Anda di halaman 1dari 5

MATERI KEWARGANEGARAAN

“KONSTITUSI”

Materi ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H. Sarbaini, M. Pd


Reza Fahlevi

Disusun oleh:

Kelompok 3
1. Dinda Jasmin Marsella (2110129120002)
2. Laily Diva Az Zahra (2110129220024)
3. Najwa Adhani (2110129220012)
4. Norma Wati (2110129120014)
5. Yuniarti Khairini Rahmah (2110129320017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
KONSTITUSI

1. Istilah konstitusi dan Pengertian Konstitusi

Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis "Constiture" yang berarti menetapkan
atau membentuk. pemakaian istilah konstitusi dimaksudkan sebagai pembentukan atau
penyusunan suatu negara dalam bukan tata negaraan istilah konstitusi di berbagai negara
dipergunakan beragam. Di Belanda menggunakan kata "constitutie" disamping kata "grond
wel" Inggris dan Amerika Serikat menggunakan kata "consitution"dalam istilah sehari-hari
kau Bkt sering disamakan dengan undang undang dasar sendiri adalah terjemahan dari kata
"grond wel" yang berasal dari bahasa Belanda yakni grond Tinya dasar sementara wet berarti
undang undang.

Makna konstitusi secara mendalam ada dalam konstitusionalisme (Mahfud MD, 2000;
Budiardjo, 2008), yaitu suatu istilah yang kemunculannya di abad ke 18, untuk menegaskan
Doktrin Amerika tentang supremasi konstitusi tertulis yaug hierarkinya berada di atas Undang-
Undang, yang hanya dibuat olch lembaga legislatif. Meskipun istilah konstitusionalisme baru
popular abad ke 18, tetapi sebagai gagasan dan praksis kehidupan modern, konstitusionalisme

telah berkembang lebih lama, yakni suatu gagasan pembatasan kekuasaan penguasa di dalam
sebuah konstitusi, sebenarnya telah ada sejak berkembangnya negara teritorial di bawah
kekuasaan raja-raja dan dalam kehidupan negara-negara di Eropa Barat sejak abad ke 12.
Gagasan konstitusionalisme sebagai alat pembatasan kekuasaan sebenarnya tidak dapat
dilepaskan dengan gagasan Hak Asasi Manusia (HAM), demokrasi dan negara hukum, yang
harus dimuat di dalam sebuah aturan dasar kegiatan politik yang kemudian disebut konstitusi.

Konstitusi merupakan hukum dasar dan hukum yang paling tertinggi dalam suatu
negara baik tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun tidak tertulis (Konvensi). Setiap warga
negara dan penyelenggara kekuasaan negara harus tunduk kepada konstitusi yang menjadi
pegangan dalam kehidupan bernegara. Keberadaan konstitusi sebagai salah satu unsur negara
mencerminkan sebuah negara hukum modern karena di dalam konstitusi diatur perlindungan
hak-hak asasi warga negara, adanya asas kebebasan, persamaan, keterbukaan, keadilan serta
adanya pembatasan terhadap kekuasaan bagi penyelenggara negara (Sari, 2018).

Pengertian konstitusi dibagi menjadi tiga cakupan yaitu:

a. Konstitusi sebagai pengertian politik mencerminkan keadaan sosial politik, kenyataan yang
ada dalam masyarakat dan belum merupakan pengertian hukum.

1
b. Konstitusi sebagai pengertian hukum (juridis). Pada tingkat ini keputusan-keputusan yang
ada dalam masyarakat tersebut dijadikan sebagai rumusan yang normatif dan harus ditaati.

c. Konstitusi sebagai suatu peraturan hukum yang ini peraturan hukum yang tertulis.

2. Keberadaan dan Tujuan Konstitusi

Tujuan dari konstitusi itu sendiri adalah untuk memberi batas akan tindakan yang
sewenang-wenang oleh pemerintah kepada negara, menjamin hak-hak rakyat, dan menetapkan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Bagir Manan berpendapat bahwa, hakikat dari
konstitusi adalah pembatasan akan kekuasaan pemerintah dan jaminan terhadap hak-hak warga
negara maupun setiap penduduk di pihak lain (Santoso, 2013).

Mahfud MD (2000), menyatakan esensi dari konstitusionalisme yang melahirkan konstitusi


minimal terdiri atas dua hal :

a. Konsepsi negara hukum yang menyatakan bahwa secara universal kewibawaan hukum
haruslah mengatasi Kekuasaan pemerintah oleh karena itu hukum harus mengontrol dan
mengendalikan politik.

b. Konsepsi hak-hak sipil warga negara yang menggariskan adanya kebebasan warga negara di
bawah jaminan konstitusi, sekaligus adanya pembatasan kekuasaan terhadap warga negara.

Terkait dengan kedua ciri konstitusionalisme tersebut maka beberapa hal yang harus
ditekankan dalam konstitusi menurut Bambang widjojanto (1988) adalah :

a. Public authority hanya dapat dilegitimasi Menurut ketentuan konstitusi;

b. Menurut pelaksanaan kedaulatan rakyat harus dilakukan dengan menggunakan prinsip


universal and equal suffrage dan pengangkatan eksekutif harus melalui pemilihan yang
demokratis.

c. Pemisahan atau pembagian kekuasaan serta pembatasan wewenang;

d. Adanya kekuasaan kehakiman yang mandiri yang dapat menegakkan hukum dan keadilan
baik terhadap rakyat maupun terhadap penguasa

e. Adanya sistem kontrol terhadap militer dan kepolisian untuk menegakkan hukum dan
menghormati hak-hak rakyat;

f. Adanya jaminan perlindungan HAM.

Keberadaan konstitusi baik dilihat dari fungsi maupun tujuannya esensinya adalah
membatasi kekuasaan pemerintahan negara sedemikian rupa, sehingga penyelenggaraan

2
negara tidak berdifat sewenang-wenang atau melakukan penyalabgunaan wewenang. Dari
pembatasan itu, maka bak-hak warga negara lebih terjamin dan terlindungi secara pasti.
Gagasan ini disebut dengan konstitusionalisme. Konstitusionalisme menurut C.J.Fricderich
(Koenardi dan Saragih, 1994) adalah pemerintahan merupakan kumpulan kegiatan yang
diselenggaraka dan atas nama rakyat, tetapi dikenakan beberapa pembatasan yang diharapkan
menjamin, bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu, tidak disalahgunakan
oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah.

Agar keberadaan konstitusi jelas kepastiannya tentang fungsi dan tujuannya, maka
menurut Sri Sumantri (1979) konstitusi berisi tiga hal pokok :

a. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warganegara,

b. Ditetapkannya susunan kctatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental, dan

c. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental

Sementara Miriam Budiardjo (1977) mengemukakan setiap UUD hendaknya memuat


ketentuan-ketentuan mengenai :

a. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif dan
yudikatif, pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian;
prosedur penyelesaian masaah pelanggaraan yudikatif oleh salah satu badan pemerintah dan,
sebagainya.

b. Hak-hak asasi manusia.

c. Prosedur mengubah UUD

d. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD.

3
DAFTAR PUSTAKA

Kharisma, M. R. (2021). PENGEMBANGAN MUATAN MATERI KONSTITUSI


TENTANG HAK ASASI MANUSIA: PERBANDINGAN INDONESIA,
SINGAPURA, DAN REPUBLIK RAKYAT CINA. Jurnal Poros Hukum
Padjadjaran, 2(2), 342-365.
Sarbaini. (2019). Pendidikan Kewarganegaraan UNTUK PERGURUAN TINGGI Membina
Karakter Warga Negara yang Baik. Banjarmasin: UPT MKU (MPK-MBB) Universitas
Lambung Mangkurat.

Sari, I. (2018). Konstitusi Sebagai Tolak Ukur Eksistensi Negara Hukum Modern. Jurnal
Ilmiah Hukum Dirgantara, 9(1).

Santoso, M. A. (2013). Perkembangan Konstitusi di Indonesia. Yustisia Jurnal Hukum, 2(3).

Anda mungkin juga menyukai