Anda di halaman 1dari 21

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
MODEL INTEGRASI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI KE DALAM
KURIKULUM SEKOLAH
BIDANG KEGIATAN:
PKM-GT
Diusulkan oleh:
Muhammad Suriyanto 061244310062 2006 (Ketua)
Ari Ramayanti Rahayu 071244410089 2007 ( Anggota)
Mariyam 071244310089 2007 ( Anggota)
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2010

LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Model Integrasi Pendidikan Anti Korupsi Ke Dalam
Kurikulum Sekolah
2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM AI () PKM GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Muhammad Suriyanto
b. NIM : 061244310062
c. Jurusan : Pendidikan Kimia
d. Universitas : Universitas Negeri Medan
e. Alamat Rumah dan No.Tel./HP : Jl. Willem Iskandar Pasar V Medan
Estate HP. 085297672654
f. Alamat Email : poenya.anto8@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama lengkap dan Gelar : Dr. Lisyanto, M.Si.
b. NIP : 19660706 199303 1 002
c. Alamat Rumah dan No Telp/Hp : Jl. Vetpur Raya II Komplek Veteran
Blok B-83 Medan Estate, Percut Sei
Tuan, Deli Serdang, Sumut 20371
Telp.0617648100 HP. 08121303093
Medan, 17 Februari 2010
Menyetujui
Pembantu Dekan III Ketua Pelaksana Kegiatan
Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
(Drs. Asrin Lubis. M.Pd) (Muhammad Suriyanto)
NIP. 196010021987031004 NIM. 061244310062
Wakil Rektor Bidang Dosen Pendamping
Kemahasiswaan
(Drs. Biner Ambarita, M.Pd) (Dr. Lisyanto, M.Si.)
NIP. 195705151984031004 NIP.196607061993031002
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul Model
Integrasi Pendidikan Anti Korupsi ke dalam Kurikulum Sekolah.
Karya tulis ini ditujukan untuk mengikui Program Kreativitas Mahasiswa
Gagasan Tertulis (PKM-GT) 2010 yang diadakan oleh DIKTI. Melalui karya tulis
ini penulis memberikan gagasan mengenai pelaksanaan Kurikulum Pendidikan
Anti Korupsi yang akan diterapkan di sekolah pada tahun 2010.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami berikan kepada Bapak Dr.
Lisyanto, M.Si., selaku dosen pendamping yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyusunan karya tulis ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan
kepada kami.
Penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat
membangun. Besar harapan karya tulis ini dapat bermanfaat baik bagi penulis
maupun pembaca pada umumnya terutama bagi dunia pendidikan
Medan, 17 Februari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR........vi
RINGKASAN ....................................................................................................... vii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Tujuan dan Manfaat............................................................................................2
GAGASAN...3
KESIMPULAN10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................11
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................12

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Aspek yang dinilai dalam lock book..8

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran...4

RINGKASAN
Baharudin Lopa dan Moh. Yamin mengartikan korupsi sebagai suatu
tindak pidana yang berhubungan dengan perbuatan penyuapan dan manipulasi
serta perbuatan-perbuatan lain yang merugikan atau dapat merugikan keuangan
atau perekonomian negara, merugikan kesejahteraan dan kepentingan rakyat.
Korupsi telah tumbuh dan mengakar di Indonesia selama lebih dari 30 tahun.
Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 2009 yang dikeluarkan oleh
Transparency International dengan melakukan 13 survei oleh 10 lembaga
independen yang mengukur persepsi tingkat korupsi di 180 negara di dunia.
Indonesia tercatat pada peringkat ke-5 dari 10 negara ASEAN dan menduduki
urutan ke-111 dari 180 negara dunia.
Korupsi telah tumbuh dan mengakar di Indonesia selama lebih dari 30
tahun. Usaha pemberantasan korupsi saat ini dilakukan oleh pemerintah melalui 2
pendekatan, yaitu pendekatan represif dan preventif. Pendekatan preventif yang
dilakukan salah satunya melalui jalur pendidikan. Pemerintah mulai menerapkan
pendidikan antikorupsi dimulai pada tahun ajaran 2010/2011. Kurikulum tersebut
akan di integrasikan dengan beberapa mata pelajaran yang dianggap dapat
menyalurkan muatan muatan nilai moral pada kepribadian siswa. Salah satunya
adalah mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn).
Kelompok diskusi merupakan kelompok yang dibentuk dan terikat dengan
pihak sekolah. Kelompok diskusi yang menggabungkan pembelajaran kognitif,
afektif, dan psikomotorik secara bersamaan dalam satu kegiatan sebagai
pendukung kurikulum pendidikan antikorupsi yang saat ini sedang gencar
dilakukan oleh pemerintah. Kelompok diskusi ini merupakan bagian dari mata
pelajaran PKn yang wajib diikuti oleh siswa. Setiap kelompok terdiri atas 5-6
orang siswa dengan latar belakang yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap
siswa dapat bertukar pikiran dan berbagi pengalaman, menumbuhkan jiwa
persatuan dan rasa saling memiliki oleh masing-masing siswa dan menjadikan
kelompok tersebut lebih leluasa, efektif, dan efisien. Masing-masing kelompok
dibimbing oleh seorang guru yang telah terlatih dan berpengalaman.
Muatan kegiatan dalam kelompok dikemas sedemikian rupa dengan
memadukan 4 metode pengajaran yaitu metode quantum teaching, diskusi,
problem solving dan contextual teaching learning (CTL). Muatan kegiatan dalam
kelompok diskusi ini berupa pembukaan yang dimulai dengan mengucapkan
kalimat motivasi dari setiap siswa sehingga suasana diskusi lebih menyenangkan.
Pemberian materi dilakukan oleh pembimbing (materi disajikan tidak lebih dari
15 menit), dilanjutkan dengan diskusi, studi lapangan, membahas lock book serta
penutup berupa kata-kata nasihat dari pembimbing.
Lock book merupakan catatan tingkah laku sehari-hari siswa yang terekam
dalam sebuah buku. Adanya lock book melatih siswa untuk bersikap jujur. Orang
tua juga terlibat dalam mengawasi penulisan lock book. Adanya kerjasama yang
baik antara guru dan orang tua murid akan mendukung penerapan kurikulum
antikorupsi. Lock book juga digunakan sebagai bahan evaluasi dengan melihat
taraf kemajuan siswa. Pemberian reward kepada siswa yang memenuhi kriteria
sebagai siswa teladan dapat dilakukan guna menanamkan kepercayaan dan
sebagai bentuk penghargaan bagi siswa.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia yang memiliki
keanekaragaman sumber daya alam. Namun jika dibandingkan dengan Negara
lain di kawasan Asia, Indonesia termasuk Negara yang miskin. Salah satu
penyebabnya kemiskinan tersebut adalah rendahnya kualitas sumber daya
manusia. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya
tetapi juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya. Ketidakseimbangan
antara kedua aspek tersebut menyebabkan rapuhnya moral dan rendahnya tingkat
kejujuran dari aparat penyelenggara negara sehingga terjadi korupsi.
Korupsi telah tumbuh dan mengakar di Indonesia selama lebih dari 30
tahun. Berbagai bentuk korupsi telah menyebar ke berbagai elemen masyarakat
mulai dari kalangan terdidik hingga masyarakat awam sekalipun, yang pada
akhirnya akan meninggalkan kesengsaraan bagi masyarakat. Dunia pendidikan
pun tidak lepas dari tindak pidana korupsi, yakni penyelewengan dana BOS,
bantuan bagi siswa tidak mampu, hingga korupsi nilai bagi siswa-siswinya
(Adnan, 2006). Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 2009 yang
dikeluarkan oleh Transparency International (TI) dengan melakukan 13 survei
oleh 10 lembaga independen yang mengukur persepsi tingkat korupsi di 180
negara di dunia. Indonesia tercatat pada peringkat ke-5 dari 10 negara ASEAN
dan menduduki urutan ke-111 dari 180 negara dunia. Korupsi seakan telah
menjadi salah satu bentuk peradaban baru bagi penduduk Indonesia. Angka IPK
Indonesia masih di bawah Singapura, Brunei, Malaysia dan Thailand (TI, 2009).
Usaha pemberantasan korupsi saat ini dilakukan oleh pemerintah melalui
pendekatan represif dan preventif. Pendekatan represif mengarah pada
penyelesaian masalah-masalah korupsi sebagai tindak pidana yang harus
diselesaikan secara hukum (Asriana dalam Wijayanto 2009). Upaya represif oleh
pemerintah yang terejawantahkan dalam seperangkat undang-undang untuk
memberantas korupsi ternyata tidak mampu melawan koruptor (Krisna, 2009).
Sebagaimana dikemukakan oleh Nawawi bahwa strategi dasar penanggulangan
korupsi bukan pada penanggulangan korupsi itu sendiri melainkan melalui
penanggulangan kausa dan kondisi yang menimbulkan terjadinya korupsi. Dalam
beberapa tahun terakhir mulai menguat perhatian banyak pihak terhadap perlunya
upaya preventif yakni dilakukan dengan penanaman moral pada masyarakat sejak
dini, yang lebih menyentuh masyarakat sekaligus melahirkan generasi bersih
korupsi, salah satunya melalui jalur pendidikan.
Disdik bekerjasama dengan Kejaksaan Tinggi dan Karang Taruna
menyusun kurikulum pendidikan antikorupsi di sekolah dengan mengintegrasi-
kannya dengan mata pelajaran tertentu seperti agama, sosial, bahkan matematika.
Saat ini Disdik sedang menyiapkan modul-modul materi antikorupsi tersebut.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Mulyanto (2010), modul-modul
tersebut akan berisi pedoman guru dalam memaparkan materi antikorupsi. Dalam
modul tersebut akan diterangkan tentang definisi korupsi secara luas
(http://korupsi.vivanews.com).
Menurut Ismail (dalam Wijayanto, 2006), penerapan upaya pemerintah dalam
menanamkan jiwa antikorupsi di sekolah masih menerapkan tiga fungsi
pendidikan yaitu sebagai sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan, konservasi
dan pengembangan ilmu pengetahuan, penguasaan life skill dan teknologi.
Sedangkan sarana pembangun karakter masih jauh dari harapan. Ketimpangan ini
menyebabkan ketidakseimbangan output antara kemampuan kognitif dengan
pembentukan karakter yang positif. Kemampuan kognitif yang tidak diimbangi
dengan karakter positif menyebabkan munculnya pribadi yang cacat secara nilai.
Hal ini terbukti dari pelaku pelaku korupsi yang berasal dari golongan
cendikiawan dan terpelajar.
Menurut Nurul ( 2007), nilai nilai moral yang hanya disampaikan
dalam satu bab di mata pelajaran tertentu, cenderung menggunakan metode
indoktrinasi mengenai nilainilai yang harus dihafalkan sehingga menjadi abstrak
dan tidak mudah diaplikasikan dalam tindakan. Apa yang ditekankan pada nilai
tersebut adalah pengetahuan nilai bukan bagaimana melaksanakan nilainilai
dalam kehidupan nyata seharihari . Begitu juga dengan penanaman nilainilai
moral antikorupsi kepada peserta didik juga perlu adanya proses yang panjang dan
berkesinambungan dalam rangka membentuk prinsip antikorupsi
Inovasi yang ditawarkan dalam karya ilmiah ini adalah membentuk
kelompok diskusi yang berbasis moral di sekolah. Kelompok diskusi ini
merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) yang
menekankan pada pembentukan moral anak didik melalui pembelajaran yang
bermakna dan menyenangkan secara berkesinambungan. Kelompok diskusi
dibentuk sedemikian kreatif dengan berbagai model pembelajaran sehingga
menghasilkan peserta didik yang berkarakter dan memiliki prinsip antikorupsi.
Adapun permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini adalah:
1. Bagaimana menyeimbangkan antara kemampuan kognitif, psikomotorik dan
afektif siswa sebagai pelengkap kurikulum pendidikan antikorupsi?
2. Bagaimana rancangan kelompok diskusi dalam kurikulum pendidikan
antikorupsi?
3. Bagaimana pengaruh kelompok diskusi terhadap pembentukan karakter siswa
sebagai upaya preventif korupsi sejak dini?
B. Tujuan dan Manfaat
Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk :
1. Mendukung program kurikulum pendidikan antikorupsi pemerintah.
2. Menciptakan model pendidikan anti korupsi yang dapat diterapkan pada tiga
ranah pendidikan (kognitif, afektif dan psikomotorik) secara bersamaan.
3. Mengetahui pengaruh kelompok diskusi terhadap pembentukan karakter
antikorupsi siswa.
Penulisan karya tulis ini memberi manfaat antara lain:
1. Menemukan solusi dalam mengatasi permasalahan korupsi melalui jalur
pendidikan.
2. Dapat menyumbangkan gagasan yang diaplikasikan di sekolah sebagai
pelengkap kurikulum pendidikan antikorupsi.


GAGASAN
Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi sosial
(penyakit sosial) yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian
materil keuangan negara yang sangat besar. Bentuk perampasan dan pengurasan
keuangan negara demikian terjadi hampir di seluruh wilayah tanah air. Negara
Indonesia berada pada urutan ke-3 sebagai negara terkorup di Asia
(http://antikorupsi.org).
Menurut Jeremy Pope (2003) korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan,
kepercayaan untuk keuntungan pribadi. Kartini Kartono (2002) memberi
pengertian yang hampir sama dengan Senturia, bahwa korupsi adalah tingkah laku
individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeruk keuntungan
pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara.
Berbagai faktor telah diidentifikasi sebagai hal yang berpengaruh dalam
tindakan korupsi. Seperti sebuah pohon masalah, faktor-faktor tersebut saling
mempengaruhi, antara lain disebabkan karena keimanan dan kesadaran moral
rendah, keadaan (miskin/gaya hidup mewah) dan peraturan serta pengawasan
yang lemah (Bahrin, 2004).
Selama ini gerakan melawan korupsi dilakukan melalui dua pendekatan yakni
pendekatan represif (memproses kasus-kasus korupsi sebagai tindak pidana yang
harus diselesaikan secara hukum) dan pendekatan preventif, yang
diimplementasikan dalam dua cara, yaitu melakukan perbaikan sistem pada sektor
publik maupun sektor swasta dengan mewujudkan Good Governance yang
diharapkan akan mengurangi bahkan menutup peluang terjadinya korupsi dan
upaya perbaikan moral melalui pendidikan, bertujuan memberikan pemahaman
mengenai korupsi dan ruang lingkupnya kepada masyarakat luas (Wijayanto dan
Zachrie, 2009).
Dalam beberapa tahun terakhir mulai menguat perhatian banyak pihak
terhadap perlunya upaya preventif yang lebih menyentuh masyarakat akar rumput
sekaligus melahirkan generasi bersih korupsi, salah satunya melalui jalur
pendidikan. Kurikulum antikorupsi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
memutuskan mata rantai tindak korupsi di Indonesia sejak dini. Upaya ini
merupakan salah satu wujud pendekatan preventif yang dapat dilakukan
pemerintah dalam menciptakan generasi muda yang bersih dari budaya korupsi
selain dari upaya pembenahan sektor publik yang dapat membuka peluang untuk
melakukan tindakan korupsi. Dukungan dari berbagai kalangan baik masyarakat
umum dan akademisi sangat diperlukan sebagai kalangan yang nantinya akan
menerapkan kurikulum antikorupsi tersebut. Kurikulum tersebut bertujuan untuk
memupuk semangat siswa untuk menghindari tindakan korupsi sejak dini.
Pemerintah mencanangkan untuk memulai penerapan kurikulum tersebut mulai
dari level pendidikan dasar dan menengah yaitu SD, SMP dan SMA
(http://korupsi.vivanews.com).
Sebelumnya pemerintah telah merintis upaya pemberantasan korupsi sejak
dini yang ditandai dengan pembentukan warung kejujuran di beberapa sekolah
setingkat SMA di Jakarta, lomba pidato tentang korupsi hingga event-event yang
mensosialisasikan budaya antikorupsi bagi masyarakat. Berdasarkan evaluasi
terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut, hasil yang didapatkan belum sesuai

dengan capaian yang diharapkan. Di beberapa sekolah yang menerapkan warung
kejujuran malah mendapatkan kerugian yang cukup besar. Ini disebabkan
beberapa oknum siswa yang tidak berlaku jujur dalam proses jual beli di warung
tersebut. Hal ini seharusnya mendapatkan perhatian khusus pemerintah agar
kiranya dapat mengevaluasi keberadaan warung kejujuran sehingga dapat
dilaksanakan berdampingan dengan implementasi kurikulum antikorupsi.
KORUPSI
Keimanan
rendah
Kesadaran
moral rendah
Keadaan
(Kemiskinan/Gaya
hidup mewah )
Peraturan
lemah
Pengawasan
lemah
Preventif
Represif
Masyarakat Pendidikan Keluarga
Hukum, Peraturan
Perundang - Undangan
Warung
Kejujuran
Pendidikan
Antikorupsi
Event yang
mensosialisasikan
antikorupsi
Kognitif Afektif Psikomotorik
Integrasi
Pendidikan
antikorupsi dalam
mata pelajaran
Kelompok
Diskusi
Pribadi
Antikorupsi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran


Pelaksanaan kurikulum antikorupsi ini nantinya tidak akan diterapkan
sebagai mata pelajaran tunggal yang harus di pelajari secara khusus oleh siswa.
Kurikulum tersebut akan di integrasikan dengan beberapa mata pelajaran yang
dianggap dapat menyalurkan muatan muatan nilai moral pada kepribadian
siswa. Diantaranya mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKN), Agama, hingga Matematika. Pada mata pelajaran tersebutlah ditanamkan
nilai nilai moral pada siswa (http://forum-politisi.org)
Menurut Asriana dan Haris (dalam Wijayanto, 2009), fungsi pembangun
karakter harus mendapatkan porsi cukup untuk memungkinkan internalisasi nilai
nilai luhur dan nilai nilai moral yang berperan sebagai penyeimbang antara
kemampuan analisis dan kognitif serta psikomotorik. Jika fungsi internalisasi nilai
nilai moral ini tidak terasah, dapat dipastikan peserta didik pendidikan
antikorupsi hanya mampu memahami konsep antikorupsi, bahaya korupsi, bahkan
hukum yang berkaitan dengan antikorupsi sebatas pada tataran pengetahuan
semata dan dapat dipastikan bahwa pendidikan antikorupsi tidak akan membentuk
peserta didik sebagai individu antikorupsi. Penanaman nilai nilai moral untuk
mencegah tindakan korupsi sejak dini tentunya tidak akan efektif jika hanya
dilaksanakan pada tataran pemahaman konsep teoritis saja (ranah kognitif). Perlu
adanya upaya nyata untuk membentuk karakter antikorupsi pada kerangka
berpikir generasi muda Indonesia.
Karya tulis ini melahirkan suatu gagasan dalam merealisasikan pendidikan
antikorupsi sebagai pelengkap dari rencana implementasi kurikulum Antikorupsi
yang dicanangkan oleh pemerintah. Gagasan ini dikemas dalam format kelompok
diskusi yang menggabungkan pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotorik
secara bersamaan dalam satu kegiatan sebagai pendukung kurikulum pendidikan
antikorupsi yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh pemerintah. Kelompok
diskusi ini merupakan bagian dari mata pelajaran PKn yang wajib diikuti oleh
siswa. Muatan diskusi merupakan bagian dari pokok bahasan pelajaran PKn
sebagai induk dari kelompok diskusi ini karena pelajaran PKn bersifat universal
yang menyentuh basis kehidupan moral masyarakat sehingga diharapkan kegiatan
ini dapat dirasakan manfaatnya oleh siswa dari berbagai agama dan suku yang
berbeda tanpa harus menyentuh unsur sara.
Kelompok diskusi ini dapat ditujukan baik pada Sekolah Dasar maupun
Menengah (SMP dan SMA) karena Sekolah Dasar merupakan awal mula
pembentukan karakter seorang anak, sedangkan pada jenjang sekolah menengah
merupakan tahap perkembangan remaja dan proses pencarian jati diri seorang
siswa. Untuk itu, sangat penting jika penerapan pendidikan antikorupsi dilakukan
guna membentuk pribadi generasi bangsa yang memiliki intelektual tidak hanya
dari segi kognitif, tetapi juga psikomotorik dan afektif.
Setiap kelompok dipandu dan dibimbing oleh seorang guru yang
memiliki wawasan dan kemampuan professional pendidikan budi pekerti serta
dapat menjadi tauladan dari budi pekerti yang diajarkan. Maka seorang guru perlu
mendapat pelatihan dari KPK, atau dari pihak lain seperti LSM dan organisasi-
organisasi yang berbasis training (trainer). Oleh karena itu, diperlukan kerjasama
antara pemerintah, praktisi pendidikan, pemerhati pendidikan, lembaga trainer
pendidikan dan keluarga khususnya orang tua siswa sebagai elemen masyarakat.
Dukungan dari pemerintah akan sangat berpengaruh dalam penerapan kurikulum
ini. Praktisi dan pemerhati pendidikan sabagai pihak inti yang dapat melancarkan

dan mensosialisasikan program ini kepada elemen masyarakat maupun
stakeholder sekolah. Lembaga trainer pendidikan juga berperan dalam
membentuk guru sebagai pembimbing dalam kelompok diskusi. Guru yang telah
ditraining akan memiliki nilai lebih sehingga dapat mengarahkan kelompok
diskusi menjadi lebih hidup. Pada gagasan ini, orang tua berperan sebagai pihak
pengontrol yang sangat memiliki andil besar dalam memantau perkembangan
prilaku anaknya. Sinergisasi antara pemerintah, sekolah dan elemen masyarakat
pendidikan, baik itu pemerhati pendidikan maupun lembaga trainer pendidikan
sangat dibutuhkan dalam kelancaran model integrasi pendidikan antikorupsi ini
karena untuk membentuk pribadi antikorupsi selain dibutuhkan pengajaran yang
konstan (berkesinambungan) juga memerlukan kerjasama yang efektif dari
seluruh elemen yang terkait.
Pelaksanaannya kelompok diskusi dilakukan di luar jam sekolah, artinya
kelompok ini memiliki jadwal khusus sehingga tidak mengganggu proses belajar
mengajar di sekolah. Pemberlakuan jadwal libur pada hari sabtu di sekolah
tertentu merupakan kesempatan yang baik untuk pelaksanaan kegiatan ini. Siswa
akan disibukkan oleh kegiatan yang bermanfaat dan mendukung pembelajaran di
sekolah. Dengan kegiatan seperti ini, akan membentuk kepribadian yang baik bagi
siswa.
Setiap kelompok berisi 5-6 orang siswa dengan latar belakang yang
berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap siswa dapat bertukar pikiran dan berbagi
pengalaman, menumbuhkan jiwa persatuan dan rasa saling memiliki oleh masing-
masing siswa serta menjadikan kelompok tersebut lebih leluasa, efektif, dan
efisien. Muatan kegiatan dalam kelompok dikemas sedemikian rupa dengan
memadukan 4 metode pengajaran yaitu metode quantum teaching, diskusi,
problem solving dan contextual teaching learning (CTL). Muatan kegiatan dalam
kelompok diskusi ini berupa pemberian materi oleh pembimbing (materi disajikan
tidak lebih dari 15 menit), diskusi, studi lapangan, membahas lock book dan
penutup berupa kata-kata nasihat dari pembimbing serta pemberian reward
kepada siswa yang dapat dijadikan sebagai tauladan.
Kelompok diskusi merupakan kelompok yang dibentuk dan terikat dengan
pihak sekolah. Kelompok diskusi ini menjadikan seorang siswa memiliki jiwa
antikorupsi dengan menanamkan budi pekerti luhur. Sebagaimana menurut
Asriana dan Haris (dalam Wijayanto,2009) bahwa untuk membangun pribadi
antikorupsi harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Untuk
mewujudkan hal ini, tidaklah mudah karena menyangkut kebiasaan hidup.
Pembinaan dilakukan dengan usaha keras dan penuh kesabaran dari para guru
serta didukung peran serta orang tua dan masyarakat secara bersama, konsisten
dan berkesinambungan. Peran orangtua dalam menyukseskan gagasan ini sangat
besar karena sikap dan perilaku anak dimulai dari keluarga. Orangtualah yang
mengajarkan budi pekerti kepada anak melalui keteladanan dengan penerapan
aturan yang berlaku di lingkungan keluarga. Dalam hal ini, peran keluarga untuk
mendukung gagasan ini adalah mengawasi dan memberitahukan kepada pihak
sekolah tentang karakter anak, agar sekolah mampu memberikan perlakuan
tertentu kepada anak. Sedangkan masyarakat juga dapat mendukung sekolah
menjadi sosial control dengan melaporkan tindakan negative kepada pihak
sekolah.


Pembukaan dalam tiap pertemuan dimulai dengan mengucapkan kalimat
motivasi oleh setiap siswa. Kalimat motivasi dapat berasal dari dirinya sendiri
atau orang/ilmuan lain yang menjadi idolanya. Kalimat motivasi ini dimaksudkan
agar anggota kelompok menjadi bersemangat untuk memulai kegiatan. Ini
merupakan bagian dari penerapan metode quantum teaching, sehingga
menciptakan kelompok yang menyenangkan, ramah dan menantang. Menurut Bob
dePorter (2007), dengan menggunakan metodologi quantum teaching, akan dapat
menggabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan
pengajaran yang akan melejitkan prestasi siswa. Materi yang disampaikan dalam
diskusi kelompok harus berbeda dengan materi yang diajarkan di sekolah,
walaupun kompetensi yang diharapkan sama. Tetapi kemasan dan cara
penyampaian dalam kelompok diskusi ini dikemas lebih menarik dan kreatif.
Diskusi yang dilakukan merupakan diskusi multiarah antara pembimbing
dan siswa. Hal yang didiskusikan berupa masalah atau isu-isu yang berhubungan
dengan materi yang disampaikan, bersifat kontemporer dan dicari
penyelesaiannya secara bersama-sama. Dalam proses pencarian solusi atas
masalah yang diangkat dalam kelompok diskusi digunakan metode problem
solving. Menurut Wankat dan Oreovocz (dalam Wina, 2009) terdapat tingkatan
dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode problem solving. Salah satu
tingkatannya adalah diagnostik yaitu pemilihan suatu prosedur atau cara yang
tepat secara rutin. Siswa akan terlatih dalam menyelesaikan masalah, tidak hanya
pada proses belajar tetapi juga dapat menerapkan metode tesebut dalam
kehidupannya. Pada proses ini akan terjadi interaksi antar siswa dengan siswa dan
antar siswa dengan pembimbing. Diskusi akan membuka wawasan berfikir siswa
sehingga forum diskusi menjadi lebih hidup. Ini juga didukung oleh sedikitnya
jumlah siswa dalam kelompok sehingga diskusi lebih efektif. Dalam diskusi juga
terjadi tanya jawab. Masing-masing siswa akan mengetahui suatu kebenaran dan
kesalahan dalam bertingkah laku khususnya yang berkenaan dengan masalah
korupsi.
Studi lapangan dilakukan tidak harus dalam setiap minggu. Studi ini bisa
dilakukan misalnya sebanyak 2 kali dalam 1 bulan atau sekali dalam sebulan.
Kegiatan ini lebih bersifat observasi dan merasakan sendiri tindakan antikorupsi
di dunia nyata. Penerapan metode Contextual Teaching Learning terlihat ketika
siswa mengamati tindakan korupsi/antikorupsi di suatu tempat. Pada pengunaan
metode CTL, menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan
materi, artinya proses belajar mengajar diorientasikan pada proses pengalaman
secara langsung. Kedua, mendorong siswa menemukan hubungan antara materi
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dan kehidupan nyata.
Ketiga, CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai prilakunya dalam
kehidupan sehari-hari (Wina, 2008). Apa yang dilihat oleh masing-masing siswa
akan menjadi bahan diskusi dalam kelompok. Setiap siswa bebas mengeluarkan
pendapat. Pada tahap ini akan terlatih skill siswa dalam public speaking.
Puskur (dalam Nurul, 2007) menyatakan dalam penanaman nilai dan moral
siswa, perlu adanya suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara
berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses perkembangan sikap
dan perilaku yang dicapai siswa. Pemantauan prilaku siswa dapat dilakukan

dalam kelompok diskusi ini dengan membuat Lock book yang diberikan kepada
setiap siswa. Lock book digunakan sebagai catatan sikap yang menggambarkan
nilai antikorupsi yang diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari hari,
misalnya nilai kejujuran, kemandirian, tanggung jawab, daya juang, keadilan dan
penghargaan terhadap lingkungan. Usaha pemantauan tingkah laku ini dilakukan
oleh guru pembimbing diskusi setiap pekannya dan dievaluasi secara berkala.
Siswa yang memenuhi nilai akan diberikan reward dan dijadikan tauladan,
sebaliknya siswa yang melanggar nilai antikorupsi diberikan motivasi dan arahan.
Dengan adanya lock book, siswa diajak untuk melakukan kebiasaan yang baik
dengan menerapkan nilai antikorupsi dalam kehidupan sehari hari karena sudah
menjadi kebiasaan. Reward akan diberikan kepada siswa yang banyak
mengumpulkan score dalam bentuk pin, tanda bintang atau simbol lain yang
menunjukkan sifat ketauladanan siswa.
Tabel 1. Aspek yang dinilai dalam lock book
No Nilai Moral Deskripsi Perilaku (DP) Penilaian
1.
Taat kepada
ajaran agama
1. Beribadah sesuai ajaran
agama
Score 1 : DP terpenuhi
2. Sopan santun
1. Memakai pakaian yang
sopan
2. Bertutur kata yang baik
3. Menurut kepada
perintah orangtua
Score 1: Satu DP
terpenuhi
Score 2: Dua DP
terpenuhi
Score 3: Tiga DP
terpenuhi
Score 0: Tidak ada satu
DP terpenuhi
4. Keadilan
1. Menghindarkan diri
dari sikap memihak
2. Mempunyai
penghargaan kepada
hak hak orang lain
3. Tidak menang sendiri
(egois)
4. Mengedapankan
kewajiban
Score 1: Satu DP
terpenuhi
Score 2: Dua DP
terpenuhi
Score 3: Tiga DP
terpenuhi
Score 4: Empat DP
terpenuhi
Score 0: Tidak ada DP
terpenuhi
5. Demokrasi
1. Menghargai usaha dan
pendapat orang lain
2. Tidak menganggap
dirinya yang paling
benar
Score 1: Satu DP
terpenuhi
Score 2: Dua DP
terpenuhi
Score 0: Tidak ada DP
terpenuhi
6. Kejujuran
1. Tidak berbohong
2. Mengakui kesalahan
Score 1: Satu DP
terpenuhi
Score 2: Dua DP


terpenuhi
Score 0: Tidak ada DP
terpenuhi
7. Kemandirian
1. Tidak tergantung dan
merugikan orang lain
2. Mengerjakan tugas
sendiri
Score 1: Satu DP
terpenuhi
Score 2: Dua DP
terpenuhi
Score 0: Tidak ada DP
terpenuhi
8. Daya Juang
1. Tidak pantang
menyerah
2. Menghindari tindakan
sia sia
3. Tidak bersikap malas
Score 1: Satu DP
terpenuhi
Score 2: Dua DP
terpenuhi
Score 3: Tiga DP
terpenuhi
Score 0: Tidak ada DP
terpenuhi
9. Tanggungjawab
1. Mengerjakan tugas
sekolah
2. Mengerjakan tugas di
rumah
Score 1: Satu DP
terpenuhi
Score 2: Dua DP
terpenuhi
Score 0: Tidak ada DP
terpenuhi
10.
Penghargaan
terhadap alam
1. Tidak membuang
sampah sembarangan
2. Tidak merusak
tanaman
3. Tidak merusak fasilitas
umum
Score 1: Satu DP
terpenuhi
Score 2: Dua DP
terpenuhi
Score 3: Tiga DP
terpenuhi
Score 0: Tidak ada DP
terpenuhi
12. Toleransi
1. Tidak mengganggu
teman
2. Selalu menghargai
pendapat orang lain
Score 1: Satu DP
terpenuhi
Score 2: Dua DP
terpenuhi
Score 0: Tidak ada DP
terpenuhi
13. Disiplin
1. Tidak terlambat datang
ke sekolah
2. Makan teratur
3. Belajar setiap hari
4. Menepati janji
Score 1: Satu DP
terpenuhi
Score 2: Dua DP
terpenuhi
Score 3: Tiga DP

terpenuhi
Score 4 : Empat DP
terpenuhi
Score 0: Tidak ada DP
terpenuhi
Durkheim (dalam Wijayanto, 2009). Menyatakan bahwa pendidikan dalam
lingkungan keluarga merupakan batu pijakan pertama yang menentukan
perkembangan moral anak. Oleh karena itu, keberhasilan penerapan lock book ini
juga harus mendapatkan perhatian khusus oleh keluarga siswa. Guru sebagai
fasilitator dalam melakukan pengawasan di sekolah, sedangkan keluarga menjadi
pihak yang mendukung pengawasan tersebut. Untuk itu, perlu diadakan
komunikasi aktif antara guru dan orangtua dalam memantau perkembangan siswa
secara bekala.
Dengan adanya kelompok diskusi yang dilaksanakan secara intens, akan
terlihat kemajuan siswa secara konkret. Penerapan kurikulum antikorupsi di
sekolah sebagai penilaian kognitif akan lebih lengkap dan efektif bila
dikombinasikan dengan kelompok diskusi yang menyentuh nilai-nilai afektif dan
psikomotorik siswa.
KESIMPULAN
Indeks persepsi korupsi (IPK) yang menempatkan Indonesia pada urutan
ke 5 dari 10 negara ASEAN dan urutan ke-111 dari 180 negara dunia
menggambarkan bahwa prilaku korupsi di Indonesia telah mengakar bahkan
menjadi budaya dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia. Kondisi ini semakin
diperburuk dengan penanganan kasus kasus korupsi yang masih rentan dengan
praktek suap. Oleh karena itu, diperlukan tindakan pencegahan yang efektif
sehingga akar permasalahan prilaku korupsi dapat diputus sejak dini.
Upaya yang dilakukan pemerintah dengan merintis tindakan pencegahan
prilaku korupsi sejak dini dengan memanfaatkan sektor pendidikan membutuhkan
perhatian khusus dari seluruh elemen bangsa Indonesia. Upaya preventif dengan
merancang kurikulum anti korupsi dapat dijadikan sebagai landasan awal
bangkitnya generasi muda yang bebas dari prilaku korupsi.
Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan maksimal apabila seluruh bagian
dari negeri ini bahu membahu dalam melaksanakan program kurikulum anti
korupsi tersebut, rutin melaksanakan evaluasi dan memberikan saran bagi
penyempurnaan konsep pendidikan yang akan dijalankan.
Melihat kondisi terkini yang terjadi, maka sangat di perlukan rancangan
yang menarik sehingga pembelajaran yang nantinya akan diterapkan dalam
kurikulum anti korupsi ini dapat berjalan menyenangkan dan tidak membosankan
sehingga peserta didik dapat dengan mudah menerapkan budaya anti korupsi
dalam kehidupannya. Pemerintah harus dapat menjalin kerja sama dengan pihak
yang dapat mendukung berjalannya program pembelajaran berbasis anti korupsi
ini. Pemerintah juga harus dapat membaca situasi di masing masing daerah agar


kurikulum anti korupsi yang akan diterapkan dapat disesuaikan dengan kondisi
daerah yang bersangkutan.
Dalam hal implementasi kurikulum anti korupsi tersebut, pemerintah perlu
memperhatikan masukan dan rancangan yang digulirkan oleh elemen masyarakat
pemerhati pendidikan, praktisi pendidikan maupun masyarakat akademik. Ide
pembelajaran berbasis diskusi yang ditawarkan ini dapat menjadi alternatif yang
dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan dalam kurikulum anti korupsi ini.
Program program yang pernah di laksanakan sebelumnya juga dapat menjadi
pelengkap dalam implementasi kurikulum anti korupsi ini. Dengan berbekal
evaluasi rutin yang dilakukan pemerintah dan elemen terkait lainnya, maka cita
cita menghapuskan budaya korupsi sejak dini dapat kita terealisasi dengan
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Mewujudkan Kurikulum Antikorupsi. http://antikorupsi.org. [23
Januari 2010]
Anonim. 2009. Pendidikan Antikorupsi Dimasukkan dalam Kurikulum Sekolah.
http://www.kapanlagi.com. [23 Januari 2010]
Azra, Azyumardi. 2000. Pendidikan Akhlak dan Budi Pekerti: Membangun
Kembali Anak Bangsa. Makalah dalam Konvensi Nasional Pendidikan
Tahun 2000. Jakarta: Universitas Negeri
Bahrin. 2004. Dampak Korupsi Terhadap Kehancuran Negara dan Upaya
Penanggulangannya. Bogor: IPB
DePorter, Bob. 2000. Quantum Teaching. New York: Dell Publishing
Harahap, Krisna. 2009. Pemberantasan Korupsi di Indonesia, Jalan Tiada Ujung.
Bandung: Grafitri
Johnson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching and Learning. Ibnu Setiawan,
penerjemah; Ida Sitompul, editor. California: Corwin Press. Terjemahan
dari: Contextual Teaching Learning: Why it is and why its here to stay
Kartono, K. 2002. Patologi Sosial, Jilid I, Divisi Buku Perguruan Tinggi. Jakarta:
PT Raja Gravindo Persada.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 2006. Buku Kumpulan Naskah Lomba
Pidato: Bangkitlah Pemuda Ayo Lawan Korupsi. Jakarta: Direktorat
Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat (Dikyanmas)
Pope, Jeremy. 2003. Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas
Nasional. Jakarta: Kerjasama antara Transparency International Indonesia
dan Yayasan Obor Indonesia.
Priliawito, Eko dan Desy Afrianti. 2010. Antikorupsi Masuk Kurikulum Sekolah
DKI. http://korupsi.vivanews.com. [23 Januari 2010]
Risjawan, Hendry. 2009. Quantum Teaching Menjadikan Kelas Menggairahkan.
http://trainersclub.or.id. [12 Februari 2010]
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Transparency International. 2009. Kurikulum Antikorupsi Diluncurkan.
http://www.ti.or.id. [23 Januari 2010]
Trianto. 2007. ModelModel Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta : Perpustakaan Nasional

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara
Wijayanto dan Ridwan Zachrie. 2009. Korupsi Mengorupsi Indonesia, Akibat dan
Prospek Pemberantasan. Jakarta: Gramedia
Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Ketua Kelompok
Nama Lengkap : Muhammad Suriyanto
NIM : 061244310062
Fakultas/Jurusan : MIPA/Pendidikan Kimia
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Medan
Tempat/Tanggal lahir : Besitang/16 Januari 1989
Karya Ilmiah yang pernah dibuat :
-
Penghargaan Ilmiah yang diraih:
-
2. Anggota Kelompok
Nama Lengkap : Ari Ramayanti Rahayu
NIM : 071244410089
Fakultas/Jurusan : MIPA/Pendidikan Biologi
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Medan
Tempat/Tanggal lahir : Pangkalan Berandan/30 Agustus 1989
Karya Ilmiah yang pernah dibuat:
a. Formulasi sediaan celup herbal biji rambutan (Nephelium lappaceum)
sebagai minuman alternatif pengontrol kadar gula darah pada mencit (Mus
musculus).
b. Identifikasi Tumbuhan Paku (Peterodophyta) di Gunung Leuser.
Penghargaan Ilmiah yang diraih:
-
3. Anggota Kelompok
Nama Lengkap : Mariyam
NIM : 071244310089
Fakultas/Jurusan : MIPA/Pendidikan Kimia
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Medan
Tempat/Tanggal lahir : Pangkalan Berandan/8 Juni 1989


Karya Ilmiah yang pernah dibuat:
a. Formulasi sediaan celup herbal biji rambutan (Nephelium lappaceum)
sebagai minuman alternatif pengontrol kadar gula darah pada mencit (Mus
musculus).
b. Analisis Dampak Permainan Billyard Terhadap Indeks Prestasi Mahasiswa
Unimed.
c. Pembuatan Lotion Anti Nyamuk yang Aman bagi Kulit dari Batang Serai.
Penghargaan Ilmiah yang diraih:
-

Anda mungkin juga menyukai