Dosen Pengampu :
Oleh :
Kelompok 13
Muhammad Fachri Fahrezi
Aceng Ali Murtadho
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang maha pengasih tak pilih kasih , yang maha penyayang
penebar kasih sayang. Sholawat serta Salam mari kita haturkan kepada Baginda
Nabi Muhammad SAW. Seterusnya terima kasih kepada pihak pihak yang telah
membantu dan memberikan saran dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan
dari kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dalam bertingkah
laku atau bersikap selanjutnya.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................3
BAB I PEMBUKAAN
A.Latar Belakang.........................................................................4
B.Rumusan Masalah....................................................................4
C.Tujuan.......................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Fi’il Menurut Disebut Tidaknya Fa’il……………………… 6
B.Macam-Macam/Pembagian fiil Fi`il Mabni Lil Ma`lum Dan
Majhuul...........6
C. Definisi Na`ibul
Fa`il………………………………………...9
DAFTAR PUSTAKA......................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ilmu nahwu dan shorof merupakan ilmu yang paling penting untuk
dipelajari dan di fahami bagi kaum muslim, sebab jika seorang muslim
tidak bisa memahami kedua ilmu ini akan sulit untuk membaca kitab al-
Qur’an,kitab kuning dan akan sulit untuk berbicara bahasa arab.
Mempelajari ilmu nahwu dan shorof merupakan suatu kewajiban
bagi setiap muslim yang menganggap Al-Qur’an adalah pedomannya
karena Al-Qur’an diturunkan berbentuk bahasa arab yang tidak ada
harkatnya.
Dan untuk bisa mempelajari dan memahami Al Qur’an diperlukan
sebuah ilmu ( Shorof dan Nahwu ) yang erat kaitannya mengenai
penafsiran tiap kata dalam Al Qur’an ataupun dalam Al Hadist sehingga
maksud dan tujuan – Nya bisa kita pahami.
Ilmu Nahwu disebut bapak Ilmu, sedangkan Ilmu Shorof disebut
induk segala Ilmu sebab ilmu Shorof itu melahirkan bentuk setiap
kalimat, sedangkan kalimat itu menunjukkan bermacam-macam ilmu.
Kalau tidak ada kalimat lafadz, tentu tidak akan ada tulisan. Tanpa
tulisan sukar mendapatkan ilmu.
B.Rumusan Masalah
1.Pengertian Fiil Yang Dilihat Dari Penggunaan Fa`il Atau Tidaknya
2.Macam-Macam/Pembagian Fiil Yang Dilihat Dari Penggunaan Fa`il
Atau Tidaknya
3.Macam-macam Tandanya Fii
4
C.Tujuan
1.Mengetahui Pengertian Fiil Yang Dilihat Dari Penggunaan Fa`il Atau
Tidaknya
2.Mengetahui Macam-Macam/Pembagian Fiil Yang Dilihat Dari
Penggunaan Fa`il Atau Tidaknya
3.Mengetahui Definisi Dari Na`ibul Fa`il
5
BAB II
PEMBAHASAN
Fi’il –menurut disebut tidaknya fa’il- terbagi menjadi dua: mabni lil ma’lum –
mabni lil majhul.
Fi’ilmabni lil ma’lum adalah setiap fi’il yang disebutkan bersamanya fa’il.
Contoh:
Fi’il mabni lil majhul adalah setiap fi’il yang dihapus fa’ilnya dan posisinya
ditempati oleh maf’ul bih dan dinamakan naibul fa’il.
Contoh:
قُرَئ النَّبَُأ
ِ
6
Berita itu telah dibaca.
Ketika menjadi mabni lil majhul bentuk fi’il berubah, perubahan tersebut seperti
berikut ini:
– Fi’il madhi dijadikan majhul dengan mengkasrahkan huruf sebelum terakhir dan
mendhammahkan semua huruf sebelumnya yang berharakat.
Contoh:
Contoh:
7
Contoh:
– Apabila huruf sebelum terakhir wawu atau ya’, maka diubah menjadi alif.
Contoh:
Alasan penulis kurang tepat, lebih tepatnya ‘karena perintah harus jelas siapa yang
diperintah’.
8
Naibul Fail adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il majhul
dan menempati posisi fa’il yang telah dihapus. Dihapusnya fa’il
bisa karena fa’il sudah maklum diketahui atau karena belum
diketahui atau karena takut kepada fa’il atau karena
mengkhawatirkan fa’il.
Contoh:
BAB III
PENUTUP
9
Kesimpulan
Perbedaan antara fi’il ma’lum dan majhul dari segi lafadznya tidak perlu
dijelaskan secara panjang lebar lagi karena sudah dijelaskan
sebelumnya.
Dari segi makna fi’il ma’lum dan majhul bisa disamakan dengan konsep
kata kerja aktif dan pasif. Fi’il ma’lum sama dengan kata kerja aktif dan
fi’il majhul sama dengan kata kerja pasif yang apabila diterjemahkan
biasanya diawali “di”. Mari kita telaah kedua kalimat berikut:
Daftar pusaka
https://hahuwa.blogspot.com/2017/10/fiil-mabni-malum-dan-mabni-majhul.html
file:///C:/Users/lenovo/Downloads/MULAKHOS%20TERJEMAHAN%20(1).pdf
10