NILAI-NILAI PANCASILA
DOSEN PENGAMPUH
Dr. Andi Imrah Dewi S.Pd, M.Sn
DISUSUN OLEH :
Ayu Rizkiana Daud (P101 22 065)
Dina Valen Amalia (P101 22 052)
Fitriani (P101 22 051)
Gael Deba (P101 22 037)
Isa Yanti (P101 22 035)
Muhammad Zaqky Anabi (P101 22 263)
Nural Auliya (P101 22 267)
Qheysha Safinka Shalsha Billa (P101 22 064)
Richo Veibel (P101 22 248)
Salsabila (P101 22 041)
Jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi y
ang sesungguhnya. Oleh karena itu, jika ada kesalahan dalam penyampaian makal
ah ini kami meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dosen Pembimbing.
Penulis
DAFTAR ISI
2
HALAMAN SAMPUL...................................................................................I
KATA PENGANTAR....................................................................................II
DAFTAR ISI...................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. PANCASILA...........................................................................................3
2.2. RASISME.................................................................................................8
3
BAB III PENUTUP
3.1. KESIMPULAN........................................................................................14
3.2 SARAN......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................15
LAMPIRAN....................................................................................................16
4
BAB I
PENDAHULUAN.
Bagi generasi milenial yang terlahir di abad ke 21, perilaku meniru merupakan hal
yang lumrah. Baik melalui tontonan televisi maupun akibat tuntutan teman sebaya terhadap
tokoh idola. Kebiasaan meniruterhadap figur panutan tidak melulu soal ucapan dan
penampilan, akan tetapi terhadap tindakan pula. Tayangan sinetron tertentu lambat laun
berhasil memupuk perilaku individu. Mulai dari gaya hidup yangg lamor, sampai perilaku
membangkang terhadap sosok orang tua. Terlebih di era globalisasi sekarang iniyang ditandai
dengan kemajuan teknologi, sehingga nilai-nilai kesopanan dan budi pekerti seakan telah
diabaikan (Fauzi et al., 2013).
Mengajarkan mahasiswa untuk memahami apa itu rasisme, apa saja penye
bab terjadinya rasisme, dan memberi tahu mahasiswa bagaimana cara menghadapi
kasus rasisme yang terjadi di sekitar kita.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pancasila
3. Persatuan Indonesia
4
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
5
1. Nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa: terkandung di dalamnya prinsip
asasi
b) Kejujuran.
c) Kesamaderajatan manusia.
d) Keadilan.
e) Keadaban.
a) Persatuan
b) Kebersamaan.
6
4. Nilai-nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan: terkandung di dalamnya prinsip
asasi
a) Kerakyatan.
b) Musyawarah mufakat.
c) Demokrasi.
a) Keadilan.
b) Keadilan sosial.
e) Etos kerja.
7
2.2. Rasisme.
8
2.2.2. Faktor penyebab terjadinya Rasisme.
Pembedaan ras sudah dimutai pada zaman Yunani kuno. Pada zaman
itu fitsafat Yunani sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat dunia.
Plato dan Aristoteles mengemukakan ide tentang keunggulan ras bangsa
Yunani. Menurut mereka, bangsa Yunani adalah bangsa yang ditakdirkan
sebagai penguasa atas bangsa-bangsa lain dan bangsa-bangsa lain tersebut
sudah ditakdirkan untuk takluk dan diperbudak oleh bangsa yang lebih kuat.
Mereka memisahkan ras superioritas dan inferioritas dan membentuk gap
yang tak terseberangi antar keduanya
2. Teori EvolusiDarwin
9
3.Kolonialisme Bangsa Eropa
10
2.2.3. Cara menghadapi Rasisme
Adapun cara menghadapi rasisme yang berada di sekitar kita sebagai berik
ut:
Menyadari bahwa keragaman itu pasti ada dan perbedaan itu harus
diterima dan diakui. Setiap orang dengan sukunya masing-masing memiliki
kebudayaan yang berbeda dan harus diterima oleh suku lainnya.
Dengarkan kisah mereka yang menjadi korban rasisme baik itu merupakan
teman, kerabat dekat, ataupun keluarga. Dengan mendengarkan dan turut
merasakan yang mereka alami dapat menumbuhkan perilaku simpati yang lebih
dalam.
11
f). Menentang Ideolofi Populer Konteporer tentang Rasisme Ilmiah
12
Awal tahun 2021 di media massa Indonesia dikejutkan oleh sejumlah aksi
hukum terkait rasisme terhadap Natalius Pigai, tokoh hak asasi manusia yang
berasal dari Papua. Masyarakat melaporkan kepada polisi bahwa Pigai telah
menjadi korban rasisme setidaknya oleh tiga tokoh nasional (Andita, 2021;
Indozone, 2021; Ruqoyah, 2021). Di saat yang hampir bersamaan, Pigai juga
dituding melakukan rasisme terhadap suku mayoritas (Genik, 2021). Kasus Pigai
dapat dipandang sebagai sebuah luka demokrasi, di mana sebuah negara yang
menjujung keberagaman masih memiliki kasus-kasus rasisme di dalamnya. Tetapi
jika dilihat dari kacamata historis maupun teoritis, hal ini dapat dipandang sebagai
angin segar bagi kelompok minoritas. Dalam salah satu wawancara di televisi,
Pigai menjabarkan bahwa sejarah rasisme di Indonesia sudah sangat lama namun
tidak terpapar ke publik (Official iNews, 2021).
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.
3.2. Saran
Dana, E. S., Suryawati, I., Junaidi, J., Ronda, A. M., & Diana, R. (2021). Analisis
Kasus Rasisme Papua Natalius Pigai Dalam Perspektif Teori Spiral
Keheningan. Communication, 12(1), 1-12.
Genik, L. (2021, February 1). Diduga Hina Suku Jawa, Natalius Pigai Dilaporkan
ke Bareskrim Polri.