Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat
iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu
kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Logika dan Penalaran
Hukum.”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita
semua, Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk
Ibu Hakiki Pangestu selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah menyerahkan
kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Kami juga
berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu berguna serta bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait cara berbahasa yang baik, cara
berpresentasi dan sebagainya.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah penulis ini dapat ditemukan banyak
sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti kritik
dan saran untuk kemudian dapat penulis revisi dan penulis tulis di masa yang selanjutnya, sebab
sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang
konstruktif. Di akhir, kami berharap makalah sederhana ini dapat dimengerti oleh setiap pihak
yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah ini
terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.
Kelompok VIII
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Logika adalah ilmu dan keterampilan . “Logika” berasal dari kata Yunani “logos”
yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu. logos dalam pengertian ilmu atau kajian
memiliki hubungan yang erat dengan salah satu aspek kajian yang menjadi objek formal
dari ilmu bersangkutan sekaligus membedakan ilmu tersebut dari ilmu-ilmu lainnya.
Penalaran berkaitan erat dengan aktivitas akal budi manusia “berpikir”. Berpikir itu
sendiri adalah bagian dari kehidupan manusia. Dengan berpikir, kita mampu berdialog,
menulis, mengkaji suatu uraian, mendengarkan penjelasan-penjelasan, dan mencoba
menarik kesimpulan dari apa yang kita lihat dan kita dengar. Tetapi berpikir yang sering
dirasa bersifat spontan itu bisa saja dianggap sebagai sesuatu yang mudah, gampang, dan
biasa-biasa. Namun apabila diselidiki lebih lanjut, terutama bila dipraktekkan sungguh-
sungguh, ternyata bahwa berpikir dengan teliti, tepat, dan teratur merupakan kegiatan
yang cukup sukar. Manakala kita meneliti dengan saksama dan sistematis berbagai
penalaran, mungkin saja akan kita temui banyak kejanggalan, kekeliruan, dan penalaran
yang tidak “nyambung”. Hal itu disebabkan antara lain karena dalam berpikir orang
mudah tertangkap dalam perasaan-perasaannya, menganggap benar apa yang disukainya,
terpengaruh prasangka, kebiasaan, dan pendapat umum.
Dalam keadaan yang demikian, kita sulit mengajukan alasan yang tepat atau
menunjukkan mengapa suatu pendapat tidak dapat diterima. Karena itu dalam kegiatan
berpikir, kita dituntut untuk sungguh-sungguh melakukan pengamatan yang kuat dan
cermat supaya sanggup melihat hubungan-hubungan, kejanggalan-kejanggalan, dan
kesalahan-kesalahan yang terselubung. Logika muncul bersama dengan filsafat. Itu tidak
berarti logika berdiri sendiri sebagai satu disiplin di samping filsafat melainkan bahwa
dalam filsafat Barat – sudah nyata pemikiran yang logis. Untuk menetapkan dengan pasti
kapan“hari lahir” logika tidak mungkin. Umumnya diterima bahwa orang pertama yang
melakukan pemikiran sistematis tentang logika adalah Filsuf Besar Yunani Aristoteles
(384-322 M). Menarik, karena Aristoteles sendiri tidak menggunakan istilah “logika”.
1
Apa yang sekarang kita kenal sebagai logika, oleh Aristoteles dinamakan “Analitika”
sampai penyelidikan terhadap argumentasi-argumentasi yang bertitik-tolak dari putusan-
putusan yang benar Dan “Dialektika” sampai penyelidikan terhadap argumentasi-
argumentasi yang bertitik-tolak dari putusan-putusan yang masih diragukan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Logika
Logika diturunkan dari kata “logike” (bahasa yunani), yang berhubungan dengan kata
benda logos, suatu yang menunjukkan kepada kita adanya hubungan yang erat dengan
pikiran dan kata yang merupakan pernyataan dalam bahasa. Jadi, secara etimologi, logika
adalah ilmu yang mempelajari pikiran melalui bahasa. Logika juga bisa dikatakan penarikan
kesimpulan dari apa yang dianggap benar dari suatu proses penalaran. Namun apabila
diselidiki lebih lanjut, terutama bila dipraktekkan sungguh-sungguh, ternyata bahwa berpikir
dengan teliti, tepat, dan teratur merupakan kegiatan yang cukup sukar. Manakala kita
meneliti dengan saksama dan sistematis berbagai penalaran, mungkin saja akan kita temui
banyak kejanggalan, kekeliruan, dan penalaran yang tidak “nyambung”.
Hal itu disebabkan antara lain karena dalam berpikir orang mudah tertangkap dalam
perasaan-perasaannya, menganggap benar apa yang disukainya, terpengaruh prasangka,
kebiasaan, dan pendapat umum. Dalam keadaan yang demikian, kita sulit mengajukan alasan
yang tepat atau menunjukkan mengapa suatu pendapat tidak dapat diterima. Karena itu dalam
kegiatan berpikir, kita dituntut untuk sungguh-sungguh melakukan pengamatan yang kuat
dan cermat supaya sanggup melihat hubungan-hubungan, kejanggalan-kejanggalan, dan
kesalahan-kesalahan yang terselubung. Logika muncul bersama dengan filsafat itu tidak
berarti logika berdiri sendiri sebagai satu disiplin di samping filsafat melainkan bahwa dalam
filsafat Barat sudah nyata dengan pemikiran yang logis. Untuk menetapkan dengan pasti
kapan“hari lahir” logika tidak mungkin. Umumnya diterima bahwa orang pertama yang
melakukan pemikiran sistematis tentang logika adalah Filsuf Besar Yunani Aristoteles (384-
322 M). Menarik, karena Aristoteles sendiri tidak menggunakan istilah “logika”. Apa yang
sekarangkita kenal sebagai logika, oleh Aristoteles dinamakan “Analitika” penyelidikan
terhadap argumentasi-argumentasi yang bertitik-tolak dari putusan-putusan yang benar dan
“Dialektika” penyelidikan terhadap argumentasi-argumentasi yang bertitik-tolak dari
putusan-putusan yang masih diragukan.
3
Logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat.
Agar dapat berpikir lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta
menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Logika itu adalah cara berpikir manusia yang
disusun berdasarkan pola tertentu. Berpikir adalah objek material logika. Berpikir disini
adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir, manusia ‘mengolah’,
‘mengerjakan’ pengetahuan yang telah diperolehnya. Dengan ‘mengolah’ dan
‘mengerjakannya’ ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan,
serta menghubungkan pengertian yang satu dengan penegertian yang lainnya. Dalam logika
berfikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Karena berfikir lurus dan tepat,
merupakan objek formal logika. Di samping dua filusuf di atas (Cicero dan Alexander
Aphrodisias) Aristoteles pun telah berjasa besar dalam menemukan logika. Namun,
Aristoteles belum memakai nama logika,Aristoteles memakai istilah ‘analika’ dan
‘dialektika’. Analika untuk penyelidikan mengenai argumentasi yang bertitik tolak dari
putusan-putusan yang benar sedangkan dialektika untuk penyelidikan mengenai argumentasi
yang bertitik tolak hipotsesis atau putusan yang tidak pasti kebenarannya. Setelah Aristoteles
meninggal, naskah-naskah ajarannya mengenai penalaran, olah para pengikutnya telah
dihimpun menjadi satu. Himpunan tersebut mengenai ajaran Aristoteles mengenai penalaran
termuat dalam enam naskah, yaitu sebagai berikut:
1) Ini membahas mengenai cara menguraikan sesuatu objek dalam jenis pengertian
umum.
2) On Interpretation (tentang penafsiran). Membahas mengenai komposisi dan
hubungan dari keterangan sebagai satuan pikiran. Dalam hal ini Aristoteles
membahas suatu yang dikenal sebagai penyimpulan langsung dan bujur sangkar
pertentangan.
3) Prior Analyties (analika yang lebih dahulu). Memuat mengenai teori silogisme
dalam ragam dan pola-polanya.
4) Posterior Analyties (analika yang lebih dahulu). Membicarakan tentang
pelaksanaan dan penerapan, penalaran silogistik dalam pembuktian ilmiah sebagai
materi dari silogisme.
5) Topics (mengupas dialektika). Dibahas mengenai persoalan tentang perbincangan
berdasarkan permis-permis yang boleh jadi benar.
4
6) Sohistical Refutations (cara perbincangan kaum sofis). Membahas mengenai sifat
dasar dan penggolongan sesat piker.
1) Logika Alamiah
Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara
tepat dan lurus sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari luar, yakni keinginan-
keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Yang mana logika
alamiah manusia ini ada sejak manusia dilahirkan. Dan dapat disimpulkan pula
bahwa logika alamiah ini sifatnya masih murni.
2) Logika Ilmiah
Lain halnya dengan logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus
yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Dengan
adanya pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih
tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah ini juga
dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau setidaknya dapat dikurangi.
Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk memperhalus dan mempertajam
pikiran dan akal budi.
5
4) Untuk dapat mendorong seseorang supaya terbiasa berfikir sendiri sesuai
peraturan yang sistematis.
5) Untuk dapat melakukan analisi terhadap suatu peristiwa atau kejadian.
6) Untuk dapat membantu berfikir dengan secara lebih kritis dan juga tepat.
Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur untuk
mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan
bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada
berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena itu
logika mendidik manusia bersikap obyektif, tegas dan berani.
6
memenuhi tantangan hidup. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penalaran akan terus
berkembang. Faktor yang menyebabkan pengetahuan berkembang dengan pesat adalah :
1) Bahasa
Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat efektif dan penting dalam
kehidupan manusia yang berfungsi untuk menyampaikan informasidan jalan fikiran
yang melatar belakangi informasi tersebut kepada orang lain, baik secara lisan
maupun tulisan.
2) Mempunyai kerangka berfikir tertentu
Kerangka berfikir yang dimaksud adalah di mulai dengan mengamati fakta dan
data, menganalisa hubungan sebab akibat sampai kepada penarikan sebuah
kesimpulan. Penalaran merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik
tertentu dalam menemukan kebenaran. Karekteristik tersebut ditandai dengan pola
berfikir yang runtut dengan menggunakan kaidah-kaidah yang baku.
Ciri-ciri penalaran:
Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika
(penalaran merupakan suatu proses berpikir logis).
Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan
suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan
intuisi merupakan cara berpikir secara analitik.
a) Penalaran induktif
Penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan yang
umum (berlaku untuk semua/banyak) atas dasar pengetahuan tentang
kasus-kasus individual (khusus). Penalaran induktif adalah tipe penalaran
yang berawal dari sekumpulan contoh fakta spesifik menuju kesimpulan
umum. Penalaran induktif berkaitan erat dengan pengamatan inderawi
(observasi) atas kasus-kasus sejenis lalu disusunlah pernyataan-pernyataan
7
yang sejenis pula sebagai dasar untuk menarik kesimpulan yang berlaku
umum. Penalaran ini menggunakan premis dari objek yang diuji untuk
menghasilkan kesimpulan tentang objek yang belum diuji.
Contoh argumen induktif:
Premis 1 : Kuda Sumba punya sebuah jantung
Premis 2 : Kuda Australia punya sebuah jantung
Premis 3 : Kuda Amerika punya sebuah jantung
Premis 4 : Kuda Inggris punya sebuah jantung
Konklusi : Setiap kuda punya sebuah jantung
8
benar (bukan pasti benar); sedangkan jika alasan (premis) tidak
mencukupi maka kesimpulannya mungkin benar.
b) Penalaran deduktif
Penalaran deduktif adalah penalaran dari suatu fakta yang umum
ke fakta yang spesifik. Dengan kata lain, penalaran deduktif mencapai
suatu kesimpulan spesifik berdasarkan suatu hal yang umum. Penalaran
deduktif biasa digunakan untuk membuktikan suatu pernyataan baik
berupa teorema matematika, argumen legal, atau teori saintifik. Penalaran
deduktif membawa pada suatu pernyataan yang benar, diberikan premis-
premis bernilai benar.
Penalaran deduktif tergantung pada premisnya, artinya premis
yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah dan
premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak
tepat. Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk
mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran
induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak
potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum.
Dengan memikirakan fenomena bagaimana apel jatuh dan
bagaimana planet-planet bergerak, Isaac Newton menyimpulkan teori
daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan LeVerrier menerapkan teori
Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi,
dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan
(perturbasi) dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik).
Contoh klasik dari penalaran deduktif, yang diberikan oleh
Aristoteles, ialah:
Semua manusia fana (pasti akan mati). (premis mayor)
Sokrates adalah manusia. (premis minor)
Sokrates pasti (akan) mati. (kesimpulan)
9
Premis 2 : Semua kuda adalah mamalia
Konklusi : Setiap kuda punya sebuah jantung
Penarikan kesimpulan secara deduktif memakai pola berpikir yang
disebut silogisme. Silogisme adalah argumentasi yang terdiri dari tiga
penyataan. Dalam silogisme itu, dari dua penyataan yang sudah diketahui
(premis), kita turunkan pernyataan yang ketiga (kesimpulan).
Deduktif Induktif 1 Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar Jika premis benar,
kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar. 2 Semua informasi atau fakta pada kesimpulan
sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis. Kesimpulan memuat informasi yang tak
ada, bahkan secara implisit, dalam premis. 3 Penalaran deduktif adalah dasar untuk membangun
dan menilai prinsip-prinsip ilmu Penalarn induktif tidak bisa siap dipakai untuk membenarkan
induksi. 4 Kesimpulan dalam penalaran deduktif bersifat analitis karena itu pasti seratus persen
kalau argumentasinya sahih dari sudut logika formal. Kesimpulan dalam penalaran induktif
bersifat generalisasi, sintesis karena itu tidak menjamin kepastian mutlak.
N Deduktif Induktif
1 Jika semua premis benar maka Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar,
kesimpulan pasti benar tapi tak pasti benar.
2 Semua informasi atau fakta pada Kesimpulan memuat informasi yang tak ada,
kesimpulan sudah ada, sekurangnya bahkan secara implisit, dalam premis.
secara implisit, dalam premis.
3 Penalaran deduktif adalah dasar untuk Penalarn induktif tidak bisa siap dipakai untuk
membangun dan menilai prinsip- membenarkan induksi.
prinsip ilmu
4 Kesimpulan dalam penalaran deduktif Kesimpulan dalam penalaran induktif bersifat
bersifat analitis karena itu pasti seratus generalisasi, sintesis karena itu tidak menjamin
persen kalau argumentasinya sahih dari kepastian mutlak.
sudut logika formal.
10
Perbedaan antara penalaran induktif dan penalaran deduktif :
Hakikat dari penalaran adalah berfikir secara logis dan sistematis dengan mengikuti alur
tertentu berdasarkan pengamatan dan penginderaan dalam menemukan suatu kebenaran.
Penalaran yang merupakan suatu proses mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya logika
2. Bersifat analitik
Pengetahuan yang digunakan dalam penalaran bersumber pada rasio dan fakta. Pendapat
yang mengatakan rasio sebagai sumber kebenaran melahirkan faham rasionalisme, sdangkan
pendapat yang menyatakan fakta yang tertangkap memlalui penginderaan dan pengalaman
sebagai sumber kebenaran melahirkan faham empirisme. Pengetahuan ilmiah dibangun
berdasarkan rasionalisme dan empirisme dan inilah yang di sebut pengetahuan ilmiah.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat kami menyimpulkan bahwa logika berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata logos berarti perkataan atau sabda. Secara umum logika
adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk
membedakan penalaran yang betul dan yang salah. Sedangkan penalaran yaitu proses
berfikir yang bertolak dari pengamatan indera atau observasi empirik yang
menghasilkan sejumlah pengertian dan proposisi sekaligus. Penalaran erat kaitannya
dengan penyimpulan, argumen dan bukti. Logika dan penalaran sangat berguna bagi
kehidupan manusia untuk berfikir lurus, efisien, tepat dan teratur, demi mendapatkan
kebenaran dan menghindari kekeliruan.
3.2 Saran
Di dalam makalah ini mahasiswa di haruskan untuk dapat befikir dan bernalar
menggunakan logika , dan dapat untuk mengembangkan wawasan dan pikiran nya
dalam bernalar, terutama bagi mahasiswa yang mengambil program studi ilmu
hukum. Kepada pembaca karena isi dalam makalah ini belum sempurna dan masih
memerlukan banyak sumber untuk memperbaikinya dan juga makalah ini belum
memenuhi apa yang diharapkan oleh kami, kami menginginkan kritik dan saran untuk
lebih menyempurnakan isi makalah ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://dirgantarawicaksono.blogspot.co.id/2013/04/penalaran-dan-logika-dalam-
filsafat.html
http://raodhotulm.blogspot.co.id/2014/04/logika-dan-penalaran.html
https://rennymagdawiharnani.wordpress.com/sih/logika-dan-penalaran-hukum/
http://habibulumamt.blogspot.co.id/2013/06/teori-penalaran-hukum-legal-
reasoning_10.html
https://kuliahfilsafat.com/2009/11/22/pengertian-sejarah-dan-macam-macam-logika/
http://rosepasca.blogspot.co.id/2012/09/logika-hukum.html
http://banjirembun.blogspot.co.id/2012/05/teori-kebenaran-koherensi-
korespondensi.html
13