PENDAHULUAN
Pendidikan dalam arti luas dapat mencakup seluruh proses kehidupan dan
segala bentuk interaksi individu dengan individu lain, individu dengan kelompok,
individu dengan lingkungan yang terselenggara baik melalui pendidikan formal,
informal dan nonformal. Pendidikan pada akhirnya adalah membentuk manusia
menjadi seseorang yang mampu menyesuaikan diri dengan peranan yang akan
dijalaninya. Untuk menjalankan sebuah peran tentunya manusia membutuhkan
karakter. Karakter manusia sudah seyogyanya dapat terbentuk dan berkembang dari
adanya pendidikan. Menurut Benyamin S. Bloom dalam pendidikan ada tiga ranah
yang harus dikembangkan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Inti proses dari
pendidikan adalah proses pembelajaran.
1
or cognitive activity alone and forget about the affective aspects, including
characters. Character is the personal attitude of the stable as a result of the
integration process and action statements (Khan, 2010). Characters can also be
interpreted as a character, character, character or personality that comes from the
internalization of the various virtues and used as a basis to think, act, and act
(MONE, 2010). Good character includes knowledge about the good that will bring
the commitment (intentions) kindness, until finally doing good (Lickona, 2015).
Hadiyanti, et al., (2016) suggested that the formation of student character can not
be separated from the learning process that they receive at school. The learning
process is said to be good if it can guides how students learn, how students can
collaborate in the study group, how the students interact with the entire class, and
how the students were able to develop all their potential in terms of cognitive,
psychomotor, and affective thus indirectly can the empowerment aspect of the
character of the students themselves (Armadani, et al, 2017 : 1585).
Terjemahan :
2
dapat aspek pemberdayaan dari karakter siswa itu sendiri (Armadani, et al, 2017:
1585).
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian dari model pembelajaran konsiderasi.
2. Dapat mengetahui tujuan dari model pembelajaran konsiderasi.
3. Dapat mengetahui fungsi model pembelajaran konsiderasi.
4. Dapat mengetahui pengimplementasian atau tahap model pembelajaran
konsiderasi.
5. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan model
pembelajaran konsiderasi dalam pembelajaran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Menurut Joice dan Weil (2003 : 11) dalam Putranta (2018 : 3) model
pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian
rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan
memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya.
5
a) Apakah model pembelajaran sesuai dengna itngkat kematangn peserta
didik ?
b) Apakah model pembelajaran sesuai dengan minat, bakat dan kondisi
peserta didik ?
c) Apakah model pembelajaran sesuai dengan gaya belajar peserta didik ?
4. Pertimbnagan lainnya yang bersifat nonteknis.
a) Apakah untuk mencapai tujuan cukup dengan satu model saja ?
b) Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya
model yang dapat digunakan ?
c) Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau efisien ?
6
According to Spaniol (2009 : 226) Different learners have various
preference and needs, so they learn in different ways. Some of them prefere theories
an principles, while others fact and experimentation. Some learner tend to
remember things which employe picture, diagrams or presentation whereas other
learn better with written or spoke material such as text and auditoy material.
Cosequently, it is vital to provide different type of learner with appropriate learning
method and educational material which are more preferable and more effective to
their individual needs. Learning styles can be defined as model which classify
learners according to the different way in which receive, organize and process
information.
Terjemahan :
Terjemahan :
7
According to Reigeluth (1983) in Armadani (2017 : 1586) defines learning
model as a complete set of components of the strategy are on the learning outcomes
more riding under certain conditions.
Terjemahan :
According to Joyce & Weil (1982) Armadani (2017 : 1586) The learning
model is also defined as a conceptual framework that is used as a guide in
implementing learning.
Terjemahan :
Menurut Joyce & Weil (1982) dalam Armadani (2017: 1586) Model
pembelajaran juga didefinisikan sebagai kerangka kerja konseptual yang digunakan
sebagai panduan dalam melaksanakan pembelajaran.
1. Analysis of objectives
8
Terjemahan :
1. Analisis tujuan
Terjemahan :
9
Dari kamus yang berarti model adalah pola sesuatu yang harus dibuat atau
direproduksi dan sarana mentransfer suatu hubungan atau proses itu pengaturan
yang sebenarnya untuk satu di mana dapat lebih mudah dipelajari. Dalam
pandangan mengajar, model pengajaran adalah rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum, untuk merancang materi instruksional dan
untuk memandu instruksi di kelas dan pengaturan lainnya. Tujuan paling penting
dari setiap model pengajaran adalah untuk meningkatkan efektivitas instruksional
dalam suasana yang efektif dan untuk memperbaiki atau membentuk kurikulum.
Joyce dan Weil mengatur model pengajaran alternatif ke dalam empat keluarga, ini
adalah informasi prescessing, pribadi, sosial, dan perilaku. Mereka menekankan
bahwa tujuan instuktural yang berbeda akan diwujudkan dengan menempatkan
modal pengajaran ini ke dalam tindakan (Siddiqui, dan Khan, 2007: 6-7).
Terjemahan :
10
Mereka membentuk sarana mengkomunikasikan prosedur dasar yang terlibat dalam
pelaksanaan model pembelajaran (Viswanath, 2006: 155).
Terjemahan :
1) Syntax (langkah-langkah)
Syntax pembelajaran merupakan langkah-langkah operasional
pembelajaran yang sifatnya baku.
2) social system(suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran)
Sistem sosial ialah proses mengenali, dan menganalisis prilaku siswa
Sebagai instuisi sosial dalam pembelajaran, peran atau prilaku siswa dilihat
sebagai makhluk sosial dan bagian dari kelompok, bukan sebagai individu.
3) Principles of reaction (prinsip reaksi)
Suatu gambaran prinsip yang meggambarkan bagaimana reaksi siswa
terhadap aktivitas pembeajaran yang diterapkan guru. Dalam penerapan sebuah
11
model pembelajaran, reaksi siswa menjadi aktivitas yang terencana, tidak terjadi
secara serta merta. Karena itu guru dituntut untuk mampu merencanakan dan
melaksasnakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas prilaku-prilaku,
sikap-sikap yang akank diperoleh pada saat dan setelah pembelajaran
berlangsung. Demikian pula sebaliknya, guru harus bereaksi terhadap aksi siswa
dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan
ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna.
4) Support system (sistem pendukung)
Komponen-komponen yang menjadi pendukung dalam penerapan sebuah
model pembelajaran. Sistem pendukunng ini merupakan sebuah sistem yang
menyediakan kemampuan untuk menyelessaikan masalah dan menjamin
terjadinya interaksi antara guru dan siswa untuk menyelesaikan permasalahan
pembelajaran. Bentuk sistem pendukung dapat berupa ssekkumpulan prosedur
berbasis model untukmembantu guru dalam mengambil keputusan dalam
pembelajaran.
5) Intructional dan nurran effets (hasil belajar yang diperoleh atau tujuan
pembelajaran)
Prilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki,atau dikuasai oleh
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Dalam pengertian lain
tujuan pembelajaran adalah pernyataan mengenai keterampilan atau konsep
yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa pada akhir periode pembelajaran.
Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju dari rangkaian
aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran
12
and adapt their practices to the ongoing needs of their learners in order to achieve
outcomes of a high standard across heterogeneous groups of students.
Terjemahan :
Terjemahan :
Ranah afektif mengacu pada klasifikasi dari tujuan yang berbeda yang
dididik untuk siswa (tujuan pembelajaran). Taksonomi Bloom membagi tujuan
pendidikan menjadi tiga "domain": kognitif, afektif, dan psikomoto. Istilah
"Mempengaruhi" dalam definisi ini berasal dari ilmu psikologi dan langsung
mengacu pada pengalaman individu perasaan atau emosi sebagai akibat dari
beberapa rangsangan eksternal.
Most Modern authors agree that there been a bias toward the cognitive in
learning research, at the expense of affective. Moreover, it is nowa being recognised
that emotion not be considered as seperate “realm” of human activity onto
13
thenselves and that what is required is a perspective that integrates them with
cognitive and social aspect of learning and development. Affect its not simple
expression of biological reaction t a situation ; it is intimately bound up with
culturally mediated conceptions of social action and its condition of
appropriateness. Our affect in given situation depend on how we represent those
situation (Baker, et al, 2013 : 13-14)
Terjemahan :
Sebagian besar penulis modern setuju bahwa ada bias terhadap kognitif
dalam belajar penelitian, dengan mengorbankan afektif. Selain itu, sekarang diakui
bahwa emosi tidak dianggap sebagai "ranah" yang terpisah dari aktivitas manusia
ke arah diri sendiri dan bahwa apa yang diperlukan adalah perspektif yang
mengintegrasikan mereka dengan aspek kognitif dan sosial dari pembelajaran dan
pengembangan. Pengaruhi ekspresi biologisnya yang tidak sederhana terhadap
suatu situasi; ia sangat terikat dengan konsepsi aksi sosial yang dimediasi oleh
budaya dan kondisi kesesuaiannya. Pengaruh kami dalam situasi tertentu
bergantung pada bagaimana kami merepresentasikan situasi tersebut (Baker, et al,
2013 : 13-14).
Terjemahan :
14
Menurut Atherton (2005) di Jagger (2014: 2) Bloom taksonomi yang
diakui secara luas dan diteliti mengkategorikan tingkat pembelajaran dengan
mengelompokkan mereka menjadi tiga domain: kognitif, afektif dan psiko motor.
15
mengajar afektif yakni : Model konsiderasi, model pembentuk rasional, model
nondirektif.
16
perbedaan pendapat tumbuh dengan baik sesuai dengan titik pandang yang
berbeda.
6. Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai sudut
pandang untuk menambah wawasan agar mereka dapat menimbang sikap
tertentu sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
7. Mendorong siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang harus dilakukan
sesuai dengan pilihannya berdasarkan pertimbangannya sendiri.
17
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
18
3. Students appreciate the adults who made himself a "role model concern"
(consideration)
On the basis of the above assumptions, the teacher must be a model in the class
treats every student with respect, away from the authoritarian attitude. Teachers
need to promote unity, mutual trust, mutual respect, and so forth.
Terjemahan :
Atas dasar asumsi di atas, guru harus menjadi model dalam kelas memperlakukan
setiap siswa dengan hormat, jauh dari sikap otoriter. Guru perlu mempromosikan
persatuan, saling percaya, saling menghormati, dan sebagainya.
19
1. Provide information to students about learning model implementation plan
and the establishment of rational considerations. In this information needs
to be explained what the purpose and intended use of this affective learning
model so that all understand why the learning model and the establishment
of rational considerations are important.
Terjemahan :
20
How teachers can build respect and consideration as operating in a peer
group norms?. If teachers do not take the initiative to establish a culture of positive
peer and support that they want to teach virtue, culture peers often develops in the
opposite direction.
Terjemahan :
Kualitas seorang guru dengan hubungan siswa adalah dasar dari segala
sesuatu yang mungkin seorang guru ingin lakukan dalam pendidikan karakter.
Dalam hubungan mereka dengan siswa, guru memberi pengaruh moral positif
dalam tiga cara yang saling melengkapi.
21
Membuat ruang kelas yang demokratis adalah melibatkan siswa, secara
teratur dan dengan cara yang tepat; Dalam keputusan bersama meningkatkan
tanggung jawab mereka untuk menjadikan ruang kelas tempat yang baik untuk
menjadi dan belajar. Kelas demokratis berkontribusi pada karakter karena
menyediakan sebuah forum di mana setiap kebutuhan atau masalah dapat diatasi
kelompok. Ini juga menyediakan struktur mandiri yang menasihati siswa terbaik
moral dengan membuat mereka bertanggung jawab atas norma-norma rasa hormat
dan tanggung jawab.
2. Dapat bekerja sama dengan teman dan Menciptakan hubungan yang harmonis
22
Menurut Yulida, dkk (2017) dalam jurnalnya, Penulis menyadari bahwa
pentingnya sebuah keterampilan sosial bagi individu, termasuk anak dengan
hambatan emosi dan prilaku, terlebih melihat fakta rendahnya keterampilan sosial
anak dengan hambatan emosi dan prilaku. Selain itu diduga metode pembelajaran
konvensional yang selama ini digunakan, ceramah ataupun sebatas pemberian tugas
belum tepat dalam melatih meningkatkan keterampilan sosial anak dengan
hambatan emosi dan prilaku. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hallahan:
“Children and youths with emotional or behavioral disorders aren’t typically good
at making friends”.
Terjemah:
“ Anak dengan hambatan emosi dan prilaku mengalami kesulitan dalam menjalin
hubungan dengan orang lain”
Oleh karena itu pengaruh model konsiderasi ini dapat menjadi salah satu
solusi dalam meningkatkan keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan
prilaku (Yulida, 2017: 15-16).
23
dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran afektif atau model
pembelajaran berbasis karakter atau juga disebut dengan model pembelajaran
konsiderasi. Menurut Suryani dan Leo Agung (2012: 122), “Model pembelajaran
afektif merupakan sebuah strategi atau model yang bukan hanya bertujuan untuk
mencapai pendidikan kognitif saja, melainkan juga sikap dan ketrampilan afektif”
(Agustiningsih, 2017:127-128).
Karakter adalah sikap pribadi orang yang stabil seperti hasil dari proses
integrasi dan pernyataan tindakan. Karakter juga bisa diartikan sebagai kepribadian
yang datang dari internalisasi berbagai keutamaan dan digunakan sebagai dasar
untuk berpikir, dan bertindak. Karakter yang baik termasuk pengetahuan tentang
kebaikan yang akan membawa komitmen (niat) kebaikan, hingga akhirnya berbuat
baik. Pola pikir positif juga akan membawa kepada komitmen yang baik dan
pembuatan yang baik pula. Menurut Armadani (2015) dalam jurnalnya:
24
Positive thinking is a way of thinking that is more emphasis on things that
are positive, both to oneself, others and the situation at hand. Individuals who think
positively are individuals who have hope and positive ideals, understand and be able
to utilize the advantages and disadvantages that are owned and positively assess all
the problems. The individual will direct his thoughts to positive things; will talk
about success than failure, love instead of hatred, happiness rather than sadness,
confidence rather than fear, satisfaction than disappointment that the individual will
be positive in dealing with problems. Researchers assume that the Instructional
Technology students explore learning model consideration. The consideration
model was developed by Mc. Paul. Paul assumes that the moral formation is not the
same as the development of rational cognition. Moral learning student thinks is not
the intellectual development of personality formation (Armadani, 2015: 1585).
Terjemahan:
Berpikir positif adalah cara berpikir yang lebih menekankan pada hal - hal yang
positif, baik untuk diri sendiri, orang lain dan situasi di tangan. Individu yang
berpikir secara positif adalah individu yang memiliki harapan dan cita-cita positif,
memahami dan dapat memanfaatkan kelebihan dan kerugian yang dimiliki dan
menilai positif semua masalah. Individu akan mengarahkan pikirannya ke positif
sesuatu; akan berbicara tentang kesuksesan daripada kegagalan, cinta bukannya
kebencian, kebahagiaan daripada kesedihan, keyakinan daripada ketakutan,
kepuasan daripada kekecewaan yang dimiliki individu bersikap positif dalam
menangani masalah. Penelitian ini berasumsi pada siswa Teknologi Instruksional
yang menggunakan model pembelajaran konsiderasi. Model pembelajaran
konsiderasi dikembangkan oleh Mc. Paulus. Paulus berasumsi pada pembentukan
moral tidak sama dengan perkembangan rasional. Pembentukan karakter berpikir
siswa bukanlah pembentukan kepribadian berdasarkan intelektual (Armadani,
2015: 1585).
25
Menurut Trianto (2010 : 53) dalam Darmadi (2017 : 42-43)fungsi model
pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru
dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk memilih oleh model ini sangat
dipengaruhi oleh materi yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang
akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik. Di
samping itu pula, setiap model pembelajaran juga mempunyai tahap-tahap (sintaks)
yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingn guru. Antara sintaks yang satu
dengan sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini di
ataranya adalah pembukaan dan penutupan pembelajaran yang berbeda antara satu
dengan yang lain. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan
berbagai keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
beraneka ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini.
26
1. Menghadapkan siswa pada suatu masalah yang mengandung konflik, yang
sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari
2. Menyuruh siswa untuk menganalisis situasi masalah dengan tersirat dalam
permasalahan tersebut
3. Menyuruh siswa untuk melukiskan tanggapannya terhadap permasalahan
yang dihadapi
4. Mengajak siswa untuk menganalisis respon orang lain
5. Mendorong siswa untuk merumuskan akibat dan konsekuensi dari setiap
tindakan
6. Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai sudut
pandang
7. Mendorong siswa bertindak sesuai dengan pilihannya
1. Kelebihan
a. Dalam pelaksanaan pembelajaran sikap akan dapat Membentuk watak serta
peradaban Bangsa yang bermatabat.
27
b. Mengembangkan potensi peserta didik dalam hal nilai dan sikap.
c. Menjadi sarana pembentukan manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
d. Peserta didik akan lebih mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak
baik, mana yang halal dan yang tidak halal.
e. Peserta didik akan mengetahui hal yang berguna atau berharga (sikap
positif) dan tidak berharga atau tidak berguna (sikap negatif).
f. Dengan pelaksanaannya strategi pembelajaran sikapakan memperkuat
karakter bangsa indonesia, apalagi apabila diterapkan pada anak sejak dini.
g. Dengan pelaksanaan pembelajaran sikap peserta didik dapat berperilaku
sesuai dengan pandangan yang di anggap baik dan tidak bertentangan
dengan norma- norma yang berlaku.
2. Kelemahan
28
2.2 Kajian Kritis
29
2. Dapat bekerja sama dengan teman dan Menciptakan hubungan yang harmonis.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
31
yang diperhatikan, dalam menggunakan model ini juga harus memperhatikan aspek
kognitif yang diperoleh peserta didik setelah pembelajarn. Dalam
pengimplementasiannya, model konsiderasi boleh digunakan bersama model
lainnya yang bisa mendukung pembelajaran, agar peserta didik tidak hanya
mendapat hasil dalam ranah afektif tetapi juga dalam ranah kognitif dan sebaliknya.
32
DAFTAR PUSTAKA
Jagger, Suzy. 2014. Affective Learning and Classroom Debate. Education and
Teaching International.
33
Osler, James Edward. 2013. The Psylogical Effecacy Of Education as A science
Trough Personal, Professional, and Contextual Inquiry Of The Affective
Learning Domain .Vol.6, No.4.
Parr, Judi M., dan and Helen S. Timperley. 2008. Teachers, Schools and Using
Evidence : Considerations of Preparedness. Vol. 15, No. 1.
Yulhendri, dan Rita syofyan. 2016. Pendidikan Ekonomi untuk Sekolah Menengah.
Jakarta : Kencana.
Yulida, dkk. 2017. Model Konsiderasi Untuk Melatih Keterampilan Sosial Anak
Dengan Hambatan Emosi Dan Prilaku. Departemen Pendidikan Khusus:
Unuversitas Pendidikan Indonesia. Vol. 18 (2).
34