Anda di halaman 1dari 12

Nama : NI MADE SEPTIANI PUTRI

Nim : E1F021095
Konsep Dasar PAUD

1.jelaskan tentang Hakikat/pengertian PAUD.


2.Jelaskan garis besar PAUD
3.Deskripsikan sejarah PAUD di Indonesia dan luar negeri
4. Teori-teori yang berhubungan dengan PAUD
5. Bagaimana karakteristik Anak Usia Dini,Jelaskan

Jawaban :
1.1.jelaskan tentang Hakikat/pengertian PAUD.

Jawab : Pendidikan anak usia dini adalah merupakan upaya pembinaan

yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam

tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus pendidikan agar

membantu perkembangan, pertumbuhan baik jasmani maupun

rohani sehingga anak memiliki kesiapan memasuki penddikan yang

lebih lanjut.

Hakekat PAUD

Secara alamiah, perkembangan anak berbeda-beda, baik intelegensi,


bakat, minat, kreativitas, kematangan emosi, kepribadian, kemandirian,
jasmani dan sosialnya.

Sumber
:https://www.google.co.id/amp/s/martinis1960.wordpress.com/2010/08/31/pengertian
-dan-hakekat-paud/amp/

2.Jelaskan garis besar PAUD


Jawab :
Pengertian PAUD Pendidikan anak usia dini adalah jenjang

pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu

upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan

usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal,

nonformal, dan informal.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk

penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan

dasar ke arah pertumbuhan dan 5 perkembangan, yaitu :

perkembangan moral dan agama, perkembangan fisik (koordinasi

motorik halus dan kasar), kecerdasan/kognitif (daya pikir, daya cipta),

sosio emosional (sikap dan emosi) bahasa dan komunikasi, sesuai

dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan sesuai kelompok

usia yang dilalui oleh anak usia dini seperti yang tercantum dalam

Permendiknas no 58 tahun 2009.

Sumber : https://nusagama.com/pengertian-paud-pendidikan-anak-usia-dini-
adalah-jenjang-pendidikan/
3.Sejarah PAUD di Indonesia
Untuk mengetahui dan memahami sejarah berdirinya Paud di Indonesia,
setidaknya dapat ditelusuri melalui dua periode, yaitu pada masa pergerakan
Nasional ketika penjajahan Belanda (1908 – 1941) dan pada masa penjajahan
Jepang (1942 – 1945).

Periode Pertama; Masa Pergerakan nasional


ketika penjajahan Belanda (1908-1941)
Lembaga Kindergarten atau populer dengan nama Frobel School yang
didirikan oleh Friedrich Wilhelm August Frobel merupakan cikal bakal
lahirnya lembaga PAUD di Indonesia. Konsep lembaga ini di bawa masuk ke
Indonesia oleh Pemerintahan Belanda Hindia untuk pendidikan anak-anak
mereka, anak-anak Eropa dan para bangsawan lainnya.

Pada saat itu pemuda pribumi belum dapat merasakan pendidikan semacam
ini. apalagi masyarakat miskin yang belum memahami dan menyadari betapa
pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.

Pada saat kebangkitan Nasional yang di awali dengan berdirinya Pergerakan


Pemuda Budi Utomo pada 28 Mei 1908, barulah pemuda pribumi menyadari
akan pentingnya pendidikan anak usia dini.

Kesadaran akan pentingnya pendidikan anak ini di realisasikan dengan


mendirikan Bustanul Athfal pada tahun 1919 oleh persatuan wanita Aisyiyah
di Yogyakarta. pada tahun 1922 Ki Hajar Dewantoro, sepulang dari
pengasingannya di Belanda selama dua tahun mendirikan Taman Lare atau
taman anak Kindertuin yang berkembang dengan Taman Indria.

Periode Kedua; Masa Penjajahan Jepang (1942-


1945)
Pada masa penjajahan jepang, pendidikan PAUD terus berlanjut namun
semakin berkurang dari segi kuantitasnya. pada saat itu pemerintahan Jepang
tidak mengawasi secara formal penyelenggaraan pendidikan setingkat PAUD.
namun pemerintahan Jepang hanya melengkapi kegiatan kelas dengan
nyanyian-nyanyian Jepang.

Sejarah PAUD di Indonesia dan Perkembangannya. Memahami sejarah PAUD


di Indonesia sama halnya dengan memaharni perjalan panjang dinamika dan
pasang-surut pendidikan di Indonesia.

Kehadiran PAUD di Indonesia sesungguhnya dimulai sejak sebelum


kemerdekaan. Pada masa ini setidaknya dapat ditelusuri melalui dua periode,
yaitu pada masa pergerakan nasional pada penjajahan Belanda (1908-1941)
dan masa penjajahan Jepang (1942-1945). Namun demikian, keberadaan
PAUD di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan PAUD di dunia
internasional.

Pada tahun 1840 Friedrich Wilhelm August Frobel


mendirikan Kindergarten di kota Blankerburg, Jerman, yang merupakan
pelopor pendidikan anak usia dini di dunia. Kinder berarti anak dan garten
berarti taman.

Menurut Frobel, anak usia dini diibaratkan seperti tunas tumbuh-tumbuhan,


masih memerlukan pemeliharaan dan perhatian sepenuhnya dari si “juru
tanam”.

Berdirinya Kindergarten yang juga dikenal sebagai Frobel School berpengaruh


terhadap perkembangan PAUD di seluruh dunia. Konsep Kindergarten
dengan cepat menyebar keseluruh penjuru dunia. PAUD versi lain pun
muncul. Pada tahun 1907 di pemukiman kumuh San Lorenzo, Italia, Maria
Montessori, seorang yang berlatar belakang dokter, mendirikan Casa dei
Bambini yang ditujukan bagi perawatan anak-anak dari keluarga miskin dan
kaum buruh. Casa dei Bambini artinya rumah untuk perawatan anak yang
selanjutnya dikenal sebagai Rumah Anak.

Di Indonesia, pemerintah Hindia Belanda membawa konsep ini dan


mendirikan Frobel School bagi anak-anaknya.

Seiring dengan kebangkitan nasional yang diawali berdirinya pergerakan


pemuda Budi Utomo, kesadaran akan pentingaya pendidikan bagi kaum bumi
putera semakin dirasakan. Frobel School yang awalnya hanya diperuntukkan
bagi anak-anak keturunan Belanda, Eropa, dan Bangsawan, mulai dikenal
oleh cendekiawan muda pribumi.
Pada tahun 1919 Persatuan Wanita Aisyiyah mendirikan Bustanul Athfal
yang pertama di Yogyakarta. Kurikulum dan materi pendidikannya
menanamkan sikap nasionalisme dan nilai-nilai ajaran agama. Bustanul
Athfal ditujukan untuk merespon popularitas lembaga PAUD yang
berorientasi Eropa. Pada tahun 1922, Ki Hajar Dewantoro, sepulang
diasingkan dari Belanda selama dua tahun (1913 – 1915), mendirikan Taman
Lare atau Taman Anak atau Kindertuin yang akhirnya berkembang menjadi
Taman Indria.

Pada masa penjajahan Jepang, lembaga pendidikan sejenis PAUD, terus


berlanjut namun semakin berkurang. Pemerintah Jepang tidak mengawasi
secara formal penyelenggaraan pendidikan setingkat PAUD, namun
melengkapi kegiatan kelasnya dengan nyanyian-nyanyian Jepang.

Periode berikutnya adalah periode setelah kemerdekaan. Periode ini


setidaknya terbagi menjadi 6 periode, yaitu periode 1945-1965; 1965-1998;
1998-2003; 2003-2009; dan periode 2010-sekarang.
Periode 1945-1965 ditandai dengan berdirinya Yayasan Pendidikan
Lanjutan Wanita. Yayasan tersebut mendirikan Sekolah Pendidikan Guru TK
Nasional di Jakarta dan merupakan gerakan nasionalis dalam melawan
kembalinya Belanda. Di era ini pemerintah dan swasta mulai nnembangun
banyak TK.

Pada tahun 1950, melalui UU No. 4 tahun 1950 tentang Dasar-dasar


Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah keberadaan TK resmi diakui sebagai
hagian dari sistem pendidikan nasional. Pada tahun itu pula, tepatnya tanggal
22 Mei 1950 berdiri IGTKI. Pada tahun 1951 berdiri Yayasan Bersekolah Pada
Ibu yang menyumbang pendirian TK hingga menyebar ke luar pulau Jawa.

Tahun 1951-1955, pemerintah berupaya mengembangkan kurikulum,


menyediakan fasilitas, dan mengedakan supervisi ke TK-TK. Pada perode itu
pula didirikan SPG-TK Nasional di Jakarta dengan pemberian subsidi, dan
pengembangannya yang terus berlanjut hingga ke luar pulau Jawa.

Pada tahun 1957 berdiri GOPTKI (Gabungan Organisasi Penyelenggara TK


Indonesia) yang melaksanakan kongres pertamanya pada tahun 1959. Pada
awal tahun 1960-an, mulai didirikan TK yang berstatus negeri.

Tahun 1960-1963, pemerintah mulai melakukan pengiriman SDM untuk


belajar ke mar negeri, diantaranya ke Australia, USA, dan New Zealand.
Dampak dari pengiriman SDM tersebut, terjadi modernisasi pendidikan di
tingkat PAUD berskala besar dan merupakan jawaban atas ketidakpuasan
sebelumnya.

Sebagai penghujung, di periode tersebut, yaitu tahun 1963-1964 lahirlah


Proyek (Kurikulum) Gaya Baru. Inti kurikulum tersebut berorientasi pada
fasilitasi anak mendekati kecakapan, kebutuhan dan minat individual. Ciri
khasnya tersedia pusat minat (sudut), seperti: sudut rumah tangga, sudut
seni, pusat musik, dan sebagainya.

Periode 1965-1998 ditandai dengan diperkenalkannya silabus kurikulum


baru tahun 1968 yang menggantikan kurikulum versi 1964 (Kurikulum Gaya
Baru). Pada bulan November 1968, pemerintah Indonesia bekerjasama
dengan UNICEF dalam bentuk penyediaan konsultan dan pendanaan untuk
penataran guru dan administrator pendidikan di tingkat TK.

Pada tahun 1970, mulai dijalin kerjasama nyata antara Pemerintah dengan


GOPTKI, IGTKI, dan PGRI. Kerjasama tersebut melahirkan kegiatan
workshop bersama, dengan tema “Konsolidasi Gerakan Prasekolah”. Kegiatan
yang sama dilakukan tahun 1973, dengan tema: “Membakukan Organisasi dan
Manajemen Program-Program Prasekolah”.

Pada tahun 1974, diberlakukan kurikulum baru yang merupakan


pembaharuan dari kurikulum 1968. Isi kurikulum meliputi: PMP, kegiatan
bermain bebas, pendidikan bahasa, PLH, ungkapan kreatif, pendidikan olah
raga, pendidikan dan pemeliharaan kesehatan, serta pendidikan skolastik.

Pada tahun 1984, diberlakukan kurikulum baru dengan isi kurikulum


meliputi bidang pengembangan agama, PMP, daya cipta, jasmani dan
kesehatan, daya fikir/pengetahuan, serta perasaan kemasyarakatan dan
lingkungan. Berlakunya UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang diikuti terbitnya PP No. 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Prasekolah, semakin mempertegas cksistensl clan kedudukan pendidikan
prasekolah di Indonesia.

Selanjutnya pada tahun 1993, diberlakukan kurikulum TK 1993. Dalam


kurikulum 1993 tersebut terdapat dua kegiatan utama, yaitu: 1) Program
pembentukan perilaku, dan 2) Program pengembangan kemampuan dasar:
daya cipta, bahasa, daya pikir, keterampilan dan jasmani.
Terkait dengan penyiapan pendidik oleh perguruan tinggi, mulai tahun 1979
di IKIP Jakarta didirikan jurusan Pendidikan Prasekolah dan Dasar jenjang S-
1, yang terselengara hingga tahun 1998 (yang setelah tahun 1998 berubah
menjadi Program     S-1 Pendidikan anak usia dini hingga sekarang).

Upaya lebih luas dalam pengadaan pendidik PAUD oleh perguruan tinggi
‘terjadi pada tahun 1993/1994-1996/1997 peningkatan kualifikasi guru
prasekolah dari SPG ke D-2 PGTK yang penyelenggaraanya dimulai dari IKIP
Jakarta, IKIP Medan, IKIP Yogyakarta, dan kemudian IKIP Bandung.

Pada tahun 1998 menguatkan berbagai upaya di bidang pendidikan anak


usia dini, maka diadakan Semiloka Tingkat Nasional tentang Pendidikan
Anak Usia Dini di IKIP Jakarta. Peserta terdiri dari 10 LPTK dan unsur dinas
pendidikan dari seluruh Indonesia.

Periode 1998-2003 ditandai dengan otonomi pendidikan, yang


beipengaruh terhadap tata kelola penanganan PAUD di pusat maupun di
daerah-daerah. Pada periode ini pemerintah mulai mendukung
berkembangnya PAUD jalur pendidikan nonformal dalam bentuk Kelompok
Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan Satuan PAUD Sejenis dalam
bentuk pengintegrasian layanan PAUD dengan Posyandu.

Melalui dukungan Bank Dunia pada 1998-2004 pemerintah merintis


program Pengembangan Anak Dini Usia di 4 propinsi, yaitu Jawa Barat,
Banten, Bali, dan Sulawesi Selatan. Program dilanjutkan pada tahun 2008-
2013 dengan nama program Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini
(PPAUD) dengan dukungan pembiayaan pinjaman dari Bank Dunia dan hibah
dari pernerintah Belanda.

Pada tahun 2001 dibentuk Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU)


yang mengemban mandat melakukan pembinaan satuan PAUD nonformal.
Pada tahun 2002 terbentuk konsorsium PAUD yang membantu pemerintah
dalam merumuskan kebijakan.

Pada bulan Februari 2002, terbentuk forum PADU/PAUD tingkat


Nasional yang turut berkontribusi dalam pengembangan dan pembangunan
PAUD di Indonesia. Di periode ini pula terjadi pendirian PGTK/PGPAUD
jenjang S-1 di beberapa perguruan tinggi (PGTK S-I di UPI, PGTK S-1 IKIP
Yogyakarta, dll).
Periode 2003-2009, ditandai dengan keluarnya Undang-undang No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan jawaban
atas tuntutan reformasi dalarn semua aspek kehidupan. Melalui UU ini untuk
pertama kali PAUD diatur secara khusus dalam sebuah undang-undang, yaitu
pada pasal 1 butir 14 tentang pengertian PAUD; pasal 28 yang secara khusus
mengatur tentang PAUD; dan pasal-pasal terkait lainnya.

Pada tahun 2003 diselenggarakan Seminar dan Lokakarya Nasional


(Semiloknas) di IKIP Bandung yang menghadirkan para akademisi dari
perguruan tinggi, forum PAUD, dan praktisi PAUD dari berbagai daerah.
Semiloknas ini menghasilkan `blue print’ tentang kerangka akadernik dan
rujukan pengembangan PAUD di Indonesia yang mengawali konseptualisasi
pembangunan PAUD Indonesia.

Selanjutnya pada tahun 2005 berdiri organisasi profesi, himpunan pendidik


dan tenaga kependidikan PAUD Indonesia (HIMPAUDI) yang menggerakkan
seluruh potensi pendidik dan tenaga kependidikan PAUD yang tersebar di
seluruh Indonesia. Pembentukan HIMPAUDI di tingkat pusat ini dengan
cepat diikuti dengan pembentukan HIMPAUDI tingkat provinsi dan
Kabupaten/Kota.

Pada tahun 2004-2009 program PAUD menjadi salah satu dari 10


prioritas program Depdiknas sehingga PAUD menjadi salah satu program
pokok dalam pembangunan pendidikan di Indonesia (tertuang dalam RPJM
Tahun 2004-2009 dan Renstra Depdiknas Tahun 2004-2009). Pada
penghujung tahun 2009, diterbitkan Permendiknas No. 58 Tahun 2009
tentang Standar PAUD (formal dan nonformal).

Periode 2010-sekarang, ditandai dengan kebijakan penggabungan


pembinaan PAUD formal dan PAUD nonformal di bawah Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI) melalui
Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi dan
Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia sebagaimana diubah
dengan Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2010.

Pada perjalanan sejarah pembinaan PAUD di Indonesia, akhirnya terjadi


kristalisasi bentukbentuk satuan PAUD dengan berbagai karakteristiknya
yang meliputi TK (termasuk Taman Kanak-kanak Bustanul Athfal/TK-BA),
RA, KB, TPA, Satuan PAUD Sejenis, serta PAUD berbasis keluarga dan/atau
lingkungan.
sumber : https://www.google.co.id/amp/s/www.silabus.web.id/sejarah-paud-
pendidikan-anak-usia-dini/amp/

4.

5.berikut beberapa karakteristik yang dimiliki anak usia dini:

1. Bersifat unik

Setiap anak berbeda, Bunda. Masing-masing dari mereka memiliki


ciri, minat, kesukaan, latar belakang, dan budaya yang berbeda,
sehingga tak ada yang dapat dikatakan 'mirip'.

Keunikan anak juga dapat dilihat dari kemampuan, cara belajar, dan
hal-hal yang mampu menarik perhatiannya. Meski dalam satu
kelompok anak mempelajari sesuatu dengan cara yang sama dan
terprediksi, mereka tetap unik karena punya pola perkembangan
yang berbeda satu sama lainnya.

2. Bersifat spontan

Anak usia dini tak pandai berpura-pura, Bunda. Biasanya mereka


cenderung bersikap spontan dan apa adanya. Anak juga tak akan
berpikir untuk mengungkapkan apa yang dirasakan, dan yang
dipikiran tanpa memperdulikan pendapat orang lain.

3. Ceroboh

Dengan sifat spontan yang dimilikinya, anak juga cenderung tak


mempertimbangkan tindakan yang akan diambil. Jika ingin sesuatu,
dia akan melakukannya saat itu juga meskipun hal tersebut akan
melukainya.
4. Aktif dan energik

Bukan hal aneh jika melihat anak usia dini memiliki energi yang tak
ada habisnya, Bunda. Mereka akan terus bergerak ke sana ke mari
dan hanya diam saat tertidur.

5. Egois

Anak usia dini akan memikirkan apapun berdasarkan cara pandang


dan pengetahuannya, Bunda. Dia juga menganggap apapun yang
disukai dan diinginkan menjadi miliknya.

6. Pemarah

Perkembangan emosional dan sosial anak usia dini belum stabil. Dia
bisa marah dengan mudah dan mengekspresikannya dengan bebas.

"Anak mungkin lebih sering marah, lebih cepat merasa frustrasi, atau
mungkin terlalu bersemangat dibandingkan dengan teman-
temannya. Meskipun tidak ada yang salah dengan anak yang terlalu
emosional, hal itu dapat membuat hidup mereka sedikit lebih sulit,"
kata psikoterapis Amy Morin, LCSW, dikutip dari Very Well Family.

7. Penasaran

Rasa ingin tahu anak usia dini begitu besar, Bunda. Dia akan selalu
bertanya dan mencari tahu jawaban dari segala hal yang
membuatnya penasaran. Anak usia dini dengan rasa penasaran
yang tinggi ini bagus, sehingga dia akan selalu menambah dan
mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan lebih baik.

Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita harus berhati-hati saat
menjawab pertanyaan anak. Jangan sampai jawaban yang kita
berikan dipahami dengan salah paham dan diaplikasi dalam
kesehariannya.

8. Kemampuan mengingat terbatas

Secara intelektual, anak usia dini akan sadar akan dunia yang
dijalani. Dia akan mengingat objek yang menarik perhatiannya,
menjadi akrab dan mengetahui bagian tubuh, serta siapa saja yang
menjadi anggotanya.
Meskipun rentang ingatan anak usia dini masih terbatas, Bunda bisa
membantunya dengan mengingatkannya berulang kali.

Baca Juga : Ajari Anak Nilai Aqidah dari Kisah


Nabi Ibrahim Yuk, Bunda

9. Berjiwa petualang

Dengan rasa penasaran yang tinggi, hal ini membuat anak usia dini
memiliki minat untuk mengeksplor benda dan lingkungan sekitarnya.

"Objek apa pun dalam jangkauan anak akan menjadi permainan


untuk eksplorasi," kata ahli parenting serta terapis anak dan
keluarga, Meri Wallace LCSW, dikutip dari Psychology Today. 

10. Memiliki imajinasi dan fantasi yang tinggi

Perlu untuk diketahui bahwa daya imajinasi dan fantasi anak usia dini
sangat tinggi, Bunda. Sehingga tidak perlu menganggap anak
sebagai pembohong atau pembual, ya. Agar anak tak salah persepsi
dengan pikirannya, Bunda perlu membimbingnya dan mengingatkan
hal-hal yang sebenarnya.

11. Mahir berkata-kata

Anak usia dini akan punya kemampuan untuk lebih mahir dalam
mengucapkan kata-kata, Bunda. Mereka akan sangat pandai
mengoceh dan meniru suara-suara seperti anjing atau kucing. Saat
kemampuannya semakin berkembang, anak akan mulai membentuk
lebih banyak kalimat setiap kali berbicara.

12. Mudah frustrasi dan tidak sabar

Di usianya yang masih dini, anak cenderung mudah putus asa,


frustrasi, dan mudah kehabisan kesabaran terhadap sesuatu yang
dianggapnya sulit, Bunda. Saat sesuatu membuat anak tak nyaman,
anak akan segera meninggalkannya dan mencari hal baru yang lebih
menyenangkan.

13. Sulit diajak fokus

Rentang perhatian anak usia dini tidak terlalu panjang, biasanya


hanya berkisar 10 menit saja. Oleh sebab itulah mengapa ia tidak
bisa diam dan sulit diajak fokus pada kegiatan yang membutuhkan
ketenangan.

Jika sesuatu yang dilakukan terlalu monoton, maka anak akan selalu
cepat mengalihkan perhatian pada kegiatan lainnya, kecuali jika
kegiatan tersebut sangat menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai