Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TAWABI’ LIL I’RAB

Di susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Qawaid Nahwu Takmili

Dosen Pengampu: Rifqi Junaidi M.Pd

Disusun oleh:

Eka Wildan Hidayat (22201015003)

Fakhira Nailufar Nur Faizah (22201015020)

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2023/2024
Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas segala nikmat dan karunia-Nya. Sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah Qawaid Nahwu Takmili tepat pada
waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah “Tawabi’ Lil I’rab”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada


Dosen Mata Kuliah Qawaid Nahwu Takmili yang telah memberikan ilmu kepada kami.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini. Kami jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan.

Malang, 7 Oktober 2023

Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 2

2.1 Na’at............................................................................................................... 2

a) Pembagian Na’at ...............................................................................2

b) Bentuk Na’at ...................................................................................... 3

c) Tujuan Na’at ....................................................................................... 5

2.2 Athaf............................................................................................................... 5

a) Pengertian Athaf................................................................................6

b) Macam-macam Athaf .......................................................................6

c) Rukun Dalam Bab Athaf....................................................................6

d) Huruf Athaf ........................................................................................ 7

e) Hukum Athaf...................................................................................................7

f) Perbedaan Athof Bayan dan Athof Badal ......................................7

2.3 Taukid.......................................................................................................... 8

a) Pengertian Taukid............................................................................... 8

b) Unsur Taukid...................................................................................... 9

c) Hukum Taukid ................................................................................... 9

d) Lafadz Taukid .................................................................................... 9

iii
e) Pembagian Taukid........................................................................................11

f) Menaukidi Taukid..........................................................................................13

2.4 Badal............................................................................................................. 14

a) Pengertian Badal................................................................................ 14

b) Istilah Dalam Bab Badal...................................................................15

c) Pembagian Badal................................................................................ 15

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 20

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa Arab merupakan bahasa yang sangat penting dipelajari terutama oleh kalangan
umat Islam, dengan mempelajari bahasa Arab berarti kita sedang mempelajari al- Qur'an
dan Hadits karena Al Qur'an dan Hadits di sajikan dalam bahasa Arab. Dengan menguasai
bahasa Arab kita akan mudah berkomunikasi dengan siapapun.

Belajar bahasa Arab tidak bisa dilepaskan dari qaidah- qaidah nahwu karena
merupakan grammer untuk bahasa Arab dan salah satunya mengenai tawabi' lil i’rab
Tawabi’ lil I’rab ialah isim yang mengikuti dengan kalimah sebelumnya dalam segi irobnya
secara Mutlaq. Tawabi’ lil I’rab terdiri dari Na’at, Athaf, Taukid, dan Badal. Empat unsur
tersebut akan kami jelaskan dalam makalah ini dengan Bahasa yang sederhana dengan
tujuan memberikan kemudahan kepada para pembaca khususnya bagi pemula, karena
seseorang akan bisa mengucapkan kalimat-kalimat Bahasa Arab dengan baik dan benar
jika bisa menguasai nahwu dan shorof dan semoga makalah ini menjadi panduan yang
bermanfaat untuk para pembaca.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tawabi’ lil mu’rab?


2. Apa saja yang termasuk tawabi’ lil mu’rab?
3. Apa saja tanda-tandanya?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian tawabi’ lil mu’rab


2. Untuk memahami apa saja yang termasuk tawabi’ lil mu’rab
3. Untuk mengetahui tanda-tanda tawabi’ lil mu;rab

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Na’at

a) Pengertian Na’at

‫َفالَّنْع ُت َتابٌع ُم ِتٌّم َم ا َسَبْق * ِبَو ْس ِمِه أْو َو ْس ِم َم ا ِبِه اْعَتَلْق‬


”Naat adalah tabi' yang menyempurnakan makna lafaz sebelumnya yang
menyangkut sifatnya atau sifat lafaz yang berta'alluq kepadanya”. 1
Na'at adalah isim yang mengikuti pada man'utnya (lafadz yang disifati) yang
berupa musytaq atau muawwal bil musytaq, yang berfaidah taudlih jika ma'ut berupa
isim ma'rifat, dan berfaidah tahsis jika man'ut berupa isim nakiroh. Na'at, sifat dan
washf sama maknanya, namun menurut sebagian pendapat ada perbedaan. Na'at husus
digunakan untuk sesuatu yang dapat berubah, seperti: ‫( َقاِئٌم‬yang berdiri), Sedangkan
sifat dan washf digunakan untuk perkara yang dapat berubah dan yang tidak berubah.
Oleh sebab itu sifat-sifat Allah tidak disebut dengan na'at2

b) Pembagian Naat

1. Na’at Hakiki
Yaitu na'at yang merofa'kan pada dhomir yang tersimpan Seperti ‫َر َأْيُت َزْيًدا اْلَع اِقَل‬
‫َج اَء َزْيُد اْلَع اِقُل‬
Hukumnya adalah, na'at (sifat) harus sesuai dengan man'ut (yang disifati) dalam 4
hal yaitu:
1) I’rabnya
Jika yang disifati i'robnya rofa', maka na'at juga harus dibaca rofa'. Begitu
juga ketika i'robnya nashob atau jar.

Contoh ‫ َج اَء َزْيُد اْلَع اِقُل‬، ‫ َر َأْيُت َزْيًدا َاْلَع اِقَل‬، ‫َم َر ْر ُت ِبَزْيٍد اْلَع اِقِل‬

1
Imam Maliki “alfiyah ibnu malik” bab naat bait 506-507
2
Shobban III,hal 56

vi
2) Ma’rifat atau nakirohnya
Jika man'utnya ma'rifat, maka na'at juga harus ma'rifat Begitu juga jika
man'utnya nakiroh maka na'at juga harus nakiroh.
Contoh: ‫ َج اَء َزْيُد اْلَع اِقُل‬، ‫َج اَء َر ُجٌل َعاِقُل‬
3) Mudzakkar atau muannatsnya
Na'at dan man'ut harus sesuai dalam mudzakkar atau muannasnya.
Contoh: ‫ َج اَء َر ُجٌل َعاِقُل‬، ‫ َج اَء َزْيُد اْلَع اِقُل َج اَء ْت اْمَر َأٌة َعاِقَلٌة‬، ‫َج اَء ْت َفاِط َم ُة اْلَع اِقَلُة‬
4) Mufrad, tastniyah atau jama’nya
Jika man'ut mufrod, maka na'at juga mufrod. Begitu juga jika man'utnya
tasniah atau jama' maka na'at harus menyesuaikannya.3
Contoh: ‫ َج اَء َزْيُد الَع اِقل‬، ‫َج اَء الَّز ْيَداِن اْلَع اِقاَل ِن‬

Namun terkadang na'at hakiki hanya sesuai dengan man'utnya dalam tiga hal;
yaitu ketika lafadz yang menjadi na'at bentuk mudzakkar dan muannasnya sama
Contoh ‫ َهَذ ا َر ُجٌل َص ُبْو ٌر‬،‫َهِذِه ِاْمَر َأٌة َص ُبْو ٌر‬
Biasanya hal tersebut hanya sesuai dalam dua hal, yaitu ketika lafadz yang
menjadi na'at bentuknya selalu mufrod muannas, atau selalu mufrod mudzakkar
Contoh ‫َهِذِه اْمَر َأٌة َع َصَبٌة َهَذ ا َر ُجٌل َع َصَبة‬

2. Na’at Sababi
Yaitu na'at yang merofa'kan pada isim dhohir yang mengandung dhomir yang
kembali pada man'ut (lafadz yang disifati) seperti ‫َج اَء الَّرُجُل اْلَع اِقل َاُبْو ُه‬
Hukumnya adalah, na'at (sifat) harus sesuai dengan man'ut (yang disifati) dalam
2 hal yaitu i'rob dan ma'rifat atau nakirohnya. Sedangkan untuk mudzakkar atau
muannas, dan mufrod, tasniah atau jama'nya tidak harus sesuai
contoh : ‫َم َر ْر ُت ِباْمَر َأَتْيِن َقاِئٍم َأُبوُهَم‬
Na'atnya mufrod mudzakkar, man'utnya tasniah muannas

c) Bentuk na’at

1. Musytaq yaitu lafadz yang menunjukkan arti pekerjaan sekaligus orang yang
melakukannya serta mengandung makna dan huruf-hurufnya fi'il yaitu:4

3
Asymawi,hal:32
4
Kawakib ad Duriyah II,hal:81

vii
1) Isim fail
Contoh ‫( َهَذ ا َر ُجٌل َض اِر ٌب‬ini adalah laki laki yang memukul)
2) Isim maf’ul
Contoh ‫( َهَذ ا ًرُجٌل َم ْض ُرْو ٌب‬ini adalah laki laki yang dipukul)
3) Isim sifat musytabihat
Contoh ‫( َر َأْيُت َر ُج اًل َحَس َن اْلَو جِه‬saya melihat laki laki yang tampan wajahnya)
4) Amtsilatul mubalaghoh
Contoh ‫( َهَذ ا َر ُجٌل َض َّرا ٌب‬ini adalah laki laki yang banyak memukul)
5) Isim tafdhil
Contoh ‫( َر َأْيُت َر ُج اًل َاْعَلَم ِم ْنَك‬ini adalah laki laki yang banyak memukul
2. Muawwal bi musytaq adalah lafadz yang dapat dita'wil dengan isim musytaq
yaitu lafadz yang jamid, yang dapat memberikan faidah maknanya lafadz
musytaq, serta mengandung maknanya fi'il namun tidak memuat huruf-
hurufnya yaitu:
1) Isim isyarah
selain isim isyaroh yang menunjukkan arti dzorof makan, yaitu ‫ ُثَّم ا‬dan
‫ُهّنَا‬
Contoh: ‫ َم َر ْر ُت ِبَزْيٍد َهَذ ا‬dapat dita’wil menjadi ‫َم َر ْر ُت ِبَزْيٍد َح اِض ٍر‬
2) Isim maushul
Syaratnya adalah maknanya sudah diketahui (ma'hud) terkecuali isim
maushul ‫ َم ْن مَا‬dan ‫َاٌّي‬
Contoh ‫ َم َر ْر ُت ِبَزْي ٍد اَّل ِذ ي َق اَم‬dapat dita’wil menjadi ‫( َم َر ْر ُت ِبَزْي ٍد اْلَم ْع ُل وٍم ِقَياُم ُه‬saya
berjalan bertemu dengan Zaid yang berdiri)
3) Lafadz ‫ ِذ ْي‬yang bermakna ‫صَاِحٍب‬
Contoh: ‫َم َر ْر ُت ِبَر ُج ٍل ِذ ى َم اٍل‬dapat dita’wil menjadi ‫( َم َر ْر ُت ِبَر ُج ٍل َص اِحِب َم اٍل‬saya
berjalan bertemu dengan zaid yang berdiri)
4) Nama-nama yang dinisbatkan
Contoh: ‫ َم َر ْر ُت ِبَر ُج ٍل ِد َم ْش ِقْي‬dapat dita’wil menjadi ‫( َم َر ْر ُت ِبَر ُج ٍل َم ْنُسْو ِب ِاَلْيَها‬saya
berjalan bertemu dengan laki-laki yang berasal dari damaskus)
5) Masdar
Syarat masdarnya fi’il tsulasi bukan masdar mim dan bentuknya harus
mufrod mudzakar.
Contoh:

viii
‫( َج اَء َر ُجٌل َع ْد ٌل‬telah datang seorang laki laki yang adil)
‫( َج اَء َر ُج اَل ِن َع ْد ٌل‬telah datang dua laki laki yang adil)
‫( َج اَء ِر َج اٌل َع ْد ٌل‬telah datang banyak laki laki yang adil)
‫( َج اَء ْت ِامَر َأٌة َع ْد ٌل‬telah datang seorang wanita yang adil)
Lafadz ‫ َج اَء َ َر ُجٌل َع ْد ٌل‬dapat dita’wil menjadi
‫( َج اَء َر ُجُل ُذ ْو َع ْد ٍل‬menurut Ulama Bashroh)
َ ‫( َج اَء َر ُجٌل َعاِد ٌل‬menurut ulama Kufah)
6) Jumlah Khobariyah dan sesamanya (dzorof dan jarr Majrur)
Syaratnya adalah man’utnya harus berupa isim nakirah
Contoh: ‫َج اَء َر ُجٌل َيْح ِم ُل اْلِكَتاب‬dapat dita’wil menjadi
‫(َج اَء َر ُجٌل َح اِم ُل اْلِكَتاَب‬telah datang laki laki yang membawa kitab)

d) Tujuan Naat

1) Taudlih (menjelaskan)
Jika man'ut atau lafadz yang disifati maʼrifat maka fungsinya na'at adalah untuk
menjelaskan pada lafadz yang disifati agar terhindar dari keserupaan.
Contoh ‫َج اَء َزْيٌد اْلَع اِلُم‬

Ketika diucapkan ‫( َج اَء َزْيٌد‬Zaid telah datang) maka jika ditempat atau daerah
tersebut ada beberapa Zaid, ada Zaid yang alim, yang jahil dll maka masih terjadi
keserupaan Zaid yang dating dan ketika disifati: ‫( َج اَء َزْيٌد اْلَع اِلُم‬Zaid yang alim telah
datang) maka keserupaan tersebut menjadi hilang.

2) Tahshis (menentukan)
Jika man'utnya nakiroh maka na'at berfungsi untuk tahshis, yaitu
meminimalkan isytirok.
Contoh : ‫َج اَء َر ُجٌل َش اِع ٌر‬

Ketika diucapkan: ‫( َج اَء َر ُج ٌل‬seorang laki-laki telah datang). maka terjadi


keserupaan. Mungkin yang dimaksud laki-laki penyair, petani, pegawai, pedagang
atau yang lain. Ketika disifati ‫ َج اَء َر ُجٌل َش اِع ٌر‬maka keserupaan tersebut menjadi hilang
dan tertentu pada laki-laki penyair, namun masih mencakup pada semua laki-laki
penyair

ix
2.1 Athaf

a) Pengertian Athaf
Pengertian Athaf dalam Nahwu adalah Tabi’ yang mengikuti matbu’nya dengan
kondisi tertentu. Kondisi ini tercermin dalam pembagian athf menjadi athaf bayan dan
athaf nasaq. Keduanya menjadi pembeda athof dengan tawabi’ lainnya.

b) Macam-macam Athaf
1) Athaf Bayan
Yaitu lafadz yang mengikuti pada matbu' dalam i'rob tanpa melalui perantara huruf
'athof, yang berfaidah menjelaskan pada matbu' jika berupa isim ma'rifat, dan
berfaidah tahsis pada matbu' jika berupa isim nakiroh.
Contoh:
‫( َج اَء َأُبو َح ْفٍص ُع َم ُر‬Telah datang Abu Hafs Yaitu Umar)
‫( ِم ْن َم اٍء َصِد يٍد‬dari air yaitu nanah)

2) A'thof bayan
Yaitu lafadz ‫ُع َم َر‬dan ‫َصِد يٍد‬i'robnya mengikuti matbuhnya yaitu lafadz ‫ َأُبو َح ْفٍص‬dan ‫َم ا‬
faidahnya taudlih, yaitu lafadz (menjelaskan) untuk contoh pertama, dan takhsisi
untuk contoh kedua.5

3) Athaf Nasaq
Yaitu lafadz yang i'robnya mengikuti pada matbu' (lafadz yang di ikuti), yang
diantara tabi' (yang mengikuti) dan matbu (yang di ikuti) terdapat salah satu dari
huruf 'athof.
Contoh:
‫= َقاَم َزْيٌد َو َع ْم ٌرو‬I’rab rofa’
‫= َر َأْيُت َزْيًدا َو َع ْم ًرا‬I’rab nashob
‫ = َم َر ْر ُت ِبَزْيٍد َو َع ْم ٍر و‬I’rab jar
‫ = َزْيُد َلْم َيُقْم َو َلْم َيْقُع ْد‬Irab jazm

I'robnya athof, baik athof bayan maupun athof nasaq, mengikuti pada i'robnya
lafadz yang di 'athofi (ma'thuf alaih).

c) Rukun Dalam Bab Athaf


Dalam bab athof tidak lepas dari:

1) Ma'thuf 'Alaih (matbu'/yang di ikuti)


2) Ma'thuf (tabi'/yang mengikut).

5
Asymawi,hal 33-kafrawi hal:84

x
3) Huruf Athaf

Ketiganya dijadikan sebagai rukun dalam bab 'athof nasaq.

Contoh ‫( َع ْم ٌرو َو َج اَء َزْيٌد‬Telah datang Zaid dan Umar)

d) Huruf Athaf 6

1) ‫( َو اُو‬dan)
2) ‫( َفاُء‬maka),
3) ‫ ُثَّم ا‬kemudian),
4) ‫( َاْو‬atau),
5) ‫( َاْم‬ataukah),
6) ‫( ِاَّم ا‬ataukah),
7) ‫( َبْل‬melainkan),
8) ‫( َال‬tidak),
9) ‫( َلِكَّن‬tetapi),
10) ‫( َح َّتى‬sehingga) pada sebagian tempat

e) Hukum Athaf
I'robnya ma'thuf (lafadz yang di athofkan) mengikuti i'robnya ma'thuf alaih
(lafadz yang di athofi). Apabila ma'thuf alaihnya dibaca rofa', maka ma'thufnya juga
dibaca rofa'. Begitu juga ketika ma'thuf alaihnya dibaca nashob, jarr atau jazm, maka
ma'thuf mengikuti i'robnya ma'thuf alaih tersebut.

Contoh:

‫( َقاَم َزْيٌد َو َع ْم ٌرو‬telah berdiri zaid dan umar)

‫( َر َأْيُت َزْيًدا َو َع ْم ًرا‬saya melihat zaid dan umar)

‫( َم َر ْر ُت ِبَزْيٍد َو َع ْم ٍر‬saya lewat bertemu dengan zaid)

‫( َزْيُد َلْم َيُقْم َو َلْم َيْقُع ْد‬Zaid tidak berdiri dan tidak duduk)

f) Perbedaan Antara Athaf Bayan dan Athaf Badal


1) 'Athof bayan tidak boleh berupa dhomir, begitu juga matbu'nya, lain halnya
badal, diperbolehkan.
2) 'Athof bayan harus menyamai mubayyannya (matbu'nya) dalam ma'rifat dan
nakiroh, lain halnya badal.

6
Tasywiqul Kholan,hal 178-asymawi,hal:33

xi
3) 'Athof bayan hukum dimaksudkan pada mubayyannya (matbu’nya)buka pada
athof bayan,lain halnya badal bahwa hukum dimaksudkan padanya
4) (matbu'nya) bukan pada 'athof bayan, lain halnya badal
5) 'Athof bayan tidak boleh berupa jumlah, ismiyyah atau fi'liyyah, lain halnya
badal boleh.
6) 'Athof bayan tidak boleh matbu'nya berupa jumlah fi'liyyah atau ismiyyah, lain
halnya badal boleh.

2.2Taukid

a) Pengertian Taukid
Menurut istilah Nahwu, taukid adalah:
‫الَّتْو ِكْيُد َتاِبُع ِلْلُم َؤ َّكِد ِفي َر ْفِعِه َو َنْص ِبِه َو َخ ْفِضِه َو َتْع ِريِفه‬
“Taukid itu mengikuti kepada lafaz yang di taukid-kan dalam hal rafa, nashab,
khofad, dan ta'rif (ke-ma'rifatannya)"7

Secara sederhananya taukid adalah tabi’ yang berfungsi menghilangkan


kemungkinan, keraguan, atau anggapan yang salah/tidak semestinya.
Contoh ‫ جاَء علٌّي علٌّي‬artinya Ali, Ali datang atau ‫ جاَء علٌّي َنْفُس ُه‬artinya Ali sendiri
(yang) datang.

Ketika hanya diucapkan ‫ جاَء علٌّي‬saja, maka kalam tersebut masih


mengandung, kemungkinan, pengingkaran atau kesamaran, apakah yang datang
itu asisten, surat atau yang lainnya dari Ali. Sehingga butuh konfirmasi atau
penguatan.

Untuk tujuan itu, diulang lah lafazh ‫ علٌّي‬atau didatangkan lah ‫َنْفُس ُه‬
setelahnya. Keduanya itu disebut muakkid, artinya sebagai konfirmasi bahwa
yang datang itu Ali sendiri sekaligus menghilangkan anggapan-anggapan
lainnya.8
b) Unsur taukid 9

7
Anwar, Moch. Ilmu nahwu terjemahan matan al jurumiyah dan imrity berikut penjelasannya. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2021.
8
Nahwu.Id diakses pada tanggal 06 Oktober 2023 dari https://nahwu.id/taukid/
9
Nahwu.Id diakses pada tanggal 06 Oktober 2023 dari https://nahwu.id/taukid/

xii
1) taukid (susunan kalimat yang terdiri dari muakkid dan muakkad)
Contohnya seperti ‫جاَء علٌّي َنْفُسه‬
2) Muakkid (yang menguatkan)
Seperti ‫َنْفُسُه‬
3) Muakkad (yang dikuatkan)
Seperti ‫علٌّي‬
c) Hukum taukid
Pada dasarnya muakkad ini harus isim ma’rifat bukan isim nakirah, akan
tetapi apabila muakkadnya isim nakirah, maka diperbolehkan dengan catatan
muakkadnya mufid. Mufid artinya berfaidah. Faidah ini didapatkan dengan
pembatasan (mahdud) pada kenakirahannya dan lafazh muakkidnya memiliki
cakupan luas dan menyeluruh(‫)اإلحاطة والُّش مول‬.

Contoh taukid nakirah ‫ اْعَتَك ْفُت ُأْس ُبْو عًا كَّلُه‬artinya Saya itikaf seminggu penuh.
Lafazh ‫ ُأْس ُبْو عًا‬meskipun nakirah, namun kenakirahannya memiliki batas; 7 hari.
Sementara ‫ ُك ُّل‬artinya menyeluruh atau penuh. Jadi tarkib taukid ini bisa
dibenarkan karena memenuhi syaratnya.
d) Lafadz taukid10
1) Lafaz nafsu (diri)
Contoh: ‫َج اَء زيد َنْفُسُه‬
Zaid telah datang sendiri
2) Lafaz 'ain (diri)
Contoh: ‫َج اَء َزْيُد َع ْيُنُه‬
Zaid telah datang sendiri
3) Lafaz kullu (semua)
Contoh: ‫َج اَء اْلَقْو ُم ُك ُّلُهْم‬
Kaum itu telah datang semuanya
4) Lafaz ajma'u (seluruh)
Contoh: ‫َج اَء اْلَقْو ُم َاْج َم ُعْو َن‬
Kaum itu telah datang seluruhnya
5) Lafaz yang mengikuti ajma'u, yaitu: akta'u, abta'u, absa'u
(maknanya sama dengan ajma'u atau ajma'in)
10
Anwar, Moch. Ilmu nahwu terjemahan matan al jurumiyah dan imrity berikut penjelasannya. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2021.

xiii
contoh: ‫َج اَء اْلَقْو ُم َاْج َم ُعْو َن َاْك َتُعْو َن َاْبَتُعْو َن َأْبَص ُعوَن‬

Faedahnya memakai lafaz-lafaz tersebut adalah untuk menambah maksud


taukid taukid agar tidak diragukan
Seperti perkataan:
‫َقاَم َزْيُد َنْفُسُه‬ = Zaid telah berdiri sendiri
‫َر َأْيُت اْلَقْو َم ُك َّلُهْم‬ = Aku telah melihat kaum itu semuanya
‫ = َم َر ْر ُت ِباْلَقْو ِم َأْج َم ِع يَن‬Aku telah bersua dengan seluruh kaum itu

e) Pembagian taukid 11

1) Taukid lafdzhi
Taukid lafdzi adalah bentuk taukid dengan cara mengulang lafazh itu
sendiri(muakkad) atau mendatangkan lafazh yang
semakna(sinonim/muradif).

Pengulangan itu bisa terjadi dalam semua kalimah, yaitu isim, fi’il dan
huruf. Dalam kalimah isim, baik berupa isim zhahir atau dhamir.
- Contoh taukid lafdzi dengan pengulangan lafazh yang sama berbentuk
isim zhahir seperti:
‫َج اَء َزْيٌد َزْيٌد‬

- Contoh taukid isim dhamir dalam Q.Surah Al -‘Araf :19 dan Al-Baqarah:
35
‫َيا آَد ُم اْس ُك ْن َأْنَت َو َز ْو ُجَك اْلَج َّنة‬
“…Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga…”

- Contoh dari pengulangan fi’il:


‫جاَء جاَء علٌّي‬

- Contoh dari pengulangan huruf:


‫ ال أبوُح بالسّر‬،‫ال‬

11
Nahwu.Id diakses pada tanggal 07 Oktober 2023 dari https://nahwu.id/taukid/

xiv
- Pengulangan dalam contoh jumlah ismiyah dan fi’liyah
‫َع ِلٌّي ُم ْج َتِهٌد َع ِلٌّي ُم ْج َتِهٌد‬
‫َج اَء اْلَفَتى َج اَء اْلَفَتى‬

- Contoh taukid lafdzi dengan lafazh muradif, misalnya:


‫َج اَء َلْيٌث أَس ٌد‬
Antara laits dan asad lafazhnya berbeda tapi artinya sama; harimau.

2) Taukid maknawi
Taukid maknawi adalah taukid yang menambahkan lafazh:
‫ ِك ْلَتا‬,‫ ِكال‬, ‫ ُك ّل‬,‫ َعاَّم ة‬,‫ َعْين َجِم ْيع‬,‫َنْفس‬

Penggunaan taukid maknawi ini mengharuskan lafazh-lafazh tersebut


diidhafahkan dengan isim dhamir yang sesuai dalam mufrad, tasniah
jamknya dan muanntas-mudzakkarnya.

Contoh taukid maknawi:


‫ = َج اَء َزْيٌد َنْفُسُه‬Zaid sendiri yang datang
‫ = َج اَء َزْيَداِن أنُفسُهما‬Dua Zaid sendiri yang datang
‫ = رأيُت القوَم ُك َّلُهْم‬Saya melihat kaum, seluruhnya.
‫ = أحسنُت إلى ُفقراِء الَقْر َي ِة َع اَّمِتهم‬Saya melakukan kebaikan kepada fuqara’ desa
umumnya
‫ = جاَء الرجالِن ِكالُهما‬Dua lelaki itu datang, keduanya.
‫ = َج اَئْت الَم ْر أتاِن ِك ْلَتاُهَم ا‬Dua perempuan itu datang, keduanya.

Isim dhamir pada muakkid terdapat dhamir ha’ dengan berbagai


bentuknya yang menjadi mudhaf ilaih dan serasi dengan muakkadnya.

Dalam aplikasinya, diperbolehkan men-jerkan ‫النفُس‬ dan ‫العيُن‬


menggunakan huruf jar ba’ zaidah.

xv
Contoh ‫جاَء علٌّي بنفسِه‬. Dengan demikian irobnya ‫ نفِس‬dalam contoh tersebut
majrur lafzhi, marfu’ mahalan.

f) Menaukidi taukid
Taukid bisa dikuatkan lagi, istilah ini disebut ‫تقوية التوكيِد‬. Cara
membuatnya adalah dengan menambahakan ‫ َاْج َم ع‬setelah muakkid ‫ُك ّل‬. Antara
ajmau dan kullun ini juga harus serasi. Berikut kombinasinya:
‫كله أْج َم ع‬
‫كلها َجْمَع اء‬
‫كلهم أجمعيَن‬
‫كلهَّن ُج َم ع‬

Meskipun demikian, kadang ajma’u dan turunannya ini ditambahkan


tanpa didahului lafazh kullun sebagaimana dalam Q.S Shad:82 dan Al-Hijr:39
‫…“َو ُأَلْغ ِو َيَّنُهْم َأْج َم ِع يَن‬aku(Iblis) akan menyesatkan mereka semuanya”

Kata nazim:
‫ ُم نَك ِر َفَع ْن ُم َؤ ِّك د َخاَل‬# ‫ َفَيْتَبُع اْلُم َؤ ِّك ُد اْلُم ؤَّكدا ِفي َأْو ُج ِه اِإْل ْع َر اِب َو الَّتْع ِر يِف اَل‬# ‫َو َج اِئُر ِفي اِإْل ْس ِم َأْن ُيؤَّك َد‬
“Boleh pada isim dikukuhkan dan lafaz yang mengukuhkan harus
mengikuti lafaz yang dikukuhkannya dalam semua bentuk i'rab dan ta'rif
(ma'rifat)nya, tidak di-nakirah-kan karena ia terbebas dari lafaz yang
mengukuhkan”.

‫ َنْفٌس َو َع ْيُن ُثَّم ُك ِّل َأْج َم ُع‬# ‫َو َلْفُظُه اْلَم ْش ُهوُر ِفْيِه َأْر َبُع‬
“Lafaz taukid yang terkenal ada empat, yaitu: nafsu, 'ain, kullu, dan
ajma'u”.

‫ ِم ْن اْك َتَع َو اْبَتَع َو َأْبَص ًعا‬# ‫َو َغْيُرَها َتَو اِبُع َأِلْج َم َع ا‬
“Selain lafaz itu adalah mengikuti ajma'u, yaitu akta'u, abta'u dan abşa'u”.

2.3Badal

xvi
a) pengertian Badal
Menurut bahasa badal ialah ‫ الِع وض‬yaitu pengganti dan makna ini juga
terdapat dalam Q.S Al-Qalam:32:
‫َع َس ٰى َر ُّبَنا َأْن ُيْبِد َلَنا َخْيًرا ِم ْنَها‬
“Mudah-mudahan Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan
(kebun) yang lebih baik daripada itu.”

Sedangkan dalam istilah nahwu badal adalah:


‫لَبَدُل في االصطالح َتاِبٌع َم ْقُصْو ٌد ِباْلُح ْك ِم ِباَل َو اِس َطٍة‬
“Tabi’ yang dituju dengan hukum, tanpa perantara”.

Contohnya seperti:
‫ = واضُع النحِو اإلماُم علٌّي‬Peletak ilmu Nahwu adalah Sang Imam, Ali.

Ada 3 unsur dalam pengertian badal ini, yaitu:


1) Tabi’ artinya kalimah yang ikut matbu’ dalam i’rob
2) Maqshud bilhukmi artinya maksud/sasaran hukum
3) Bila Wasithah artinya tanpa perantara
Dalam contoh di atas terdapat sebuah hukum, yaitu peletak Nahwu.
Maqshud bilhukmi/hukum peletak Nahwu itu tidak diberikan kepada kata ‫اإلماُم‬.
Tapi dihukumkan kepada Ali Kwh. Kata Ali ini disebut badal, sementara yang
menjadi mubdal minhu adalah al Imam.

Contoh lainnya seperti


‫ = َأَك ْلُت الَّر ِغ ْيَف ُتْلُتُه‬Aku telah memakan roti itu sepertiganya (bukan semuanya)
Maksudnya, roti yang dimakan itu hanya sepertiganya. Lafaz sepertiga itulah
yang dimaksud dengan hukum (hukum makan). Lafaz sepertiga disebut badal
(pengganti), sedangkan lafaz ragif (roti) disebut mubdal minhu (yang
digantikan).12
b) Istilah dalam bab badal
- Badal artinya lafazh pengganti
- Mubdal minhu artinya lafazh yang digantikan
12
Anwar, Moch. Ilmu nahwu terjemahan matan al jurumiyah dan imrity berikut penjelasannya. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2021.

xvii
Contoh murakkab badal, ‫ = َس َطَع اَلقَم ُر ُنوُر ُه‬Bulan benderang, sinarnya.
badalnya adalah ‫ ُن وُر ُه‬dan mubdal minhu-nya adalah ‫اَلقَم ُر‬. Irobnya badal
mengikuti mubdal minhu, karena mubdal minhu rofa’ maka demikian juga badal
rofa’.13

c) Pembagian badal
Badal terbagi menjadi 4 macam diantaranya:
1) Badal syai' minasy syai' atau badal kul minal kul adalah badal (pengganti)
yang cocok dan sesuai dengan mubdal minhu (lafaz yang digantikan) dalam
hal makna.
Contoh:
‫ = َج اَء َزْيُد َأُخ وَك‬zaid telah datang, yakni saudaramu
Lafaz saudaramu menjadi badal dari lafaz Zaid. Antara lafaz saudara dan
Zaid itu cocok dan sesuai.14
Contoh badal kul min kul/ syai' minasy syai' dalam Q.S Al-Fatihah ayat 67:
‫اْهِد َنا الِّص َر اَط اْلُم ْسَتِقيَم ِصَر اَط اَّلِذ يَن َأْنَعْم َت َع َلْيِهم‬
“Tunjukilah kami jalan yang lurus; Jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat kepada mereka.”
Sirath menjadi badal dari mubdal minhu berupa asshiratha15

2) Badal Bakdlu Min Kul adalah badal yang merupakan juz atau bagian dari
mubdal minhu, baik bagiannya itu sedikit, atau setengah bahkan lebih dari
setengah asal tidak menyamai kepada mubdal minhu seutuhnya.
Contohnya seperti:
- ‫ = َج اَءِت الَقِبيلُة ُربُعها‬Kabilah/suku sudah datang, seperempatnya
badalnya ‫ ُربُعها‬dan mubdal minhu-nya ‫الَقِبيلُة‬. Sama-sama rofa’.
- ‫ = الكلمُة ثالثة أقساٍم اسٌم وفعٌل وحرف‬Kalimah itu ada tiga, isim, fiil dan huruf
Badalnya berupa ‫ اسٌم‬mubdal minhu ‫ثالثة‬
- ‫ = جاَء التالميُذ عشروَن منهم‬Murid-murid telah datang, 20 darinya.
badalnya ‫ عشروَن‬dan mubdalminhu-nya ‫التالميُذ‬

13
Nahwu.Id diakses pada tanggal 07 Oktober 2023 dari https://nahwu.id/badal/
14
Anwar, Moch. Ilmu nahwu terjemahan matan al jurumiyah dan imrity berikut penjelasannya. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2021.
15
Nahwu.Id diakses pada tanggal 07 Oktober 2023 dari https://nahwu.id/badal/

xviii
3) Badal Isytimá l yaitu lafaz yang mengandung makna bagian dari matbu'-nya,
tetapi menyangkut masalah maknawi (bukan materi)
Contohnya seperti
‫ = َنَفَعِنْي َزْيُد ِع ْلُم ُه‬Zaid telah bermanfaat bagiku yakni ilmunya
Lafaz ilmunya tercakup oleh Zaid.16

4) Badal gholath adalah badal yang berfungsi mengganti kesalahan lafazh yang
terlanjur diucapkan. Semacam meralat ucapan.
Contoh badal gholath ‫ التلميُذ‬، ‫ = جاَء المعِّلُم‬Guru sudah datang, eh murid.
Jadi yang datang adalah murid. Lafazh murid itu sebagai ralat dari
mengucapkan ‘guru’ yang sudah terlanjur diucapkan dan bukan yang
dikehendaki oleh pembicara.

16
Anwar, Moch. Ilmu nahwu terjemahan matan al jurumiyah dan imrity berikut penjelasannya. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2021.

xix
BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Menurut bahasa tawabi’ ‫ع‬D‫‌التواب‬merupakan bentuk Jama’ dari Lafadz tabi’ ‫تابع‬
yang artinya pengikut, yang mengikuti atau penganut. Jika dilihat dari Ilmu Shorof,
sighot lafazh Tabi’ merupakan sighot isim fail ‫ اسم فاعل‬dari fiil madli ‫ فعل مضي‬taba’a
‫ َتَبَع‬yang artinya mengikuti. Sedangkan menurut istilah tawabi’ adalah
‫ُهو االْس ُم الُم َش اِر ُك ِلَم ا َقْبَلُه ِفي إْع َر اِبِه ُم ْطَلًق‬
isim yang mengikuti dengan kalimah sebelumnya dalam segi irobya secara
mutlaq17

Tawabi’ I’rab ada 4 macam:


1) Athaf dalam ilmu nahwu adalah Tabi’ yang mengikuti matbu’nya dengan
kondisi tertentu. Kondisi ini tercermin dalam pembagian athf menjadi athf
bayan dan athf nasaq. Kedua kondisi itu sekaligus pembeda athof dengan
tawabi’ lainnya. Naat adalah Na'at adalah isim yang mengikuti pada
man'utnya (lafadz yang disifati) yang berupa musytaq atau muawwal bil
musytaq, yang berfaidah taudlih jika ma'ut berupa isim ma'rifat, dan
berfaidah tahsis jika man'ut berupa isim nakiroh. Na'at, sifat dan washf
sama maknanya, namun menurut sebagian pendapat ada perbedaan.
2) Na'at husus digunakan untuk sesuatu yang dapat berubah, seperti: ‫( َقاِئٌم‬yang
berdiri), Sedangkan sifat dan washf digunakan untuk perkara yang dapat
berubah dan yang tidak berubah. Oleh sebab itu sifat-sifat Allah tidak
disebut dengan na'at
3) Taukid adalah tabi’ yang berfungsi menghilangkan kemungkinan, keraguan,
atau anggapan yang salah/tidak semestinya.
Contoh ‫ جاَء علٌّي علٌّي‬artinya Ali, Ali datang atau ‫ جاَء علٌّي َنْفُس ُه‬artinya Ali
sendiri (yang) datang.
Taukid terbagi menjadi 2 diantaranya:

17
Nahwu.Id diakses pada tanggal 07 Oktober 2023 dari https://nahwu.id/pengertian-tawabi/

xx
a) Taukid lafdzi adalah bentuk taukid dengan cara mengulang lafazh
itu sendiri(muakkad) atau mendatangkan lafazh yang
semakna(sinonim/muradif). Contohnya seperti ‫َج اَء َزْيٌد َزْيٌد‬
b) Taukid maknawi adalah taukid yang menambahkan lafazh:
‫ ِك ْلَتا‬,‫ ِكال‬, ‫ ُك ّل‬,‫ َعاَّم ة‬,‫ َعْين َجِم ْيع‬,‫َنْفس‬.
Penggunaan taukid maknawi ini mengharuskan lafazh-lafazh
tersebut diidhafahkan dengan isim dhamir yang sesuai dalam
mufrad, tasniah jamknya dan muanntas-mudzakkarnya.
Contoh taukid maknawi:
‫ = َج اَء َزْيٌد َنْفُسُه‬Zaid sendiri yang datang
4) Badal adalah Tabi’ yang dituju dengan hukum, tanpa perantara.
Contohnya seperti ‫ = واضُع النحِو اإلماُم علٌّي‬Peletak ilmu Nahwu adalah Sang
Imam, Ali.
Badal terbagi menjadi 4 diantaranya:
a) Badal Syai' Minasy Syai' atau Badal Kul minal kul adalah badal
(pengganti) yang cocok dan sesuai dengan mubdal minhu (lafaz
yang digantikan) dalam hal makna.
Contohnya seperti ‫ = َج اَء َزْيُد َأُخ وك‬zaid telah datang, yakni saudaramu
b) Badal Bakdlu Min Kul adalah badal yang merupakan juz atau bagian
dari mubdal minhu, baik bagiannya itu sedikit, atau setengah
bahkan lebih dari setengah asal tidak menyamai kepada mubdal
minhu seutuhnya.
Contohnya seperti ‫ = َج اَءِت الَقِبيلُة ُربُعها‬Kabilah/suku sudah datang,
seperempatnya
badalnya ‫ ُربُعها‬dan mubdal minhu-nya ‫الَقِبيلُة‬. Sama-sama rofa’.
c) Badal Isytimá l, yaitu lafaz yang mengandung makna bagian dari
matbu'-nya, tetapi menyangkut masalah maknawi (bukan materi)
Contohnya seperti ‫ = َنَفَعِنْي َزْيُد ِع ْلُم ُه‬Zaid telah bermanfaat bagiku yakni
ilmunya. Lafaz ilmunya tercakup oleh Zaid.
d) Badal Gholath adalah badal yang berfungsi mengganti kesalahan
lafazh yang terlanjur diucapkan. Semacam meralat ucapan.
Contoh badal gholath, ‫ التلميُذ‬، ‫ = جاَء المعِّلُم‬Guru sudah datang, eh murid.

xxi
Jadi yang datang adalah murid. Lafazh murid itu sebagai ralat dari
mengucapkan ‘guru’ yang sudah terlanjur diucapkan dan bukan
yang dikehendaki oleh pembicara.

xxii
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Moch. Ilmu nahwu terjemahan matan al jurumiyah dan imrity berikut penjelasannya.
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2021.

Nahwu.Id diakses pada tanggal 07 Oktober 2023 dari https://nahwu.id/pengertian-tawabi/

Nahwu.Id diakses pada tanggal 07 Oktober 2023 dari https://nahwu.id/badal/

Nahwu.Id diakses pada tanggal 07 Oktober 2023 dari https://nahwu.id/taukid/

Muhamad Fikri, Ilmu Nahwu Tingkat Pemula terjemah matan jurumiayh. Al Aziziyah,2013

xxiii

Anda mungkin juga menyukai