Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

NILAI-NILAI PANCASILA

DOSEN PENGAMPUH
Dr. Andi Imrah Dewi S.Pd, M.Sn
DISUSUN OLEH :
Ayu Rizkiana Daud (P101 22 065)
Dina Valen Amalia (P101 22 052)
Fitriani (P101 22 051)
Gael Deba (P101 22 037)
Isa Yanti (P101 22 035)
Muhammad Zaqky Anabi (P101 22 263)
Nural Auliya (P101 22 267)
Qheysha Safinka Shalsha Billa (P101 22 064)
Richo Veibel (P101 22 248)
Salsabila (P101 22 041)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
0
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Swt yan


g melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah ini. Adapun tema dari makalah ini adalah “Rasisme”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarn


ya kepada Dosen mata kuliah Pendidiksan Pancasilayang telah memberikan tugas
terhadap kami. Kami mengucapkan terima kasih kepada sumber-sumber yang san
gat membantu kami dalam pengerjaan makalah ini. Kami sangat berharap makala
h ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan.

Jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi y
ang sesungguhnya. Oleh karena itu, jika ada kesalahan dalam penyampaian makal
ah ini kami meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dosen Pembimbing.

Palu, September 2022

Penulis

DAFTAR ISI

2
HALAMAN SAMPUL...................................................................................I
KATA PENGANTAR....................................................................................II
DAFTAR ISI...................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG.............................................................................1

1.2. RUMUSAN MASALAH.........................................................................1

1.3. TUJUAN...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. PANCASILA...........................................................................................3

2.1.1. Nilai-nilai Pancasila......................................................................3

2.1.2. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila............................4

2.1.3. Pancasila sebagai Dasar Negara..................................................5

2.2. RASISME.................................................................................................8

2.2.1. Pengertian Rasisme.......................................................................8

2.2.2. Faktor penyebab terjadinya Rasisme.........................................9

2.2.3. Cara menghadapi Rasisme...........................................................11

2.2.4. Contoh Kasus Rasisme di Indonesia...........................................13

3
BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN........................................................................................14

3.2 SARAN......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................15

LAMPIRAN....................................................................................................16

4
BAB I
PENDAHULUAN.

1.1. Latar Belakang

Bagi generasi milenial yang terlahir di abad ke 21, perilaku meniru merupakan hal
yang lumrah. Baik melalui tontonan televisi maupun akibat tuntutan teman sebaya terhadap
tokoh idola. Kebiasaan meniruterhadap figur panutan tidak melulu soal ucapan dan
penampilan, akan tetapi terhadap tindakan pula. Tayangan sinetron tertentu lambat laun
berhasil memupuk perilaku individu. Mulai dari gaya hidup yangg lamor, sampai perilaku
membangkang terhadap sosok orang tua. Terlebih di era globalisasi sekarang iniyang ditandai
dengan kemajuan teknologi, sehingga nilai-nilai kesopanan dan budi pekerti seakan telah
diabaikan (Fauzi et al., 2013).

Era globalisasi menuntut adanya berbagai perubahan. Demikian juga bangsa


Indonesia pada saat ini terjadi perubahan besar-besaran yang di sebabkan oleh pengaruh dari
luar maupun dari dalam negeri. Kesemuanya di atas memerlukan kemampuan warga Negara
yang mempunyai bekal ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berlandaskan pada nilai-
nilai keagamaan dan nilai-nilai budaya bangsa dan juga bagaimana warga negara terse
but menanggapi perubahan yang terjadi pada bangsa tersebut. Kita sebagai ba
ngsa indonesia harus lebih mengutamakan nilai-nilai yang ada di negara kita
seperti nilai budaya maupun nilai sosial yang sangat perlu di terapkan.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan Rasisme?

b. Apa faktor penyebab terjadinya Rasisme?

c. Bagaimana cara menghadapi kasus Rasisme?


1.3. Tujuan

Mengajarkan mahasiswa untuk memahami apa itu rasisme, apa saja penye
bab terjadinya rasisme, dan memberi tahu mahasiswa bagaimana cara menghadapi
kasus rasisme yang terjadi di sekitar kita.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pancasila

2.1.1. Nilai-nilai Pancasila

Sebagai suatu dasar filsafat Negara maka sila-sila Pancasila merupakan


suatu sistem nilai, oleh karena itu sila-sila Pancasla itu pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan (Kaelan dan Zubaidi, 2007: 31).

Pancasila memiliki serangkaian nilai,yaitu ketuhanan, kemanusiaan,


persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai dasar Pancasila seperti ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang bersifat universal,
objektif, artinya nilai-nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara-negara
lain. Pancasila bersifat subjektif, artinya bahwa nilai-nilai Pancasila itu melekat
pada pembawa dan pendukung nilai Pancasila itu sendiri, yaitu masyarakat,
bangsa, dan negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila juga merupakan suatu
pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila juga merupakan Nilai-nilai yang
sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia, karena bersumber pada kepribadian
bangsa. Nilai-nilai Pancasila ini menjadi landasan dasar, serta motivasi atas segala
perbuatan

baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kenegaraan. Dalam kehidupan


kenegaraan, perwujudan nilai Pancasila harus tampak dalam suatu peraturan
perundangan yang berlaku di Indonesia. Karena dengan tampaknya Pancasila
dalam suatu peraturan dapat menuntun seluruh masyarakat dalam atau luar
kampus untuk bersikap sesuai dengan peraturan perundangan yang disesuaikan
dengan Pancasila.
2.1.2. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila adalah


sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa terkandung nilai bahwa


Negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu segala hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelengaraan Negara bahkan moral
Negara, moral penyelengara Negara, politik Negara, pemerintahan Negara,
hukum dan peraturan perundang- undangan Negara, kebebasan dan hak
asasi warga Negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
(Kaelan dan Zubaidi, 2007: 31-32).

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa negara harus


menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang
beradab (Kaelan dan Zubaidi, 2007: 32). Sila kedua Pancasila
mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia
yang didasarkan pada norma-norma dan kebudayaan baik terhadap diri
sendiri, sesama manusia, maupun terhadap lingkungannya.

3. Persatuan Indonesia

Sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu


dan sebagai makhluk sosial. Untuk itu manusia memiliki perbedaan
individu, suku, ras, kelompok, golongan, maupun agama. Konsekuensinya
di dalam Negara adalah beraneka ragam tetapi mengkatkan diri dalam
suatu kesatuan dalam semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.

4
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.

Rakyat merupakan subjek pendukung pokok Negara (Kaelan dan


Zubaidi, 2007: 35). Negara merupakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat sehingga rakyat merupakan asal mula kekuasaan Negara. Dalam
sila keempat terkandung nilai demokrasi yangharus dilaksanakan dalam
kehidupan negara.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Konsekuensi nilai keadilan yang harus terwujud adalah:

a) keadilan distributif (hubungan keadilan antara Negara


terhadap warga negaranya),

b) keadilan legal (keadilan antara warga Negara terhadap


negara), dan keadilan komutatif (hubungan keadilan antara

warga negara satu dengan lainnya).

2.1.3. Pancasila sebagai Dasar Negara.

Pancasila sebagai dasar Negara, pandanga hidup bangsa Indonesia, dan


sebagai ideologi bangsa, menurut Suko Wiyono (2013, 95-96) memuat nilai-nilai
/karakter bangsa Indonesia yang tercermin dalam sila-sila Pancasila sebagai
berikut:

5
1. Nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa: terkandung di dalamnya prinsip
asasi

a) Kepercayaan dan Ketaqwaan kepada Tuhn Yang Maha Esa.

b) Kebebasan beragama dan berkepercayaan paa Tuhan Yang


Maha Esa sebagai hak yang paling asasi bagi manusia.

c) toleransi di antara Umat beragama dan berkepercayaan kepada


Tuhan Yang Maha Esa.

d) Kecintaan pada semua makhluk ciptaan Tuhan, khususnya


makhluk manusia.

2. Nilai-nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: terkandun di


dalamnya prinsip asasi

a) Kecintaan kepada sesama manusia sesuai dengan prinsip bahwa


kemanusiaan adalah satu adanya;

b) Kejujuran.

c) Kesamaderajatan manusia.

d) Keadilan.

e) Keadaban.

3. Nilai-nilai Persatua Indonesia: terkandung di dalamnya prinsip asasi

a) Persatuan

b) Kebersamaan.

c) Kecintaan pada Bangsa.

d) Kecintaan pada tanah air.

e) Bhineka Tunggal Ika.

6
4. Nilai-nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan: terkandung di dalamnya prinsip
asasi

a) Kerakyatan.

b) Musyawarah mufakat.

c) Demokrasi.

d) Hikmat kebijaksanaan, dan (Perwakilan).

5. Nilai-nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: terkandung


di dalamnya prinsip asasi

a) Keadilan.

b) Keadilan sosial.

c) Kesejahteraan lahir dan batin.

d) Kekeluargaan dan kegotongroyongan.

e) Etos kerja.

7
2.2. Rasisme.

2.2.1. Pengertian Rasisme

Istilah “rassme” sering kali kita gunakan untuk menggambarkan


permusuhan dan perasaan negatif suatu kelompok etnis terhadap kelompok etnis
lain. Di dalam kehidupan sehari-hari rasisme justru berkembang luas. Pengertian r
asisme juga sering dikacaukan dengan konsep-konsep etnosentrisme, prasangka,
dan diskriminasi. Maksud dari etnosentrisme disini berarti kepercayaan yang
dianut oleh anggota-anggota suatu kebudayaan bahwa cara hidup mereka adalah
superior bila dibandingkan dengan cara-cara hidup anggota kebudayaan lainnya.
Tetapi rasisme disini beda dari etnosentrisme dalam dua hal, pertama
etnosentrisme adalah suatu system kepercayaan yang didasarkan pada pengertian
superioritas budaya, bukan biologis. Kedua, etnosentrisme adalah suatu ciri
kehidupan sosial manusia yang universal sejati, sementara rasisme merupakan
karakteristik daripada hanya beberapa masyarakat selama ratus tahun lampau.
Karena itu rasisme lebih merupakan suatu fenomena yang terbatas secara kultural
dan historis bila dibandingkan dengan etnosentrisme (Sanderson, 2000).

Ada dua tipe rasisme, yaitu: individual dan institusional. Rasisme


individual terjadi ketika seseorang dari ras tertentu membuat aturan dan bertindak
keras dan kasar kepada orang dari ras lain, karena anggota ras lain itu berada
dalam kekuasaannya. Rasisme institusional adalah tindakan kelompok mayoritas
terhadap minoritas yang dilembagakan atau diinstitusionalkan (Liliweri, 2005).

8
2.2.2. Faktor penyebab terjadinya Rasisme.

Beberapa faktor yang dapat dikemukakan sebagai alasan berkembangnya


paham rasisme dalam masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Mitos-mitos dan Rasionalitas

Pembedaan ras sudah dimutai pada zaman Yunani kuno. Pada zaman
itu fitsafat Yunani sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat dunia.
Plato dan Aristoteles mengemukakan ide tentang keunggulan ras bangsa
Yunani. Menurut mereka, bangsa Yunani adalah bangsa yang ditakdirkan
sebagai penguasa atas bangsa-bangsa lain dan bangsa-bangsa lain tersebut
sudah ditakdirkan untuk takluk dan diperbudak oleh bangsa yang lebih kuat.
Mereka memisahkan ras superioritas dan inferioritas dan membentuk gap
yang tak terseberangi antar keduanya

2. Teori EvolusiDarwin

Evolusi menyimpulkan sebuah teori tentang asal-usul makhluk hidup


yang berkembang dari tahap yang paling sederhana dan terus berevolusi
menjadi makhluk hidup yang lebih kompleks.e Tahun 1871, dalam
bukunya "The Descent of Man," Charles Roberl Darwin mengemukakan
bahwa ada kemungkinan terjadi perkembangan mata rantaai antara
monyet/kera, simpanse, dan manusia secara perlahan-lahan atau bertahap.
Para ilmuwan menguji kebenaran ini dengan menyelidiki perkembangaan
mamalia. Mereka menyimpulkan bahwa monyet/kera memiliki sesuatu
yang selalu menarik hati manusia, hal ini kemungkinan karena banyaknya
kesamaan secara struktural dan tabiat yang dimiliki manusia' dengan
mereka.

9
3.Kolonialisme Bangsa Eropa

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sefta penemuan-


penemuan penting dalam berbagai bidang telah mendorong masyarakat Eropa
memulaisejarah yang menghasilkan perubahan-perubahan penting didunia.
Sepertiyang telah diuraikan diatas, pengaruh ilmu pengetahuan memicu para
ahli menorehkan prestasi penting di kancah sejarah dunia Salah satu
penemuan penting dalam sejarah adalah ditemukannya "dunia baru" sebagai
hasil ekspedisi yang dilakukan oleh bangsa Eropa. Christopher Columbus,
Amerigo Vespucr, Fransisco Coronado, Jacques Cartier, Marco Polo adalah
sederatan nama orang-orang yang melakukan ekspedisi dan menemukan
tanahtanah baru yang kaya akan sumber daya alam. Hasil temuan mereka
mendorong pendudukan wilayah-wilayah baru. Orang-orang Eropa mulai
bermigrasi ke wilayah Amerika, Asia. dan Af rika

4. Faktor Materi dan Kekuasaan

Semangat kapitalis timbul karena adanya keinginan yang kuat


untuk memenuhi kebutuhan material. Manusia pada dasarnya memiliki
keinginan yang kuat untuk memenuhi kebutuhan materinya dan secara
naluriah hal itu wajar. Tetapi, adakalanya hal itu mendorong seseorang
berusaha dengan segala cara demi mencapai keinginannya tersebut
sekalipun harus mengorbankan orang lain. Menurut Drs. Ajat Sudrajat,
hampir dapat dipastikan bahwa pemilikan yang menonjol terhadap
kekayaan material - di samping faktor fungsi, kharisma, keturunan - selalu
membawa pemiliknya kepada penerimaan status sosial tertentu. Dengan
demikian tidak mengherankan kalau sejarah kehidupan manusia selalu
diwarnai oleh persaingan yang ketat dalam lingkup persoalan ini.

10
2.2.3. Cara menghadapi Rasisme

Adapun cara menghadapi rasisme yang berada di sekitar kita sebagai berik
ut:

a), Pahami Adanya Keragaman

Menyadari bahwa keragaman itu pasti ada dan perbedaan itu harus
diterima dan diakui. Setiap orang dengan sukunya masing-masing memiliki
kebudayaan yang berbeda dan harus diterima oleh suku lainnya.

b). Tingkatkan Toleransi

Mengembangkan sikap toleransi dapat menghindarkan perpecahan antar


pihak lainnya karena masing-masing menjunjung tinggi perbedaan.

c). Dengarkan Korban Rasisme

Dengarkan kisah mereka yang menjadi korban rasisme baik itu merupakan
teman, kerabat dekat, ataupun keluarga. Dengan mendengarkan dan turut
merasakan yang mereka alami dapat menumbuhkan perilaku simpati yang lebih
dalam.

d). Perbanyak Baca Media

Banyak membaca media termasuk media komunitas yang banyak bersuara


tentang rasisme untuk membaca informasi terkini yang menggambarkan tindakan
rasisme. Pada postingan tersebut, tinggalkan komentar untuk mendukung gerakan-
gerakan anti rasisme.

e). Sadari tentang Hak Asasi Manusia

Berikan penjelasan terhadap masyarakat bahwa rasisme adalah suatu


bentuk ketidakadilan dan berdasarkan hukum Hak Asasi Manusia (HAM)
dijelaskan bahwa setiap manusia memiliki hak untuk merasa aman dan dihargai
serta diperlakukan secara adil.

11
f). Menentang Ideolofi Populer Konteporer tentang Rasisme Ilmiah

Contoh ideologi populer kontemporer tentang rasisme ilmiah dapat


ditunjukkan dalam proses penerimaan murid baru di sekolah, berbagai layanan
publik, dan perusahaan yang tidak boleh mendiskriminasi orang berdasarkan ras
atau warna kulit mereka.

Organisasi-organisasi secara aktif harus mendukung orang-orang dari


kelompok yang memiliki historis pernah tertindas karena diskriminasi ras dan
seringkali tidak terwakilkan dalam berbagai bidang kehidupan publik. Dengan
menentang ideologi populer kontemporer tentang rasisme ilmiah di sekeliling
masyarakat ini dapat mengatasi perlakuan rasisme di sekitar lingkunganmu.

g). Memanusiakan Seluruh Manusia

Mengubah pandangan dan memperlakukan setiap orang secara setara,


tanpa memedulikan latar belakang mereka. Hal ini dapat dimulai dengan berhenti
percaya terhadap supremasi kulit putih dan mengakhiri pandangan yang minor
terhadap sesama kita yang berkulit gelap. 

h). Berpartisipasi dalam Organisasi Hak Asasi Manusia

Terdapat sejumlah organisasi yang giat memperjuangkan hak kelompok


ras yang mengalami rasisme. Kamu dapat banyak bersuara dan ikut atau mengajak
kontribusi dalam setiap kegiatan yang mendukung tindakan anti-rasisme. 

2.2.4. Contoh Kasus Rasisme di Indonesia.

12
Awal tahun 2021 di media massa Indonesia dikejutkan oleh sejumlah aksi
hukum terkait rasisme terhadap Natalius Pigai, tokoh hak asasi manusia yang
berasal dari Papua. Masyarakat melaporkan kepada polisi bahwa Pigai telah
menjadi korban rasisme setidaknya oleh tiga tokoh nasional (Andita, 2021;
Indozone, 2021; Ruqoyah, 2021). Di saat yang hampir bersamaan, Pigai juga
dituding melakukan rasisme terhadap suku mayoritas (Genik, 2021). Kasus Pigai
dapat dipandang sebagai sebuah luka demokrasi, di mana sebuah negara yang
menjujung keberagaman masih memiliki kasus-kasus rasisme di dalamnya. Tetapi
jika dilihat dari kacamata historis maupun teoritis, hal ini dapat dipandang sebagai
angin segar bagi kelompok minoritas. Dalam salah satu wawancara di televisi,
Pigai menjabarkan bahwa sejarah rasisme di Indonesia sudah sangat lama namun
tidak terpapar ke publik (Official iNews, 2021).

Rasisme terhadap manusia Papua adalah konstruksi sosial yang sudah


disediakan oleh wacana tentang ‘ras kulit putih beradab’ versus ‘ras kulit hitam
tak beradab’. Kemudian, wacana rasis yang sama direproduksi oleh manusia
berkulit coklat yang dibuang oleh pemerintah kolonial Belanda ke Boven Digul
pada era yang juga kurang lebih sama. Rasisme dipandang sebagai akar dari rasa
frustasi rakyat asli Papua menjadi Indonesia. Di sisi lain, masalah konflik agraria
dan perampasan tanah untuk perkebunaan, eksploitasi hutan, dan tambang yang
semakin akut tidak selalu dibicarakan bersamaan sebagai salah satu ekspresi rasis
me dari pembangunan Indonesia di Papua (Savitri, 2020). Rasisme berdampak
pada kerususuhan massal. Survei yang diterbitkan koran the Washington Post
menyebutkan sebanyak 30-39,9 persen penduduk Indonesia termasuk kategori
rasis.

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan.

Rasisme merupakan suatu diskriminasi terhadap suatu suku, ras, mauon


agam. Rasisme sangat tidak boleh dilakukan karena dapat menmbulkan
perpecahan

3.2. Saran

Untuk mencegah terjadinya rasisme di indonesia bisa di lakukan bersama


apabila kita menyadari bahwasanya kita d lahirkan sebagai manusa yang sama dan
saling membutuhan serta kita tak menyembunyikan kepentngan kelompok
tertentu. Sangatlah perlu kita mempunyai kesadaran itu sendiri dan tidak boleh
membeda- bedakan satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA

Andriyanto, N., Ulhaq, M. H. D., & Hendriansyah, M. I. (2022). Representasi


Rasisme terhadap Kulit Hitam dalam Iklan Dunkin Donuts. Jurnal
Audiens, 3(3), 10-17.

Asmaroini, A. P. (2016). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Bagi Siswa Di Era


Globalisasi. Citizenship Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, 4(2),
440-450.

Dana, E. S., Suryawati, I., Junaidi, J., Ronda, A. M., & Diana, R. (2021). Analisis
Kasus Rasisme Papua Natalius Pigai Dalam Perspektif Teori Spiral
Keheningan. Communication, 12(1), 1-12.

Genik, L. (2021, February 1). Diduga Hina Suku Jawa, Natalius Pigai Dilaporkan
ke Bareskrim Polri.

Irab, Y. (2007). Rasisme. Jurnal Jaffray, 5(1), 50-58.

Kaelan, & Zubaidi, Ahmad. (2007). Pendidikan Kewarganegaraam untuk Pergur


uan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.

Liliweri, A. (2005). Prasangka dan Konflik : Komunikasi Lintas Budaya


Masyarakat Multiultur. Lkis Pelangi Aksara.

Nurgiansah, T. H. (2021). Pendidikan Pancasila. CV. Mitra Cendekia Media.

Sanderson, S. K. (2000). Makro sosiologi : sebuah pendekatan terhadap realitas


sosial. RajaGrafindo Persada.

Savitri, Laksmi A. (2020). 'Menegarakan' Tanah dan Darah Papua. Wacana


Jurnal Transformasi Sosial Nomor 38/Tahun XXI/2020.

Suryani, Z., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Pancasila Dalam Menghadapi


Masalah Rasisme Dan Diskriminasi. Jurnal Kewarganegaraan, 5(1), 192-
200.

Wijono, Suko. (2013). Reaktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara. Malang: Universitas Wisnuwardhana Malang Press.
LAMPIRAN
17

Anda mungkin juga menyukai