1999. Yang dihitung adalah indeks harga pada
akhir tahun 2009. Anggap 4 jenis barang digunakan untuk membentuk indeks harga
konsumen yaitu barang A, B, C, dan D. Disamping mengumpulkan data perubahan
harga, harganya harus pula ditentukan ―kepentingan relatif‖ (weigths) setiap
kelompok barang dalam konsumsi masyarakat. Misalkan barang A sangat penting
dalam masyarakat, pengeluarannya meliputi 50 % dari pengeluaran keseluruhan
masyarakat, maka barang A diberi weigth sebanyak 50, lihat tabel berikut :
Maka indeks harga tahun 2009, maka IHK = 600.000 / 250.000 x 100 % = 240 %
Indeks harga tahun dasar adalah 100 %, maka dalam rentang waktu 10 tahun telah
terjadi peningkatan harga sebanyak 140 %. Penghitungan tingkat inflasi
dimaksudkan untuk menggambarkan perubahan-perubahan harga dalam satu tahun
tertentu.
Berdasarkan contoh diatas, misalkan pada tahun 2010 indeks harga konsumen
adalah 251, berapakah tingkat inflasi dalam tahun 2010 ?. Maka tingkat inflasi
tahun 2010 = 251 – 240 / 240 x 100 % = 4,6 %.
Tabel 6.2.
IHK Gabungan 27 Kota di Indonesia
Akhir Periode Indeks Harga Konsumen Perubahan IHK (%)
2004 210 -
2005 219 4,28
2006 225 2,74
2007 233 3,55
2008 235 0,86
Yang berarti periode 2004-2005 telah terjadi inflasi sebesar 4,28 %. Dilihat dari
cakupan komoditi yang dihitung, IHK kurang mencerminkan tingkat inflasi yang
sebenarnya. Tapi IHK sangat berguna karena menggambarkan besarnya kenaikan
biaya hidup bagi konsumen, sebab IHK memasukan komoditi-komoditi yang
relevan (pokok) yang biasanya dikonsumsi oleh masyarakat.
b. Indek Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)
Bila IHK dilihat dari sisi konsumen, maka IHPB dilihat dari sisi produsen, oleh
karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen (producer price
index). IHP menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai
tingkat produksi.
Rachbini, Didik J., Tono, Suwidi, et al (2000). Bank Indonesia : Menuju Indonesia Bank
Sentral. Cetakan I, PT. Mardi Mulyo, Jakarta, 1-302.
Raharja, Pratama dan Manurung, M. (2005). Teori Ekonomi Makro, Suatu Pengantar.
Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Faklutas Ekonomi Universitas Indonesia,
halaman ; 43-44.
Raharja, Pratama dan Manurung, M. (2006). Teori Ekonomi Mikro, Suatu Pengantar.
Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Faklutas Ekonomi Universitas Indonesia,
halaman ; 75-76.
Syukur, Effendi (2001). Ekonomi Moneter. Akademi Keuangan & Perbankan Riau
(AKBAR) Pekanbaru, 1-60.
Warjiyo, Perry ; editor (2004). Bank Indonesia : Bank Sentral Republik Indonesia,
Sebuah Pengantar. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank
Indonesia (PPSK-BI), Edisi I, ISBN : 979-3363-14-2 : 1-294.
Weston, J. Fred and Thomas E. Copeland, (1991), "Manajerial Finance", (alih bahasa
Jaka wasana, Kirbrandoko, Suparanoto Dipokusumo), Edisi delapan,
Penerbit Erlangga, Jakarta.