Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1. latar belakang Alhamdulillah ucapan puji syukur tiada hentinya selalu saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, serta hidayahnya yang telah diberikan kepada kita, sehubungan dengan tertulisnya makalah ini saya sebagai penulis mengucapkan banyak banyak terima kasih atas dukungan dan bimbingan ustadz atas tertulisnya makalah ini. Untuk memudahkan pada pembaca untuk mempelajari ilmu nahwu para pembaca harus mempelajari dasar ilmu nahwu dan ilmu nahwu itu sangat penting untuk dipelajari karena dengan ilmu nahwu kita bisa mengerti dan memahami Al-Quran dan Al-Hadits untuk itu penulis akan menerangkan bab yang paling penting di dalam ilmu nahwu yaitu Naibul Fail karena dengan memahami salah satu bab itu memang sangat penting dan di dalam penulis akan menerangkan beberapa pengertian pengertian naibul fail dan lain lain agar dapat memudahkan pada para pembaca untuk mempelajari dan memahami Naibul Fail dengan baik.

Ilmu nahwu merupakan ilmu yang sangat penting dalam dunia pendidikan islam, karna ilmu nahwu merupakan alat yang sangat mendasar dari pada mempelajarisegala ilmu dalam pendidikan islam. Karena ilmu nahwu merupakan ilmu alat alam bahasa arab, yang digunakan dalam menterjemahkan bahasa arab. Pada kali ini kami membahas tentang fiil majhul dan na-ibul fiil, yang mana keduanya merupakan materi yang membicarakan tentang kalimat dalam bentuk kata kerja pasif atau aktifnya, serta membahas tentang hukum-hukum na-ibul fail. Karna materi ini merupakan materi yang penting dalam pembelajaran ilmu nahmu.

1.2. Rumusan masalah 1. 2. 3. apa yang dimaksud na-ibul fiil dan fiil majhul . . . .? kata-kata yang dapat menjadi na-ibul fail . . . ? apa hukum na-ibul fail . . . .?

1.3. TujuanSebagi bentuk pemahaman tentang na-;ibul fail serta menjadikan bahan dasar sebagai pengetahuan.

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Na-i Bul Fail Na-ibul fail Naib artinya pengganti, dan fail yang artinya pelaku, jadi Naibul Fail artinya pengganti pelaku. 1. 2. Anjing itu sudah dipukul = Anjing sedang/akan dipukul =

Kata-kata al-kalbu pada contoh (1 & 2) menjadi naibul fail. Marfu tanda rafanya dlomah. Sedang kata-kata dluriba dan yudlrabu adalah fail majhul. Syibhul artinya serupa. Majhul artinya pasif. Jadi Syibhul majhul adalah menyerupai kata kerja pasif. Yang dimaksudkan/termasuk syibhul majhul ada dua yaitu: 1. 2. Isim maful Isim yang bersambung dengan ya nisbah (yang menujukan arti turunan, atau bangsa)

Keduanya memiliki naibul fail seperti fail majhul, Contoh: Dia terpuji akhlaknya = Dia (pr) terpuji akhlaknya = Anak itu turunan arab ayanya = Kata-kata mahmudun dan mahmudah adalah isim maful (syibhul majhul. Kata khulquhu menjadi naibul failnya. Kata-kata yang dapat menjadi naibul fail Maful bih, contoh : anjing dipukul = Zoraf, contoh : dijalani sehari penuh = Masdar, contoh : dimandikan di sungai =

2.2.

Ada empat macam yang menjadi na-ibul fail yaitu: 1. 2. 3.

Kata al-kalbu, pada contoh 1, menjadi maful bih dalam kalimat aktif, dalam mansub setelah dimajhulkan, maka menjadi Naibul Fail dan Marfu. Kata bihi isim majrur,manjadi na-ibul fail dari furiha. Kata yawmun, zoraf, menjadi naibul fail dari musyiya. Kata ightisa-lun adalah masdar menjadi na-ibul fail dari ughtusila. Hukum na-ibul fail Harus rafa, contoh Na-ibul failharus ada artinya dimana ada fiil majhul maka harus ada na-ibul failnya. Na-ibul fail harus terletak sesudah fiil, berarti bila didahului oleh isim, maka na-ibul

2.3. 1. 2. 3.

fiilnya terdiri dari dlomir.

Conttoh : a. b. c. d. Ahmad sudah dinasihati = aisyah sudah dinasehati = Anak-anak itu akan dipukul = Orang-orang islam di ajak = Fiil harus tetap dalam bentuk mufrad (tunggal) walaupun na-ibul failnya terdiri

Pada contoh (a&b) na-ibul failnya terdiri dari dlomir mustatir ditakdirkan atas hua dan ha. 4.

darimutsana (dua atau jamak). Contoh: a. b. c. d. 5. Kedua anak itu dijumpai di jalan Kedua anak dijumpai = Orang-orang islam telah dipanggil = Orang-orang islam akan dipanggil = Harus ditaniskan fiilnya bila na-ibul failnya muanats (perempuan).

Contoh: a. b. c. 6. Sapi sudah disembelih = Sapi akan disembelih = Muslimat-muslimat sedang dinasehati = Boleh dibuang fiilnya dengan tepat fail na-ibul failnya seperti pada jawaban kalimat,

contoh: Apa yang dipukul . .? anjing = Siapa yang diajak . .? muhammad = Kata kata al-kalbu dan muhammad adalah na-ibul fail dari fiil majhul yang dibuang. Taqdimnya seharusnya sebab: 1. 2. Anjing dipukul = Muhammad diajak = Maful bih menggantikan Fail di dalam semua hukumnya. Seperti contoh: NIILA KHOURU NAA-ILI=anugerah terbaik telah diperoleh . KETERANGAN: Naibul Fail adalah Isim yg dirofakan baik secara lafzhan atau mahallan, menggantikan dan menempati tempatnya fail yg dibuang dan fiilnya dibina Majhul. Baik isim yg menggantikan itu asalnya berupa Maful bih atau serupanya semisal Zhorof, Masdar, Jar-majru dll. Dengan demikian pembuangan Fail dalam hal ini menimbulkan dua keputusan: 1. Merubah Fiilnya ke bentuk Majhul 2. Menempatkan Pengganti Fail pada posisi Fail beriku hukum2nya sebagaimana telah disebutkan dalam Bab Faail semisal harus Rofa, harus berada setelah Fiilnya, sebagai subjek pokok kalimat, hukum tanits pada fiilnya, dll.

Dhommahkan huruf pertama Kalimah Fiil (Mutlak, baik Madhi atau Mudhari yg dibentuk Majhul). Dan kasrohkan huruf yg bersambung dengan akhir (yakni, huruf sebelum akhir) pada Kalimah Fiil Madhi seperti contoh: WUSHILA Dan jadikanlah huruf sebelum terakhir dari Fiil Mudhari dengan berharkat Fathah, demikian seperti YANTAHII diucapkan menjadi YUNTAHAA. KETERANGAN: Telah disebutkan bahwa syarat Naaibul Faail adalah Fiilnya harus dibentuk Mabni Majhul. Caranya sebagai berikut: 1. Apabila Fiil Madhi, maka huruf awal didhammahkan dan huruf sebelum akhir dikasrahkan. Contoh :

FUTIHA BAABUR-RIZQI = pintu rezki telah dibuka SYURIBA AL-ASALU = madu telah diminum 2. Apabila Fiil Mudhari, maka maka huruf awal didhammahkan dan huruf sebelum akhir difathahkan. Contoh: YUHTAROMU AL-AALIMU = orang alim dihormati YUTAALLAMU ANNAHWU = ilmu Nahwu dipelajari Huruf kedua yang mengiringi Ta Muthowaah, jadikanlah seperti huruf yg pertama dengan tanpa pertentangan (yakni sama-sama dikarkati Dhommah). Huruf ketiga dari fiil yg ber-hamzah washal, juga jadikanlah seperti huruf yg pertama (yakni sama-sama dikarkati Dhommah) Seperti contoh: USTUHLIY. KETERANGAN: Lanjutan dari bait sebelumnya tentang menjadikan Fiil Mabni Majhul: Apabila kalimah fiil diawali dengan Ta Muthowaah atau Ta zaidah semisalnya, maka huruf pertama dan kedua diharkati Dhommah. Contoh: TUULLIMA ANNAHWU = ilmu nahwu dipelajari Dan Apabila kalimah fiil diawali dengan Hamzah Washal, maka huruf pertama dan ketiga diharkati Dhommah. Contoh:

USTUHLIY ASY-SYAROOBU = minuman didapati manis Harkatilah Kasroh atau dibaca Isymam terhadap FA Fiil Tsulatsi Mutal Ain. Adapun Dhommah datang semisal BUUA demikian dimaafkan. KETERANGAN: Kelanjutan dari bait sebelumnya perihal membuat Fiil Mabni Majhul: Apabila berupa Fiil Madhi tiga huruf (Tsulatsi) yg ain fiilnya terdiri dari huruf illat baik wawu atau ya (Mutal Ain), maka boleh dibaca tiga jalan: 1. Dibaca Kasrah, huruf illat digant ya, contoh: SHIIMA ROMADHOONU = Bulan Ramadhan dipuasai (Bulan Ramadhan dijadikan waktu berpuasa) 2. Dibaca Isymam, suara harkat antara Dhommah pendek dan Kasroh panjang dengan berurutan secara cepat. Contoh QUIILA dan GHUIIDHA bacaan qiroah sabah pada ayat berikut: Dan difirmankan: Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah, dan airpun disurutkan 3. Dibaca Dhammah (bacaan paling dhaif), huruf illat diganti wawu seperti BUUU. contoh dalam syair: # Jika ditakuti ada kesamaran pada suatu syakal/corak, maka syakal demikian harus dihindari. Dan corak yg ada pada lafal BAAA terkadang dijadikan pertimbangan untuk lafazh semisal HABBA. KETERANGAN: Perihal corak bacaan antara Isymam , Dhommah , dan Kasroh pada kalimah Fiil Madhi Tsulatsi Mutal Ain yg musnad pada Dhamir TA Mutakallim, TA Mukhotob atau Nun Niswah, ketika dibentuk MABNI MAJHUL. JIKA DITAKUTI ADA KESAMARAN PADA SUATU SYAKAL, MAKA SYAKAL DEMIKIAN HARUS DIHINDARI (Ibnu Malik). Semisal BITU ketika dibentuk Mabni Majhul , huruf pertama boleh dibaca Dhommah atau Isymam: BUTU atau BUITU. Jangan dibaca Kasroh: BITU karena takut terjadi kesamaran antara mana yg Mabni Malum dan mana yang Mabni Majhul. Dan semisal SUMTU ketika dibentuk Mabni Majhul , huruf pertama boleh dibaca Kasroh atau Isymam: SIMTU atau SUIMTU. Jangan dibaca Dhommah : SUMTU karena takut terjadi kesamaran antara mana yg Mabni Malum dan mana yang Mabni Majhul.

Demikian menurut Mushannif tentang keharusan menghindari dari kesamaran syakal, dan beliau menjelaskan dalam Syarah Al-Kafiyah bahwa pendapatnya tidaklah bertentangan dengan pendapat Imam Sibawaihi yg membolehkan secara mutlak penggunaan tiga corak bacaan diatas. Imam Sibawaihi berpendapat bahwa mereka dapat membedakannya secara takdiran antara Mabni Fail dan Mabni Maful baik Isim atau Fiil seperti lafal MUKHTAARUN dan TUDHOORRO. Oleh karenanya menghindari Iltibas/kesamaran dalam hal ini tidaklah wajib. Apabila kalimah Fiil Madhi Tsulatsi berupa Bina Mudhoaf, semisal ADDA, maka ketika dibentuk mabni Majhul boleh dibaca dengan tiga corak bacaan seperti BITU, yakni yang paling rojih dibaca Dhommah menjadi UDDA, atau dibaca Isymam UIDDA ,atau dibaca kasroh IDDA. Hukum bacaan (Dhommah, Kasroh, Isymam) bagi Fa Fiil lafaz BAAA, berlaku juga bagi Huruf sebelum Ain Fiil pada lafaz IKHTAARO dan INQAADA dan lafaz yg nampak serupanya. KETERANGAN: Lanjutan dari bet sebelumnya Apabila Fiil Madhi yg mutal Ain tsb mengikuti wazan IFTAALA atau INFAALA, maka ketika dibentuk Mabni Majhul, huruf sebelum Ain Fiiln ya boleh dibaca DHOMMAH, KASRAH dan ISYMAM. Lebih baik dibaca Kasrah apabila Mutal Ain Yaiy dan dibaca Dhommah apabil Mutal Ain Wawiy. Contoh Mutal Ain yang Wawiy: INQAADA AT-THULLABU LIL MUALLIMI = murid-murid itu patuh pada gurunya Dibentuk Mabni Majhul yg terbaik dibaca Dhommah : UNQUUDA LIL MUAALLIMI = gurunya itu dipatuhi atau dibaca Kasroh: INQIIDA LIL MUAALLIMI = gurunya itu dipatuhi Atau dibaca Ismam UNQUIIDA LIL MUAALLIMI = gurunya itu dipatuhi ============ Contoh Mutal Ain yang Yaiy: IKHTAARO AL-MUALLIMU ALIYYAN = Guru itu memilih Ali Dibentuk Mabni Majhul yg terbaik dibaca Kasroh : IKHTIIRO ALIYYUN = Ali dipilih

atau dibaca Dhommah: UKHTUURO ALIYYUN = Ali dipilih Atau dibaca Ismam UKHTUIIRO ALIYYUN = Ali dipilih Lafazh yang dapat menerima pergantian (sebagai Naibul Fail) yg berupa Zhorof, Masdar atau Jar-Majrur, adalah layak (dijadikan Naibul Fail). KETERANGAN: Disebutkan pada bait pertama bahwa Maful Bih menggantikan Fail yg tidak dihadirdkan, yakni sebagai Naibul Fail. Selain Maful Bih ada lagi lafazh serupanya yg layak dijadikan Naibul Fail, yaitu Zhorof, Masdar dan Jar-Majrur, dengan ketentuan memenuhi syarat sebagai pengganti: Syarat lafazh ZHOROF yang layak dijadikan Naibul Fail adalah harus Mutashorrif dan Mukhtash: 1. MUTASHORRIF (Dapat berubah-rubah). Yakni, bukan terdiri dari lafazh yg khusus dinashobkan sebab Zhorfiyah saja semisal SAHARO, dan atau boleh majrur hanya oleh huruf MIN saja semisal INDAKA. Sebab kalau dijadikan Naibul-Fail, maka akan menjadi Rofa dan ini menyalahi ketentuan Bahasa Arab yg telah memberlakukan khusus semisal pada dua lafazh tersebut diatas. 2. MUKHTASH (tertentu), yakni bukan terdiri dari lafazh MUBHAM/samar. Karena mengakibatkan kalam menjadi tidak mufid, cara agar menjadi Mukhtash/tertentu adalah dengan dimudhafkan, disifati, atau sebagainya. Contoh:

SHIIMA YAUMUL KHOMIISI = hari kamis dipuasakan (puasa kamis) Lafazh YAUMU mutashorrif dan menjadi mukhtash sebab mudhaf. JULISA WAQTUN THOWIILUN = waktu yg panjang didudukkan (duduk lama) Lafazh WAQTUN mutashorrif dan menjadi mukhtash sebab disifati. SHIIMA ROMADHOONU = bulah Ramadhan dipuasakan (puasa ramadhan) Lafazh ROMADHOONU mutashorrif dan menjadi mukhtash sebab Alamiyyah/Isim Alam. ===== Syarat lafazh MASDAR yang layak dijadikan Naibul Fail, juga harus Mutashorrif dan Mukhtash:

1. MUTASHORRIF (Dapat berubah-rubah). Yakni, bukan terdiri dari lafazh yg khusus dinashobkan sebab Masdariyah saja semisal SUBHAANALLAHI dan MAAADZALLAAHI. Sebab kalau dijadikan Naibul-Fail, maka akan menjadi Rofa dan ini menyalahi ketentuan Bahasa Arab yg telah memberlakukan khusus semisal pada dua kalimat tersebut diatas. 2. MUKHTASH (tertentu), yakni bukan terdiri dari lafazh MUBHAM/samar. Karena mengakibatkan kalam menjadi tidak mufid, cara agar menjadi Mukhtash/tertentu adalah dengan dimudhafkan, disifati, atau sebagainya, yg dapat menunjukkan bilangannya atau jenisnya. Contoh: QURIA QIROOATUN SHOHIIHATU = bacaan yg benar telah dibacakan Lafazh QIROOATUN mutashorrif dan menjadi mukhtash sebab disifati yg menunjukkan jenisnya. DHURIBA DHORBUN WAAHIDUN = satu pukulan telah dipukulkan Lafazh DHORBUN mutashorrif dan menjadi mukhtash sebab disifati yg menunjukkan bilangannya. JULISA JULUUSUL-KHOOIF = duduknya orang takut telah didudukkan (duduk gelisah) Lafazh JULUUSUN mutashorrif dan menjadi mukhtash sebab mudhaf yg menunjukkan jenisnya. ===== Syarat JAR-MAJRUR yang layak dijadikan Naibul Fail adalah huruf JAR MUTASHORRIF, MAJRUR MUKHTASH dan JAR GHAIRU TALIL 1. JAR MUTASHORRIF (Dapat berubah-rubah). Yakni, bukan terdiri dari huruf Jar yg khusus men-Jar-kan lafazh tertentu, semisal MUDZ/MUNDZU khusus menjarkan pada isim zaman, RUBBA khusus menjarkan pada isim nakirah, HURUF QOSAM khusus menjarkan pada lafaz sumpah. Dan sebagainya. 2. MAJRUR MUKHTASH (tertentu), yakni bukan terdiri dari lafazh majrur yg MUBHAM/samar. Karena mengakibatkan kalam menjadi tidak mufid, cara agar menjadi Mukhtash/tertentu adalah dengan dimudhafkan, disifati, dimakrifatkan atau sebagainya. 3. JAR GHAIRU TALIL (sebab/alasan), yakni bukan terdiri dari huruf Jar yg menunjukkan talil/sebab alasan, semisal huruf LAM, huruf BA, MIN oleh karenanya menurut jumhur nuhat Maful Liajlih tidak layak dijadikan Naibul Fail. Contoh: JULISA FII AL-MASJIDIL-JAAMI = masjid jami/masjid yg besar diduduki

Lafazh FII huruf jar yg mutashorrif, lafazh AL-MASJIDI mukhtash sebab disifati. JARMAJRUR mahal rofa sebab Naibul Fail, atau MAJRUR mahal rofa dan huruf JAR zaidah.

FURIHA BI INTISHOORI AL-MUSLIMIINA = kemenangan Muslimin digembirakan Lafazh BI huruf jar yg mutashorrif, lafazh INTISHOORI mukhtash sebab mudhof. JARMAJRUR mahal rofa sebab Naibul Fail, atau MAJRUR mahal rofa dan huruf JAR zaidah.

BAB III PENUTUP

A. 3.1

Kesimpulan Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa nai-ibul fail itu adalah kata kerja pengganti pelaku, sedangkan fiil majhul merupakan kata kerja pasif. Ada beberapa hukum na-ibul fail yaitu: 1. Harus rafa 2. Naibul fail harus adamakna dimana dari fiil majhul. 3. Na-ibul fail harus terletak sesudah fiil. 4. Fiil harus tetap terletak dalam bentuk mufrad (tunggal) walaupun na-ibul fiilnya terdiri dari mutsana (dua ataujamak) 5. Harus ditataniskan fiilnya bila na-ibul failnya muanats (perempuan) 6. Boleh dibuang fiilnya dengan tetap fail pada na-ibul failnya. 7. Naibul Fail adalah isim yang dibaca rafa yang mengganti kedudukan fail dan naibul fail itu dibagi dua yaitu terdiri dari isim dlomir dan dhohir. Isim dlomir itu sendiri di bagi dua yaitu dlomir mutasil dan munfasil dan isim dhohir itu dibagi tiga yaitu terdiri dari isim mufrod, isim jamak, dan isim tasniyah dan sebab sebab membuang fail adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. / 7. 8. Sedangkan untuk membuat fiil mabni majhul adalah bila terdiri dari fiil madli maka huruf pertama di baca dlomir dan huruf sebelum ahir dibaca kasroh, dan jika terdiri dari fiil mudlorik maka huruf pertama dibaca dlomir dan huruf sebelum ahir dibaca fathah dan lafadz lafadz yang bisa dijadikan naibul fail itu ada empat yaitu: 1. Maful bih 2. masdar 3. jer majrur 4. dhorof.

3.2

Saran

Demikian makalah kami ini, kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari kesempurnaan, dengan demikian kami sanagat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca, demikian semoga bermanfaat

DAFTAR PUSTAKA

1. Muhamamad, Abubakar. 1982. Tata Bahasa, Bahasa Arab. Surabaya: AL-Ikhlas Ustadz Leo Kasurif, Ringkasan Nahwu pak Kasurif ( 2008). 2. Syaikh Mustofa As Saqo, Terjemah matan Jurumiyah Soal Jawab, (1996) 3. M. Maftuhin Sholeh Nadwi, Terjemah Alifiyah Ibnu Malik (Putra Jaya Surabaya 1986) 54. 4. Ibid, 1986 5. Ibid, 1986 6. Syaikh Mustofa As Saqo, Terjemah matan Jurumiyah Soal Jawab, (1996) 56

TUGAS MAKALAH INDIVIDU

BAHASA ARAB
(MAFUL-BIH)

DISUSUN OLEH : WA ODE SARIFA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SYARIF MUHAMMAD RAHA 2013 / 2014

Anda mungkin juga menyukai