Oleh:
Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas rahmat dan hidayahnya sehinnga
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas dengan judul “Fi’il Shahih dan Mu’tal”dengan tepat
waktu, tugas ini kami susun tidak lain untuk memenuhi kewajiban kami sebagai mahasiswa
khususnya di mata kuliah Bahasa Arab
Kami berterimakasih kepada seluruh pihak baik teman – teman, keluarga khusus nya
kepada bapak Dr.Miftarah Ainul Mufid, S.Pdi, M.Pdi selaku dosen pada matkul bahasa arab,
yang telah ikut ber kontribusi sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik semoga
makalah ini bisa menjadi salah satu rujukan dalam pembelajaran ini
Kami menyadari bahwa manusia tidak luput dari kesalahan, maka dari itu kami memint
maaf jika ada salah kata baik di sengaja maupun tidak sengaja kami menyadari bahwa makalah
yang kami sajikan jauh dari kata sempurna maka dari itu kami meminta kesediaan nya untuk
kritik dan saran agar disuatu saat kami bisa berkembang dan lebih baik lagi
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan dan bisa bermanfaat untuk perkembangan
dan penigkatan ilmu pengetahuan
Penulis
\ DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………................................…
DAFTAR ISI ………………………………………….……................................….
A. Latar Belakang
Bahasa Arab memegang peranan penting dalam perabadan dan perkembangan islam dan
bahasa AL-QUR’AN, ditambah lagi dengan sangat berkembangnya bahasa Arab saat ini yang
menjadikan bahasa Arab sebagai salah satu bahasa Internasional
Dalam bahasa Arab, tidak bisa dielakkan lagi bahwa qawaid memegang peranan sangat
penting didalamnya.Terutama nahu dan sharaf. Karena qawaid menentukan bagaimana cara kita
memahami bahasa tersebut dan membuat orang lain paham dengan apa yang kita ucapkan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Dengan kita mempelajari ilmu “Fi’il Shahih dan Mu’tal” kita dapat memahami dan tidak
salah dalam mengartikan bahasa/kata dalam penulisan arab tersebut. Supaya kita tidak salah
dalam menyarahi kitab dan bisa memahami apa yang disampaikan oleh pengarang kitab tersebut.
.
BAB II
PEMBAHASAN
kalimah Fi’il dalam pembahasan ini adalah Fi’il Mudhari’. Sebab asal pembahasan
mengenai kalimah Mu’rab. Yang mana I’rob pada kalimat mu’tal dan shohih akhir hanya akan
tiba pada kalimat fiil mudhore saja.
Pengertian I’rob :
َاِاْل ْع َر اُب ُهَو تغييراوخرالكلم الختالف االوامل الّد خلة عليها لفظ او تقديرا
“ I’rob yaitu perubahan harkat akhir kalimat karena tibanya amil yang berbeda-beda, baik
yang berubah secara lafadz ataupun secara taqdiran”.
- I’rob nashab
- I’rob khafad
- I’rob jazem
Dari keempat bagian I’rob tersebut, ada yang kedudukannya khusus untuk fiil dan ada yang
hanya untuk kaalimat isim. Untuk kalimat fiil I’rob yang dipakai hanya I’rob rafa’ , I’rob nashab
dan I’rob jazem. Sedangkan I’rob khafad hanya untuk kalimat isim.
ولالسماء من ذلك الرفع والصب والخفض وال جزم فيها ولالفعال من ذلك الرفع والنصب والجزم وال خفض فيها
“ Untuk I’rob kalimah isim adalah I’rob rofa’, I’rob nashab, dan I’rob khafad . sedangkan untuk
kalimat fiil adalah I’rob rofa’, I’rob nashob, dan I’rob jazem”.
Keempat I’rob diatas memiliki ‘alamat atau ciri masing-masing baik ciri ashliyah
maupun far’iah/niyabah. Yang masing-masing ciri telah menempati bagian kalimat yang menjadi
sasaran alamat I’rob untuk dimu’robkan, termasuk fiil shohih akhir dan mu’tal akhir.
1. Fiil shahih akhir
الِفْعُل الَّص ِح ْيُح اَأْلِخ ِر ُهَو َم اَلْم َيُك ْن َاِخ ُر ُه َح ْر ًفا ِم ْن َأْح ُر ِف الِع َلِة َثاَل َثِة
“ Fi’il shahih akhir, yaitu fi’il yang diakhir katanya tidak terdapat huruf ‘illat (alif, wau, dan iya)
”.
Contoh : َيْفَتُح
َيْض ِر ُب
َيْش َر ُب
v Pada I’rob rofa, fiil mudhore shohih akhir ditandai dengan dhommah yang menjadi alamat
ashliyah dari I’rob rofa’.
Contoh : َيْنُصُر
v Pada I’rob nashab, fiil mudhore shahih akhir ditandai dengan fathah yang menjadi alamat ashliyah
dari I’rob nashab apabila fiil shohih bertemu dengan amil nawasib
v Pada I’rob jazem,fiil mudhore shahih akhir ditandai dengan sukun yang menjadi alamat ashliyah
dari I’rob jazem, apabila bertemu dengan amil jawazim
الِفْعُل اْلُم ْعَتُّل اَأْلِخ ِر ُهَو َم ا َك اَن َاِخ ُر ُه َأِلًفا َأْو َو اًو ا َأْو َياًء َو ُيَسَّم ى َهِذِه اَأْلْخ ُر ُف الَثاَل َثُة ِبَأْح ُر ِف اْلِع َلِة
“Fi’il mu’tal akhir, yaitu fi’il yang huruf akhirnya itu adalah alif, Wau atau ya’. Ketiga huruf itu
dinamakan huruf ‘illat”.
أْو َو اٌو أْو َياٌء َف ُمْع َتًّال ُع ِرْف# َو َأ ُّي ِفْعــٍل آِخٌر ِم ْن ُه َأ ِلْف
"Setiap Kalimah Fi’il yang akhirnya huruf illat Alif , Wau atau Ya’, maka dinamakan Fi’il
Mu’tal".
َيْر ِمْي
َو َأْبـــِد َنْص َب َم ا َك َيْد ُعو َيْر ِم ي¤ َفاَألِلَف اْنِو ِفْيِه َغْيَر اْلَج ْز ِم
"Kira-kirakanlah! I’rab untuk Kalimah Fi’il yang berakhiran Alif pada selain Jazmnya. Dan
Zhohirkanlah! tanda nashab untuk Kalimah Fi’il yang seperti (َي ْد ُعوBerakhiran huruf Wau)
dan ( َيْر ِم يBerakhiran huruf Ya’(
َو َأْبـــِد َنْص َب َم ا َك َيْد ُعو َيْر ِم ي¤ َفاَألِلَف اْنِو ِفْيِه َغْيَر اْلَج ْز ِم
“Kira-kirakanlah! I’rab untuk Kalimah Fi’il yang berakhiran Alif pada selain Jazmnya. Dan
Zhohirkanlah! tanda nashab untuk Kalimah Fi’il yang seperti (َي ْد ُعوBerakhiran huruf Wau)
dan ( َيْر ِم يBerakhiran huruf Ya’(.
َثــَالَثـــُهَّن َتقْــــِض ُحكَم ــا الِز َم ــــا¤ والَّرفَع ِفْيِهَم ا اْنِو َو اْح ِذ ْف َج اِز َم ا
“Dan kira-kirakanlah! tanda Rofa’ untuk kedua lafadz ( َيْد ُعوdan ) َيْر ِم ي. Buanglah (huruf-huruf
illat itu) dimana engkau sebagai orang yang menjazmkan ketiga Kalimah Fi’il Mu’tal tsb, maka
berarti engkau memutuskan dengan Hukum yang pasti”.
َفَامَاالَح ْدُف َفَيُك ْو ُن َع اَل َم ًة ِّلْلَج ْز ِم ِفْي الِفْع ِل الُمَض اِر ِع الُم ْعَتِل اَالِخ ِر
adapun ciri jazem yang kedua adalah membuang haraf ilat pada fiil mudhori mu’tal akhir”.
(1). Mu’tal Alif:
Ø Rafa‘
dengan Dhammah yang dikira-kira atas alif, dicegah i’rab zhahirnya karena udzur, contoh: اْلُم َّتِقْي َي
ْخ َش ى َر َّبُه
Ø Nashab
Ø Jazm
Dengan membuang huruf Illah Alif, dan harakat Fathah adalah sebagai buktinya.
“Orang yang suka maksiat adalah dia yang tidak takut kepada Tuhannya”.
Ø Rafa‘
Dengan dikira-kira atas wau, dicegah i’rab zhahirnya karena berat.
“Seorang yang meyakini keesaan Allah, dia tidak menyeru kecuali kepada-Nya”.
Ø Nashab
Dengan harakat Fathah zhahir atas wau, karena paling ringnnya harakat. Contoh: َلْن َيْس ُمَو َأَح ٌد إ
َّال ِبَأَد ِبِه
Ø Jazm
Dengan membuang huruf Illah Wau, dan harakat Dammah adalah sebagai buktinya.
َفْلَيْدُع َناِدَيُه
Ø Rafa‘
Dengan Dhammah yang dikira-kira atas Ya’, dicegah i’rab zhahirnya karena berat, contoh: َأْنَت ُتَر ِّب
ْي َأْو َالَدَك َع َلى اْلَفِض ْيَلِة
Ø Nashab
Dengan harakat Fathah Zhahir atas Ya’, karena merupakan peling ringannya harakat.
“Jangan berikan sesuatupun kepada orang faqir kecuali engkau diganjar untuk itu”.
َقاُلوا َيا ُم وَس ى ِإَّم ا َأْن ُتْلِقَي َو ِإَّم ا َأْن َنُك وَن َأَّوَل َم ْن َأْلَقى
“(Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: “Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang
melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?”
Ø Jazm
Dengan membuang huruf Illah berupa Ya’, dan harakat Kasrah merupakan buktinya.
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima “
.”(agama itu)daripadanya
Teremah dari gambar :
SUNNAH NABI
Sunnah yg seperti itu dibagi berdasarkan pentingnya dan hakikatnya jadi 3, Sunnah
Qouliyah, Fi'liyah dan Taqririyah.
Contoh Sunnah Qouliyah : kebanyakan Fatwa beliau SAW : bertakwa lah dimana saja
kamu berada dan ikutkanlah kejelekan dgn kebaikan yg menutupinya dan perlakukanlah manusia
dengan akhlaq yg baik. Dan fatwa Rasulullah SAW: Zuhudlah di dunia Allah SWT akan
mencintaimu, zuhudlah dalam hal yg dekat dgn manusia mereka akan mencintaimu. Dan fatwa
Rasulullah SAW: tinggalkanlah apa yg meragukanmu pada apa yg tidak meragukanmu.
Sunnah Fi'liyah seperti : Sholat dan Haji Rasulullah SAW ketika beliau berfatwa :
sholatlah kalian seperti kalian melihat sholatku. Fatwa dlm hal Haji : ambillah teladan dariku
untuk manasikmu. Dari sunnah Fi'liyah juga apa yg dilakukan beliau SAW dlm peperangan
maka dijadikan syariat sbb beliau melakukannya.
Sunnah Taqririyah : beliau SAW melihat perbuatan atau mendengar ucapan kemudian
beliau menetapkannya, terkadang datang dari sahabat beliau SAW di hadapan beliau SAW
ucapan dan perbuatan yg beliau SAW tidak mengingkarinya maka itu dihitung sebagai ketetapan
sunnah beliau.
Dari contoh Taqririyah juga ketetapan beliau SAW bagi sahabat yg menyempurnakan
sholat ketika belum menemukan air kemudian ia menemukannya setelah sholat, seperti ini juga
ucapan dan perbuatan datang dari sahabat di hadapan beliau SAW atau tidak langsung
berhadapan beliau SAW tapi kemudian beliau menetapkannya, maka ketetapan tsb diambil
sebagai keterangan syar'iyah
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ilmu sharaf merupakan ilmu yang mempelajari tentang perubahan ditengah
kata dalam bahasa Arab. Dalam kata di bahasa Arab,terdapat huruf-huruf yang
menyusunnya sehingga menjadi sebuah kata yang bermakna. Huruf-huruf tersebut
ada yang dinamakan huruf shahih dan huruf ‘ilat.Huruf shahih merupakan huruf yang
tidak menyebabkan sulitnya atau beratnya dalam membaca kata bahasa Arab,
sedangkan huruf ‘ilat merupakan huruf yang dapat membuat kata tersebut menjadi
kurang sempurna dari segi tulisan maupun bacaan sehingga dapat membuatnya
berbeda dari kaidah asalnya.
Dalam hal ini, fi’il terbagi menjadi fi’il shahih dan mu’tal. Kedua fi’il tersebut
juga mempunyai pembagian tersendiri dilihat dari huruf-huruf yang menyusunnya.
Fi’il-fi’il tersebut memiliki kaidah-kaidah yang mempunyai ketentuan masing-
masing sesuai dengan pengucapan orang Arab.
B. SARAN
Kita sebagai umat muslim selayaknya berbangga dengan mempelajari bahasa
Arab dengan keindahan makna dan susunan katanya. Oleh karena itu, sebagai salah
satu inti dari bahasa Arab itu sendiri, kita juga harus mempelajari ilmu sharaf agar
mampu memahami bahasa Arab tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Akroni Fahmi AH, Ilmu Nahwu dan Sharaf, Jakarta; PT. RajaGrafindo Persada, 1995.