Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENJELASAN I’ROB PADA KALIMAT FI’IL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Pada Mata Kuliah Bahasa Arab

Dosen Pengampu : ALI ROFI’I, M. Pd

Di susun oleh :
Kelompok 1

1. Laila Habibatul Aini


2. Yasmin Anggita F
3. Widayanti
4. Dewi Anjar Wati
5. Heni Munawaroh
6. Lis Sundari
7. Nina Rohmatul Ummah

UNIVERSITAS ISLAM AN-NUR LAMPUNG


KAMPUS SIDOMULYO
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
SEMESTER I (SATU) SEMUA JURUSAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita mampu menyusun makalah ini yang Insya Allah
dapat memberikan manfaat.

Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada Baginda kita Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman terang benderang ini,
tanpa beliau dan tanpa izin Allah mungkin kita tidak mungkin akan mengetahui tentang
banyak nya Ilmu pengetahuan baik bersifat umum maupun religi.

Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Arab yang
telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini dan tidak lupa juga kami ucapkan
terima kasih kepada keluarga, serta rekan-rekan yang ikut mendukung dalam penyusunan
makalah ini.

Dengan disusunnya makalah ini kami menyadari penyusunan masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami harap rekan-rekan sekalian dapat memberikan kritikan serta
masukan agar kedepannya kami dapat menyusun makalah lebih baik.

Lampung Selatan, 04 November 2023

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................II
DAFTAR ISI..............................................................................................................III
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................2
PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Pengertian I’rab..................................................................................................2
C. Pembagian I'rab..................................................................................................3
D. Tanda-tanda I'rab................................................................................................3
BAB III.........................................................................................................................9
PENUTUP....................................................................................................................9
A. Kesimpulan.........................................................................................................9
B. Saran...................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perlu diketahui bahwa bahasa Arab memiliki keistimewaan tersendiri
dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya, diantaranya keistimewaan bahasa
Arab dipilih Allah SWT sebagai bahasa Al-Qur'an, sebagaimana tercantum dalam
Al-Qur’an Surat Yusuf ayat 2 :

  ‫ِا َّنٓا َاْنَز ْلٰنُه ُقْر ٰا اًن َع َر ِبًّيا َّلَع َّلْمُك َتْع ِقُلْو َن‬
Artinya: “Sesungguhnya kami menurunkannya berupa al-Qur'an berbahasa Arab
agar kamu mengerti”.
Dari ayat diatas dapat dipahami, bahwa seseorang yang ingin mempelajari
perkataan Allah (kalamullah) yang terdapat dalam Al-Qur'an, maka ia harus
menguasai Bahasa Arab.
Dan dalam kenyataannya pula bahwa bahasa Arab mutlak diperlukan dalam
mempelajari dan memahami ilmu agama Islam karena sebagaimana diketahui
bahwa buku-buku sumber pengetahuan agama Islam. Terutama yang lebih luas
dan lengkap pada umumnya masih ditulis dalam bahasa Arab. Bahkan al-Qur’an
kitab suci umat Islam dan hadits Nabi yang menjelaskan isi al-Qur’an itu
keduanya berbahasa Arab, juga kitab-kitab ulama Islam yang berkenaan dengan
berbagai macam cabang ilmu pengetahuan agama Islam masih banyak ditulis
dalam bahasa Arab.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian I’rab ?


2. Bagaimana cara mengetahui pembagian Fi’il ditinjau dari I’rab ?

C. Tujuan

1. Mampu mengetahui pengertian I’rab.


2. Mampu mengetahui pembagian Fi’il ditinjau dari I’rab.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian I’rob

Kata I’rab (‫ )إعراب‬secara bahasa memiliki arti “baris” atau juga “harakat”,
Kata i’rab ada juga yang mengatakan berasa dari bahasa arab yang mempunyai arti
perubahan, sedangkan menurut professor doktor sarjana ahli nahwu, i’rob yaitu
perubahan yang terjadi pada ahir kata yang di sebabkan oleh perbedaan amil yang
masuk, baik berupa lafadz atau taqdirnya. Sedangkan bina’ itu merupakan kebalikan
dari i’rab yang masing-masing keduanya memiliki karekteristik yang sangat berbeda-
beda.[1]

Menurut ilmu nahwu, I’rab ialah:

‫َتْغِي ُري َاَو اِخ ِر الِلَك ِم اِل ْخ ِتاَل ِف الَع َو اِم ِل اَدل اِخ ِةَل َعَلَهيا َلْفًظ ا َاْو َتْقِد يًر ا‬
Artinya :
“Berubahnya (harokat) akhir suatu kalimat yang disebabkan adanya
perbedaan ‘amil (yang memerintah) yang menempel pada kalimat tersebut,
baik dalam segi lafadznya atau pun kira-kiranya’’
Maksud dari arti tersebut ialah: I'rab itu mengubah syakal tiap-tiap
akhir kalimah disesuaikan dengan fungsi amil yang memasukinya, baik
perubahan itu tampak jelas lafazhnya atau hanya secara diperkirakan saja
keberadaannya.
I'rob pada isim (kata benda) ada tiga macam yaitu rof'un (
‫)رفع‬, nashbun ( ‫ )نصب‬, dan jarrun ( ‫)جر‬. Sedangkan I'rob pada kata kerja
(Fi’il )ada 3 yaitu : rof'un (‫ع‬MM‫)رف‬, nashbun ( ‫ب‬MM‫)نص‬, jazmun (‫زم‬MM‫)ج‬. I'rob
(perubahan akhir) pada suatu isim yanh menunjukkan kedudukan atau suatu
fungsi isim tersebut dalam kalimat baik sebagai subjek,predikat,objek
langsung maupun objek dari suatu kata depan. Isim atau kata benda yang
mengalami
dinamakan ism mabniy ( ‫ني‬MM‫م مب‬MM‫)اس‬. Pada isim mabni tidak ada
perubahan di akhir isim tersebut.

Dalam I’rob kita menemukan Kalimat yang selalu berubah-ubah


akhirnya, dan itu dinamakan ism mu'rob (‫ )اسم معرب‬Kalimah mu’rob adalah
kalimah yang akhirannya bisa berubah-ubah sesuai dengan ‘amil yang
memasukinya.[3] Jadi jika suatu kalimah itu kemasukan ‘amil dan kalimah itu
terjadi perubahan pada akhiran kalimah itu, maka kalimah itu di sebut kalimah
mu’rab contohnya kalimah ‫ ِم َن اْلَم ْس ِج ِد‬, disini terjadi perubahan harakat
akhir pada kalimah isim ‫اْلَم ْس ِج ِد‬, karena pada awalnya kalimah itu harakat
akhirnya di baca dhommah tapi karena ke masukan ‘amil, yaitu huruf jer
maka harakat akhir kalimah itu di baca kasrah atau majrur.
Dan apabila kita menemukan suatu kalimat yang tidak berubah harokat
akhirnya, itu dinamakan ism mabni ( ‫)اسم مبني‬.Harokat akhir yang tidak
akan berubah dinamakan BINA'

2
B. Pembagian I’rob

: ‫َو َأْقَس اُم ُه َأْر َبَع ة‬

‫ َو َج ْز ٌم‬، ‫ َو َخ ْفٌض‬، ‫ َو َنْص ٌب‬،‫َر ْفٌع‬


“I'rob dibagi menjadi 4, yaitu: rofa', nashob, khofad dan jazm.”

keterangan :
1. Rafa’ : perubahan yang khusus, yang ditandai dengan dlomah atau
yang menggantinya. Contohnya : ‫جَاَء ٌمَحْم ٌد‬
2. Nashab : Yaitu perubahan yang khusus, yang ditandai dengan fathah
atau yang menggantinya, contohnya ‫َز ْيًدا‬ ‫َر َأْيُت‬
3. Khofad/jer : Yaitu perubahan yang tertentu, yang ditandai dengan
kasroh atau yang menggantinya. Contohnya : ‫َم َر ْر ُت ِبَز ْيٍد‬
4. Jazm : Yaitu perubahan yang tertentu yang ditandai dengan sukun
atau yang menggantinya. Contohnya : ‫َلْم َيْض ِر ْب‬

C. Tanda-tanda I’rob

Masing- masing i’rob mempunyai tanda yang berbeda-beda, diantaranya


sebagai berikut:
1. I’rob Rafa’

‫ِللَّر ْفِع َأْر َبُع َع اَل َم اٍت َالَّض َّم ُة َو اْلَو اُو َو اَأْلِلُف َو الُّنْو ُن‬
Artinya : “I’rob rafa’ itu mempunyai 4 tanda, yaitu dlomah,
wawu, alif dan nun”.
Setiap kalimah, ketika rafa’ pasti menggunakan salah satu dari 4
tanda tersebut. Dan setiap tanda mempunyai tempat – tempat tersendiri
yang akan dibahas di bawah ini :
1) Dhammah, merupakan tanda i”rob asli. contohnya maka ia menjadi
tanda bagi rafa’ pada empat tempat :
(1) Pada Isim Mufrad, yaitu yang menunjukkan makna tunggal.
Contoh : ‫َقَر َأ ُمَحَّم ٌد الُقْر أَن‬
(2) Jama’ taktsir, yaitu lafadz yang menunjukkan arti banyak dan
tidak terikat pada objek perempuan maupun laki-laki. Jamak
taksir juga dapat dimaknai suatu lafadz yang menunjukkan arti
banyak yang bentuk lafadznya berubah dari bentuk tunggalnya.
Misalnya; ‫ طلب‬menjadi ‫ طالب‬, contoh;

‫َج اَء الُّطَّالُب ِفي اْلَم ْد َر َسِة‬


(3) Jama’ muannas salim, yatu lafadz yang menunjukkan makna
jamak (banyak) yang dikhususkan pada objek perempuan. Dan

3
biasanya di aakhiri dengan huruf alif dan ta’. Contoh : ‫َج اَئِت‬
‫اْلُم ْس ِلَم اُت‬ (para wanita muslimah datang)

Keterangan : Lafadz ‫ اْلُم ْس ِلَم اُت‬adalah jama’ mu’annats salim.


Mufrodnya adalah ‫ َاْلُم ْس ِلَم ُة‬yang berarti seorang wanita
muslimah. Ta’ – nya ‫ َاْلُم ْس ِلَم ُة‬dibuang, lalu ditambahkan alif
dan ta’ alamat jama’
(4) fiil mudhari’ yang huruf akhirnya tidak bertemu dengan alif
tatsniyyah, wawu jama’, dan ya’ mu’annatsah mukhothobah.
Fi’il mudlori’ adalah fi’il yang di awali huruf ya’, ta’, hamzah,
atau nun yang zaidah (tambahan).
Contoh : ‫ ُنَقاِتُل‬, ‫ َاْفَتُح‬, ‫ َتْض ِر ُب‬, ‫َيْنُصُر‬

2) wawu, pada hakikatnya wawu adalah sebagai pengganti (tanda far’i)


dari tanda dhammah.Tanda wawu sebagai ciri dari i’rab rafa’
bertempat di dua tempat, yaitu[5]

(1) Jamak mudzakar salim, yaitu suatu kata yang menunjukkan


makna jamak yang dikhusukan pada objek laki-laki, dan
biasanya di akhiri dengan huruf wawu dan nun (‫ )و ن‬pada
tingkah rafa’ dan di akhiri ya’ dan nun (‫ )ين‬pada tingkah nasab
dan jer. Contoh;

‫ُاولِئَك ُهُم اْلُم ْفِلُحْو َن‬


(2) Asma’ul khamsah, yaitu isim-isim lima yakni (،‫ حم‬،‫ اخ‬،‫اب‬
‫ ذو‬،‫)فو‬. Contoh;

‫ ُذ ْو َم اٍل‬، ‫ ُفْو َك‬، ‫ َحُم ْو َك‬، ‫ َاُخ ْو َك‬، ‫َج اَء َاُبْو َك‬
3) alif, maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada isim-isim tatsniyyah yang
tertentu.Isim tatsniyah adalah suatu kata benda yang menunjukkan
makna dua. Isim tatssniyah biasanya di akhiri dengan huruf alif dan
nun (‫ )أ ن‬ketika rafa’, dan di akhiri ya’ dan nun (‫ )ين‬ketikaa tingkah
nasab dan jer. Contoh;

‫َاَمْحٌد َو َح َس ٌن َط اِلَبان َج ِد ْيَد اِن‬


4) Nun maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada fi’il mudhari yang
bersambung dengan dhamir tatsniyah, dhamir jama’, dan dhamir
muannats mukhatabah. Nun menjadi tanda bagi i’rab rafa’ itu
bertempat pada fi’il mudhari’ yang bertemu dengan :
(1) Dhamir tastniyah, contoh;

‫ َتْفَع اَل ِن‬، ‫َيْف َع اَل ِن‬


(2) Dhamir jamak, contoh;

‫ َتْف َع ُلْو َن‬، ‫َيْف َع ُلْو َن‬

4
(3) Dhamir muannas mukhatabah, contoh;

‫َتْفَع ِلَنْي‬
2. I’rob Nashab
I'rab nashab mempunyai lima alamat, yaitu: fathah, alif, kasrah, ya
dan membuang (menghilangkan) huruf nun.
1) Fathah merupakan tanda i’rob nasab asli, maka ia menjadi tanda bagi
nashab pada tiga tempat :
(1) Pada Isim Mufrad, seperti dalam contoh :

‫ = َر َأْيُت َز ْيًدا‬aku telah melihat zaid

‫ = ِاْش َتَر ْيُت ِكَتاًبا‬aku telah membeli sebuah kitab


(2) Jama’ taksir, seperti contoh :

‫ = َر َأْيُت ُز ُيْو ًدا‬aku telah melihat zaid-zaid

‫ = ِاْش َتَر ْيُت ُكُتًبا‬aku telah membali beberapa buah kitab

(3) Fi’il Mudhari apabila kemasukan padanya amil yang


menashabkan dan pada akhir kalimatnya tidak bertemu dengan
sesuatupun. (dari alif tatsniyah, wawu jamak,dan nun taukid).
Contoh:

‫ = َلْن َيْفَعَل‬dia tidak akan dapat berbuat

2) Alif. Alif menjadi alamat bagi i’rab nashab berada pada asma’ul
khomsah, Contoh :

Asma’ul khomsah

‫ = َر َأْيُت َأَباَك َو َأَخ اَك‬aku telah melihat ayahmu dan saudaramu


3) Kasrah. Kasrah menjadi alamat i’rab nashab hanya terdapat pada
bentuk jamak muannats salim saja. Contoh :

Jamak muannats salim

‫( َر َأْيُت اْلُم ْس ِلَم اِت‬bentuk jamak dari lafadh ‫)ُم ْس ِلَم ٌة‬

‫( َر َأْيُت َثِّيَباٍت‬bentuk jamak dari lafadh ‫)َثِّيَبٌة‬

5
4) Ya’. Ya menjadi alamat bagi i’rab nashab pada isim tatsniyah dan
jamak mudzakar salim. Contoh:

(1) Isim tatsniyah

‫ = َقَر ْأُت ِكَتاَبْيِن‬aku telah membaca dua buah kitab


Huruf ya’ di sukun kan dan huruf sebelumnya di fathah kan

(2) Jamak mudzakaar salim

‫ = َر َأْيُت اْلُمَع ِّلِم ْيَن‬aku telah melihat guru-guru


Huruf ya’ di sukun kan dan huruf sebelumnya di kasrah kan

(3) membuang nun(Hafdzu Nun). Membuang nun menjadi alamat


pada i’rab nashb pada af’aalul khomsah. Yang di rafa’ kan
dengan memakai nun itsbat .Seperti lafadz:

‫ = َاْن َيْع َلَم ا‬hendaknya mereka berdua mengetahui

‫ = َلْن َتْع َلَم ا‬hendaknya kamu berdua mengetahui

‫ = َاْن َيْع َلُم ْو ا‬hendaknya mereka mengetahui

‫ = َاْن َتْع َلُم ْو ا‬hendaknya kalian mengetahui

‫ = َاْن َتْع َلِمْى‬hendaknya engkau perempuan mengetahui


3. I'rob Jar / Khofad
Tanda I'rob jar adalah kasroh, ya dan fathah.[8]
1) Kasroh, masuk pada tiga tempat, yaitu :

(1) Isim mufrod, ‫اْلَم ْك َتِب‬ ‫( َقَلِم ْي َعىَل‬penaku diatas meja)


(2) Jamak taksir, ‫ٌة‬ ‫( ِل اْلِّر َج اِل َّمِهٌة َعاِلَي‬para lelaki itu
mempunyai cita-cita yang tinggi)

(3) Jamak muanas salim, ‫َس َّلْم ُت َعىَل الَّط اِلَباِت‬ (saya memberi
salam kepada siswi-siswi).
2) Ya’. masuk pada tiga tempat, yaitu :

(1) Asma’ul khomsah, ‫( َأَتْذ َه ُب ِا ىَل َأِخ ْيَك ؟‬apakah kamu akan
pergi kepada saudaramu?).

(2) Isim tasniyah, ‫ِمَس ْع ُت َه َذ ا اْلَخ َرَب ِم ْن َط اِلَبِنْي‬ (saya


mendengar berita ini dari dua orang siswa).

6
(3) Jamak muzakar salim, ‫َالَّلُهَّم اْجَع ْلَنا ِم َن اْلَفاِئِز ْيَن‬ (ya Allah
jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mendapatkan
kemenangan).
3) Fathah, masuk pada satu tempat, yaitu :

(1) Isim ghoir munsorif (isim yang tidak menerima tanwin), ‫َه ِذِه ال‬
‫َّس َّياَر ُة ِلَع اِئَش َة‬ (mobil ini milik Aisyah).

4. I’rab jazm
I’rab jazm merupakan i’rab yang dikhususkan untuk kalimat fiil.
Adapun tanda irab jazm yang akan kita bahas disini ada dua, yaitu sukun
dan membuang (nun+huruf ‘illat). Dalam redaksi kitab jurumiyah
disebutkan sebagai berikut :

‫َو ِلْلَج ْز ِم َعاَل َمَتاِن الُّس ُكْو ُن َو اَحلْذ ُف‬


Artinya : I’rab jazm mempunyai dua alamat atau ciri (tanda),
yaitu sukun dan membuang.
i’rab jazm dalam ilmu nahwu ditandai dengan dua tanda yaitu
harakat sukun dan hadf (membuang), yang dimaksud dengan
membuang disini adalah membuang huruf ‘illat dan juga membuang
huruf nun. Mungkin diantara teman-teman ada yang belum tahu apa
itu huruf ‘illat, tidak apa-apa, pada tulisan selanjutnya insyaallah akan
saya tulis sebuah postingan yang khusus membahas tentang penjelasan
apa itu yang dimaksud dengan huruf ‘illat.
Adapun tanda irab jazm yang menjadi bagian terakhir dalam
pembagian i’rab dalam ilmu nahwu adalah sebagai berikut :
1) Sukun, yang menjadi tanda pokok dalam i’rab jazm.
Contoh :

‫َلْم َيْض ِر ْب‬ Asalnya ‫َيْض ِر ُب‬

‫َلْم َيْنُصْر‬ Asalnya ‫َيْنُصُر‬


‫َلْم َيُك ْن‬ Asalnya ‫َيُك ْو ُن‬
2) Membuang nun yang menjadi tanda rafa’.
Contoh :

‫َلْم َتْفَع ُلْو ا‬ Asalnya ‫َتْفَع ُلْو اَن‬

‫َلْم َتْفَعِلْى‬ Asalnya ‫َتْفَعِلْيَن‬


‫َلْم َيْفَع اَل‬ Asalnya ‫َيْفَع اَل ِن‬
‫َلْم َتْفَع اَل‬ Asalnya ‫َتْفَع اَل ِن‬
‫َلْم َيْفَع ُلْو ا‬ Asalnya ‫َيْفَع ُلْو اَن‬

7
3) Membuang huruf ‘illat.

‫َلْم َيْر ِم‬ Asalnya ‫َيْر ِم ى‬

Contoh :

‫َلْم َيْخ َش‬ Asalnya ‫َيْخ َش ى‬

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
I’rab adalah “pengubahan” atau “perubahan” akhir masing-masing kata
karena perbedaan faktor yang memasukinya, menganggap bahwa i’rab itu adalah
suatu proses perubahan yang abstrak, tidak kelihatan konkret. Berubahnya akhir
kata itu tidak kelihatan, tiba-tiba saja tanda i’rab itu berubah menjadi tanda i’rab
yang lain.
Definisi ini menganggap bahwa i’rab itu berada di antara ketentuan tanda
i’rab yang satu dengan yang lainnya. Padahal masing-masing i’rab, yakni i’rab
rofa’, nashab, jar dan jazm itu adalah ketentuan setelah selesainya ‘perubahan’
itu, misalnya berubah menjadi i’rab nashab, berubah menjadi i’rab jar atau
menjadi i’rab jazm atau menjadi i’rab rofa’. Jadi i’rab itu bukan berada pada saat
perubahan itu tetapi pada saat ketentuan setelah selesai perubahan itu. Pada saat
perubahan itu tidak ada namanya, hanya sekedar proses perubahan saja.

B. Saran

Demikian makalah ini kami susun, kami menyadari atas banyaknya


kekurangan dalam penyusunannya, yang disebabkan karena keterbatasan
kemampuan kami. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
baik dari Ibu dosen maupun dari para pembaca, agar makalah ini dapat lebih
mendekati kesempurnaan. Dan semoga penyusunan makalah ini selalu mendapat
ridlo dari Allah SWT Amin.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ichwan, muhammad nur. Memahami Bahasa al-Qur’an, Yogyakarta: Celaban


Timur. 2002.

Syamilah, Abdurrohman bin Abdirrohman. Syarah Matan al Jurumiyah,


Riyad: Daru Thibah. 1233.

Malik, Ibnu dkk. Terjemah Alfiah Ibnu Malik, Lamongan: Pon-Pes TABAH.
1999.

Sholihuddin, Shofwan. Mabadi' An-Nahwiyah, Jombang: Darul Hikmah.


1999.

Nuha, Ulin. Buku Lengkap Kaidah-kaidah Nahwu, Yogyakarata: DIVA Press.


2015.

Anwar, moch. Ilmu Nahwu Terjemah Matan al-Jurumiyah dan ‘Imrithy,


Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2014.

10

Anda mungkin juga menyukai