Anda di halaman 1dari 12

TSALATSATU MAFAAIL

( ‫) ثالثة مفاعل‬

Oleh :

(KELOMPOK 13)

FACHRUR ROOZY

HASRIANTY

NUR ANNISYA

NUR WAHIDAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa  yang telah memberikan rahmat

serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini tepat

pada waktunya yang berjudul “Tsalatsatu Mafaail”.

Makalah ini berisikan tentang informasi Tsalatsatu Mafaail. Diharapkan

makalah ini dapat memberikan pemahaman tentang konsep kalimat intransitif.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan

demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang

telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Makassar, 09 January 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................1
C. TUJUAN....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. PENGERTIAN MAF’UL BIH..................................................................2
B. POLA-POLA PENEMPATAN MAF’UL BIH.........................................3
C. MAF’UL BIH BERDASARKAN TANDA NASABNYA.......................4
D. TSALATSATU MAFAAIL.......................................................................7
BAB III PENUTUP...............................................................................................8
A. KESIMPULAN..........................................................................................8
B. SARAN......................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Agama Islam adalah agama yang diturunkan terakhir oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW, mulai saat itu ajaran Islam pun di kenalkan di dalam
masyarakat. Berbagai disiplin ilmupun di kaji baik yang salaf maupun yang
modern, untuk bisa lebih mengenali dan memeluk Islam secara sempurna sesuai
dengan perintah Allah dan RosulNya. Kita kaum muslim memaklumi, bahwa
bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an. Setiap muslim yang bermaksud menyelami
ajaran agama Islam yang sebenarnya dan lebih mendalam, tiada jalan kecuali
harus mampu menggali dari sumber asalnya yaitu Al-Qur’an dan sunnah
Rosulullah SAW. Oleh karena itu, menurut kaidah hukum Islam mengerti akan
ilmu nahwu bagi mereka yang ingin memahami Al-Qur’an hukumnya fardu ’ain.
Di antara ilmu nahwu adalah maf’ul. Seperti di dalam bahasa-bahasa lain,
pemahaman tentang maf’ul adalah pembelajaran dasar dalam bahasa arab yang
harus dipahami sebelum menguasai keseluruhan ilmu nahwu.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan maf’ul ?

2.  Bagaimana pola-pola penempatan maf’ul ?

3. Bagaimana Pembagian maf’ul berdasarkan tanda nashabnya?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui maksud dai kalimat intransitif.

2. Untuk mengetahui ciri-ciri kalimat aktif intransitif.


2

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MAF’UL BIH

ُ‫ َو لَهُ ُح ْك ٌم ِإ ْع َرابِ ْي َوهُ َو " اَلنَّصْ بُ " َأيْ َأنَّه‬,‫اَ ْل َم ْفعُوْ ُل بِ ِه هُ َو اِإْل ْس ُم ْال َم ْنصُوْ بُ اَلَّ ِذيْ َوقَ َع َعلَ ْي ِه فِ ْع ُل ْالفَا ِع ِل‬

ٌ‫دَاِئ ًما َم ْنصُوْ ب‬

‫اَ ْل َم ْفعُوْ ُل بِ ِه ِإ ْس ٌم َم ْنصُوْ بٌ يَدُلُّ َعلَى َم ْن َوقَ َع َعلَ ْي ِه ْالفِ ْع ُل ْالفَا ِع ُل َو اَل تَتَ َغيِّ ُر َم َعهُ صُوْ َرةُ ْالفِعْل‬

Artinya :

Maf’ul Bih adalah Isim manshub yang terletak pada fi’il dan fa’il, dan hukum

I’rabnya adalah Nashob. Dan Maf’ul bih adalah isim yang menunjukkan kepada

objek /penderita.

Contoh lain :

َ ْ‫َب ْال َولَ ُد الدَّر‬


1.‫س‬ َ ‫ ; َكت‬Anak itu telah menulis pelajaran

2.‫ب اُأل ْستَا ُذ َولَدًا‬


َ ‫ض َر‬
َ ; Ustadz itu telah memukul seorang anak

3. َ‫ت َم ِريَ ُم اللَّبَن‬


ْ َ‫ ; َش ِرب‬Maryam telah meminum air susu

Maf’ul Bih adalah objek penderita, yang dikenai suatu perbuatan. Jika fi’ilnya

“memukul” berarti maf’ul bih-nya “yang dipukul”. Jika fi’ilnya “menolong” maka

maf’ul bih-nya “yang ditolong”.

Dalam contoh di atas :

َ ‫ = َكت‬fi’il,
1.‫َب‬ ‫ = ْال َولَ ُد‬fa’il, َ ْ‫ = الدَّر‬maf’ul bih
‫س‬

2.‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ = fi’il, ‫ = اُأل ْستَا ُذ‬fa’il, ‫ = َولَدًا‬maf’ul bih

ْ َ‫ = َش ِرب‬fi’il,
3.‫ت‬ ‫ = َم ِريَ ُم‬fa’il, َ‫ = اللَّبَن‬maf’ul bih

Setiap Maf’ul bih harus senantiasa Manshub.

B. POLA-POLA PENEMPATAN MAF’UL BIH

2
3

1. Posisi standar dalam bahasa Arab adalah fi’il, fa’il dan maf’ul.

Contoh:

َ ‫يَ ْفتَ ُح َأحْ َم ُد اَأْلب َْو‬


‫اب‬

ِ ‫ت َرسُوْ َل هّللا‬
ُ ‫َسَأ ْل‬

2. Boleh mendahulukan maf’ul sebelum fa’il apabila maf’ul dan fa’ilnya berupa

isim zhahir.

Contoh:

ْ ُ‫يَجْ نِي الق‬


‫طنَ الفَاَّل ُح‬

3. Boleh mendahulukan maf’ul sebelum fi’il dan fa’il apabila maf’ulnya berupa

isim zhahir.

Contoh:

َ‫فَفَ ِريقًا َك َّذ ْبتُ ْم َوفَ ِريقًا تَ ْقتُلُون‬

4. Wajib mengakhirkan maf’ul apabila maf’ulnya berupa isim dhamir.

Contoh:

َ ُ‫َأ َمرْ ت‬
‫ك‬

‫َأ ْك َر َمنِ ْي َأحْ َم ُد‬

5. Wajib mengakhirkan maf’ul apabila ditakutkan ada kesalahan faham apabila di

dahulukan.

Contoh:

ْ ‫َأ ْك َر َم‬
‫ت عَاِئ َشة فَا ِط َمة‬

Kalau maf’ulnya didahulukan maka akan ada yang menyangka bahwa maf’ulnya

adalah yang terakhir.


4

6. Wajib mendahulukan maf’ul sebelum fi’il dan fa’il apabila maf’ulnya berupa

isim dhamir munfashil.

Contoh:

ُ‫ك نَ ْعبُ ُ˜د َوِإيَّاكَ نَ ْستَ ِعين‬


َ ‫ِإيَّا‬

7. Boleh menghilangkan fi’il dan fa’il dan menyisakan maf’ulnya saja apabila bisa

dipahami dari susunan kalimat.

Contoh:

Apabila ada yang bertanya “kamu bertemu siapa kemarin?” dijawab (‫) َعلِيًّا‬. Yang

dimaksud adalah:

ُ ‫قَابَ ْل‬
‫ت َعلِيًّا‬

C. MAF’UL BIH BERDASARKAN TANDA NASABNYA

1. Tanda Nashob Fathah

a. Isim Mufrad

َ ْ‫يُ َذا ِك ُر ُم َح َّم ُد اَلدَّر‬


‫س‬

( Muhammad sedang mengulangi pelajaran )

ُ َ‫تَ ْق َرُأ الطَّالِب‬


َ‫ات ْال َج ِر ْي َدة‬

( Para mahasiswi sedang membaca koran )

َ ْ‫َب ْال َولَ ُد الدَّر‬


‫س‬ َ ‫َكت‬

( Anak itu telah menulis pelajaran )

‫ب اُأْل ْستَا ُذ َولَدًا‬


َ ‫ض َر‬
َ

( Guru itu telah memukul anak )

َ‫ت َمرْ يَ ُم اللَّ ْبن‬


ْ َ‫َش ِرب‬

( Maryam telah minum susu )

َ ‫َأ َك َل ُم َح َّم ٌد ْال ُخب‬


‫ْس‬
5

( Muhammad telah makan roti )

‫ب َعلِ ٌّي َك ْلبًا‬


َ ‫ض َر‬
َ

( Ali telah memukul anjing )

‫يَ ْق َرُأ ُم َح َّم ٌد قُرْ آنًا‬

( Muhammad sedang membaca al-Qur’an )

َ َ‫يَ ْفتَ ُح َأحْ َم ُد ْالب‬


‫اب‬

( Ahmad sedang membuka pintu )

‫تَحْ ِم ُل فَا ِط َمةُ ْالقَلَ َم‬

( Fatimah sedang membawa polpen )

b. Jama’ Taksir
ُّ ‫يُ َعلِّ ُم اُأْل ْستَا ُذ‬
َ ‫الطاَّل‬
‫ب‬

( Guru itu sedang mengajar para mahasiswa )

َ‫يَحْ ِم ُل ْال ُجنُوْ ُد اََأْل ْسلِ َحة‬

( Para tentara sedang membawa senjata )

‫ب اُأْل ْستَا ُذ اَأْلوْ اَل َد‬


َ ‫ض َر‬
َ

( Ustads telah memukul para anak )

‫تَحْ ِم ُل فَا ِط َمةُ اَأْل ْقاَل َم‬

( Fatimah sedang membawa polpen-polpen )

َ ‫يَ ْفتَ ُح َأحْ َم ُد اَأْلب َْو‬


‫اب‬

( Ahmad sedang membuka pintu )

2. Tanda Nashob Kasrah

a. Jama’ Muannats Salim

ِ ‫ات ْالم َجاَّل‬


‫ت‬ ُ َ‫تَ ْشت َِريْ الطَّالِب‬

( Para mahasiswi sedang membeli majalah )


6

ِ ‫الطاَّل بُ ْال ُكرَّا َسا‬


‫ت‬ ُّ ‫يَجْ َم ُع‬

( Para mahasiswa sedang mengumpulkan buku catatan )

‫ت‬ َ ‫يَ ْغ ِس ُل َأحْ َم ُد ال َّسي‬


ِ ‫َّارا‬

( Ahmad sedang mencuci banyak mobil )

3. Tanda Nashob Ya’

a. Mutsanna

‫يَحْ ِم ُل التِّ ْل ِم ْي ُذ ْال ِكتَبَي ِْن‬

( Siswa sedang membawa dua buku)

‫تَ ْق َرُأ ْال ُم َد ِّر َسةُ ْال َمقَالَتَي ِْن‬

( Guru itu sedang membaca dua makalah )

َ‫يَ ْقبِضُ ْالبُوْ لِيْسُ ْال ُمجْ ِر َم ْين‬

(Polisi sedang menangkap dua penjahat )

ِ ‫الطاَّل بُ ْال َحا‬


َ‫ض َر ْين‬ ُّ ‫يَ ْنت َِظ ْي ُر‬

( Para siswa itu sedang menunggu dua hadirin )

b. Jama’ Mudsakkar salim

َ‫يَ ْقبِضُ ْالبُوْ لِيْسُ ْال ُمجْ ِر ِم ْين‬

(Polisi sedang menangkap para penjahat )

ِ ‫الطاَّل بُ ْال َحا‬


َ‫ض ِر ْين‬ ُّ ‫يَ ْنت َِظ ْي ُر‬

( Para siswa itu sedang menunggu para hadirin )

َ‫يُ َكلِّ ُم ْال ُم ِد ْي ُر ْال ُم َوظَّفِ ْين‬

( Direktur itu sedang berbicara dengan para pegawai )


7

D. TSALATSATU MAFAAIL

Berbicara tentang maf’ul tidak lepas dari fa’il, maka dari itu berikut adalah contoh
fi’il yang mempunyai tiga maf’ul bih atau tsalatsatu mafaail :

Biasanya fi'il ini mempunyai makna


pemberitahuan/menunjukkan/menginformasikan.

Contoh Fi'il-fi'il yang mempunyai tiga maf’ul jumlahnya ada tujuh:

َ ‫ َح َّد‬, ‫ خَ ب ََّر‬, ‫ َأ ْخبَ َر‬, ‫ نَبََّأ‬, ‫ َأ ْنبََأ‬, ‫ َأ ْعلَ َم‬, ‫َأ َرى‬
 ‫ث‬

Contoh kalimat:

ُ ‫ َأ ْعلَ ْم‬ 
ِ ‫ت َز ْيدًا بَ ْكرًا فَا‬
- ً‫ضال‬
Artinya = Saya memberitahukan Zaid bahwa Bakr itu adalah orang yang
terdidik/baik.

Keterangan:

- Kalimat di atas objeknya ada tiga yaitu: Zaid, Bakr, dan Faadhil.

ُ ْ‫ َأ ْخبَر‬ 
َ ‫ت ال َولَ َد اللَّع‬
- ‫ْب ُمفِ ْيدًا‬
Artinya = Saya informasikan kepada anak itu bahwa permainan olahraga
bermanfaat.

Keterangan:

- Objeknya adalah al-walad, al-la'b, dan mufiid.


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Maf’ul Bih adalah Isim manshub yang terletak pada fi’il dan fa’il, dan hukum

I’rabnya adalah Nashob. Dan Maf’ul bih adalah isim yang menunjukkan kepada

objek /penderita.

Contoh Fi'il-fi'il yang mempunyai tiga maf’ul jumlahnya ada tujuh:

َ ‫ َح َّد‬, ‫ خَ ب ََّر‬, ‫ َأ ْخبَ َر‬, ‫ نَبََّأ‬, ‫ َأ ْنبََأ‬, ‫ َأ ْعلَ َم‬, ‫َأ َرى‬
 ‫ث‬

Biasanya fi’il ini mempuyai makna memberitahukan, menunjukkan dan

menginformasikan.

B. SARAN

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak

kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah

tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun

dari para pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA
Mustafa, Gulayini. Jami’ud Durus Al-‘Arobiyyah. Bairut : Darul Fikr. 2007.

Fahmi, Ahmad Akrom.Ilmu Nahwu dan Sharaf 3. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada. 2002.

https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/03/22/nahwu-sharraf-36-fiil-yang-punya-

dua-maful-atau-tiga-maful/

http://mae0703.blogspot.com/2014/03/makalah-pembahasan-maful-bih.html

https://belajarbahasaarabdasar.blogspot.com/2017/09/fiil-mutaaddii-kitab-

tashiilun-nahwi.html

Anda mungkin juga menyukai