Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMBAGIAN LOGIKA SEBAGAI PENALARAN DALAM PERSPEKTIF


ILMU PENGETAHUAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Logika
Dosen Pengampu: Althaf Husein Muzakky, M.Ag.

Disusun Oleh:
1. Riva Nur Rokhmah 2230110009
2. Fais Zaffa 2230110018
3. Nur Laila Syarifah 2230110029

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kepada kehadirat Allah SWT atas karunia
dan segala hikmah, taufik, dan hidayah-Nya yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pembagian Logika” ini dengan tepat waktu. Tujuan kita menulis makalah
ini adalah sebagai bentuk pertanggung jawaban kami atas tugas yang telah
diberikan oleh bapak Althaf Husein Muzakky, M.Ag. pada mata kuliah
Logika. Makalah ini juga bertujuan untuk menambah literasi teman-teman,
menambah wawasan mengenai penjelasan logika, dan manfaat logika.
Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Althaf Husein
Muzakky, M.Ag. dosen mata kuliah logika yang telah memberikan tugas
makalah ini sehingga kita tau mengenai. Tidak lupa juga kami mengucapkan
Terima Kasih banyak kepada orang-orang yang terlibat mengenai sumber-
sumber makalah ini yang telah mencurahkan isi pikiran-Nya, dan ilmu-Nya.
Kami sadar makalah yang kami buat ini belum sempurna, untuk itu kritik
dan saran mengenai makalah ini pasti akan kami terima sebagai revisi untuk
ke tahap penyempurnaan.

Kudus, 14 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
BAB II .................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
A. Pengertian Logika ........................................................................................... 6
B. Pembagian Logika .......................................................................................... 8
Logika dilihat dari Kemampuan ...................................................................... 8
2. Logika Dilihat dari Sejarah ...................................................................... 9
3. Logika Dilihat dari Bentuk dan Isi ........................................................... 9
4. Logika Dilihat dari Cara Penarikan Kesimpulan ..................................... 10
BAB III ................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................ 14
Simpulan ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Logika merupakan cabang filsafat yang membahas aturan, prinsip, hukum
dan metode atau prosedur untuk memperoleh pengetahuan secara rasional dan
benar sistematis. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang memiliki
keunikan atau makhluk yag kompleksibel. karena pada satu sisi manusia
hanyalah lemah (tak berdaya), disisi lainnya manusia sangat kuat dan dapat
memahami kebenaran yang diinginkan. Kompleksibel tersebut dikarenakan
manusia dapat dicirikan seperti adanya materi (badan/tubuh) dan substansi
(jiwa, akal dan nafsu).

Filsafat dan ilmu pengetahuan adalah dua produk dan nalar peradaban
manusia yang saling berkait erat. Manusia menjalankan amanah sebagai
khalifah dan abdi Allah, selain oleh agama ia juga dituntun oleh filsafat dan
ilmu pengetahuan. Jadi manusia adalah sebagai pemegang amanah terhadap
pemeliharaan dunia oleh karenanya manusia memerlukan pengetahuan dan
pemikiran dalam mengemban tugas tersebut.1.

Mukhtar Latif di dalam bukunya Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafat


Ilmu (2014:275) menerangkan pada perspektif epistemologi bahwa
karakteristik atau watak manusia itu adalah senang bertanya, makhluk pencari
kebenaran, hingga Aristoteles berpendapat bahwa manusia itu adalah hewan
berbicara berdasarkan akal pikiran (the animal that reason). Sedangkan
beberapa ahli filsafat, seperti Socrates menyebut manusia sebagaizoon politicon
(hewan yang bermasyarakat/berpikir) dan Max Scheller menyebutnya sebagai
Dos Kranke Tier atau hewan yang sakit yang selalu bermasalah dan gelisah. 2

1
Sobur, Kadir. (2015). "Logika dan Penalaran dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan." TAJDID:
Jurnal Ilmu Ushuluddin 14.2
2
Fadli, Andi Muh Dzul, et al. Filsafat Ilmu dan Logika. Deepublish, 2022.hlm,1-2.
Perlu disadari bahwa sesuatu yang logis biasanya akan mudah dipahami
oleh nalar kita tetapi sesuatu yang tidak logis kadang bertentangan dengan
pikiran dan hati kita. Dalam banyak hal kita sering mengalami berbagai
kejadian yang kita pikir tidak logis misalnya ada yang jelas-jelas melakukan
korupsi dengan uang milliaran rupiah bahkan triliunan rupiah tapi di mata
hukum disamakan dengan seorang pencuri seekor ayam. Ada juga yang jelas
terbukti bersalah tetapi tidak tersentuh oleh hukum. Atas dasar realitas tersebut
diperlukan suatu logika dalam kehidupan manusia agar kita mengetahui kapan
saatnya berpikir logis, kapan saatnya berpikir tidak logis, setiap tempat dan
waktu ada logikanya, setiap logika ada waktu dan tempatnya. Memahami
hakikat keduanya haruslah dengan baik dan benar justru kita menempatkan diri
dalam segala keadaan serta proporsional di tengah manusia yang bervariasi
tingkat logika dan pemikirannya. Peristiwa yang terjadi pasti menimbulkan
penalaran, apakah sesuai dengan kehendak berpikir atau tidak sesuai sama
sekali.5Maka dengan demikian penggunaan logika dalam konteks kehidupan
keseharian memang sangat dibutuhkan hal ini menunjukkan sejauh mana
kapasitas individu tersebut dalam memanfaatkan dan memaksimalkan potensi
diri. Dalam ilmu logika terdapat pembagian dalam memahami konteks
penalaran. Tentunya dalam makalah ini akan dijelaskan lebih rinci terhadap
pengertian dan pembagian logika.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan logika?
2. Apa saja bentuk pembagian logika sebagai penalaran dalam
perspektif ilmu pengetahuan?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengertian logika
2. Mengetahui pembagian logika sebagai penalaran dalam perspektif
ilmu pengetahuan.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Logika
Secara bahasa, logika berasal dari Bahasa latin logos yang berarti
“perkataan”. Penggunaan istilah logos sendiri sebenarnya diturunkan dari
kata sifat logike: “Pikiran” atau “kata”. Dalam bahasa Arab, istilah mantiq
berasal dari kata kerja Nataqa yang berarti “berkata” atau “berucap”. Secara
etimologis, logika berasal dari kata Yunani logos yang memiliki beberapa
arti, seperti ucapan, Bahasa, kata, pengertian, pikiran, akal budi, ilmu.
Istilah logos kemudian diturunkan menjadi kata sifat logis yang sudah tidak
asing penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.3 Ketika orang berbicara
tentang perilaku yang logis maka arah pembicaraan yang dituju adalah
sebagai lawan terhadap perilaku yang tidak logis, tentang tata cara yang
logis, penjelasan yang logis, jalan pikiran yang logis, dan sejenisnya.
Penggunaan kata logis memiliki makna kurang lebih sama dengan “masuk
akal” singkatnya, segala sesuatau yang dapat diterima dan sesuai dengan
akal sehat.
Sepanjang sejarahnya, ada begitu banyak definisi yang disusun oleh
para ahli mengenai logika. Menurut Amsal Bakhtiar logika adalah sarana
untuk berpikir dengan sistematis, tertaur, terarah, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai
dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih dari satu.4
Sedangkan menurut Poespoprojo logika adalah ilmu kecakapan menalar
atau berfikir dengan tepat (The Science and art of correct thingking).
Pengertian diatas mengindikasikan bahwa berfikir atau menalar adalah
kegiatan akal budi manusia untuk mengolah pengetahuan yang kita terima
melalui panca indra dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. Selain
itu, secara umum memang ada kemiripan satu sama lain diantara pendapat

3
Ainur Rahmat Hidayat, Filsafat Berfikir: Teknik-teknik Berfikir Logis Kotra Kesesatan Berpikir,
Duta Media, 2018, LIII.
4
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, 212
para ahli. Misalnya, ada yang berpendapat bahwa logika merupakan ilmu
dalam lingkungan filsafat yang membahas prinsip dan hukum penalaran
yang tepat. Ada pula yang menganggap logika adalah ilmu pengetahuan
namun sekaligus pula merupakan kecakapan untuk berpikir lurus, teratur,
dan tepat. Ilmu yang dimaksud merupakan mengacu pada kemampuan
rasional untuk mengetahui, sementara keterampilan mengarah pada
kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan.
Ahli lain berpendapat logika sebagai teknik atau metode untuk meneliti
ketepatan berpikir. Ada juga yang berkata logika sebagai ilmu yang
mempersoalkan prinsip dan aturan penalaran yang sah.5 Banyaknya
perbedaan definisi dari para ahli bukanlah sebagai penghambat melainkan
perbedaan diantara satu definisi dengan difinisi yang lain saling melengkapi
satu sama lain.
Selain definisi di atas logika juga sering disebut sebagai “jembatan
penghubung” antar filsafat dan ilmu yang artinya teori tentang penyimpulan
yang sah. Penyimpulan yang sah ini sesuai dengan pertimbangan akal dan
runtut sehingga mampu dilacak kembali yang sekaligus juga benar. Logika
bisa juga didefinisikan sebagai teori penyimpulan yang berlandaskan pada
suatu konsep. Dia bisa dinyatakan dalam bentuk kata, istilah, maupun
himpunan. Hal inilah yang menyebabkan dalam psikotes atau tes IQ pasti
ada bagian tes yang menguji kemampuan penalaran. Proses tersebut adalah
untuk mengukur seberapa dalam dan hebatkah kita menggunakan
kemampuan penalaran ini. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa logika
pada prinsipnya merupakan cabang filsafat yang mempelajari asas, aturan
formal, prosedur, dan kriteria yang tepat agar tercapai kebenaran yang
rasional.

5
Oloan Tumanggor, Raja., Suharyanto, C. (2019). Logika Ilmu Berpikir Kritis. Jurnal Online
Internasional & Nasional Vol. 7 No.1
B. Pembagian Logika
Logika merupakan suatu cara untuk mendapatkan suatu pengetahuan
dengan menggunakan akal pikiran, kata, dan bahasa yang dilakukan secara
sistematis. Berdasarkan sudut pandang peninjauannya, logika dapat
disistematiskan menjadi beberapa golongan.

1. Logika dilihat dari Kemampuan


Dilihat dari segi kualitas atau kemampuannya logika dapat dibedakan
menjadi dua yakni :6
a. Naturalis (logika alamiah)
Logika naturalis (logika ilmiah) atau juga disebut Mantiq al-Fitri
merupakan kecakapan berlogika berdasarkan akal bawaan manusia.
Pada normalnya, akal manusia dapat bekerja secara spontan sesuai
hukum-hukum logika dasar, serendah apapun intelegensi seseorang
hakikatnya ia masih dapat membedakan bahwa dua hal yang
bertentangan tidaklah sama. Setiap orang di dunia ini memiliki
kemampuan berlogika naturalis yang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi
oleh tingkat intelegensi dan pengetahuan yang berbeda antar individu.
Sebagai contoh, politikus dan para ahli pidato atau seseorang yang
terbiasa bertukar pikiran, mereka dapat mengutarakan jalan pikirannya
secara logis meskipun barangkali mereka belum pernah mempelajari
atau bahkan membuka buku logika sekalipun. Dalam menghadapi
permasalahan yang rumit dan memerlukan pemikiran yang dalam,
manusia cenderung menggunakan pengetahuannya yang terbatas serta
bersifat subjektif sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan.7
Kemampuan ini merupakan kemampuan yang ada pada manusia sejak
lahir atau biasa disebut akal bawaan manusia.
b. Logika Artifisialis (Logika Ilmiah)

6
Mundiri. (1994). Logika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
7
Sobur, K. (2015). “Logika Dan Penalaran Dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan,” TAJDID: Jurnal
Ilmu Ushuluddin, 14.2 .
Logika Artifisialis atau logika ilmiah (Mantiq As-Suri) diperoleh dari
proses belajar secara khusus yang bertujuan memperhalus,
mempertajam, serta menunjukkan jalan pemikiran agar akal dapat
bekerja lebih teliti, efisien, mudah dan aman. Logika ilmiah menjadi
ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam
setiap pemikiran dan dimaksudkan untuk menghindarkan atau paling
tidak mengurangi kesesatan.8 Dalam kaitannya dengan logika naturalis,
logika artifisialis membantu manusia menyusun hukum-hukum patokan
dan rumus-rumus berpikir lurus dalam mengatasi kenyataan yang tidak
dapat ditanggulangi logika naturalis, sehingga diharapkan dapat
mengurangi atau menghindari kesalahan yang mungkin akan timbul.

2. Logika Dilihat dari Sejarah

a. Logika Tradisional

Logika tradisional adalah Logika Aristoteles, dan Logika Logikus yang


lebih kemudian, tetapi masih mengikuti sistem Logika Arsitoteles. Para
Logikus sesudah Aristoteles tidak membuat perubahan atau mencipta
sistem baru dalam Logika kecuali hanya membuat komentar yang
menjadikan Logika Aristoteles lebih elegant dengan sekedar
mengadakan perbaikan-perbaikan dan membuang hal-hal yang tidak
penting dari Logika Aristoteles.9

b. Logika Modern
Logika Modern tumbuh dan dimulai pada abad XIII. Mulai pada abad
ini ditemukan sistem baru, metode baru yang berlainan dengan sistem
Logika Aristoteles. Saatnya dimulai sejak Raymundus Lullus
menemukan metode baru Logika yang disebut Art Magna.

3. Logika Dilihat dari Bentuk dan Isi


a. Logika Formal (Mantiq As-Suwari)

8
Mundiri. (1994). Logika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persad, hal 15
9
Handoko Sitindaon, R. Bahan Ajar Mata Kuliah: Logika Untuk Mahasiswa. Sekolah Tinggi
Theologia Ebenhaezer
Logika Formal yaitu logika yang hanya membahas kebenaran dari
segi bentuk. Logika formal mempelajari asas-asas aturan-aturan atau
hukum-hukum berfikir yang harus di taati, agar orang dapat berfikir
dengan benar dan mencapai kebenaran.10 Kevalidan atau kebenaran
dalam pengambilan kesimpulan berdasarkan premis-premis, maka
bilamana premisnya salah, maka dipastikan kesimpulannya salah.
b. Logika Material (al-Mantiq al-Maddi)
Logika Material yaitu logika yang membahas kebenaran dilihat dari
isinya. Artinya, argumen itu akan dinyatakan benar, manakala isi
yang ada dalam argumen tersebut sesuai dengan kenyataannya.
Logika material mempelajari sumber-sumber dan asalnya
pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan,
dan akhirnya merumuskan metode pengetahuan tersebut.11

4. Logika Dilihat dari Cara Penarikan Kesimpulan

a. Logika Induktif
Logika Induktif, dikenal juga metode induktif. Artinya, kebenaran
itu diambil dari hal-hal yang bersifat khusus dan ditarik satu
kesimpulan yang umum. Penalaran ini dimulai dari kenyataan-
kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum. Seperti:
Besi dipanaskan memuai
Seng dipanaskan memuai
Emas dipanaskan memuai
Timah dipanaskan memuai
Platina dipanaskan memuai
Jadi: semua logam jika dipanaskan memuai

10
Sobur, K. (2015). “Logika Dan Penalaran Dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan,” TAJDID:
Jurnal Ilmu Ushuluddin, 14.2 .
11
Hasbullah Bakri, Sistematik Filsafat, Jakarta: Widjaya. 1986. 20-21.
b. Logika Deduktif
Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-
prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta
kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari
pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang terutama ditelaah adalah
bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai dengan
pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain
karena proses penyimpulannya adalah tepat dan sah. Logika
deduktif merupakan kebalikan dari penalaran induktif yaitu logika
yang didasarkan pada kebenaran yang bersifat umum dan ditarik
sebuah kesimpulan yang bersifat khusus. Seperti:
Semua logam bila dipanaskan, memuai
Tembaga adalah logam
Jadi: tembaga bila dipanaskan, memuai
Jadi antara penalaran/logika Induktif dan deduktif
mempunyai hubungan yang erat. Mula-mula orang menggunakan
penalaran induktif untuk mendapatkan pernyataan yang bersifat
umum. Pernyataan umum ini menjadi dasar pemikiran deduktif.
Dengan deduktif kita dapat mengetahui pengetahuan yang baru yang
dicakup oleh pernyataan induktifnya.12
Baik logika deduktif maupun logika induktif dalam proses
penalarannya, merupakan premis-premis yang berupa pengetahuan
yang dianggapnya benar. Kenyataan ini membawa kita kepada
sebuah pernyataan yaitu bagaimanakah caranya mendapatkan
pengetahuan yang benar. Sebenarnya terdapat dua cara yang pokok
bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang
pertama mendasarkan diri pada rasio dan yang kedua mendasarkan
diri kepada pengalaman.

12
Handoko Sitindaon, R. Bahan Ajar Mata Kuliah: Logika Untuk Mahasiswa. Sekolah Tinggi
Theologia Ebenhaezer, hal 7
Manusia dianugerahi oleh Allah Swt kelebihan diatas makhluk
lainnnya sehingga manusia diberikan kesempatan istimewa untuk berfikir,
merasa, mendengar, melihat, bersikap dan berbuat benar. Pengetahuan
meruapakan sumber yang diperoleh dari setiap sikap dan tindakan melalui
kegiatan dan proses berfikir, merasa, dan mendengar. Seorang ahli fisika
yaitu Pascal memberikan tanggapannya dalam keterkaitan penalaran hasil
pengetahuan dengan proses dan tindakan dikaitkan dengan perasaan, bahwa
ternyata hati juga mempunyai logikanya sendiri. Dalam hal ini juga perlu
diketahui juga logikanya kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berfikir itu
didasarkan pada penalaran. Artinya penalaran adalah kegiatan berfikir yang
memiliki karateristik tertentu dalam menemukan suatu kebenaran. Dengan
demikian manusia dalam melakukan kegiatan berfikir tidak selalu
didasarkan pada penalaran, namun ada juga kegiatan berfikir yang
didadasrkan pada perasaan dan intuisi.13

Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu


kesimpulan yang berupa pengetahuan. Menurut Adib nalar adalah salah satu
corak berpikir untuk menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan
maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru dengan memperhatikan asas-
asas pemikiran, yaitu principium identitas, principium contradictionis,
principium tertii exclusi dan principium kompromi. Jadi penalaran
merupakan salah satu atau proses dalam berpikir yang menggabungkan dua
pemikiran atau lebih untuk menarik sebuah kesimpulan untuk mendapatkan
pengetahuan baru.

Manusia dapat menentukan nilai moral, etika, dan estetika dari


sebuah pengetahuan hasil penalaran. Manusia mengembangkan
pengetahuan dengan bertujuan untuk mengatasi dan memenuhi tantangan
hidup. Pengetahuan dari sebuah hasil penalaran akan terus berkembang
seiring perkembangan zaman, hal ini disebabkan oleh factor Bahasa yang
merupakan sarana komunikasi yang sangat efektif dan penting dalam

13
Ihsan, F. (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta. 118
kelangsungan hidup manusia yang berfungsi untuk menyampaikan
informasi kepada orang lain baik melalui lisan maupun tulisan. Kerangka
berfikir yang dimaksud adalah dimulai dengan mengamati fakta dan data,
menganalisa hubungan sebab akibat hingga kepada penarikan sebuah
kesimpulan. Penalaran merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai
karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Karekteristik tersebut
ditandai dengan pola berfikir yang runtut dengan menggunakan kaidah-
kaidah yang baku. Hingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dalam
lingkup logika berkaitan dengan penalaran dan ilmu berfikir. Jadi ilmu
logika adalah satu ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang aturan-
aturan berfikir dan berkomunikasi, agar dengan aturan-aturan tersebut dapat
diambil kesimpulan yang benar dan tepat.
BAB III

PENUTUP
Simpulan
logika adalah suatu cabang filsafat yang membahas tentang aturan-aturan,
asas-sasa, hukum-hukum dan metode atau prosedur dalam mencapai
pengetahuan secara rasional dan benar. merupakan suatu cara untuk
mendapatkan suatu pengetahuan dengan menggunakan akal pikiran, kata
dan bahasa yang dilakukan secara sistematis. Logika dapat
disistematisasikan menjadi beberapa golongan hal tersebut tergantung dari
perspektif mana kita melihatnya dilihat dari kualitasnya logika dapat
dibedakan menjadi dua yakni logika naturalis ( logika alamiah) dan logika
artifisialis (logika ilmiah). Logika artifisialis pertama-tama disusun oleh
Aristoteles (384-322 SM), sebagai sebuah ilmu tentang hukumhukum
berpikir guna memelihara jalan pikiran dari setiap kekeliruan. Logika
sebagai ilmu baru pada waktu itu, disebut dengan nama “analitika” dan
“dialektika”.

Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu


kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan
makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan
tindakannya yang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan melalui
kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang
dikaitkan dengan kegiatan berpikir. Penalaran merupakan suatu proses
berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Jadi
penalaran merupakan salah satu atau proses dalam berpikir yang
menggabungkan dua pemikiran atau lebih untuk menarik sebuah
kesimpulan untuk mendapatkan pengetahuan baru.
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, A. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, 212

Fadli, Andi Muh Dzul, et al. Filsafat Ilmu dan Logika. Deepublish, 2022.hlm,1-2.

Handoko Sitindaon, R. Bahan Ajar Mata Kuliah: Logika Untuk Mahasiswa.


Sekolah Tinggi Theologia Ebenhaezer, hal 7

Hasbullah Bakri, Sistematik Filsafat, Jakarta: Widjaya. 1986. 20-21.

Hidayat, Ainur Rahmat, Filsafat Berfikir: Teknik-teknik Berfikir Logis Kotra


Kesesatan Berpikir, Duta Media, 2018, LIII

Ihsan, F. (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta. 118

Mundiri. (1994). Logika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persad, hal 15

Sobur, Kadir, “Logika Dan Penalaran Dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan,”


TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin, 14.2 (2015), 387–414
<https://doi.org/10.30631/tjd.v14i2.28>

Tumanggor, Raja Oloan, dan Carolus Suharyanto, Logika Ilmu Berpikir Kritis,
ISSN 2502-3632 (Online) ISSN 2356-0304 (Paper) Jurnal Online
Internasional & Nasional Vol. 7 No.1, Januari – Juni 2019 Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta, 2019, LIII

Anda mungkin juga menyukai