Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengingat betapa pentingnya perkembangan pendidikan terhadap
penilaiannya, maka setiap manusia tidak terlepas dari hakikat belajar. Manusia
dalam setiap kehidupannya selalu mengalami proses perubahan tingkah laku baik
dari psikis dan fisiknya. Hal ini disebabkan bahwa pengaruh belajar tersebut
sangat penting untuk proses pembentukan pola pikir setiap individu terutama bagi
perkembangan pendidikan yang ada pada saat ini menunjukkan arah yang lebih
luas. Kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran meliputi kegiatan yang
meliputi penyampaian pesan, penciptaan lingkungan yang kondusif dan edukatif
bagi proses belajar, dan pemberdayaan potensi peserta didik melalui interaksi
perilaku pendidik dan peserta didik, di mana semua perbuatan itu dilaksanakan
secara bertahap.
Proses pengajaran di kelas merupakan interaksi antara guru dengan siswa.
Interaksi dalam kelas dapat terselenggara dengan baik jika siswa memahami
materi yang disampaikan oleh guru. Proses belajar mengajar yang dilakukan di
kelas selama ini seringkali satu arah dimana siswa hanya mendengarkan apa yang
disampaikan guru. Siswa diharapkan lebih dilibatkan secara aktif untuk
berinteraksi dengan guru atau antar siswa. Oleh karena itu, suatu model
pengajaran atau model pembelajaran dapat digunakan untuk menggambarkan
suatu lingkungan pembelajaran, yang juga meliputi perilaku kita sebagai guru saat
model tersebut diterapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka kami mengangkat topik permasalahan
yaitu mengenai model pembelajaran induktif agar dapat memperkaya model
pembelajaran sehingga siswa tidak bosan untuk mengikuti pelajaran (Sirait dan
Sihombing, 2017:37-38).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari model pembelajaran induktif?
2. Apa tujuan dan fungsi dari model pembelajaran induktif?
3. Apa saja langkah-langkah dalam model pembelajaran induktif?
4. Apa saja dampak yang dihasilkan dari model pembelajaran induktif?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari model pembelajaran induktif.
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi dari model pembelajaran induktif.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam model pembelajaran induktif.
4. Untuk mengetahui dampak dari model pembelajaran induktif.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Literatur
2.1.1 Definisi Model Pembelajaran Induktif
Untuk mendapatkan keterampilan metakognitif harus melibatkan
penggunaan strategi metakognitif. Strategi metakognitif merupakan proses yang
digunakan untuk mengontrol kegiatan kognitif, dan untuk memastikan bahwa
tujuan kognitif telah terpenuhi. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan
peran aktif siswa dan sesuai dengan karakteristik strategi metakognitif adalah
model pembelajaran induktif. Model Pembelajaran Induktif merupakan suatu
proses dalam berpikir yang berlangsung dari hal yang bersifat khusus menuju hal
yang bersifat umum (Aprilianti dan Sugiarto, 2014:248).
Menurut Sagala dalam Listyaningrum, dkk (2012:59-60), model
pembelajaran inductive thinking berbasis keterampilan proses sains inductive
thinking (berpikir induktif) merupakan suatu proses dalam berpikir yang
berlangsung dari hal yang bersifat khusus menuju hal yang bersifat umum.
Menurut Bruce dan Joyce dalam Listyaningrum, dkk (2012:60), Hilda
Taba memperkenalkan suatu model pembelajaran yang didasarkan atas cara
berpikir induktif. Model pembelajaran berpikir induktif (inductive thinking)
menurut Hilda Taba ini juga dikembangkan atas dasar konsep proses mental siswa
dengan memperhatikan proses berpikir siswa untuk menangani informasi dan
menyelesaikannya. Atas dasar cara berpikir induktif tersebut, model pembelajaran
ini menekankan pengalaman lapangan seperti mengamati gejala atau mencoba
suatu proses kemudian mengambil kesimpulan.
Menurut Julianto dalam Halimsyah (2017:116), model pembelajaran
induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tetapi sangat efektif
untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Pada
model pembelajaran induktif, guru langsung memberikan presentasi informasi-
informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan
dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-
pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tadi. Model pembelajaran
induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Model ini
membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam

3
penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing
siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan
membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya
sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan
pembelajaran, guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa
berpikir.
Menurut Joyce dalam Sulastri dan Ginting (2014:174), salah satu model
pembelajaran yang ditengarai efektif melatih siswa untuk mengembangkan
pemahaman konseptual/pengawasan tentang ranah tertentu adalah model
pembelajaran induktif. Model pembelajaran induktif merupakan model
pembelajaran yang bertumpu pada pemprosesan informasi (information
processing) melalui proses berfikir secara induktif. Model pembelajaran induktif
ini juga dapat dilaksanakan dengan bantuan media pembelajaran yang sesuai.
Penggunaan media mempunyai arti yang cukup penting karena dalam kegiatan
pemberian informasi, ketidak-jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu
dengan menghadirkan media sebagai perantara.
Menurut Sagala dalam Warsiman (2017:25), model induktif pada mulanya
dicetuskan oleh seorang filosof Inggris yang bernama Prancius Bacon. Ia
mengatakan bahwa sistem berpikir yang dianggap paling baik adalah berpikir
yang dilandasi oleh cara induktif, yaitu proses berpikir yang berlangsung dari
permasalahan-permasalahan khusus ke permasalahan-permasalahan yang bersifat
umum. Proses berpikir yang demikian menuntut agar suatu kesimpulan ditarik
berdasarkan adanya fakta-fakta yang kongkret sebanyak-banyaknya. Semakin
banyak fakta yang terkumpul akan semakin mendukung suatu kesimpulan yang
akurat.
Menurut Eggen dan Kauchak dalam Sani (2015:108), model pembelajaran
induktif merupakan strategi langsung untuk mengembangkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi dan berpikir kritis. Model pembelajaran ini berbasis pada
teori konstruktivisme yang berpandangan bahwa peserta didik mengonstruksi
pengetahuannya dengan melibatkannya dalam belajar memahami dunia.
Model pengajaran dan pembelajaran induktif adalah kunci utama
pemanfaatan jalan yang mengagumkan untuk pembelajaran yang dimungkinkan
melalui perpustakaan elektronik, tawaran pendidikan jarak jauh, dan transformasi
pelaksanaan di kampus menjadi campuran seperti memanfaatkan interaksi kampus

4
dan sumber daya web yang dikembangkan dan diimplementasikan di sekolah di
seluruh negara (Joyce, dkk., 2016:77).
Menurut Sakdiah (2017:69), model pembelajaran berpikir induktif adalah
model yang berorientasi pada pemrosesan informasi (information processing).
Menurut Huda dalam Sirait dan Sihombing (2017:39), model
pembelajaran induktif merupakan suatu proses dalam berpikir yang berlangsung
dari hal yang bersifat khusus menuju hal yang bersifat umum. Model berpikir
induktif (inductive thinking model) didasarkan pada asumsi awal bahwa setiap
manusia, termasuk siswa, merupakan konseptor alamiah. Mereka selalu berusaha
melakukan konseptualisasi setiap saat, membandingkan dan membedakan objek,
kejadian, dan emosi.
Menurut Dahar dalam Warsiman (2016:47), suatu teori yang didasari oleh
konstruksi induktif akan bekerja dari bawah ke atas. Lebih lanjut ia mencontohkan
bahwa penelitian yang berangkat dari teori induktif akan menghasilkan rumusan
teori yang mencakup pernyataan yang lebih rendah tingkatannya.
According Paul and Elder in Hamidun, et al (2014:125), one of the facets
in the inductive teaching model is the critical thinking skill. Paul and Elder
believe that a well cultivated critical thinker gathers and assesses relevant
information, thinks openmindedly within alternative systems of thought,
recognizing and assessing, as need be, their assumptions, implications, and
practical consequences and communicates effectively with others in figuring out
solutions to complex problems. Hence, applying inductive teaching would highly
developed the critical thinking skill among the students through analyzing the
topic or research, comparing and contrasting the ideas, generalizing and
applying the concepts that they acquire the different or new situations by
connecting with their life experiences. The students need to have the prior
knowledge so that they are able see the relevance of what they are learning. Thus,
they need to prepare themselves before attending the class with background
knowledge by reading to stimulate their thought and relate with the new
information that would be introduced in the class and employ in their writing.
Terjemahan :
Menurut Paul dan Elder dalam Hamidun, dkk (2014:125), salah satu
aspek dalam model pengajaran induktif adalah keterampilan berpikir kritis. Paul
dan Elder percaya bahwa seorang pemikir kritis yang berkultivasi dengan baik

5
mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan, berpikir secara terbuka dalam
sistem pemikiran alternatif, mengakui dan menilai, sebagaimana diperlukan,
asumsi, implikasi, dan konsekuensi praktis mereka dan berkomunikasi secara
efektif dengan orang lain dalam mencari solusi untuk masalah yang rumit. Oleh
karena itu, menerapkan pengajaran induktif akan sangat mengembangkan
keterampilan berpikir kritis di antara para siswa melalui menganalisis topik atau
penelitian, membandingkan dan kontras ide-ide, generalisasi dan menerapkan
konsep-konsep yang mereka peroleh berbeda atau situasi baru dengan
menghubungkan dengan pengalaman hidup mereka. Para siswa harus memiliki
pengetahuan sebelumnya sehingga mereka dapat melihat relevansi dari apa yang
mereka pelajari. Dengan demikian, mereka perlu mempersiapkan diri sebelum
menghadiri kelas dengan pengetahuan latar belakang dengan membaca untuk
menstimulasi pemikiran mereka dan berhubungan dengan informasi baru yang
akan diperkenalkan di kelas dan digunakan dalam tulisan mereka.
Inductive teaching is a model of teaching that encourages students to build,
test and to use categories. It nurtures logical thinking and allows students of an
abilities to process information effectively.the inductive teaching model is a
powerful way of helping students to learn how to construct knowledge. The model
focuses directly upon intelectual capability and is intended to assist students in
the process of mastering large amounts of information. The inductive model of
teaching consists of a number of discrete phases that cannot be rushed or omitted.
Inductive inquiries are rarely brief because the very nature of the inquiry requires
students to think deeply. The inductive model in synthesis is the collecting and
sifting of information in order to construct categories, or labels (Hopkins and
Harris, 2012:35-36).
Terjemahan :
Pengajaran induktif adalah model pengajaran yang mendorong siswa
untuk membangun, menguji dan menggunakan kategori. Ini memelihara
pemikiran logis dan memungkinkan siswa dari kemampuan untuk memproses
informasi secara efektif. Model pembelajaran induktif adalah cara yang ampuh
untuk membantu siswa belajar bagaimana membangun pengetahuan. Model ini
berfokus langsung pada kemampuan intelektual dan dimaksudkan untuk
membantu siswa dalam proses menguasai sejumlah besar informasi. Model
pengajaran induktif terdiri dari sejumlah fase diskrit yang tidak bisa terburu-buru

6
atau dihilangkan. Pertanyaan-pertanyaan induktif jarang singkat karena sifat
pertanyaan itu menuntut siswa untuk berpikir secara mendalam. Model induktif
dalam sintesis adalah mengumpulkan dan menyaring informasi untuk membangun
kategori, atau label (Hopkins dan Harris, 2012:35-36).
The inductive model of teaching was developed by Hilda Taba, an
influential curriculum developer in the 1960s who advocated many changes in the
way we teach the social studies. Inductive model uses carefully crafted questions
to structure each lesson. This model help students develop concepts as they
generate and examine information, explore connections, make comparisons, and
write summary statements (Dell’Olio and Donk, 2007:146).
According Bergadano, et al in Birnbaum (1993 : 49), this paper presents
and evaluates a technique for using qualitative methods to guide inductive
learning from examples. Our objective is to induce rules which are not only
accurate but also explainable using this qualitative background knowledge, a
requirement both for practical application of machine learning and for
integrating the results of learning back into a wider body of existing knowledge.
The research can be viewed as developing and evaluating a special case of the
general theory-guided learning paradigm.
Terjemahan :
Menurut Bergadano, dkk dalam Birnbaum (1993:49), makalah ini
menyajikan dan mengevaluasi teknik untuk menggunakan metode kualitatif untuk
memandu pembelajaran induktif dari contoh. Tujuan kami adalah untuk
membujuk peraturan yang tidak hanya akurat tetapi juga dapat dijelaskan
menggunakan pengetahuan latar belakang kualitatif ini, suatu persyaratan baik
untuk aplikasi praktis pembelajaran mesin dan untuk mengintegrasikan hasil
pembelajaran kembali ke tubuh yang lebih luas dari pengetahuan yang ada.
Penelitian ini dapat dilihat sebagai pengembangan dan evaluasi kasus khusus dari
paradigma pembelajaran yang dipandu teori umum.
A better way to motivate students is inductive teaching, in which the
instructor begins by presenting students with a specific challenge, such as
experimental data to interpret, a case study to analyze, or a complex real-world
problem to solve. Students grappling with these challenges quickly recognize the
need for facts, skills, and conceptual understanding, at which point the teacher

7
provides instruction or helps students learn on their own (Prince and Felder,
2007:14).
Terjemahan :
Cara yang lebih baik untuk memotivasi siswa adalah pengajaran induktif,
di mana instruktur dimulai dengan menghadirkan siswa dengan tantangan khusus,
seperti data eksperimen untuk menafsirkan, studi kasus untuk dianalisis, atau
masalah dunia nyata yang kompleks untuk dipecahkan. Murid-murid bergulat
dengan tantangan-tantangan ini dengan cepat mengenali kebutuhan akan fakta,
keterampilan, dan pemahaman konseptual, pada titik dimana guru memberikan
instruksi atau membantu siswa belajar sendiri (Prince dan Felder, 2007: 14).
According Murphy in Zulkiply and Burt (2013:134-135), in inductive
learning, it is generally not known whether or not spaced presentation of
exemplars from the same categories affects long-term retention. In other words,
induction is concerned with inferring knowledge from an incomplete set of
observations, and this contrasts with deduction, where the learner formulates
regularities observed in a complete set of data. Inductive learning of categories is
the process of learning through examples, whereby students work from specific
exemplars and derive general concepts or categories from those exemplars.
Terjemahan :
Menurut Murphy dalam Zulkiply dan Burt (2013: 134-135), dalam
pembelajaran induktif, umumnya tidak diketahui apakah atau tidak diberikannya
eksemplar dari kategori yang sama mempengaruhi retensi jangka panjang. Dengan
kata lain, induksi berkaitan dengan menyimpulkan pengetahuan dari satu set
observasi yang tidak lengkap, dan ini kontras dengan deduksi, di mana pelajar
merumuskan keteraturan yang diamati dalam satu set data lengkap. Kategori
pembelajaran induktif adalah proses belajar melalui contoh, di mana siswa bekerja
dari eksemplar tertentu dan memperoleh konsep atau kategori umum dari
eksemplar tersebut.
The starting point is that our teaching/learning has already an inductive
or deductive approach by itself. Being presented as a real discovery approach, the
induction was created by Aristotle who considered the transition from abstract to
concrete in science. As known globally, inductive ways of learning are fortified by
different kinds of our perception and this can be realized by our experiences. So,

8
we think these experiences and inductive ways will be led by intelligence
(Rahmatian and Zarekar, 2016:254).
Terjemahan :
Titik awalnya adalah bahwa pengajaran / pembelajaran kita sudah
menjadi pendekatan induktif atau deduktif dengan sendirinya. Dipresentasikan
sebagai pendekatan penemuan nyata, induksi diciptakan oleh Aristoteles yang
menganggap transisi dari abstrak ke konkret dalam sains. Sebagaimana diketahui
secara global, cara belajar induktif diperkaya oleh berbagai jenis persepsi kita dan
ini dapat direalisasikan oleh pengalaman kita. Jadi, kami pikir pengalaman dan
cara induktif ini akan dipimpin oleh intelegensi (Rahmatian dan Zarekar, 2016:
254).
Sistem sosial dari model pembelajaran IBC meliputi: 1) kegiatan siswa
yang diutamakan dalam pembentukan konsep adalah mengidentifikasi manfaat
pembelajaran materi dimensi tiga secara individu, 2) menjawab pertanyaan
terbimbing, mengoperasikan Cabri 3D, memanipulasi objek, dan melakukan
perhitungan manual secara berkelompok, 3) mendiskusikan temuan secara
berkelompok, 4) keterampilan siswa yang diharapkan muncul adalah
mengorganisir data dan penggunaan intuisi pemecahan masalah, dan 5) kegiatan
siswa setelah diskusi kelompok adalah mengerjakan latihan soal secara pribadi
sebagai upaya penerapan prinsip (Wulandari, dkk., 2016 : 697).
Sistem sosial adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Sistem sosial ini menandakan adanya hubungan
terjalin antara siswa dengan guru pada saat proses pembelajaran menggunakan
model induktif dilakukan. Model induktif menuntut agar terjadi hubungan yang
kooperatif antara guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam
model induktif tersebut guru dituntut berperan sebagai mediator, motivator, dan
fasilitator serta mengontrol jalannya proses pembelajaran agar tidak menyimpang
dari tujuan semula (Warsiman, 2016 : 58).
Sistem pendukung dari sintaks model pembelajaran IBC adalah model
pembelajaran yang dikembangkan melibatkan siswa dalam aktivitas penemuan,
dan diskusi kelompok, sehingga diharapkan mampu mendorong kepercayaan diri
siswa untuk menyampaikan ide dan gagasan, bersikap kritis, dan mengembangkan
intuisi pemecahan masalah siswa. Sedangkan komponen pendukung model

9
pembelajaran ini adalah komputer/laptop, software, 3D, dan LCD (Wulandari,
dkk., 2016 : 697).

2.1.2 Tujuan Model Pembelajaran Induktif


Model pembelajaran induktif dirancang dan dikembangkan oleh Hilda
Taba dengan tujuan untuk mendorong para siswa menemukan dan
mengorganisasikan informasi, menciptakan nama suatu konsep, membuat siswa
lebih terampil dalam menyingkap dan mengorganisasikan informasi, dan dalam
melakukan pengetesan hipotesis yang melukiskan hubungan antar hal (Sakdiah,
2017:69).
Model pembelajaran induktif ditujukan untuk membangun mental kognitif,
karenanya sangat sesuai untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Namun
demikian, strategi ini banyak membutuhkan informasi yang harus digali oleh
siswa. Kelebihan dari model ini selain sangat sesuai untuk social study, juga dapat
digunakan untuk semua mata pelajaran, seperti sains, bahasa, dan lain-lain (Sirait
dan Sihombing, 2017:40).
Pembelajaran model induktif dirancang untuk mengembangkan
keterampilan berpikir anak. Untuk dapat mengembangkan keterampilan tersebut,
proses pembelajaran dilakukan melalui pemberian pertanyaan-pertanyaan yang
memungkinkan siswa terpancing melakukan aktivitas dan kreativitas berpikir.
Selain itu, pertanyaan-pertanyaan tersebut juga dimaksudkan untuk memastikan
penguasaan anak terhadap topik-topik yang dibicarakan. Pembelajaran model
induktif juga dirancang untuk mengajarkan siswa berpikir kritis. Pertanyaan-
pertanyaan yang disampaikan dalam proses pembelajaran ini dapat memancing
siswa mengeluarkan ide-idenya. Kebiasaan yang kooperatif tersebut
memungkinkan anak terlatih berpikir secara sistematis dan bekerja secara
terformat (Warsiman, 2016:48).
Menurut Moedjiono dan Dimyati dalam Warsiman (2017:26-27), pada
awalnya, pembelajaran model induktif digagas oleh penemunya untuk
mengajarkan suatu pengertian dan cara membentuk pengertian. Oleh karena itu,
secara tidak langsung pembelajaran model ini akan memperhatikan kecermatan
dan kepekaan bahasa, aturan berpikir dan logika, serta kesadaran tentang sifat-
sifat pengetahuan.

10
Model induktif dapat digunakan untuk mendesain unit-unit yang ekstensif
dan luas atau pelajaran-pelajaran singkat yang terkonsentrasi atau berbagai
pelajaran pendek (Joyce, dkk., 2016:78).
Menurut Joice dan Weil dalam Warimun dan Murwaningsih (2015:106),
model berpikir induktif digunakan untuk meningkatkan efektivitas siswa dalam
membangun konsep, dan mengembangkan keterampilan untuk menyelesaikan
tugas.
The teachers and administrators in this district focused on improving the
quality of writing of their students by using the inductive model of teaching to help
students explore the techniques used by published authors to accomplish such
tasks as introducing characters, establishing settings and describing action. The
inductive model leads students to collect information and examine it closely, to
organize the information into concepts and to learn to manipulate those concepts
used regularly, this strategy increases students abilities to form concepts
efficiently and increases the range of perspectives from which they can view
information (Joyce, et al., 2009:24-26).
Terjemahan :
Para guru dan administrator di distrik ini berfokus pada peningkatan
kualitas penulisan siswa mereka dengan menggunakan model pengajaran induktif
untuk membantu siswa mengeksplorasi teknik yang digunakan oleh penulis yang
diterbitkan untuk menyelesaikan tugas-tugas seperti memperkenalkan karakter,
menetapkan pengaturan dan menjelaskan tindakan. Model induktif mengarahkan
siswa untuk mengumpulkan informasi dan memeriksa dengan seksama, untuk
mengatur informasi ke dalam konsep dan belajar memanipulasi konsep-konsep
yang digunakan secara teratur, strategi ini meningkatkan kemampuan siswa untuk
membentuk konsep secara efisien dan meningkatkan jangkauan perspektif dari
mana mereka dapat melihat informasi (Joyce, dkk., 2009: 24-26).
The picture word inductive model can be used to teach phonics and
spelling both inductively and explicitly. However, the model is designed to
capitalize on children’s ability to think inductively. While the picture word
inductive model can be used to help students attain many of the language arts
goals in our curriculum guidelines (Calhoun, 1999:21-56).
Terjemahan :

11
Model induktif kata gambar dapat digunakan untuk mengajarkan fonik
dan ejaan baik secara induktif dan eksplisit. Namun, model ini dirancang untuk
memanfaatkan kemampuan anak-anak untuk berpikir secara induktif. Sementara
model induktif kata gambar dapat digunakan untuk membantu siswa mencapai
banyak tujuan seni bahasa dalam pedoman kurikulum (Calhoun, 1999:21-56).
The inductive teaching model is a powerful way of helping students to
learn how to construct knowledge. The model focuses directly upon intelectual
capability and is intended to assist students in the process of mastering large
amounts of information. The inductive method allows students to understand a
variety of classifications in a structured way that includes a variety of teaching
techniques within one method (Hopkins and Harris, 2012:36).
Terjemahan :
Model pengajaran induktif adalah cara yang ampuh untuk membantu
siswa belajar cara membangun pengetahuan. Model ini berfokus langsung pada
kemampuan intelektual dan dimaksudkan untuk membantu siswa dalam proses
menguasai sejumlah besar informasi. Metode induktif memungkinkan siswa untuk
memahami berbagai klasifikasi dengan cara terstruktur yang mencakup berbagai
teknik pengajaran dalam satu metode (Hopkins dan Harris, 2012:36).
Inductive teaching is one way to help students learn to use the
fundamental concepts for problem solving focusing on cases that students could
work on to help develop an understanding of the phenomenon before a principle
is introduced. To be effective in this method hands-on experience is essential.
However, today’s teaching and learning process needs much more flexibility and
use of different medium (Sell, et al., 2014:12).
Terjemahan :
Pengajaran induktif adalah salah satu cara untuk membantu siswa belajar
menggunakan konsep dasar untuk pemecahan masalah yang berfokus pada kasus-
kasus yang dapat dikerjakan siswa untuk membantu mengembangkan pemahaman
tentang fenomena sebelum sebuah prinsip diperkenalkan. Agar metode ini efektif,
pengalaman langsung sangat penting. Namun, proses pengajaran dan
pembelajaran hari ini membutuhkan lebih banyak fleksibilitas dan penggunaan
media yang berbeda (Sell, dkk., 2014: 12).

12
2.1.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Induktif
Menurut Aprilianti dan Sugiarto (2014:248) terdapat empat tahapan dalam
model pembelajaran induktif, yaitu : Tahap Tahap Terbuka (Open-Ended Phase),
Tahap Konvergen (Convergent Phase), Tahap Penutupan (Closure), dan Aplikasi
(Penerapan / Application). Didalam tahap-tahap model pembelajaran induktif
terdapat tahapan yang mencerminkan aspek keterampilan metakognitif, yaitu :
Fase 1 Tahap Terbuka (Open-Ended Phase), dalam Induktif dapat dipadukan
dengan tahap perencanaan (planning) pada strategi metakognitif yang ditandai
dengan observasi dan deskripsi. Dimulai dengan menunjukkan contoh-contoh
kepada siswa sehingga siswa berpikir dan menulis apa yang diketahui dan apa
yang tidak diketahui. Fase 2 Tahap Konvergen (Convergent Phase), dalam
Induktif dapat dipadukan dengan tahap pemonitoran (monitoring) pada strategi
metakognitif yakni untuk mencapai tujuan belajar guru membimbing siswa untuk
mengidentifikasi atau mengenal pola-pola dalam contoh menggunakan beberapa
pertanyaan dengan mengecek proses pemecahan masalah dengan tujuan belajar.
Fase 3 dan Fase 4, Tahap Penutupan (Closure) dan Aplikasi (Application), dalam
Induktif dapat dipadukan dengan tahap pengevaluasian (Evaluation) pada strategi
metakognitif yakni Mengecek tujuan belajar apakah sudah tercapai semua dengan
guru membimbing siswa secara jelas dan tegas pola-pola dalam suatu definisi dan
Melakukan penilaian apakah strategi belajar yang digunakan dapat diterapkan
dalam konteks lain dengan guru memberikan tugas pekerjaan rumah dalam bentuk
soal lain berhubungan dengan materi yang diajarkan. Hal ini menunjukkan bahwa
Model pembelajaran induktif dapat membangun kemampuan siswa
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga pembelajaran akan lebih
bermakna dan mampu mengembangkan keterampilan metakognitif siswa.

Menurut Warimun dan Murwaningsih (2015:106) adapun langkah-langkah


model pembelajaran induktif Taba adalah: 1) pembentukan konsep, 2) interpretasi
data, dan 3) aplikasi prinsip. Sedangkan kegiatan pada tahap pembentukan kosep
adalah mengidentifikasi dan menyebutkan satu persatu data yang relevan pada
suatu topik atau masalah serta mengelompokkan objek-objek menjadi kategori-
kategori yang anggotanya memiliki sifat yang umum.

Menurut Lefudin (2017: 176-177) Taba membedakan tiga strategi berpikir


induktif, yaitu: pembentukan konsep, interprestasi data, dan aplikasi prinsip.

13
Ketiga strategi tersebut dapat digunakan secara terpisah, tetapi dapat juga
digunakan secara berkelanjutan sehingga membentuk satu keutuhan.

Langkah-langkah:

a. Strategi pertama: Pembentukan konsep


1) Mengidentifikasi dan mencatat fakta, data, informasi.
2) Mengelompokkan: melihat persamaan dan membedakan karakterisrtik
(ciri,sifat)
3) Memberi label, mengurutkan: mana konsep utama dan mana bagian.
b. Strategi kedua: interprestasi data
1) Mengidentifikasi hubungan penting: mencatat macam-macam hubungan
2) Mengkaji hubungan: hubungan antar bagian, hubungan fungsi, hubungan
sebab-akibat.
3) Menyimpulkan: memberi penafsiran, menarik kesimpulan, implikasi,
ekstrapolasi.
c. Strategi ketiga: mengaplikasikan prinsip-prinsip
1) Memperkirakan akibat, menjelaskan fenomena, merumuskan hipotesis,
menganalisis masalah atau situasi, menghimpun pengetahuan yang
relevan.
2) Menegaskan dan atau menjelaskan prediksi dan hipotesis, menjelaskan
hubungan sebab akibat yang mengarah pada prediksi dan hipotesis.
3) Memverifikasi prediksi, menggunakan fakta atau prinsip-prinsip untuk
membuktikan prediksi dan hipotesis.
Menurut Moedjiono dan Dimyati dalam Warsiman (2017:26-28), model
berpikir induktif hubungan dengan pembelajaran setidaknya memiliki tiga strategi,
yaitu: 1) pembentukan pengertian atau pembentukan konsep. Pada fase ini
langkah pembelajaran yang ditempuh adalah mengenalkan masalah dan
menguraikan masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Kemudian,
mengelompokkan fakta-fakta yang serupa dan tidak serupa menjadi suatu
kumpulan. Selanjutnya, adalah menentukan susunan fakta tersebut secara
hierarkis. 2) interprestasi data. Pada fase ini langkah pembelajaran dilakukan
dengan memberikan pengetahuan tentang rincian fakta dan hubungan antar fakta,
lalu menerangkan hal-hal yang ada hubungannya dengan dukungan pada
perkiraan atau hipotesis dan ramalan, dan berikutnya adalah memeriksa ramalan;

14
3) penerapan prinsip. Pada fase ini langkah pembelajaran yang diambil adalah
membuat perkiraan atau hipotesis dan meramalkan akibat-akibat bila pemecahan
dilakukan. Kegiatan berikutnya adalah menerangkan hal-hal yang ada
hubungannya dengan dukungan pada perkiraan atau hipotesis dan ramalan
tersebut, dan yang terakhir adalah pemeriksaan ramalan.
Secara terperinci, Moedjiono dan Dimyati mengfurai ketiga tahap tersebut
dalam langkah penting sebagai berikut:
1. Tahap pembentukan pengertian, (a) mengenalkan masalah dan menguraikan
masalah menjadi bagian yang lebih kecil; (b) mengelompokkan fakta-fakta
yang serupa dan tidak serupa menjadi suatu kumpulan; (c) menentukan
sususan fakta tersebut secara hierarkis.
2. Tahap interprestasi data, (a) mengenal rincian fakta dan hubungan
antarfakta; (b) menentukan sebab akibat; (c) menarik kesimpulan.
3. Tahap penerapan prinsip; (a) membuat perkiraan atau hipotesis dan
meramalkan akibat-akibat bila pemecahan dilakukan; (b) menerapkan hal-
hal yang ada hubungannya dengan dukungan pada perkiraan atau hipotesis
dan ramalan.
Menurut Sani (2015:109-110) model pembelajaran berpikir induktif yang
dideskripsikan oleh Joyce dan Weil merupakan variasi dari model pembelajaran
induktif, yang hanya memperkenalkan tiga tahapan, yakni: (a) pembentukan
konsep; (b) interprestadi data; dan (c) aplikasi prinsip. Sintaks pembelajaran
berpikir induktif menurut Joyce dan Weil adalah sebagai berikut:
Sintaks
Strategi satu: Pembentukan Konsep
Fase 1 : membilang dan membuat daftar
Fase 2 : membuat kelompok
Fase 3 : membuat label dan kategori
Strategi dua: Menginterprestasi data
Fase 4 : mengidentifikasi hubungan
Fase 5 : mengeksplorasi hubungan
Fase 6 : membuat inferensi
Strategi tiga: mengaplikasikan prinsip
Fase 7 : memprediksi konsekuensi, menjelaskan fenomena, membuat hipotesis.
Fase 8 : menjelaskan dan mendukung prediksi dan hipotesis

15
Fase 9 : membuktikan prediksi
Menurut Joyce, dkk (2016:82-84), terdapat beberapa fase-fase model
induktif, antara lain:
Fase satu: mengidentifikasi domain
Untuk memulai penelitian tertentu, kita membimbing para siswa kea rah
informasi yang secara konseptual terkait. Dengan demikian, kita menciptakan-
atau membantu mereka menciptakan-wilayah atau arena studi yang terkonsentrasi.
Kita menyebut wilayah ini sebagai domain untuk penelitian. Domain membentuk
batas-batas tersebut dapat didefinisikan secara geografis (“Marilah kita pelajari
segala hal di pusat kota”); batas-batas tersebut dapat diseleksi dari domain dalam
disiplin akademik (sistem-sistem ekonomi dari semua bangsa, sistem politik
negara-negara Asia, puisi-puisi yang ditulis tahun lalu oleh kaum perempuan
China); batas-batas dapat diperoleh dari karya siswa (“Kita perlu belajar
mengorganisasikan gagasan-gagasan secara lebih jelas dalam bagian-bagian
informasi kita”). batas-batas bisa sangat luas, seperti mamalia yang hidup di
Amerika Utara saat ini, atau cukup sempit, seperti perangkat sastra spesifik seperti
personifikasi dan bayangan (foreshadowing). Domain bisa bersifat pragmatic dan
dapat dengan segera di aplikasikan seperti ketika anak-anak yang sama kemudian
mempelajari ajaran-ajaran agama dunia.
Fase dua: mengumpulkan dan menghitung data
Mengumpulkan data
Terus menjalankan penelitian, kita membimbing para siswa ke arah
informasi yang membentuk sebuah domain atau dalam domain atau wilayah
tertentu. Kita dapat memulainya dengan menampilkan informasi untuk mereka
atau membantu mereka atau menggabungkan atau menghasilkan data, karena
operasi induktif melibatkan penyusunan data, memisahkannya, dan menyusun
kembali dalam pencarian gagasan. Dengan demikian, pengumpulan data
berlangsung awal, dan data baru dapat ditambahkan atau dibuang ketika penelitian
berjalan.

According Billing (2013:50) inductive thinking model provides backbone


to the social sciences curriculum and is based on the work of Taba (1967), a
curriculum theorist. Taba concludes that thinking skills should be taught using
specific teaching strategies designed for those thinking skills. Furthermore, these

16
strategies need to be used sequentially because one thinking skill builds on the
other. The main focus of the model is to develop the mental abilities and give
emphasis on concept formation. This involves cognitive tasks in concept formation.
This involves cognitive tasks in concept formation. (Mehra 2010, p.187). Taba
identifies three inductive thinking tasks and then develops three teaching
strategies to induce those tasks. Each task represents a stage in the inductive
thinking process as Taba describes it. The first is concept formation (the basic
teaching strategy), the second is interpretation of data, and the third is the
application of principles. Concept Formation involves (a) identifying and
enumerating the data that are relevant to a problem; (b) grouping those items
according to some basis of similarity; and (c) developing categories and labels
for the groups. Taba’s second teaching strategy (interpretation of data) is built
around the mental operations she refers to as interpreting, inferring, and
generalizing.The third cognitive task around which Taba builds a teaching
strategy is that of applying principles to explain new phenomena (predicting
consequences from conditions that have been established). In all the nine phases,
the classroom climate is conducive to learning and is cooperative. Taba provides
the teacher with clear guidelines for reacting and responding within each phase.
Teacher’s job is to help the students in dealing with more complex data and
information. Taba designed this model to create inductive thinking among
learners.
Terjemahan:
Menurut Billing (2013: 50) model pemikiran induktif memberikan tulang
punggung ke kurikulum ilmu sosial dan didasarkan pada karya Taba (1967),
seorang ahli teori kurikulum. Taba menyimpulkan bahwa keterampilan berpikir
harus diajarkan menggunakan strategi pengajaran khusus yang dirancang untuk
keterampilan berpikir tersebut. Lebih jauh lagi, strategi ini perlu digunakan secara
berurutan karena salah satu keterampilan berpikir dibangun di atas yang lain.
Fokus utama dari model ini adalah mengembangkan kemampuan mental dan
memberi penekanan pada pembentukan konsep. Ini melibatkan tugas-tugas
kognitif dalam pembentukan konsep. Ini melibatkan tugas-tugas kognitif dalam
pembentukan konsep. Taba mengidentifikasi tiga tugas pemikiran induktif dan
kemudian mengembangkan tiga strategi pengajaran untuk menginduksi tugas-
tugas itu. Setiap tugas merupakan tahap dalam proses berpikir induktif seperti

17
yang dijelaskan Taba. Yang pertama adalah pembentukan konsep (strategi
pengajaran dasar), yang kedua adalah interpretasi data, dan yang ketiga adalah
penerapan prinsip. Pembentukan Konsep meliputi (a) mengidentifikasi dan
menyebutkan data yang relevan dengan suatu masalah; (b) mengelompokkan
barang-barang tersebut berdasarkan beberapa kesamaan; dan (c) mengembangkan
kategori dan label untuk kelompok. Strategi pengajaran kedua Taba (interpretasi
data) dibangun di sekitar operasi mental yang ia sebut sebagai menafsirkan,
menyimpulkan, dan generalisasi. Tugas kognitif ketiga di mana Taba membangun
strategi pengajaran adalah menerapkan prinsip-prinsip untuk menjelaskan
fenomena baru (memprediksi konsekuensi dari kondisi yang telah ditetapkan).
Dalam semua sembilan fase, iklim kelas kondusif untuk belajar dan bersifat
kooperatif. Taba memberi guru panduan yang jelas untuk bereaksi dan merespons
dalam setiap fase. Tugas guru adalah membantu siswa dalam menangani data dan
informasi yang lebih kompleks. Taba merancang model ini untuk menciptakan
pemikiran induktif di antara para pelajar.
Menurut Taba dalam Sakdiah (2017:69) mengindentifikasi tiga tugas
berpikir induktif dan kemudian mengembangkan tiga strategi mengajar untuk
menyelesaikan tugas tersebut. Setiap tugas merupakan tahap dalam proses
berpikir induktif. Pertama adalah pem-bentukan konsep (strategi pengajaran
dasar), kedua adalah interpretasi data, dan yang ketiga adalah penerapan prinsip-
prinsip. Tahap ini mencakup (1) mengidentifikasi dan menyebut-kan satu persatu
data yang relevandengan mas-alah, (2) mengelompokkan item berdasarkan
kesamaan, dan (3) mengembangkan kategori dan label untuk kelompok. Untuk
melibatkan para siswa dalamkegiatan ini, Taba mencipta-kan pembelajaran
bergerak dalam bentuk per-tanyaan.Tujuandari strategi ini adalah untuk
mendorong siswa memperluas sistem konsep-tual dengan caramemproses
informasi guna memahami konsep model mengajar berpikir induktif dapat
diuraikan dengan me-memperhatikan sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem
pendukung bagi keterlaksanana-nya, dan keterlaksanaan model tersebut dalam
mengajar. Model tersebut meggunakan tiga st-rategi yang satu sama lain
berurutan dan saling berketergantungan satu sama lainnya. Dampak instruksional
dari model pembelajaran berpikir induktif adalah proses melatih siswa dalam
membentuk konsep, dan sekaligus mengajar-kan konsep-konsep. Sedangkan,

18
dampak pe-ngiringnya adalah membentuk perhatian siswa untuk fokus pada
logika, bahasa dan arti kata-kata dan sifat pengetahuan.
Menurut Sirait dan Sihombing (2017:40) model pembelajaran induktif
mempunyai tiga strategi yang terbagi ke dalam empat tahap yaitu: Tahap satu:
Mengidentifikasi dan menghitung data yang relevan dengan topik atau masalah.
Tahap dua: Mengelompokkan objek-objek ini menjadi kategori-kategori yang
anggotanya memiki sifat umum. Tahap tiga: Menafsirkan data dan
mengembangkan label untuk kategori-kategori tadi sehingga data tersebut bisa
dimanipulasi secara simbolis. Tahap empat: mengubah kategori-kategori menjadi
keterampilan atau hipotesis-hipotesis.
Menurut Sardiman dan Dian Anggriani dalam Hasriani (2012:218-219),
mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan model induktif secara garis besarnya
terdiri dari empat tahap yaitu:

1. Prainstruksional: Tahap prainstruksional ini dalam mengajar induktif pada


dasarnya sama dengan model-model mengajar yang lainnya. Tujuan tahap ini
adalah menumbuhkan atau mengkodisikan kesiapan atau motivasi belajar
peserta didik.
2. Instruksional: Ada empat kegiatan yang harus di tempuh dalam proses
pembelajaran induktif, yaitu:
a. Informasi bahan pengajaran yakni apa yang dipelajari peserta didik
berkenaan dengan bahan pengajaran secara umum bahan pengajaran secara
umum terdiri dari fakta, konsep dan prinsip.
b. Setelah dilakukan informasi umum, kelas atau peserta didik dibawa keluar
kelas atau laboratorium untuk mengamati fakta, gejala dan peristiwa yang
berkenaan dengan konsep bahan pengajaran. Peserta didik diminta mencatat
apa yang dilihatnya. Pendidik menentukan hal-hal apa saja yang harus
diamati dan dicatat oleh peserta didik yang mengamatinya.
c. Diskusi kelas membahas pengamatan lapangan. Dalam tahap ini setiap
peserta didik mengemukakan pendapatnya berdasarkan apa yang telah
diamati dan dicatat pada waktu melakukan kunjungan ke luar kelas atau
laboratorium dan hasil bacaannya. Pendidik dalam hal ini memperkaya hasil
pengamatan dengan cara merumuskan konsep dan prinsip berdasarkan bahan
pengajaran dihubungkan dengan hasil pengamatan peserta didik.

19
d. Menarik kesimpulan berupa perumusan konsep dan prinsip bahan
pengajaran untuk dicatat oleh para peserta didik. Rumusan konsep dalam
konsep tersebut berdasarkan materi pokok atau materi esensial, pelajaran
yang telah dipelajari di lapangan dan didiskusikan oleh para peserta didik di
kelas.

3. Evaluasi: Penilaian proses pembelajaran dalam model mengajar ini meliputi


proses belajar dan hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Penilaian proses
dilaksanakan para peserta didik yang mengamati fakta, peristiwa atau gejala
di lapangan dan di laboratorium, pada saat peserta didik mendiskusikan hasil
pengamatan lapangan atau laboratorium melalui pedoman observasi. Setelah
evaluasi dilakukan , pendidik dan peserta didik sama-sama menyimpulkan
hasil-hasil pembelajaran kemudian peserta didik mencatatnya.
4. Tindak lanjut: Tindak lanjut proses pembelajaran adalah memberikan tugas
untuk mengamati fakta, peristiwa, gejala dan proses sejenis di lingkungan
pengamatan tersebut dicatat dan dilaporkan pada pertemuan berikutnya..
Tugas ini diberikan secara invidual.
Menurut Warsiman (2016:47-48) model induktif jika dihubungan dengan
proses pembelajaran setidaknya memiliki tiga strategi. Ketika strategi tersebut
yaitu: 1) pembentukan pengertian atau pembentukan konsep. Pada fase ini
langkah pembelajaran yang ditempuh adalah mengenalkan masalah dan
menguraikan masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Kemudian,
mengelompokkan fakta-fakta yang serupa dan tidak serupa menjadi suatu
kumpulan. Selanjutnya, adalah menentukan susunan fakta tersebut secara
hierarkis. 2) interprestasi data.pada fase ini langkah pembelajaran dilakukan
dengan memberikan pengetahuan tentang rincian fakta dan hubungan antarfakta,
lalu menerangkan hal-hal yang ada hubungannya dengan dukungan pada
perkiraan atau hipotesis dan ramalan, dan berikutnya adalah memeriksa ramalan;
3) penerapan prinsip. Pada fase ini langkah pembelajaran yang diambil adalah
membuat perkiraan hipotesis dan meramalkan akibat-akibat bila pemecahan
dilakukan. Kegiatan berikutnya adalah menerangkan hal-hal yang ada
hubungannya dengan dukungan dukungan pada perkiraan atau hipotesis dan
ramalan tersebut, dan yang terakhir adalah pemeriksaan ramalan.

20
According Hopkins and Harris (2012:37-28) the inductive teaching model
follows a sequence of six phases. In the first phase students are presented with
data sets and required to sort the data into categories. The data sets are derived
from a subject area and are intended to facilitate learning about a particular
topic or theme. The data sets can be assembled by the teacher in advance of the
lesson or collected by the student with guidance from the teacher. If assembled by
the teacher, the data sets will be prepared with certain concepts in mind. To
engage students in this model teachers need to begin by presenting data sets to
them and in subsequent lessons encouraging students to create and generate their
own data sets. It is important that students have experience of the inductive model
in all its phases and have success in learning with this model before embarking
upon more sophisticated and complicated data sets.
Phase one: Identify the domain
 Establish the focus and boundaries of the initial inquiry
 Clarify the long-term objectives
Phase two: Collect, Present and enumerate data
 Assemble and present the initial data set
 Enumerate and label the items of data
Phase three: Examine data
 Thoroughly study the items in the data set and identify their attributes
Phase four: Form concepts by classifying
 Classify the items in the data set and share the results
 Add data to the set
 Reclassification accours, possibly many times
Phase five: Generate and test hypotheses
 Examine the implications of differences between categories
 Classify categories, as appropriate
 Reclassify in two-way matrices, as well as by correlations, as appropriate
Phase six: Consolidate and transfer
 Search for additional items of data in resource material
 Synthesize by writing about the domain, using the categories
 Convert categories into skills
 Test and consolidate skills throught practice and application.

21
Terjemahan:
Menurut Hopkins dan Harris (2012: 37-28) model pengajaran induktif
mengikuti urutan enam fase. Pada tahap pertama siswa disajikan dengan set data
dan diminta untuk mengurutkan data ke dalam kategori. Set data berasal dari area
subjek dan dimaksudkan untuk memfasilitasi pembelajaran tentang topik atau
tema tertentu. Set data dapat dikumpulkan oleh guru sebelum pelajaran atau
dikumpulkan oleh siswa dengan bimbingan dari guru. Jika dirakit oleh guru, set
data akan disiapkan dengan konsep-konsep tertentu dalam pikiran. Untuk
melibatkan siswa dalam model ini, guru perlu memulai dengan menyajikan set
data kepada mereka dan dalam pelajaran berikutnya mendorong siswa untuk
membuat dan membuat kumpulan datanya sendiri. Adalah penting bahwa siswa
memiliki pengalaman model induktif dalam semua fase dan berhasil dalam belajar
dengan model ini sebelum memulai set data yang lebih rumit dan rumit.
Fase satu: Identifikasi domain
 Tetapkan fokus dan batasan dari pertanyaan awal
 Perjelas tujuan jangka panjang
Fase dua: Kumpulkan, Sajikan, dan enumerasi data
 Merakit dan menyajikan set data awal
 Sebutkan dan beri label item data
Fase ketiga: Periksa data

 Benar-benar mempelajari item dalam kumpulan data dan mengidentifikasi


atributnya
Fase keempat: Bentuk konsep dengan mengelompokkan
 Klasifikasikan item dalam kumpulan data dan bagikan hasilnya
 Tambahkan data ke set
 Reklasifikasi akselerasi, mungkin berkali-kali
Fase kelima: Hasilkan dan uji hipotesis
 Periksa implikasi perbedaan antar kategori
 Klasifikasikan kategori, yang sesuai
 Reklasifikasi dalam matriks dua arah, serta dengan korelasi, yang sesuai
Fase Keenam: Konsolidasi dan transfer
 Cari item tambahan data dalam bahan sumber

22
 Mensintesis dengan menulis tentang domain, menggunakan kategori
 Ubah kategori menjadi keterampilan
 Uji dan konsolidasi keterampilan melalui praktek dan aplikasi.

2.1.4 Dampak Model Pembelajaran Induktif


Guna memahami konsep model mengajar berpikir induktif dapat
diuraikan dengan mememperhatikan sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem
pendukung bagi keterlaksanaannya, dan keterlaksanaan model tersebut dalam
mengajar. Model tersebut meggunakan tiga strategi yang satu sama lain berurutan
dan saling berketergantungan satu sama lainnya. Dampak instruksional dari model
pembelajaran berpikir induktif adalah proses melatih siswa dalam membentuk
konsep, dan sekaligus mengajarkan konsep-konsep. Sedangkan, dampak pe-
ngiringnya adalah membentuk perhatian siswa untuk fokus pada logika, bahasa
dan arti kata-kata dan sifat pengetahuan (Sakdiah, 2017:69).
Menurut Moedjiono dan Dimyati dalam Warsiman (2016:49-50), model
pembelajaran induktif juga memperhatikan dampak pengiring yang menyertai.
Dampak pengiring yang dimaksud adalah kecermatan atau kepekaan bahasa,
aturan berpikir atau logika, dan kesadaran tentang sifat-sifat pengetahuan.
Dampak pengajaran dalam model berpikir induktif adalah proses pembentukan
pengertian, pengertian-pengertian khusus, dan perhatian pada aturan berpikir dan
logika. Sedangkan dampak pengiring dalam model berpikir induktif adalah
kecermatan dan kepekaan bahasa, serta kesadaran tentang sifat pengetahuan.
Menurut Joyce dan Weil dalam Sani (2015:110), dampak dari model
pembelajaran induktif terbagi menjadi 2, yaitu dampak instruksional dan dampak
pengiring. Dampak instruksional dapat berupa proses pembentukan konsep, dan
konsep tertentu. Sedangkan dampak pengiring dapat berupa perhatian terhadap
logika, sensitif terhadap bahasa, dan kesadaran akan karakteristik dasar
pengetahuan.

2.2 Kajian Kritis


Pembelajaran Induktif merupakan suatu proses dalam berpikir yang
berlangsung dari hal yang bersifat khusus menuju hal yang bersifat umum.
Sedangkan model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang

23
bersifat langsung tetapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir kreatif. Pada model pembelajaran induktif, guru langsung
memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-
ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing
siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang telah
diberikan. Model pembelajaran induktif ini dirancang berlandaskan teori
konstruktivisme dalam belajar. Model pembelajaran berpikir induktif (inductive
thinking) juga dikembangkan atas dasar konsep proses mental siswa dengan
memperhatikan proses berpikir siswa untuk menangani informasi dan
menyelesaikannya. Atas dasar cara berpikir induktif tersebut, model pembelajaran
ini menekankan pengalaman lapangan seperti mengamati gejala atau mencoba
suatu proses kemudian mengambil kesimpulan.
Model pembelajaran induktif ditujukan untuk mendorong para siswa
menemukan dan mengorganisasikan informasi, menciptakan nama suatu konsep,
membuat siswa lebih terampil dalam menyingkap dan mengorganisasikan
informasi, dan dalam melakukan pengetesan hipotesis yang melukiskan hubungan
antar hal. Model pembelajaran induktif juga ditujukan untuk membangun mental
kognitif, karenanya sangat sesuai untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
Namun demikian, strategi ini banyak membutuhkan informasi yang harus digali
oleh siswa. Selain itu, pembelajaran model induktif dirancang untuk
mengembangkan keterampilan berpikir anak. Untuk dapat mengembangkan
keterampilan tersebut, proses pembelajaran dilakukan melalui pemberian
pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan siswa terpancing melakukan
aktivitas dan kreativitas berpikir.
Taba membedakan tiga strategi berpikir induktif, yaitu: pembentukan
konsep, interprestasi data, dan aplikasi prinsip. Ketiga strategi tersebut dapat
digunakan secara terpisah, tetapi dapat juga digunakan secara berkelanjutan
sehingga membentuk satu keutuhan.
Langkah-langkah:
Strategi pertama: Pembentukan konsep
- Mengidentifikasi dan mencatat fakta, data, informasi.
- Mengelompokkan: melihat persamaan dan membedakan karakterisrtik
(ciri,sifat)
- Memberi label, mengurutkan: mana konsep utama dan mana bagian.

24
Strategi kedua: interprestasi data
- Mengidentifikasi hubungan penting: mencatat macam-macam hubungan
- Mengkaji hubungan: hubungan antar bagian, hubungan fungsi, hubungan
sebab-akibat.
- Menyimpulkan: memberi penafsiran, menarik kesimpulan, implikasi,
ekstrapolasi.
Strategi ketiga: mengaplikasikan prinsip-prinsip
- Memperkirakan akibat, menjelaskan fenomena, merumuskan hipotesis,
menganalisis masalah atau situasi, menghimpun pengetahuan yang relevan.
- Menegaskan dan atau menjelaskan prediksi dan hipotesis, menjelaskan
hubungan sebab akibat yang mengarah pada prediksi dan hipotesis.
- Memverifikasi prediksi, menggunakan fakta atau prinsip-prinsip untuk
membuktikan prediksi dan hipotesis.
Dampak dari model pembelajaran induktif terbagi menjadi 2, yaitu
dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak instruksional dapat berupa
proses pembentukan konsep, dan konsep tertentu. Sedangkan dampak pengiring
dapat berupa perhatian terhadap logika, sensitif terhadap bahasa, dan kesadaran
akan karakteristik dasar pengetahuan. Selain itu, dampak instruksional dari model
pembelajaran berpikir induktif juga dapat berupa proses melatih siswa dalam
membentuk konsep, dan sekaligus mengajarkan konsep-konsep. Sedangkan,
dampak pengiringnya dapat berupa membentuk perhatian siswa untuk fokus pada
logika, bahasa dan arti kata-kata dan sifat pengetahuan.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat
langsung tetapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir kreatif. Model pembelajaran induktif ini dirancang
berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Pada model
pembelajaran induktif, guru langsung memberikan presentasi informasi-
informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang
akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk
menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang telah diberikan.
2. Model pembelajaran induktif bertujuan untuk mendorong para siswa
menemukan dan mengorganisasikan informasi, menciptakan nama suatu
konsep, membuat siswa lebih terampil dalam menyingkap dan
mengorganisasikan informasi, serta untuk membangun mental kognitif.
3. Langkah-langkah dalam model pembelajaran induktif terbagi menjadi 3,
yaitu pembentukan konsep, interprestasi data, dan aplikasi prinsip.
4. Dampak dari model pembelajaran induktif terbagi menjadi 2, yaitu
dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak instruksional dapat
berupa proses melatih siswa dalam membentuk konsep, dan sekaligus
mengajarkan konsep-konsep. Sedangkan, dampak pengiringnya dapat
berupa membentuk perhatian siswa untuk fokus pada logika, bahasa dan
arti kata-kata dan sifat pengetahuan.

3.2 Saran
Sebagai penulis, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk penulisan makalah
kedepannya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Aprilianti, Nur Faida Fitri dan Sugiarto, Bambang. 2014. Penerapan Model
Pembelajaran Induktif untuk Melatih Keterampilan Metakognitif Siswa
Pada Materi Larutan Penyangga. Journal of Chemical Education. Vol 3.
No. 2. ISSN : 2252-9454.
Billing, Harneet. 2013. Effect of Inductive Thinking Model on Achievement
Motivation of Students in Relation to their Learning Approach.
International Journal of Education & Physchological Research (IJEPR).
Vol 2. Issue 4.
Birnbaum, Lawrence A. 1993. Machine Learning Proceedings of The Tenth
International Conference. USA : Morgan Kaufmann, Inc.
Calhoun, Emily F. 1999. Teaching Beginning Reading and Writing With The
Picture Word Inductive Model. USA : ASCD.
Dell’Olio, Jeanine and Donk, Tony. 2007. Models of Teaching: Connecting
Student Learning With Standards. United Kingdom : Sage Publications,
Inc.
Halimsyah, Nurul Utami. 2017. Pengaruh Penerapan Model Induktif terhadap
Hasil Belajar Biologi Siswa di Kelas X MIPA SMA Negeri 1
Sungguminasa. Jurnal Biotek. Vol 5. No. 1.
Hamidun, Nazifah, et al. 2014. Implementation of Inductive Model in English
Language Teaching to Empower Students’ Writing in Tertiary Education.
Frontiers of Language and Teaching. Vol 5.
Hasriani. 2012. Peranan Model Pembelajaran Berpikir Induktif Terhadap Hasil
Belajar Fisika Peserta Didik Kelas VII A SMP Aksara Bajeng. JPF. Vol 2.
No 3. ISSN : 2302-8939.
Hopkins, David and Harris, Alma. 2012. Creating The Conditions for Teaching
and Learning. New York : Routledge Taylor & Francis Group.
Joyce, Bruce, dkk. 2009. Models of Learning Tools for Teaching. England : Open
University Press.
Joyce, Bruce, dkk. 2016. Models of Teaching Edisi Kesembilan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.

27
Lefudin. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Deepublish.
Listyaningrum, Rahmawati Ika, dkk. 2012. Penerapan Model Pembelajaran
Inductive Thinking Berbasis Keterampilan Proses Sains untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X.7 SMA
Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012. Pendidikan Biologi.
Vol 4. No 1.
Prince, Michael and Felder, Richard. 2007.The Many Faces of Inductive Teaching
and Learning. Journal of College Science Teaching. Vol 36. No 5.
Rahmatian, Rouhollah and Zarekar, Fatemeh. 2016. Inductive/Deductive Learning
by Considering the Role of Gender—A Case Study of Iranian French-
Learners. International Education Studies. Vol 9. No 12. ISSN : 1913-
9020. E-ISSN : 1913-9039.
Sakdiah, Halimatus. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Berfikir Induktif
(Inductive Thinking Model) terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMA.
Paidagogeo. Vol 2. No 4. ISSN : 2527-9696.
Sani, Ridwan Abdullah. 2015. Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Sell, Raivo, et al. 2014. Inductive Teaching and Learning in Engineering
Pedagogy on the Example of Remote Labs. iJEP. Vol 4. Issue 4.
Sirait, Makmur dan Sihombing, Anju Efreddi. 2017. Pengaruh Model
Pembelajaran Berpikir Induktif Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Pokok Optika Geometris. Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan. Vol
23. No 1. P-ISSN : 0852-0151. E-ISSN : 2502-7182.
Sulastri, Lumbantoruan dan Ginting, Eva Marlina. 2014. Pengaruh Model
Pembelajaran Induktif dengan Menggunakan Animasi Macromedia Flash
Terhadap Hasil Belajar Pada Materi Kalor Siswa Kelas VII SMP Negeri 1
Pagaran T.A. 2013/2014. Jurnal Inpafi. Vol 2. No 3.
Warimun, Eko Swistoro dan Murwaningsih, Astuti. 2015. Model Pembelajaran
Induktif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan
Generik Fisika Siswa SMA. Jurnal Penelitian & Pengembangan
Pendidikan Fisika. Vol 1. No 1. P-ISSN : 2461-0933. E-ISSN : 2461-1433.
Warsiman. 2017. Pengantar Pembelajaran Sastra: Sajian dan Kajian Hasil Riset.
Malang : UB Press.

28
Warsiman. 2016. Membumikan Pembelajaran Sastra yang Humanis. Malang : UB
Press.
Wulandari, dkk. 2016. Pengembangan Model Pembelajaran Induktif Berbantuan
Cabri 3D (IBC) yang Dapat Mengembangkan Intuisi Siswa SMA Dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika Materi Dimensi Tiga. Jurnal
Elektronik Pembelajaran Matematika. Vol 4. No 7. ISSN : 2339-1685.
Zulkiply, Norehan and Burt, Jennifer S. 2013. Inductive Learning: Does
Interleaving Exemplars Affect Long-Term Retention?. Malaysian Journal
of Learning and Instruction. Vol 10.

29

Anda mungkin juga menyukai