Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BAHASA ARAB

‫مضاف و مضاف إليه‬


Dosen Pengampu: Jaenal Arifin, M. Pd

DISUSUN OLEH :
NUR KOMARIAH : 2324.01.030
NURMILAH : 2324.02.002

STAI BINAMADANI
TANGERANG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunianya
yang diberikan selama ini. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada
jujungan kita Rasulullah SAW atas perjuangannya, pengorbannya untuk
membimbing umat manusia menuju jalan yang lurus. Makalah ini disusun untuk
memenuhi dan melengkapi tugas mata kuliah Bahasa Arab, kami harap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat menambah pengetahuan dan
dapat dijadikan bahan pembelajaran.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh


karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangaun
demi menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik. Akhirulkalam, penyusun
mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah memberikan motivasi dan
membantu menyusun makalah ini.

Tangerang, 29 Desember 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam makalah ini akan membahas tentang Mudhaf Wa Mudhaf Ilaih dan
Idhofah. Idhofah merupakan penyandaran suatu isim kepada isim lain sehingga
menimbulkan makna yang spesifik. Idhofah terdiri dari mudhof wa mudhof ilaih.
Banyak juga yang kurang memahami dan membedakan mudhof dan mudhof ilaih.
Dengan membahas idhofah otomatis juga akan membahas mudhof dan mudhof
ilaih dan ciri-cirinya. Dan juga dapat membuat kalimat-kalimat dalam bahasa arab
dengan baik dan benar, bisa memposisikan idhofah dalam suatu kalimat karena
sudah mengetahui mudhof dan mudhof ilaihnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Mudhaf wa Mudhaf Ialih?
2. Apa saja Mudhaf yang di Idhofahkan?
3. Apa saja Macam – Macam dan Bentuk Mudhaf Ilaih?

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dalam rangka merefleksi kembali Mudhaf Mudhaf
Ilaih, sebagai cermin pertimbangan untuk masa mendatang. Sekaligus juga untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Arab, Keterbatasan pemakalah tentunya,
membuat pemaparan ini, menjadi kurang sempurna dalam pembahasannya,
sehingga harapan pemakalah, sumbangan masukan dan saran demi kesempurnaan
makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mudhaf dan Mudhaf ilaih


Mudhaf adalah isim yang berada di awal dalam keadaan nakirah (tapi
tanpa tanwin), sedang yang di sebut Mudhaf ilaih adalah isim yang kedua yang
terletak setelah mudhaf. Yang lebih gampang nya kalau mudhaf itu yang di
sandarkan atau yang di gabungkan, sedangkan mudhaf ilaih yaitu yang kena
sandaran.

Contoh nya : ‫كتاب زيد‬

Lafadz kitabu (‫ )كتا ب‬: Mudhaf, Lafadz zaidun (‫ ; ) زيد‬Mudhaf ilaih. Isim yang
awal atau Mudhaf ikrab nya adalah mengikuti amil yang jatuh sebelumnya, dan
isim yang kedua atau mudhaf ilaih adalah irab nya wajib di baca jer.

Para ulama’ nahwu berselisih pendapat tentang yang mengejerkan mudhaf


ilaih. Menurut sebagian di antara mereka ada yang mengatakan bahwa mudhaf
ilaih di jer kan oleh huruf yang di perkirakan keberadaan nya, yaitu lam atau min,
atau fii, ada juga yang mengatakan bahwa mudhaf ilaih di jer kan oleh mudhaf,
pendapat ini adalah pendapat yang shahih di antara pendapat-pendapat yang
lainnya. Di dalam tarkib idhafah apabila mudhaf itu berupa isim sifat, yang
menyerupai fiil mudharek yaitu seperti isim fail, isim maf’ul, atau isim sifat
musbihat yang bermakna hal atau istiqbal maka mudhaf tersebut nakirahnya tidak
bisa hilang atau tidak bisa menjadi makrifat, baik di mudhafkan pada isim
makrifat maupun isim nakirah. Jadi mudhaf tersebut tetap nakirah, karena mudhaf
yang berupa isim sifat tersebut adalah di kira-kirakan pisahnya sebab wujudnya
dhamir yang disimpan, misal isim fail: ‫ارب الكلب‬8‫ل و ض‬8‫ هذا رج‬bisa diketahui
nakirahnya yaitu sebab dimasuki lafadz ‫ضارب‬. Bila mudhaf tidak berupa isim
sifat atau berupa isim sifat yang menunjukan zaman madhi maka idhafahnya
dinamakan idhafah mahdah.
Idhafah yang mudhafnya berupa isim sifat tersebut adalah dinamakan
idhafah lafdiyah dan ghairu mahdhah dan majaziyyah. Dinamakan lafdziyyah
karena kembalinya adalah pada lafadz seperti littahfif wattahsin, dan dinamakan
gairu mahdhah karena tidak berfaidhah takhsis dan takrif, dinamakan majaziyyah
karena dikira-kirakan pisah dengan wujudnya dhamir yang disimpan, sedangkan
idhafah yang telah lewat yaitu idhafah yang mudhaf nya tidak berupa isim sifat itu
adalah dinamakan idhafah mahdhah maknawiyah wahakikiyyah. Dinamakan
mahdah karena idhafah tersebut sunyi dari terpisah. Dinamakan hakikiyah karena
idhafah tersebut adalah memang sungguh-sungguh sunyi dari terpisah, karena
tidak wujud damir yang disimpan.1

B. Macam – macam Bentuk Mudhaf ilaih


1. Mu’rob
Mudhof ilaihi yang berbentuk isim mu’rab harus selalu majrur. Contoh:
: ‫ُقْل َأُعوُذ ِبَرِّب الَّناِس‬,

‫َم ِلِك الَّناِس‬

‫بسِم ِهللا اّلرحمِن اّلرحيِم‬

2. Mabni
Mudhof ilaihi yang berbentuk isim mabni tidak mengalami perubahan
harokat akhir (sesuai bentuk aslinya). Contoh:

‫( َرِّبِهْم‬Tuhan Mereka)
‫( َقْبِلَك‬Sebelum kamu)

C. Mudhof yang di idhofahkan


1. Secara umum, kandungan makna idhofah mempunyai tiga arti:

a. Bermakna ‫( ِم ْن‬dari)

1
Muhammad Dawud shonhaji, Matan Jurumiyah. (Jawa timur, Kampoengkyai, 2013).
Hal. 59
Contoh:
ٍ‫( َخ اَتُم َح ِدْيد‬Cincin besi)

Maknanya adalah , ‫( َخ اَتٌم ِم ْن َح ِدْيٍد‬Cincin dari besi)


b. Bermakna ‫( ِل‬milik)
Contoh:

‫( َبْيُت َع ِلٍّي‬Rumah Ali)


Maknanya adalah, ‫( َبْيٌت ِلَعِلٍّي‬Rumah milik Ali)
c. Bermakna ‫( ِفي‬di dalam)
Contoh:

‫( `َع َذ اُب الَقْبِر‬Azab Kubur)


Maknanya adalah, ‫( َع َذ اٌب ِفي الَقْبِر‬Azab di dalam kubur)

2. Apabila mudhof berupa isim yang berakhiran dengan alif, dan mudhof
ilaihi berupa ya’ mutakallim, maka ya’ ditulis dengan harakat fathah.
Contoh:
‫( َيَداَي‬Kedua tanganku)
Asalnya adalah ‫ َيَداِن‬sebagai mudhof, nunnya dibuang sehingga bentuknya
menjadi‫ َيَدا‬.

Mengingat ‫ َيَدا‬berakhiran alif, maka ketika diidhofahkan kepada ya’


mutakallim menjadi ‫ َيَداَي‬.

‫( ُهَداَي‬Petunjukku)
Asalnya adalah, ‫ َاْلُهَدى‬dan ya’ mutakallim (‫)ي‬

‫( ِسَو اي‬Selainku)
Asalnya adalah, ‫ ِسَو ى‬dan ya’ mutakallim (‫)ي‬
3. Apabila mudhof berupa isim yang berakhiran dengan ya’ dan mudhof ilaihi
berupa ya’ mutakallim, maka ya’ ditulis dengan fathah yang ditasdid.
Contoh:

‫( ُم َد ِّرِس َّي‬Para pengajarku)


Asalnya adalah:
‫ ُم َد ِّرِس ْيَن‬dan ya’ mutakallim (‫)ي‬
‫( ُم َح اِم َّي‬Pengacaraku)
Asalnya adalah:
‫ اَْلُم َح اِم ي‬dan ya’mutakallim (‫)ي‬

D. Hukum mudhaf dan mudhaf ilaih

1) Hukum Mudhaf

a) mudhof tidak didahului alif lam (‫)ال‬. Contoh:

Mudhof= ‫الَباُب‬,

Mudhof ilahi= ‫اْلَم ْس ِج ُد‬,

Susunan idhofahnya adalah, ‫( َباُب اْلَم ْس ِج د‬Pintu Masjid)

b) Akhiran pada mudhof dalam idhofah tidak boleh tanwin. Contoh:

Mudhof: ‫َح ِقْيِبٌة‬,

Mudhof ilaihi= ‫ ُم َح َّم ٌد‬,

Susunan idhofahnya adalah ‫( َح ِقْيَبُة ُمَحَّمٍد‬Tas Muhammad)

c) Membuang nun mutsanna atau jamak pada mudhof dalam idhofah.


Contoh:

Mudhof= ‫ ِكَتاَباِن‬,

Mudhof ilaihi= ‫ُم َح َّم ٌد‬,

Susunan idhofahnya adalah ‫( ِكَتاَباُم َح َّم د‬kitab muhammad).

2) Aturan mudhof ilaih yaitu:

a.) Diawali dengan alif lam (‫)ال‬.Selalu menempati status majrur (yaitu
menggunakan tanda kasrah). Contoh: ‫الَم ْك َتب الَج اِمَعِة‬
‫الَج اِمَعِة‬, (kampus)

,‫( الَم ْك َتِب‬kantor) diawali dengan alif lam dan berharokat kasroh.

b.) Tidak diawali alif lam (‫ )ال‬tetapi harokat kasroh tanwin. Contoh :

‫َبْيت ُم َح َّم ٍد‬

‫( ُمَحَّمٍد‬Muhammad),

‫( َبْيت‬rumah) tidak boleh menggunakan alif lam.

c.) Tidak berupa kata sifat, sebab apabila berupa kata sifat, susunannya
berupa menjadi bukan lagi idhofah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Di dalam tarkib idhafah itu ada dua unsur yaitu mudhaf dan mudhaf ilaih,
mudhaf itu isim yang di awal sedangkan mudhaf ilaih isim yang kedua. Mudhaf
ikrabnya adalah mengikuti amil yang jatuh sebelumnya, dan isim yang kedua atau
mudhaf ilaih ikrabnya adalah wajib di baca jer.

Mudhof yang di idhofahkan

1. Secara umum, kandungan makna idhofah mempunyai tiga arti:

a. Bermakna ‫( ِم ْن‬dari)

b. Bermakna ‫( ِل‬milik)

c. Bermakna ‫( ِفي‬di dalam)

2. Apabila mudhof berupa isim yang berakhiran dengan alif, dan mudhof ilaihi
berupa ya’ mutakallim, maka ya’ ditulis dengan harakat fathah.

3. Apabila mudhof berupa isim yang berakhiran dengan ya’ dan mudhof ilaihi
berupa ya’ mutakallim, maka ya’ ditulis dengan fathah yang ditasdid.

Hukum Mudhaf

a. Mudhof tidak didahului alif lam (‫)ال‬.

b. Akhiran pada mudhof dalam idhofah tidak boleh tanwin.

c. Membuang nun mutsanna atau jamak pada mudhof dalam idhofah.


DAFTAR PUSTAKA

Dawud shonhaji, Muhammad. (2013), Matan Jurumiyah. (Jawa timur,


Kampoengkyai).

Abdullah, Bahauddin. (2013), Terjemah Alfiyyah Syarah Ibnu Aqil, (Bandung.


Sinar Baru Algensindo).

Anda mungkin juga menyukai