Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PEMBELAJARAN PKn di SD PDGK4201


MODUL 5 KONSEP HAM DALAM UUD 1945

DI SUSUN OLEH :

1. YORDAN ADITIYA
2. TESA HARDIYANTI
3. MAY WULANTIKA
4. DHIAN FITRI SUNARNI
5. NGAGIYANTO

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDAR LAMPUNG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN

PGSD BI

2021
PETA KONSEP

MODUL 5 KONSEP HAM DALAM UUD 1945

KB.1 PENGERTIAN KB.2 HAM DALAM UUD KB.3 KASUS HAM


HAM 1945

PASAL 28 A-J CONTOH KASUS


A. PENGERTIAN
PASAL 2 AYAT 1
PASAL 29
B. NILAI DASAR
PASAL 2 AYAT 2
HAM
PASAL30
PASAL 6 AYAT 1
KEBEBASAN
PASAL 31
PASAL 8
KEMANUSIAAN
PASAL 32

KEADILAN LEMBAGA PENEGAK HAM


PASAL 33
KOMNAS HAM
PASAL 34
KOMISI
NASIONAL ANTI
KEKERASAN
MODUL 5

KONSEP HAK ASASI MANUSIA DALAM UNDANG-UNDANG DASAR 1945

KB.1 PENGERTIAN HAM

A. PENGERTIAN HAM

Deklarasi Universal HAM pada tanggal 10 Desmber 1948, pengertian HAM yaitu

pengakuan harkat dan martabat manusia yang menyatu dalam diri manusia yang meliputi

kebebasan, keadilan dan perdamaian dunia.

UU RI No.39 Tahun 1999 pasal 1 ayat (1) menyatakan HAM adalah seperangkat yang

melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,

huku, dan pemerintah dan setiap orang demi kehormatan, perlindungan, dan martabat

manusia.

HAM adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia yang telah diperoleh dan

dibawa bersamaan dengan kelahirannya di masyarakat. Hak dasar bersifat universal yang

mempunyai arti berlaku dibelahan dunia manapun tanpa melihat ras, agama, warna kulit

ataupun perbedaan-perbedaan lainnya. Hak dasar meliputi hak hidup, hak kemerdekaan, dan

untuk mendapatkan kebahagiaan.

Ciri-ciri khas HAM adalah sebagai berikut :

a. Kodrat, artinya HAM adalah pemberian dari Tuhan kepada setiap manusia agar

hidupnya tetap terhormat.

b. Hakiki, artinya HAM melekat pada diri setiap manusia tanpa melihat latar belakang

kehidupa dan status sosialnya.

c. Universal, artinya HAM berlaku umum, tidak membedakan manusia satu dengan

yang lainnya.
d. Tidak dapat dicabut, artinya dalam keadaan bagaimanapun hak asasi setiap orang itu

tetap ada.

e. Tidak dapat dibagi, artinya HAM itu tidak dapat diwakili atau dialihkan kepada ora

lain.

B. NILAI-NILAI DASAR HAM

a. Kebebasan/kemerdekaan

b. Kemanusiaan/perdamaian

c. Keadian/kesederajatan/persamaan

KB.2 HAM DALAM UUD 1945

Dalam UUD 1945 hanya memuat aturan-aturan pokok saja, sedangkan aturan

opeasional dibentuk :

1. TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang HAM

2. UU RI No.39 Tahun1999 tentang HAM

3. Kepres No.5 Tahun 1993 tentang KOMNAS HAM

Pasal-pasal mengenai HAM :

1. Pasal 28 : Kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat (28 A s/d

28 J)

2. Pasal 29 : Hak memeluk agama

3. Pasal 30 : Hak usaha pertahanan dan keamanan negara

4. Pasal 31 : Hak mendapat pendidikan

5. Pasal 32 : Negara menjamin kebebasan memelihara dan menembangkan nilai-nilai

budaya

6. Pasal 33 : Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas dasar asas kekeluargaan

7. Pasal 34 : Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.


HAM yang dijamin dalam UUD 1945 tidak hanya pada apa yang terdapat dalam pasal-

pasa, akan tetapi juga dalam pembukaan dan penjelasannya, yaitu :

a. Alenia pertama

Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas

dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

b. Alenia empat

Tertuang dalam rumusan dasar negara pancasila

1. Hak memeluk agama/kepercayaan

2. Hubungan antara manusia dalam masyarakat, berbangsa, dan bernegara diatur

agar dilaksanakan berlandaskan moralitas adil dan beradab.

3. Sikap toleransi dalam perbedaan di lingkungan sekitar

4. Demokrasi berdasarkan pancasila dan mengedepnkan keputusan musyawarah

5. Kebersamaan dalam upaya mencpai cita-cita masyarakat adil dan makmur

Upaya untuk menjabarkan HAM telah dilakukan melalui amandemen UUD 1945 ke

dua tahun 2000 dan dala UU No.39 tahun 1999 tentang HAM, secara garis besar meliputi :

1. Hak untuk hidup

2. Hak berkeluarga

3. Hak mengebangkan diri

4. Hak memperoleh keadilan

5. Hak kebebasan pribadi

6. Hak atas rasa aman

7. Hak atas kesejahteraan

8. Hak turut serta dalam pemrintahan

9. Hak wanita

10. Hak anak


KB.3 KASUS-KASUS YANG BERKAITAN DENGAN HAM

Menurut Lukman Soetrisno (Paul S. Baut, 1989 : 227) ciri-ciri bahwa suatu

pembangunan telah melaksanakan HAM apaila telah menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Dalam bidang politik berupa kemauan pemerintah dan masyarakat untuk mengakui

pluralisme pendapat dan kepentingan masyarakat

b. Dalam bidang sosial ditandai adanya perlakuan yang sama dimata hukum terhadap

siapa saja dan adanya toleransi dalam masyarakat terhadap perbedaan agama dan ras

warga Indonesia

c. Dalam bidang ekonomi dengan tidak adanya monopoli dalam suatu sistem ekonomi

yang berlaku.

Komisi Nasional HAM

Dibentuk melalui Kepres No.50 Tahun 1993 tanggal 7 juni 1993, adapun tujuannya seperti

yang terdapat dalam pasal 75 UU RI No.39 tahun 1993 yaitu :

1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi plaksanaan HAM sesuai dengan

pancasila, UUD 1945, dan piagam PBB, serta deklarasi Universal HAM.

2. Meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM guna berkembangnya pribadi

manusiaIndonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai

bidang kehidupan.Dalam pasal 76, untuk mencapai tujuan tersebut, Komnas HAM

melaksanakan fungsi pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan meditasi

tentang HAM. Menurut pasal 89 Komnas HAM bertugas dan berwenang melakukan:

1. Fungsi Penyuluhan

- Komnas Ham mempunyai kewajiban untuk menyebarluaskan wawasan

mengenai hakasasi manusia kepada seluruh masyarakat Indonesia.


- Melakukan kerjasama dengan lembaga lainnya baik lembaga yang bersifat

nasional,regional dan juga internasional dalam bidang memenuhi Hak Asasi

Manusia.

- Melakukan usaha untuk kesadaran hak asasi manusia melalui lembaga

lembaga pendidikan baik lembaga formal atau non formal.

2. Fungsi Pengkajian dan Penelitian

- Melakukan pengkajian dan penelitian berbagai peraturan perundang undangan

untukmemberikan rekomendasi saran maupun kritikan tentang pembentukan,

perubahan,dan pencabutan perundang undangan mengenai tentang hak asasi

manusia.

- Melakukan studi lapangan, studi kepustakaan dan juga studi banding dengan

negaralain yang berhubungan mengenai hak asasi manusia.

- Penerbitan hasil penelitian dan pengkajian tentang hak asasi manusia.

- Melakukan pembahasan perlindungan, penegakan hukuman dan kemajuan

tentanghak asasi manusia

- Melakukan kerjasama dengan lembaga lembaga lain seperti lembaga yang

bersifatinternasional, regional, dan juga nasional daalam bidang hak asasi

manusia

3. Fungsi Mediasi

- Untuk melakukan fungsi mediasi komnas has harus bisa malakukan upaya

perdamaian antara kedua belah pihak waktu terjadi adanya masalah.

- Melakukan penyelesaian perkara atau masalah dengan cara konsultasi,

konsialisi,negoisasi, mediasi dan penilaian para ahli.


- Melakukan upaya atau pemberian saran kepada para pihak yang terkait

untukmenyelsaikan sengketa atau permasalahan yang ada melalui meja hijau

atau pengadilan.

- melakukan penyampaian rekomendasi ketika ada suatu kasus pelanggaran hak

asasimanusia kepda pemerintah agar permasalahan segera di tindak lanjuti

dengan sebaik baiknya.

- melakukan suatu penyampaian rekomendasi terhadap DPR RI atas suatu kasus

pelanggaran yang mengenai hak asasi manusia

4. Fungsi Pemantauan

- Mengamati pelaksanaan hak asasi manusia dengan penyusunan laporan hasil

pengamatan tersebut,

- Melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul

dalammasyarakat yang berdasarkan sifat atau lingkupnya patut diduga terdapat

pelanggaranhak asasi manusia

- Melakukan pemanggilan baik terhadap pihak pengadu atas korban maupun

pihak yang diadukan untuk dimintal dan didengar keterangannya

- Memanggil saksi untuk diminta dan didengar kesaksiannya, dan kepada saksi

pengadudiminta menyerahkan bukti yang diperlukan

- Meninjau tempat kejadian dan tempat lainnya yang dianggap perlu

- Melakukan pemanggilan terhadap pihak terkait untuk memberikan keterangan

secara tertulis

- Melakukan pemeriksaan setempat terhadap rumah, pekarangan, bangunan, dan

tempat- tempat lainnya.

- Pemberian pendapat berdasarkan pesertujuan Ketua Pengadilan terhadap

perkaratertentu yang sedang dalam proses peradilan.


Berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) No. 181 Tahun 1998, dibentuk Komisi

Nasional Anti Kekerasan terhadap perempuan. Dasar pertimbangan pembentukan ini sebagai

upaya mencegah terjadinya dan menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.

Komisi Nasional ini bersifat independen dan bertujuan:

1. Menyebarluaskan pemahaman HAM tentang bentuk kekerasan terhadap perempuan

2. Mengembalikan kondisi yang kondusif bagi penghapusan bentuk kekerasan terhadap

perempuan

3. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulan segala bentuk kekerasan terhadap

perempuan dan hak asasi perempuan.

Kegiatan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap perempuan yaitu :

1. Penyebarluasan pemahaman, pencengahan, penanggulangan, penghapusan segala

bentuk kekerasan terhadap perempuan

2. Pengkajian dan penelitian terhadap berbagai instrumen PBB mengenai

perlindunganHAM terhadap perempuan

3. Pemantauan dan penelitian segala bentuk kekerasan terhadap perempuan

danmemberikan pendapat, saran, dan pertimbangan kepada pemerintah

4. Penyebarluasan hasil pemantauan dan penelitian atas terjadinya kekerasan terhadap

perempuan kepada masyarakat

5. Pelaksanaan kerja sama regional dan internasional dalam upaya pencegahan dan

penanggulangan kekerasan terhadap perempuan.

Dalam upaya mengawasi dan mengontrol HAM dibentuk juga Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) HAM atau Non Govermental Organitation (NGO) yang berfokus pada

demokratisasi dan pengembangan HAM. Salah satu contoh LSM HAM antara lain YLBHI,

Kontras, dan Elsam. Upaya menegakan HAM telah dibuktikan dengan adanya peradilan ad
hoc bagi pelanggar HAM. Peradilan terhadap pelanggaran HAM di Tanjung priok dan Timor

Timur. Dalam proses peradilan pelanggaran HAM dirasa masih adanya kontroversi.

Pengadilan HAM merupakan realisasi dari UU Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM dan

UU RI Nomor 26/2000 tentang pengadilan HAM. Pengadilan mulai aktif beroprasi sekitar

akhir 2001. Pengadilan HAM dirancang sebagai institusi pertanggung jawaban secara hukum

bagi para pelaku pelanggaran HAM. Mengacu pada pasal 1 angka 3 UU No. 26 tahun 2000

pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap kejahatan genosida dan kejahatan

tentang kemanusiaan.

Disamping pengadilan HAM, saat ini dikenal juga pengadilan HAM Ad Hoc yaitu

pengadilan yang mengadili pelanggaran HAM berat sebelum berlakunya UU No. 26Tahun

2000. Pelanggaran HAM berat merupakan kejahatan yang luar biasa.

Sejumlah persoalan yang mengiringi proses pengadilan HAM yaitu paradigma

pelanggaran HAM dalam dataran kebijakan politik selalu berbeda dengan paradigmahukum,

pelanggaran HAM dikonotasikan sebagai misi politik, terjadi ambivalendikalangan korban,

kejahatan kemanusiaan adalah kejahatan yang dilakukan oleh negara.

Dengan komitmen, pengetahuan dan integritas yang baik, diharapkan pengadilan HAM

Ad Hoc dapat menghasilkan putusan yang baik. Selain menjadi perhatian pengamat

internasional dan nasional, putusan pengadilan HAM Ad Hoc untuk kasus Tajung Priok.

Anda mungkin juga menyukai