Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN BAB I

❖ Menurut Chris Brown dalam bukunya Understanding International Relations, PLN dapat
dipahami sebagai cara untuk mengartikulasikan dan memperjuangkan kepentingan nasional
terhadap dunia luar. Sehingga PLN sangat erat kaitannya dengan kepentingan nasional suatu
negara.

❖ Kepentingan Nasional Menurut Dewi Fortuna Anwar, Ahli Peneliti Utama LIPI
➢ Pandangan objektif melihat kepentingan nasional sebagai sesuatu yang bisa
didefinisikan secara jelas dengan menggunakan kriteria yang objektif sehingga
rumusan kepentingan nasional suatu negara akan cenderung konstan dari waktu ke
waktu.
➢ Sementara pandangan subjektif melihat kepentingan nasional sebagai suatu yang selalu
berubah mengikuti preferensi subjektif para pembuat keputusan. Sehingga
kepentingan nasional dan kebijakan yang dihasilkan dapat saja mengalami perubahan
tergantung pada pandangan, sikap, dan preferensi pilihan para elit pembuat kebijakan.

❖ Teori Elit oleh Thomas R. Dye dan Harmon Zeigler menyatakan bahwa kebijakan yang
dihasilkan merupakan preferensi dan nilai dari para elit yang berkuasa.

❖ Politik/Kebijakan Luar Negeri tidak dapat dipisahkan dengan kepentingan nasional karena PLN
merupakan upaya untuk mempertemukan kepentingan nasional dengan perkembangan dan
perubahan lingkungan internasional. Kebijakan LN adalah cerminan dari kepentingan
nasional negara.
- Menurut Scott Burchill kepentingan nasional merupakan motivasi negara untuk
menjalankan KLN.
- Menurut Jack C. Plano dan Roy Olton (1982), kepentingan nasional adalah tujuan
mendasar serta faktor yang paling penting untuk menentukan yang memandu para
pembuat keputusan pada saat merumuskan politik luar negeri

❖ Kepentingan Nasional Joseph Frankel pada bukunya The National Interest (1970)
➢ Membagi konsep kepentingan nasional pada tingkat aspirasional dalam 7 sifat
yaitu: 1. berjangka panjang; 2. berakar dalam sejarah dan ideologi; 3. sumber kritik
oposisi terhadap pemerintah; 4. memberikan kesadaran akan tujuan atau harapan
kebijaksanaan; 5. Bisa saling bertentangan; 6. Tidak perlu studi kelayakan; 7. Lebih
ditentukan oleh kehendak politik daripada kemampuan nyata.
➢ Dalam tingkat aspirasional, kepentingan nasional dipahami hanya sebagai value, artinya
hanya berfungsi sebagai garis landasan bagi arah kebijakan politik LN. (value:
mengarahkan pada tujuan-tujuan ideal yang ingin dicapai suatu negara)
➢ Dalam tingkat operasional, kepentingan nasional merupakan keseluruhan kebijakan yang
benar-benar dilaksanakan dalam politik LN
➢ Dalam tingkat polemik, kepentingan nasional dipakai untuk menjelaskan, mengevaluasi,
merasionalisasikan, dan mengkritik PLN.
❖ Politik Luar Negeri mengandung 2 unsur yang saling berinteraksi
1. Keajegan (tetap)
■ Nilai-nilai yang diyakini masyarakat
■ Prinsip-prinsip bernegara yang telah disepakati
2. Perubahan
■ Persoalan strategi, prioritas, dan cara-cara memperjuangkan kepentingan
nasional.

❖ 4 Faktor determinan untuk memahami perilaku PLN yang dinamis menurut William D. Coplin
1. Konteks internasional (situasi politik internasional yang sedang terjadi)
■ Ada 3 elemen penting untuk membahas dampak konteks internasional terhadap
PLN:Geografis, Ekonomis, Politis
2. Perilaku Para Pengambil Keputusan, mencakup pihak eksekutif, kementerian, dan
lembaga negara).
■ Dalam menentukan KLN perilaku pemerintah dipengaruhi oleh persepsi,
pengalaman, pengetahuan, dan kepentingan individu
3. Kondisi ekonomi dan militer
■ Kemampuan ekonomi dan militer memengaruhi interaksinya dengan negara lain
4. Politik dalam negeri
■ Situasi yang terjadi di dalam negeri akan memberikan pengaruh dalam
perumusan dan perlaksanaan PLN.

❖ Pembagian faktor determinan menurut Bantarto Bandoro berdasarkan kecepatan perubahan


yang terjadi (pace of change)
1. Determinan yang kestabilannya tinggi, perubahan dalam determinan berjalan lambat dan
kemungkinan dapat berubah mendadak, ex: lokasi, ukuran geografi, sumber daya,
populasi
2. Kestabilan Moderat, perubahan terjadi lebih lamban, ex: budaya politik, gaya politik,
kepemimpinan politik
3. Kestabilan rendah/ tidak stabil, ex: persepsi dan sikap

❖ Politik Luar Negeri Indonesia dipengaruhi oleh


1. Dinamika politik internasional
2. Dinamika politik Domestik, dipengaruhi oleh
■ Determinan Tetap
- Lahir dari cita-cita hidup dan falsafah bangsa Indonesia
- Pancasila, UUD 1945, Prinsip Bebas Aktif
■ Determinan Berubah: Kondisi sosial, politik, militer, ekonomi, perilaku pembuat
kebijakan, modalitas, sejarah hubungan sebuah bangsa, keagamaan, opini
publik, lembaga negara, birokrasi, elit domestik, dan kelompok kepentingan

❖ Roeslan Abdulgani menyatakan bahwa PLN dari tiap-tiap negara adalah lanjutan dan refleksi dari
politik dalam negeri. PLN diarahkan pada upaya untuk mengaitkan strategi dan kebijakan
pembangunan nasional dengan langkah-langkah yang ditempuh di tingkat Internasional.
PENTING TAMBAHAN PAK NIZAR
❖ Dalam kajian politik luar negeri, elit politik luar negeri adalah perorangan atau sekelompok orang
dan kementrian juga lembaga negara yang memiliki pengaruh dan menjadi lingkaran utama
dalam merumuskan, menentukan dan mengevaluasi politik luar negeri
❖ Elit politik terbagi menjadi 2 yakni:
1. Orang-orang yang menduduki jabatan di pemerintahan seperti presiden, anggota
legislatif
2. Orang-orang yang tidak menduduki kursi di pemerintahan tetapi punya pengaruh dan
kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan, ex: pengusaha, ketua partai, mantan presiden

❖ Kepentingan Nasional Indonesia berangkat dari pendekatan pragmatis dan idealis


1. Pragmatis: menggunakan pertimbangan cost n benefit, keuntungan untuk bangsa
sendiri, misal amanat di UUD ‘45 misal untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
2. Idealis: pandangan bangsa terhadap dunia yang ideal. Ex: Indonesia turut berkontribusi
dalam konflik antara Israel-Palestina merupakan amanat dari Pembukaan UUD ‘45
bahwa kemerdekaan ialah hak segala bangsa, maka penjajahan harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.

❖ Dinamika dan Ide-Ide yang membentuk KLN di awal-awal kemerdekaan:


➢ Semangat Anti kolonialisme berakar dari pengalaman historis Indonesia pernah dijajah
➢ Persaingan antara 2 blok besar menghasilkan Gerakan Non Blok dan Prinsip LN
Bebas Aktif

❖ Resep ketertiban dunia dari Indonesia : kemerdekaan, penjajahan diatas dunia harus
dihapuskan, perdamaian abadi dan Hubungan antar bangsa yang dilandasi keadilan sosial,
perikemanusiaan dan perikeadilan.

❖ Analisis Kebijakan Luar Negeri menurut Graham T. Allison (1971)


1. Model Aktor Rasional
■ Pemerintah merupakan aktor rasional yang akan memaksimumkan tujuan
strategis negara serta hal-hal objektif lainnya dengan pertimbangan empiris,
objektif, dan ilmiah dalam mengidentifikasi masalah.
■ Menggunakan pertimbangan take and give dan cost and benefit baik jangka
pendek, menengah, panjang.
2. Model Proses Organisasi
■ PLN merupakan hasil output proses organisasi
■ Negara merupakan kumpulan organisasi yang otonom
■ Fokus pada lembaga negara
■ Penting untuk mengurai siapa saja lembaga negara, kepentingan, kapasitas, dan
kapabilitasnya.
3. Model Proses Birokrasi
■ Kebijakan PLN yang diambil sebuah negara merupakan hasil “tawar menawar”
dalam proses birokrasi negara.
■ Memperhatikan proses di dalam birokrasi
■ Tidak hanya fokus kepada lembaga negara formal, tapi juga aktor informal
seperti “elite” juga berpengaruh untuk membentuk prioritas, persepsi, menekan
pemerintah, dan isu kepentingan mereka dalam pembuatan kebijakan.
■ Melibatkan identifikasi aktor informal yang terlibat dalam pembuatan kebijakan,
termasuk kelompok kepentingan di luar negara.
■ Mengobservasi ‘action channel’ aktor informal atau kelompok kepentingan yang
terlibat dalam mempengaruhi kebijakan. “power and influence

❖ Analisis Kebijakan Luar Negeri menurut K. J Holsti (1981)


- Memberikan tiga kriteria untuk mengklasifikasikan tujuan-tujuan PLN:
1. Nilai (values) yang menjadi tujuan dari para pembuat keputusan.
2. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Tipe tuntutan yang diajukan suatu negara kepada negara lain.
- Tiga konsep untuk menjelaskan politik luar negeri.
1. PLN sebagai orientasi yang berisi sikap, persepsi dan nilai-nilai yang diambil dari
pengalaman sejarah dan keadaan strategis yang menentukan posisi negara
dalam politik internasional.
2. PLN sebagai rencana dan komitmen konkrit yang dikembangkan agar situasi
lingkungan internasional mendukung kebijakan PLN negara tersebut.
3. PLN sebagai langkah-langkah yang diambil yang berhubungan dengan kejadian
atau situasi lingkungan eksternal yang penting untuk direspons negara tersebut.
- 3 Variabel/Kondisi yang menjadi pertimbangan
1. Situasi dan kondisi eksternal, situasi dan kondisi global yang sedang terjadi,
PLN merupakan fenomena politik antar negara yang saling berinteraksi, saling
respon, baik dalam kerjasama/ rivalitas-konfliktual.
2. Kondisi objektif sebuah negara, negara dalam kemampuan ekonomi, politik
dan militer dalam kategori lemah, menengah atau kuat
3. Persepsi elit pemerintahan

❖ Analisis Kebijakan LN dengan Pendekatan Individu


● Melihat faktor idiosinkratik: melihat kepribadian individu para elit politik meliputi
rasionalitas, nilai-nilai yang dianut, latar belakang, psikologi, budaya, titik kepemimpinan,
persepsi.
● Apa yang dipikirkan dan diyakini elit pembuat kebijakan sangat menentukan tindakan
negara.

❖ Hubungan Kebijakan Luar Negeri dengan Kebijakan Domestik


➢ KLN ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan domestik
➢ Kebijakan domestik dituntut agar adaptif terhadap KL.
➢ Sehingga, KLN memuat 2 hal yakni:
Planning (telah direncanakan sejak awal) dan Respons (respon terhadap
kejadian/peristiwa politik, ekonomi, militer yang tiba-tiba terjadi)
RANGKUMAN BAB II. LANDASAN DAN PRINSIP PLN RI
❖ Landasan Politik Luar Negeri Indonesia
1. Landasan konstitusional (UUD 1945)
■ Pasal-pasal UUD 45 memberikan garis-garis besar dalam KLN Indonesia
■ PLN RI merupakan salah satu upaya untuk mencapai kepentingan nasional
Indonesia yang termuat dalam UUD 45.
2. Landasan Idiil (Pancasila)
■ Moh Hatta menyebutkan, Pancasila merupakan salah satu faktor objektif yang
mempengaruhi PLN RI karena Pancasila sebagai falsafah negara mengikat
seluruh bangsa
■ Kelima sila pancasila berisi pedoman dasar pelaksanaan kehidupan berbangsa
dan bernegara yang ideal dan mencakup seluruh sendi kehidupan manusia.
3. Landasan operasional
■ Pada masa orde lama sebagian besar landasan operasional dinyatakan melalui
maklumat dan pidato-pidato Presiden Soekarno misal
- Maklumat Politik Pemerintahan 1 November 45 yang intinya Indonesia
menganut prinsip damai, hidup bertetangga baik dengan negara-negara
kawasan, tidak turut campur tangan urusan domestik negara lain, dan
mengacu pada Piagam PBB.
- Pidato Soekarno “Jalannya Revolusi Kita”, hubungan LN agar tidak berat
sebelah ke Barat atau ke Timur.
- Perincian Pelaksanaan Manifesto Politik RI inti kebijakan antara lain
tentang sifat PLN RI yang bebas aktif, anti-imperialisme, dan
kolonialisme.
■ Pada masa orde baru dipertegas dalam peraturan formal seperti: Tap MPRS, Tap
MPR tanggal 22 Maret 1973, Petunjuk Presiden 11 April 1973, Tap MPR tentang
GBHN
- Seluruh Tap MPR di atas dijabarkan dalam Pola Umum Pembangunan
Jangka Panjang dan Pelita Dua hingga Enam.
- Pada era ini, perjuangan anti kolonialisme dan anti imperialisme yang
selalu didengungkan di era orde lama tidak lagi dimunculkan. PLN
Indonesia lebih difokuskan pada upaya pembangunan ekonomi dan
peningkatan kerjasama internasional.
■ Pada masa reformasi, Kabinet Gotong Royong (2001-2004)
mengoperasionalkan PLN RI melalui Tap MPR No.IV/MPR/1999 tanggal 19 Okt
1999 tentang GBHN, UU No. 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri dan
UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, Sementara di Kabinet
Indonesia Bersatu disusun RPJM tahun 2004-2009

❖ Prinsip Politik LN Indonesia menganut prinsip Bebas Aktif, menurut Hatta dalam tulisannya
“Mendayung Antara Dua Karang”
➢ Bebas: Indonesia tidak berada dalam kedua blok dan mempunyai jalannya sendiri untuk
mengatasi persoalan internasional. Dalam arti luas menunjukkan tingginya nasionalisme
dan menolak keterlibatan atau ketergantungan terhadap pihak luar yang dapat
mengurangi kedaulatan Indonesia.
➢ Aktif: Berupaya lebih giat untuk menjaga perdamain dunia dan meredakan ketegangan
kedua blok
TAMBAHAN MATERI BUKU LEO SURYADINATA “Politik LN Indonesia”
❖ Faktor Determinan Politik Luar Negeri Indonesia
1. Persepsi para pemimpin atas batas-batas wilayah dan peranan Indonesia di dunia
internasional.
Sejarah dan tradisi Indonesia turut mempengaruhi persepsi para pemimpin Indonesia
dalam kaitannya soal wilayah negara dan peranannya di dunia Internasional. Sebelum
kemerdekaan para pemimpin Indonesia berdebat:
- Moh Yamin, negarawan dan penyair nasionalis mengatakan bahwa puncak
Kerajaan Majapahit adalah masa kemegahan terbesar dalam sejarah Indonesia.
Ia percaya suatu Indonesia merdeka harus meliputi wilayah Kerajaan Majapahit
(meliputi Hindia Belanda, Malaya, Borneo, Tmor, dan Papua New Guinea)
- Moh Hatta, memilih untuk membatasi batas-batas wilayah Indonesia sesuai
dengan Hindia Belanda. Menurutnya, memasukkan wilayah di luar Hindia
Belanda akan menunjukkan kesan Imperialistik. Indonesia harus meliputi
sedikitnya wilayah Hindia Belanda, tidak termasuk Papua New Guinea.
- Soekarno, menurutnya wilayah Indonesia tidak perlu dibatasi pada wilayah lama
Hindia Belanda karena bukanlah warisan Belanda. Soekarno merujuk pada 2
kerajaan, Sriwijaya dan Majapahit.
2. Persepsi elit terhadap ancaman asing dan konsep kepulauan
- Selama era Soekarno ancaman eksternal dipahami datang dari negara-negara
Barat karena sejarah kolonialisme dari Barat.
- Sementara Soeharto menganggap ancaman asing berasal dari negara Timur,
RRC dianggap ancaman paling berbahaya. Berangkat dari latar belakang
peristiwa kudeta 1965. Hubungan antara RRC dengan PKI dianggap
membahayakan keamanan Indonesia. Selama masa kolonial masyarakat
pribumi juga merasa bahwa etnis China dilindungi oleh pemerintah Kolonial.
3. Budaya politik masyarakat Indonesia
- Soekarno memformulasikan ideologi Pancasila adalah konsep abangan dan
perasaan nasionalisme yang kuat sehingga menolak Islam dengan hukum
syariah. Abangan merujuk pada masyarakat Jawa maupun non-Jawa yang
merupakan Islam Liberal.
- Soeharto percaya bahwa penguasa harus mengikuti tradisi Jawa, merujuk pada
budaya politik jawa. Penguasa dilihat sebagai pusat kekuasaan yang harus
dipatuhi.

Anda mungkin juga menyukai