Tugas
1. Bagaimana langkah-langkah ideal dalam melaksanakan remedial?
Jawaban
Langkah-langkah idealdalam melaksanakan remedial adalah sebagai berikut.
a. Analisis Hasil Diagnosis
Diagnosisi kesulitan belajar adalah suatu proses pemeriksaan terhadap siswa
yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar. Melalui kegiatan diagnosis,
guru akan mengetahui para siswa yang perlu mendapatkan bantuan. Untuk
keperluan kegiatan remedial, tentu yang menjadi sorotan adalah siswa-siswa
yang mengalami kesulitan dalam belajar yang ditunjukkan dengan tidak
tercapainya kriteria keberhasilan belajar. Setelah mengetahui siswa-siswa yang
perlu mendapatkan kegiatan remedial, informasi selanjutnya yang harus
diketahui oleh guru adalah kompetensi apa yang belum dikuasai oleh siswa-
siswa tersebut. Dalam hal ini, guru harus melihat kesulitan belajar yang
dihadapi secara individual. Sebab ada kemungkinan setiap kesulitan belajar
yang dihadapi siswa terjadi pada kompetensi dasar yang berbeda.
b. Menemukan Penyebab Kesulitan
Sebelum memulai merancang kegiatan remedial, terlebih dahulu guru harus
mengetahui alasan mengapa siswa mengalami kesulitan dalam mencapai
kompetensi yang diharapkan atau menguasai materi pelajaran. Faktor penyebab
kesulitan belajar ini harus diidentifikasi oleh guru, karena gejala kesulitan yang
sama yang ditunjukkan oleh siswa dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda.
Informasi tentang faktor penyebab tersebut akan berpengaruh terhadap
pemilihan jenis kegiatan remedial. Dengan mengetahui faktor penyebab
kesulitan belajar, guru akan dapat memberikan bantuan yang tepat kepada
siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran.
c. Menyusun Rencana Kegiatan Remedial
Setelah guru mengetahui siswa-siswa yang perlu mendapatkan kegiatan
remedial dan kompetensi-kompetensi yang belum dikuasai oleh setiap siswa,
serta faktor penyebab kesulitan, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana
pembelajaran. Sama halnya dengan pembelajaran biasa, komponen-komponen
yang harus direncanakan dalam pelaksanaan kegiatan remedial adalah sebagai
berikut.
1) Merumuskan kompetensi atau tujuan pembelajaran
2) Menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan kompetensi atau tujuan
yang telah dirumuskan.
3) Memilih dan merancang kegiatan remedial sesuai dengan masalah dan
faktor penyebab kesulitan serta karakteristik siswa
4) Merencanakan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
remedial
5) Menentukan jenis, prosedur dan alat penilaian untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa
d. Melaksanakan Kegiatan Remedial
Setelah rencana pembelajaran selesai disusun, langkah selanjutnya adalah
melaksanakan kegiatan remedial. Semakin cepat siswa dibantu mengatasi
kesulitan yang dihadapinya, semakin besar kemungkinan siswa tersebut
berhasil dalam belajarnya. Kegiatan remedial biasanya dilakukan di luar jam
belajar biasa. Oleh karena itu, dituntut kerelaan dari guru untuk mnyediakan
waktu tambahan di luar jam belajar, untuk membantu siswa yang memerlukan
waktu tambahan tersebut.
e. Menilai Kegiatan Remedial
Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya kegiatan remedial yang telah
dilaksanakan, guru harus melakukan penilaian. Penilaian ini dapat dilakukan
dengan mengkaji kemajuan siswa, yakni seberapa besar siswa mengalami
kemajuan dalam belajarnya. Apabila siswa telah mencapai kemajuan seperti
yang diharapkan, berarti kegiatan remedial yang direncanakan dan dirancang
oleh guru cukup efektif untuk membantu siswa yang mengalami ksulitan
belajar. Tetapi apabila siswa tidak mengalami kemajuan dalam belajaranya atau
belum mencapai kemajuan belajar yang diharapkan, berarti rencana dan
pelaksanaan kegiatan remedial yang telah dilakukan kurang efektif. Untuk itu,
guru perlu menganalisis setiap komponen pembelajaran dengan mengajukan
pertanyaaan sebagai berikut.
Kompetensi atau tujuan : Apakah kompetensi atau tujuan yang
dirumuskan terlalu tinggi atau rendah bagi
siswa?
Materi : Apakah materi terlalu sulit bagi siswa?
Adakah materi prasyarat yang belum dikuasai
siswa?
Kegiatan : Apakah kegiatan remedial yang diterapkan
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
siswa?
Waktu : Apakah waktu yang disediakan cukup atau
kurang?
Penilaian : Apakah alat penilaian yang digunakan sesuai
dengan kompetensi atau tujuan yang telah
ditetapkan?
(Julaeha, Siti dalam W. Sri Anitah dkk., 2022 : 9.18 – 9.22)
2. Tulis dan jelaskan dalam menata lingkungan fisik kelas menurut Louisell!
Jawaban
Lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruang kelas yang menarik, efektif serta
mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Tujuan utama penataan
lingkungan fisik kelas adalah mengarahkan kegiatan siswa dan mencegah
munculnya tingkah laku siswa yang tidak diharapkan melalui penataan tempat
duduk, perabot, pajangan, dan barang-barang lainnya yang ada di dalam kelas.
Kelas harus ditata dengan baik, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi aktif
antara siswa dan guru serta antar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu,
penataan kelas juga harus memungkinkan guru dapat memantau semua tingkah
laku siswa sehingga dapat dicegah munculnya masalah disiplin. Melalui penataan
kelas diharapkan siswa dapat memusatkan perhatiaanya dalam proses pembelajaran
dan akan bekerja scara efektif.
Menurut Louisell (1992), ketika menata lingkungan fisik kelas guru harus
mempertimbangkan lima hal beikut ini.
1) Keleluasaan Pandangan (Visibility)
Hal pertama yang harus diperhatikan guru dalam menata rung kelas adalah
keleluasaan pandangan (visibility). Artinya, penempatan atau penataan barang-
barang di dalam kelas tidak menggagu pandangan siswa dan guru, sehingga
siswa secara leluasa dapat memandang guru atau benda/kegiatan yang sedang
berlangsung. Siswa dapat melihat kegiatan pembelajaran dari tempat duduk
mereka. Misalnya, siswa tidak duduk terlalu jauh dari papan tulis, tidak
terganggu oleh sinar matahari yang menyilaukan mata siswa atau tidak terhalang
pandangannya pada saat guru menggunakan alat bantu pelajaran. Tempat duduk
siswa yang menghadap pada pintu masuk atau jendela, akan mengganggu
konsentrasi belajar siswa apabila ada sesuatu yang melintas di hadapan mereka.
Di samping itu, guru juga harus dapat memandang semua siswa setiap saat ketika
menyajikan materi pelajaran.
2) Mudah Dicapai (Accessibility)
Barang-barang yang sering digunakan siswa dalam proses pembelajaran harus
ditata dan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau oleh siswa. Apabila
mereka membutuhkannya, mereka tidak perlu meminta bantuan guru untuk
mengambilnya. Ruangan hendaknya diatur dengan baik, sehingga lalu-lintas
kegiatan belajar di kelas tidak terganggu. Jarak antar tempat duduk harus cukup
untuk dilalui oleh siswa, sehingga siswa dapat dengan mudah untuk bergerak dan
tidak mengganggu siswa lainnya yang sedang bekerja.
3) Keluwesan (Flexibility)
Barang-barang yang ada di dalam kelas hendaknya mudah untuk ditata dan
dipindah-pindahkan sesuai dengan tuntutan kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan siswa dan guru. Salah satu penerapan tata ruang yang luwes adalah
dalam pembelajaran melalui diskusi kelompok dan kegaiatan demonstrasi.
Pembelajaran melalui diskusi kelompok menuntut tatanan ruangan kelas yang
berbeda dengan pembelajaran melalui kegiatan demonstrasi. Apabila guru akan
menerapkan diskusi kelompok, maka agar tujuan diskusi kelompok dapat
tercapai, guru harus menata ruangan kelas sesuai dengan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan siswa. Sedangkan pada kegiatan pembelajaran demostrasi,
yang mana diperlukan pengarahan di awal kegiatan pembelajaran dan
melaporkan hasil di akhir kegiatan, maka susunan tempat duduk harus diatur
secara bervariasi. Misalnya pada permulaan dan akhir pembelajaran dapat diatur
berjejer menghadap ke depan kelas, atau berbentuk setengah lingkaran. Dengan
penataan yang demikian, setiap siswa akan dapat memandang guru sehingga
semua penjelasan guru dapat didengar dengan baik oleh seluruh siswa.
4) Kenyamanan
Di samping guru harus menata ruangan kelas sesuai dengan tujuan dan strategi
pembelajaran, guru juga dituntut untuk menata lingkungan kelas yang dapat
memberikan kenyamanan baik bagi siswa maupun bagi guru sendiri. Prinsip
kenyamanan ini berkenaan dengan temperatur ruangangan, cahaya, suara, dan
kepadatan kelas. Kenyamanan ruangan kelas akan sangat berpengaruh terhadap
konsentrasi dan produktifitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran. Hal
ini dapat dirasakan ketika mengikuti kegiatan tutorial. Kegiatan belajar tidak
akan tenang apabila temperatur udatra di ruangan terlalu lembab atau terlalu
panas. Selain itu, kegiatan belajar juga akan terganggu apabila cahaya di dalam
ruangan kurang terang, atau terlalu banyak cahaya, sehingga mengganggu
pengelihatan. Kegaduhan di luar ruangan juga dapat mengganggu konsentrasi
dalam melakukan kegiaan belajar. Selain itu, kepadatan kelas juga akan
mempengaruhi proses belajar. Terlalu banyak siswa di dalam ruangan
menyebabkan harus berdesak-desakan dalam ruangan. Oleh karena itu, guru
harus mencoba menciptakan ruangan kelas yang nyaman, sehingga siswa dapat
belajar dengan tenang.
5) Keindahan
Dalam menata ruangan kelas, prinsip keindahan itu pelu diperhatikan. Prinsip ini
berkenaan dengan usaha guru menata ruangan kelas yang menyenangkan dan
kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Ruangan kelas yang indah dan
menyenangkan berpengaruh positif terhadap sikap dan tingkah laku siswa
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Kelas yang indah dan
menyenangkan menggambarkan harapan guru terhadap proses belajar yang harus
dilakukan dan tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran. Selain itu,
ruangan kelas yang menyenangkan dapat meningkatkan pengembangan nilai
keindahan pada diri siswa, karena siswa melihat langsung model/contoh yang
dilakukan guru dalam menata kelas. Khusus bagi siswa yang kurang
mendapatkan kenyamanan dan keindahan di rumah, kelas yang menyenangkan
dan mampu memberi kesan bahwa belajar itu menyenangkan, sangat diperlukan.
(Julaeha, Siti dalam W. Sri Anitah dkk., 2022 : 10.17 – 10.19)
Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimak bahwa disiplin kelas dilandasi
oleh adanya hubungan guru-siswa dalam kelas. Hal ini juga tercermin dalam
pengertian disiplin yang disepakati oleh beberapa pakar, yang mendefinisikan
disiplin sebagai bagian pengelolaan kelas yang terutama berurusan dengan
penanganan perilaku yang menyimpang (Kohn, 1996).
Dengan menyimak semua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin
memiliki arti yang beragam. Disiplin sebagai kata benda dapat berarti tingkat
keteraturan yang terdapat pada suatu kelompok, yaitu kelas atau teknik yang
digunakan guru untuk membangun atau memelihara keteraturan dalam kelas.
Dan sebagai kata sifat, disiplin berarti ketaatan pada aturan. Sedangkan sebagai
kata kerja, disiplin dapat berarti hukuman, sehingga mendisiplinkan berarti
menghukum. Dengan demikian disiplin kelas dapat diartikan sebagai tingkat
keteraturan yang terjadi di dalam kelas atau tingkat ketaatan siswa terhadap
peraturan kelas.
Contoh disiplin kelas :
Ketika bel tanda istirahat berbunyi, siswa kelas 4 membereskan buku-buku
pelajarannya, kemudian ke luar ruangan kelas untuk bermain. Ruang kelas
akhirnya menjadi kosong. Kemudian guru segera ke luar ruangan dan
mengamati anak-anak yang sedang bermain. Ketika bel tanda masuk berbunyi,
siswa kelas 4 segera berbaris satu persatu dan memasuki ruangan kelas secara
teratur dan tertib.Guru segera memasuki ruangan kelas dan meminta siswa
untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran sebelumnya, sehingga suasana kelas
menjadi hening. (Wardani, I.G.A.K, dalam W. Sri Anitah dkk., 2022 : 11.6 –
11.7).
DAFTAR PUSTAKA
W., Sri Anitah, dkk. 2022. Modul Strategi Pembelajaran di SD Edisi ke-2. Tanggerang
Selatan : Universitas Terbuka