Disusun oleh:
2023/2024
Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas segala nikmat dan karunia-Nya. Sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah Qawaid Nahwu Takmili tepat pada
waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah “Tawabi’ Lil I’rab”.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini. Kami jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan.
Penyusun
ii
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 2
2.1 Na’at............................................................................................................... 2
2.2 Athaf............................................................................................................... 5
a) Pengertian Athaf................................................................................6
e) Hukum Athaf...................................................................................................7
2.3 Taukid.......................................................................................................... 8
a) Pengertian Taukid............................................................................... 8
b) Unsur Taukid...................................................................................... 9
iii
e) Pembagian Taukid........................................................................................11
f) Menaukidi Taukid..........................................................................................13
2.4 Badal............................................................................................................. 14
a) Pengertian Badal................................................................................ 14
c) Pembagian Badal................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 20
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Bahasa Arab merupakan bahasa yang sangat penting dipelajari terutama oleh kalangan
umat Islam, dengan mempelajari bahasa Arab berarti kita sedang mempelajari al- Qur'an
dan Hadits karena Al Qur'an dan Hadits di sajikan dalam bahasa Arab. Dengan menguasai
bahasa Arab kita akan mudah berkomunikasi dengan siapapun.
Belajar bahasa Arab tidak bisa dilepaskan dari qaidah- qaidah nahwu karena
merupakan grammer untuk bahasa Arab dan salah satunya mengenai tawabi' lil i’rab
Tawabi’ lil I’rab ialah isim yang mengikuti dengan kalimah sebelumnya dalam segi irobnya
secara Mutlaq. Tawabi’ lil I’rab terdiri dari Na’at, Athaf, Taukid, dan Badal. Empat unsur
tersebut akan kami jelaskan dalam makalah ini dengan Bahasa yang sederhana dengan
tujuan memberikan kemudahan kepada para pembaca khususnya bagi pemula, karena
seseorang akan bisa mengucapkan kalimat-kalimat Bahasa Arab dengan baik dan benar
jika bisa menguasai nahwu dan shorof dan semoga makalah ini menjadi panduan yang
bermanfaat untuk para pembaca.
v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Na’at
a) Pengertian Na’at
b) Pembagian Naat
1. Na’at Hakiki
Yaitu na'at yang merofa'kan pada dhomir yang tersimpan Seperti َر َأْيُت َزْيًدا اْلَع اِقَل
َج اَء َزْيُد اْلَع اِقُل
Hukumnya adalah, na'at (sifat) harus sesuai dengan man'ut (yang disifati) dalam 4
hal yaitu:
1) I’rabnya
Jika yang disifati i'robnya rofa', maka na'at juga harus dibaca rofa'. Begitu
juga ketika i'robnya nashob atau jar.
Contoh َج اَء َزْيُد اْلَع اِقُل، َر َأْيُت َزْيًدا َاْلَع اِقَل، َم َر ْر ُت ِبَزْيٍد اْلَع اِقِل
1
Imam Maliki “alfiyah ibnu malik” bab naat bait 506-507
2
Shobban III,hal 56
vi
2) Ma’rifat atau nakirohnya
Jika man'utnya ma'rifat, maka na'at juga harus ma'rifat Begitu juga jika
man'utnya nakiroh maka na'at juga harus nakiroh.
Contoh: َج اَء َزْيُد اْلَع اِقُل، َج اَء َر ُجٌل َعاِقُل
3) Mudzakkar atau muannatsnya
Na'at dan man'ut harus sesuai dalam mudzakkar atau muannasnya.
Contoh: َج اَء َر ُجٌل َعاِقُل، َج اَء َزْيُد اْلَع اِقُل َج اَء ْت اْمَر َأٌة َعاِقَلٌة، َج اَء ْت َفاِط َم ُة اْلَع اِقَلُة
4) Mufrad, tastniyah atau jama’nya
Jika man'ut mufrod, maka na'at juga mufrod. Begitu juga jika man'utnya
tasniah atau jama' maka na'at harus menyesuaikannya.3
Contoh: َج اَء َزْيُد الَع اِقل، َج اَء الَّز ْيَداِن اْلَع اِقاَل ِن
Namun terkadang na'at hakiki hanya sesuai dengan man'utnya dalam tiga hal;
yaitu ketika lafadz yang menjadi na'at bentuk mudzakkar dan muannasnya sama
Contoh َهَذ ا َر ُجٌل َص ُبْو ٌر،َهِذِه ِاْمَر َأٌة َص ُبْو ٌر
Biasanya hal tersebut hanya sesuai dalam dua hal, yaitu ketika lafadz yang
menjadi na'at bentuknya selalu mufrod muannas, atau selalu mufrod mudzakkar
Contoh َهِذِه اْمَر َأٌة َع َصَبٌة َهَذ ا َر ُجٌل َع َصَبة
2. Na’at Sababi
Yaitu na'at yang merofa'kan pada isim dhohir yang mengandung dhomir yang
kembali pada man'ut (lafadz yang disifati) seperti َج اَء الَّرُجُل اْلَع اِقل َاُبْو ُه
Hukumnya adalah, na'at (sifat) harus sesuai dengan man'ut (yang disifati) dalam
2 hal yaitu i'rob dan ma'rifat atau nakirohnya. Sedangkan untuk mudzakkar atau
muannas, dan mufrod, tasniah atau jama'nya tidak harus sesuai
contoh : َم َر ْر ُت ِباْمَر َأَتْيِن َقاِئٍم َأُبوُهَم
Na'atnya mufrod mudzakkar, man'utnya tasniah muannas
c) Bentuk na’at
1. Musytaq yaitu lafadz yang menunjukkan arti pekerjaan sekaligus orang yang
melakukannya serta mengandung makna dan huruf-hurufnya fi'il yaitu:4
3
Asymawi,hal:32
4
Kawakib ad Duriyah II,hal:81
vii
1) Isim fail
Contoh ( َهَذ ا َر ُجٌل َض اِر ٌبini adalah laki laki yang memukul)
2) Isim maf’ul
Contoh ( َهَذ ا ًرُجٌل َم ْض ُرْو ٌبini adalah laki laki yang dipukul)
3) Isim sifat musytabihat
Contoh ( َر َأْيُت َر ُج اًل َحَس َن اْلَو جِهsaya melihat laki laki yang tampan wajahnya)
4) Amtsilatul mubalaghoh
Contoh ( َهَذ ا َر ُجٌل َض َّرا ٌبini adalah laki laki yang banyak memukul)
5) Isim tafdhil
Contoh ( َر َأْيُت َر ُج اًل َاْعَلَم ِم ْنَكini adalah laki laki yang banyak memukul
2. Muawwal bi musytaq adalah lafadz yang dapat dita'wil dengan isim musytaq
yaitu lafadz yang jamid, yang dapat memberikan faidah maknanya lafadz
musytaq, serta mengandung maknanya fi'il namun tidak memuat huruf-
hurufnya yaitu:
1) Isim isyarah
selain isim isyaroh yang menunjukkan arti dzorof makan, yaitu ُثَّم اdan
ُهّنَا
Contoh: َم َر ْر ُت ِبَزْيٍد َهَذ اdapat dita’wil menjadi َم َر ْر ُت ِبَزْيٍد َح اِض ٍر
2) Isim maushul
Syaratnya adalah maknanya sudah diketahui (ma'hud) terkecuali isim
maushul َم ْن مَاdan َاٌّي
Contoh َم َر ْر ُت ِبَزْي ٍد اَّل ِذ ي َق اَمdapat dita’wil menjadi ( َم َر ْر ُت ِبَزْي ٍد اْلَم ْع ُل وٍم ِقَياُم ُهsaya
berjalan bertemu dengan Zaid yang berdiri)
3) Lafadz ِذ ْيyang bermakna صَاِحٍب
Contoh: َم َر ْر ُت ِبَر ُج ٍل ِذ ى َم اٍلdapat dita’wil menjadi ( َم َر ْر ُت ِبَر ُج ٍل َص اِحِب َم اٍلsaya
berjalan bertemu dengan zaid yang berdiri)
4) Nama-nama yang dinisbatkan
Contoh: َم َر ْر ُت ِبَر ُج ٍل ِد َم ْش ِقْيdapat dita’wil menjadi ( َم َر ْر ُت ِبَر ُج ٍل َم ْنُسْو ِب ِاَلْيَهاsaya
berjalan bertemu dengan laki-laki yang berasal dari damaskus)
5) Masdar
Syarat masdarnya fi’il tsulasi bukan masdar mim dan bentuknya harus
mufrod mudzakar.
Contoh:
viii
( َج اَء َر ُجٌل َع ْد ٌلtelah datang seorang laki laki yang adil)
( َج اَء َر ُج اَل ِن َع ْد ٌلtelah datang dua laki laki yang adil)
( َج اَء ِر َج اٌل َع ْد ٌلtelah datang banyak laki laki yang adil)
( َج اَء ْت ِامَر َأٌة َع ْد ٌلtelah datang seorang wanita yang adil)
Lafadz َج اَء َ َر ُجٌل َع ْد ٌلdapat dita’wil menjadi
( َج اَء َر ُجُل ُذ ْو َع ْد ٍلmenurut Ulama Bashroh)
َ ( َج اَء َر ُجٌل َعاِد ٌلmenurut ulama Kufah)
6) Jumlah Khobariyah dan sesamanya (dzorof dan jarr Majrur)
Syaratnya adalah man’utnya harus berupa isim nakirah
Contoh: َج اَء َر ُجٌل َيْح ِم ُل اْلِكَتابdapat dita’wil menjadi
(َج اَء َر ُجٌل َح اِم ُل اْلِكَتاَبtelah datang laki laki yang membawa kitab)
d) Tujuan Naat
1) Taudlih (menjelaskan)
Jika man'ut atau lafadz yang disifati maʼrifat maka fungsinya na'at adalah untuk
menjelaskan pada lafadz yang disifati agar terhindar dari keserupaan.
Contoh َج اَء َزْيٌد اْلَع اِلُم
Ketika diucapkan ( َج اَء َزْيٌدZaid telah datang) maka jika ditempat atau daerah
tersebut ada beberapa Zaid, ada Zaid yang alim, yang jahil dll maka masih terjadi
keserupaan Zaid yang dating dan ketika disifati: ( َج اَء َزْيٌد اْلَع اِلُمZaid yang alim telah
datang) maka keserupaan tersebut menjadi hilang.
2) Tahshis (menentukan)
Jika man'utnya nakiroh maka na'at berfungsi untuk tahshis, yaitu
meminimalkan isytirok.
Contoh : َج اَء َر ُجٌل َش اِع ٌر
ix
2.1 Athaf
a) Pengertian Athaf
Pengertian Athaf dalam Nahwu adalah Tabi’ yang mengikuti matbu’nya dengan
kondisi tertentu. Kondisi ini tercermin dalam pembagian athf menjadi athaf bayan dan
athaf nasaq. Keduanya menjadi pembeda athof dengan tawabi’ lainnya.
b) Macam-macam Athaf
1) Athaf Bayan
Yaitu lafadz yang mengikuti pada matbu' dalam i'rob tanpa melalui perantara huruf
'athof, yang berfaidah menjelaskan pada matbu' jika berupa isim ma'rifat, dan
berfaidah tahsis pada matbu' jika berupa isim nakiroh.
Contoh:
( َج اَء َأُبو َح ْفٍص ُع َم ُرTelah datang Abu Hafs Yaitu Umar)
( ِم ْن َم اٍء َصِد يٍدdari air yaitu nanah)
2) A'thof bayan
Yaitu lafadz ُع َم َرdan َصِد يٍدi'robnya mengikuti matbuhnya yaitu lafadz َأُبو َح ْفٍصdan َم ا
faidahnya taudlih, yaitu lafadz (menjelaskan) untuk contoh pertama, dan takhsisi
untuk contoh kedua.5
3) Athaf Nasaq
Yaitu lafadz yang i'robnya mengikuti pada matbu' (lafadz yang di ikuti), yang
diantara tabi' (yang mengikuti) dan matbu (yang di ikuti) terdapat salah satu dari
huruf 'athof.
Contoh:
= َقاَم َزْيٌد َو َع ْم ٌروI’rab rofa’
= َر َأْيُت َزْيًدا َو َع ْم ًراI’rab nashob
= َم َر ْر ُت ِبَزْيٍد َو َع ْم ٍر وI’rab jar
= َزْيُد َلْم َيُقْم َو َلْم َيْقُع ْدIrab jazm
I'robnya athof, baik athof bayan maupun athof nasaq, mengikuti pada i'robnya
lafadz yang di 'athofi (ma'thuf alaih).
5
Asymawi,hal 33-kafrawi hal:84
x
3) Huruf Athaf
d) Huruf Athaf 6
1) ( َو اُوdan)
2) ( َفاُءmaka),
3) ُثَّم اkemudian),
4) ( َاْوatau),
5) ( َاْمataukah),
6) ( ِاَّم اataukah),
7) ( َبْلmelainkan),
8) ( َالtidak),
9) ( َلِكَّنtetapi),
10) ( َح َّتىsehingga) pada sebagian tempat
e) Hukum Athaf
I'robnya ma'thuf (lafadz yang di athofkan) mengikuti i'robnya ma'thuf alaih
(lafadz yang di athofi). Apabila ma'thuf alaihnya dibaca rofa', maka ma'thufnya juga
dibaca rofa'. Begitu juga ketika ma'thuf alaihnya dibaca nashob, jarr atau jazm, maka
ma'thuf mengikuti i'robnya ma'thuf alaih tersebut.
Contoh:
( َزْيُد َلْم َيُقْم َو َلْم َيْقُع ْدZaid tidak berdiri dan tidak duduk)
6
Tasywiqul Kholan,hal 178-asymawi,hal:33
xi
3) 'Athof bayan hukum dimaksudkan pada mubayyannya (matbu’nya)buka pada
athof bayan,lain halnya badal bahwa hukum dimaksudkan padanya
4) (matbu'nya) bukan pada 'athof bayan, lain halnya badal
5) 'Athof bayan tidak boleh berupa jumlah, ismiyyah atau fi'liyyah, lain halnya
badal boleh.
6) 'Athof bayan tidak boleh matbu'nya berupa jumlah fi'liyyah atau ismiyyah, lain
halnya badal boleh.
2.2Taukid
a) Pengertian Taukid
Menurut istilah Nahwu, taukid adalah:
الَّتْو ِكْيُد َتاِبُع ِلْلُم َؤ َّكِد ِفي َر ْفِعِه َو َنْص ِبِه َو َخ ْفِضِه َو َتْع ِريِفه
“Taukid itu mengikuti kepada lafaz yang di taukid-kan dalam hal rafa, nashab,
khofad, dan ta'rif (ke-ma'rifatannya)"7
Untuk tujuan itu, diulang lah lafazh علٌّيatau didatangkan lah َنْفُس ُه
setelahnya. Keduanya itu disebut muakkid, artinya sebagai konfirmasi bahwa
yang datang itu Ali sendiri sekaligus menghilangkan anggapan-anggapan
lainnya.8
b) Unsur taukid 9
7
Anwar, Moch. Ilmu nahwu terjemahan matan al jurumiyah dan imrity berikut penjelasannya. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2021.
8
Nahwu.Id diakses pada tanggal 06 Oktober 2023 dari https://nahwu.id/taukid/
9
Nahwu.Id diakses pada tanggal 06 Oktober 2023 dari https://nahwu.id/taukid/
xii
1) taukid (susunan kalimat yang terdiri dari muakkid dan muakkad)
Contohnya seperti جاَء علٌّي َنْفُسه
2) Muakkid (yang menguatkan)
Seperti َنْفُسُه
3) Muakkad (yang dikuatkan)
Seperti علٌّي
c) Hukum taukid
Pada dasarnya muakkad ini harus isim ma’rifat bukan isim nakirah, akan
tetapi apabila muakkadnya isim nakirah, maka diperbolehkan dengan catatan
muakkadnya mufid. Mufid artinya berfaidah. Faidah ini didapatkan dengan
pembatasan (mahdud) pada kenakirahannya dan lafazh muakkidnya memiliki
cakupan luas dan menyeluruh()اإلحاطة والُّش مول.
Contoh taukid nakirah اْعَتَك ْفُت ُأْس ُبْو عًا كَّلُهartinya Saya itikaf seminggu penuh.
Lafazh ُأْس ُبْو عًاmeskipun nakirah, namun kenakirahannya memiliki batas; 7 hari.
Sementara ُك ُّلartinya menyeluruh atau penuh. Jadi tarkib taukid ini bisa
dibenarkan karena memenuhi syaratnya.
d) Lafadz taukid10
1) Lafaz nafsu (diri)
Contoh: َج اَء زيد َنْفُسُه
Zaid telah datang sendiri
2) Lafaz 'ain (diri)
Contoh: َج اَء َزْيُد َع ْيُنُه
Zaid telah datang sendiri
3) Lafaz kullu (semua)
Contoh: َج اَء اْلَقْو ُم ُك ُّلُهْم
Kaum itu telah datang semuanya
4) Lafaz ajma'u (seluruh)
Contoh: َج اَء اْلَقْو ُم َاْج َم ُعْو َن
Kaum itu telah datang seluruhnya
5) Lafaz yang mengikuti ajma'u, yaitu: akta'u, abta'u, absa'u
(maknanya sama dengan ajma'u atau ajma'in)
10
Anwar, Moch. Ilmu nahwu terjemahan matan al jurumiyah dan imrity berikut penjelasannya. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2021.
xiii
contoh: َج اَء اْلَقْو ُم َاْج َم ُعْو َن َاْك َتُعْو َن َاْبَتُعْو َن َأْبَص ُعوَن
e) Pembagian taukid 11
1) Taukid lafdzhi
Taukid lafdzi adalah bentuk taukid dengan cara mengulang lafazh itu
sendiri(muakkad) atau mendatangkan lafazh yang
semakna(sinonim/muradif).
Pengulangan itu bisa terjadi dalam semua kalimah, yaitu isim, fi’il dan
huruf. Dalam kalimah isim, baik berupa isim zhahir atau dhamir.
- Contoh taukid lafdzi dengan pengulangan lafazh yang sama berbentuk
isim zhahir seperti:
َج اَء َزْيٌد َزْيٌد
- Contoh taukid isim dhamir dalam Q.Surah Al -‘Araf :19 dan Al-Baqarah:
35
َيا آَد ُم اْس ُك ْن َأْنَت َو َز ْو ُجَك اْلَج َّنة
“…Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga…”
11
Nahwu.Id diakses pada tanggal 07 Oktober 2023 dari https://nahwu.id/taukid/
xiv
- Pengulangan dalam contoh jumlah ismiyah dan fi’liyah
َع ِلٌّي ُم ْج َتِهٌد َع ِلٌّي ُم ْج َتِهٌد
َج اَء اْلَفَتى َج اَء اْلَفَتى
2) Taukid maknawi
Taukid maknawi adalah taukid yang menambahkan lafazh:
ِك ْلَتا, ِكال, ُك ّل, َعاَّم ة, َعْين َجِم ْيع,َنْفس
xv
Contoh جاَء علٌّي بنفسِه. Dengan demikian irobnya نفِسdalam contoh tersebut
majrur lafzhi, marfu’ mahalan.
f) Menaukidi taukid
Taukid bisa dikuatkan lagi, istilah ini disebut تقوية التوكيِد. Cara
membuatnya adalah dengan menambahakan َاْج َم عsetelah muakkid ُك ّل. Antara
ajmau dan kullun ini juga harus serasi. Berikut kombinasinya:
كله أْج َم ع
كلها َجْمَع اء
كلهم أجمعيَن
كلهَّن ُج َم ع
Kata nazim:
ُم نَك ِر َفَع ْن ُم َؤ ِّك د َخاَل# َفَيْتَبُع اْلُم َؤ ِّك ُد اْلُم ؤَّكدا ِفي َأْو ُج ِه اِإْل ْع َر اِب َو الَّتْع ِر يِف اَل# َو َج اِئُر ِفي اِإْل ْس ِم َأْن ُيؤَّك َد
“Boleh pada isim dikukuhkan dan lafaz yang mengukuhkan harus
mengikuti lafaz yang dikukuhkannya dalam semua bentuk i'rab dan ta'rif
(ma'rifat)nya, tidak di-nakirah-kan karena ia terbebas dari lafaz yang
mengukuhkan”.
َنْفٌس َو َع ْيُن ُثَّم ُك ِّل َأْج َم ُع# َو َلْفُظُه اْلَم ْش ُهوُر ِفْيِه َأْر َبُع
“Lafaz taukid yang terkenal ada empat, yaitu: nafsu, 'ain, kullu, dan
ajma'u”.
ِم ْن اْك َتَع َو اْبَتَع َو َأْبَص ًعا# َو َغْيُرَها َتَو اِبُع َأِلْج َم َع ا
“Selain lafaz itu adalah mengikuti ajma'u, yaitu akta'u, abta'u dan abşa'u”.
2.3Badal
xvi
a) pengertian Badal
Menurut bahasa badal ialah الِع وضyaitu pengganti dan makna ini juga
terdapat dalam Q.S Al-Qalam:32:
َع َس ٰى َر ُّبَنا َأْن ُيْبِد َلَنا َخْيًرا ِم ْنَها
“Mudah-mudahan Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan
(kebun) yang lebih baik daripada itu.”
Contohnya seperti:
= واضُع النحِو اإلماُم علٌّيPeletak ilmu Nahwu adalah Sang Imam, Ali.
xvii
Contoh murakkab badal, = َس َطَع اَلقَم ُر ُنوُر ُهBulan benderang, sinarnya.
badalnya adalah ُن وُر ُهdan mubdal minhu-nya adalah اَلقَم ُر. Irobnya badal
mengikuti mubdal minhu, karena mubdal minhu rofa’ maka demikian juga badal
rofa’.13
c) Pembagian badal
Badal terbagi menjadi 4 macam diantaranya:
1) Badal syai' minasy syai' atau badal kul minal kul adalah badal (pengganti)
yang cocok dan sesuai dengan mubdal minhu (lafaz yang digantikan) dalam
hal makna.
Contoh:
= َج اَء َزْيُد َأُخ وَكzaid telah datang, yakni saudaramu
Lafaz saudaramu menjadi badal dari lafaz Zaid. Antara lafaz saudara dan
Zaid itu cocok dan sesuai.14
Contoh badal kul min kul/ syai' minasy syai' dalam Q.S Al-Fatihah ayat 67:
اْهِد َنا الِّص َر اَط اْلُم ْسَتِقيَم ِصَر اَط اَّلِذ يَن َأْنَعْم َت َع َلْيِهم
“Tunjukilah kami jalan yang lurus; Jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat kepada mereka.”
Sirath menjadi badal dari mubdal minhu berupa asshiratha15
2) Badal Bakdlu Min Kul adalah badal yang merupakan juz atau bagian dari
mubdal minhu, baik bagiannya itu sedikit, atau setengah bahkan lebih dari
setengah asal tidak menyamai kepada mubdal minhu seutuhnya.
Contohnya seperti:
- = َج اَءِت الَقِبيلُة ُربُعهاKabilah/suku sudah datang, seperempatnya
badalnya ُربُعهاdan mubdal minhu-nya الَقِبيلُة. Sama-sama rofa’.
- = الكلمُة ثالثة أقساٍم اسٌم وفعٌل وحرفKalimah itu ada tiga, isim, fiil dan huruf
Badalnya berupa اسٌمmubdal minhu ثالثة
- = جاَء التالميُذ عشروَن منهمMurid-murid telah datang, 20 darinya.
badalnya عشروَنdan mubdalminhu-nya التالميُذ
13
Nahwu.Id diakses pada tanggal 07 Oktober 2023 dari https://nahwu.id/badal/
14
Anwar, Moch. Ilmu nahwu terjemahan matan al jurumiyah dan imrity berikut penjelasannya. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2021.
15
Nahwu.Id diakses pada tanggal 07 Oktober 2023 dari https://nahwu.id/badal/
xviii
3) Badal Isytimá l yaitu lafaz yang mengandung makna bagian dari matbu'-nya,
tetapi menyangkut masalah maknawi (bukan materi)
Contohnya seperti
= َنَفَعِنْي َزْيُد ِع ْلُم ُهZaid telah bermanfaat bagiku yakni ilmunya
Lafaz ilmunya tercakup oleh Zaid.16
4) Badal gholath adalah badal yang berfungsi mengganti kesalahan lafazh yang
terlanjur diucapkan. Semacam meralat ucapan.
Contoh badal gholath التلميُذ، = جاَء المعِّلُمGuru sudah datang, eh murid.
Jadi yang datang adalah murid. Lafazh murid itu sebagai ralat dari
mengucapkan ‘guru’ yang sudah terlanjur diucapkan dan bukan yang
dikehendaki oleh pembicara.
16
Anwar, Moch. Ilmu nahwu terjemahan matan al jurumiyah dan imrity berikut penjelasannya. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2021.
xix
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Menurut bahasa tawabi’ عDالتوابmerupakan bentuk Jama’ dari Lafadz tabi’ تابع
yang artinya pengikut, yang mengikuti atau penganut. Jika dilihat dari Ilmu Shorof,
sighot lafazh Tabi’ merupakan sighot isim fail اسم فاعلdari fiil madli فعل مضيtaba’a
َتَبَعyang artinya mengikuti. Sedangkan menurut istilah tawabi’ adalah
ُهو االْس ُم الُم َش اِر ُك ِلَم ا َقْبَلُه ِفي إْع َر اِبِه ُم ْطَلًق
isim yang mengikuti dengan kalimah sebelumnya dalam segi irobya secara
mutlaq17
17
Nahwu.Id diakses pada tanggal 07 Oktober 2023 dari https://nahwu.id/pengertian-tawabi/
xx
a) Taukid lafdzi adalah bentuk taukid dengan cara mengulang lafazh
itu sendiri(muakkad) atau mendatangkan lafazh yang
semakna(sinonim/muradif). Contohnya seperti َج اَء َزْيٌد َزْيٌد
b) Taukid maknawi adalah taukid yang menambahkan lafazh:
ِك ْلَتا, ِكال, ُك ّل, َعاَّم ة, َعْين َجِم ْيع,َنْفس.
Penggunaan taukid maknawi ini mengharuskan lafazh-lafazh
tersebut diidhafahkan dengan isim dhamir yang sesuai dalam
mufrad, tasniah jamknya dan muanntas-mudzakkarnya.
Contoh taukid maknawi:
= َج اَء َزْيٌد َنْفُسُهZaid sendiri yang datang
4) Badal adalah Tabi’ yang dituju dengan hukum, tanpa perantara.
Contohnya seperti = واضُع النحِو اإلماُم علٌّيPeletak ilmu Nahwu adalah Sang
Imam, Ali.
Badal terbagi menjadi 4 diantaranya:
a) Badal Syai' Minasy Syai' atau Badal Kul minal kul adalah badal
(pengganti) yang cocok dan sesuai dengan mubdal minhu (lafaz
yang digantikan) dalam hal makna.
Contohnya seperti = َج اَء َزْيُد َأُخ وكzaid telah datang, yakni saudaramu
b) Badal Bakdlu Min Kul adalah badal yang merupakan juz atau bagian
dari mubdal minhu, baik bagiannya itu sedikit, atau setengah
bahkan lebih dari setengah asal tidak menyamai kepada mubdal
minhu seutuhnya.
Contohnya seperti = َج اَءِت الَقِبيلُة ُربُعهاKabilah/suku sudah datang,
seperempatnya
badalnya ُربُعهاdan mubdal minhu-nya الَقِبيلُة. Sama-sama rofa’.
c) Badal Isytimá l, yaitu lafaz yang mengandung makna bagian dari
matbu'-nya, tetapi menyangkut masalah maknawi (bukan materi)
Contohnya seperti = َنَفَعِنْي َزْيُد ِع ْلُم ُهZaid telah bermanfaat bagiku yakni
ilmunya. Lafaz ilmunya tercakup oleh Zaid.
d) Badal Gholath adalah badal yang berfungsi mengganti kesalahan
lafazh yang terlanjur diucapkan. Semacam meralat ucapan.
Contoh badal gholath, التلميُذ، = جاَء المعِّلُمGuru sudah datang, eh murid.
xxi
Jadi yang datang adalah murid. Lafazh murid itu sebagai ralat dari
mengucapkan ‘guru’ yang sudah terlanjur diucapkan dan bukan
yang dikehendaki oleh pembicara.
xxii
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Moch. Ilmu nahwu terjemahan matan al jurumiyah dan imrity berikut penjelasannya.
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2021.
Muhamad Fikri, Ilmu Nahwu Tingkat Pemula terjemah matan jurumiayh. Al Aziziyah,2013
xxiii