DOSEN PENGAMPU :
DWI AGUS KURNIAWAN, S.Pd.,M.Pd
KELOMPOK 4 :
1. ANDI BERLIANA ( A1C317062 )
2. JUNIKA PURNAMA ( A1C317026 )
3. NUR IKA SANDI PRATIWI ( AIC317016 )
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Menguasai prinsip-prinsip dan prosedur
penggunaan model pembelajaran kelompok pengolahan informasi: Model PBL(
Problem-Based Learning)” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan
pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai
individu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat
mematikan potensi peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya
mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga mudah sekali peserta didik
merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak paham
dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model
pembelajaran yang lainnya, Dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah
menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi
investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah
menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah
guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan
kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses
pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara
sistematis dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat
menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri
merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai
masalah.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini
berdasarkan pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Melalui model
pembelajaran ini peserta didik dapat berkembang secara utuh, artinya bukan hanya
perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga akan berkembang dalam bidang
affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui masalah yang dihadapi.
4
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari pembelajaran.
2. Untuk mengetahui pengertian dari model berbasis PBL (Problem-Based
Learning).
3. Untuk mengetahui tujuan dari model PBL.
4. Untuk mengetahui karakteristik dari model pembelajaran berbasis PBL.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah dari model pembelajaran berbasis
PBL.
6. Untuk mengetahui kelebihan dari model pembelajaran berbasis PBL.
7. Untuk mengetahui kekurangan dari model pembelajaran bebasis PBL.
8. Untuk mengetahui keterkaiatan hasil belajar dengan model pembelajaran
berbasis PBL.
9. Untuk mengetahui peran partisipan di dalam PBL
10. Untuk mengetahui cara mengevaluasi dalam PBL
11. Untuk mengetahui komponen-komponen dalam PBL
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
pembelajaran yang digunakan guru itu tepat maka pencapaian tujuan
pembelajaran akan lebih mudah tercapai, sehingga nilai ke-tuntasan belajar siswa
akan meningkat, minat dan motivasi belajar siswa juga akan mening-kat dan akan
tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan ( Surjono dan Wulandari,
2013: 179 ).
7
Menurut Nata ( 2009 : 243), problem base learning yang selanjutnya
disebut PBL, adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik dengan cara menghadapkan para peserta didik tersebut dengan berbagi
masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Dengan model pembelajaran ini,
peserta didik dari awal sudah dihadapkan berbagai masalah kehidupan yang
mungkin akan ditemuinya kelak pada saat mereka sudah lulus dari bangku
sekolah.
Alder dan Milne (1997) dalam buku Efendi (2008 : 124-125),
mendefinisikan PBL dengan metode yang berfokus kepada identifikasi
permasalahan serat penyusunan kerangk analisis dan pemecahan. Metode ini
dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil, banyak kerja sama dan
interaksi, mendiskusikan hal-hal yang tidak atau kurang dipahami, serta berbagi
peran untuk melaksanakan tugas dan saling melaporkan.
Menurut Peterson (2004) dalam buku Efendi (2008 : 124-125), metode ini
memberikan mahasiswa permasalahan yang tidak terstruktur dengan baik dan
pemecahan masalah tidak satu saja karena berfokus pada pembelaran sendiri (self-
learning) serat sangat jauh dari penjelasan yang langsung ke inti/jawaban/isi dan
atau penjelasan yang langsung diberikan oleh pengajaran.
Sikap dan ketrampilan umum yang perlu dikembangkan dalam PBL diantaranya :.
8
3. Mendengarkan.
4. Menghargai pendapat teman.
5. Berpikir kritis.
6. Belajar mandiri dan penggunaan berbagai macam sumber.
7. Kemampuan berpresentasi.
Menurut Nata ( 2009 : 243-244), model pembelajaran problem base
learning adalah dengan cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan
masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk analisis dan disintesis dalam usaha
mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Permasalahan itu dapat diajukan
atau diberikan guru kepada siswa, dari siswa bersama guru, atau dari siswa
sendiri, yang kemudian dijadikan pembahasan dan dicari pemecahannya sebagai
kegiata-kegiatan belajar siswa. Dengan demikian, PBL adalah sebuah metode
pembelajaran yang memfokuskan pada pelacakan akar masalah dan memecahkan
masalah tersebut.
Menurut Huriah ( 2018 : 9- 10), pembelajaran berbasis masalah masalah
merupakan suatu metode untuk membangun dan melatih seseorang belajar dengan
menggunakan masalah sebagai stimulus di dalam berpikir dan kegiatan ini focus
pada aktivitas mahasiswa. Model problem based learning merupakan
pembelajaran dimana masalah digunakan untuk menstimulus kemampuan berpikir
mahasiswa. PBL adalah lingkungan belajar yang di dalamnya menggunakan
masalah untuk belajar, yaitu sebelum pembelajar mempelajari suatu hal, mereka
diharuskan mengidentifikasi suatu masalah, baik yang dihadapi secara nyata
maupun telaah kasus.
9
Sage (1946:15). Problem-based Learning is focused, experiental learning
(minds-on, hands-on) organized around the investigation and resolution of messy,
real-world problems. PBL- which incorporates two complementary processes,
curriculum organization and instructional strategy-includes three main
characteristics:
10
pada peserta didik dengan cara menghadapkan para peserta didik tersebut
dengan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Dengan
pembelajaran model ini, peserta didik dari sejak awal sudah dihadapkan
kepada berbagai masalah kehidupan yang mungkin akan ditemuinya kelak
pada saat mereka sudah lulus dari bangku sekolah. Problem Based Learning
(PBL) dapat dimaknai sebagai metode pendidikan yang mendorong
mahasiswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok
untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi
masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan mahasiswa sebelum
mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan mahasiswa untuk berpikir
secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan
menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran ( saleh, 2013 :
203 – 204 ).
Istilah PBL atau PBM, disinyalir telah dikenal pada masa John Dewey.
Pembelajaran ini didasarkan pada kajian Dewey yang menekankan pentingnya
pembelajaran melalui pengalaman. Menurut Dewey belajar berdasarkan
masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon yang merupakan
hubungan antara dua arah, belajar dan lingkungan. Lingkungan menyajikan
masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan masalah itu,
menyelidiki, menganalisis, dan mencari pemecahannya dengan baik ( Saleh,
2013 : 204 ).
11
dan didintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh
mahasiswa. Permasalahan itu dapat diajukan atau diberikan dosen kepada
mahasiswa, dari mahasiswa bersama dosen, atau dari mahasiswa sendiri, yang
kemudian dijadikan pembahasan dan dicari pemecahannya sebagai kegiatan-
kegiatan belajar mahasiswa ( Saleh, 2013 : 204 ).
PBL is defined by Ross (1991) as … the learning which results from the
process of working towards the understanding of, or resolution of, a problem
(Barrows and Tamblyn 1980, as cited in Ross 1991: 34)in Hilman ( 2003 : 2 ).
12
Barrows dalam Saleh ( 2013 : 204 ). mendefinisikan PBM sebagai
sebuah strategi pembelajaran yang hasil maupun proses belajar-mengajarnya
diarahkan kepada pengetahuan dan penyelesaian suatu masalah. PBM
merupakan strategi belajar yang membelajarkan mahasiswa untuk
memecahkan masalah dan merefleksikannya dengan pengalaman mereka.
13
konstruktivisme. Menurut teori konstruktivisme keterampilan berpikir dan
memecahkan masalah dapat dikembangkan jika peserta didik melakukan sendiri,
menemukan, dan memindahkan kekomplekan pengetahuan yang ada ( Suyanto
dan Nafiah, 2014 : 129-130 ).
Menurut Barrow ( dalam Huda, 2013, hlm 271 ) ( dalam Abdurrozak, dkk,
2016: 873). Mendefiniskan Problem Based Learning atau PBL sebagai “
pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman atau resolusi
suatu masalah”. Sementara itu menurut Sujana (2014, hlm. 134 dalam
Abdurrozak, dkk, 2016 : 873 ).“PBL adalah suatu pembelajaran yang
menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan berfungsi bagi siswa,
sehingga masalah tersebut dapat dijadikan batu loncatan untuk melakukan
investigasi dan penelitian”. Maka dari itu PBL merupakan sebuah pembelajaran
yang menuntut siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui
permasalahan.
Menurut Arends (2008:41 dalam Surjono dan Wulandari, 2013 :180). PBL
merupakan pembelajaran yang memiliki esensi berupa menyuguhkan berbagai
situasi bermasalah yang autentik dan bermakna ke-pada siswa. Sebagai tambahan,
dalam PBL peran guru adalah menyodorkan berbagai ma-salah autentik sehingga
jelas bahwa dituntut keaktifan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Setelah masalah diperoleh maka selanjutnya melakukan perumusan ma-salah, dari
masalah masalah tersebut kemu-dian dipecahkan secara bersama sama dengan
didiskusikan. Saat pemecahan masalah ter-sebut akan terjadi pertukaran informasi
antara siswa yang satu dengan yang lainnya sehingga permasalahan yang telah
dirumuskan dapat terpecahkan. Sumber informasi tidak hanya dari guru akan
tetapi dapat dari berbagai sumber. Guru disini berperan sebagai fasili-tator untuk
mengarahkan permasalahan se-hingga saat diskusi tetap fokus pada tujuan
pencapaian kompetensi.
14
2.1.3 Tujuan Problem Based Learning
15
aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya
menyimpulkannya.
Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan
masalah. Strategi PBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses
pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses
pembelajaran.
Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode
ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah
dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Ciri lainnya dalam model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning), dosen lebih banyak berperan sebagai fasilitator,
pembimbing dan motivator. Dosen mengajukan masalah
otentik/mengorientasikan mahasiswa kepada permasalahan nyata (real world),
memfasilitasi/ membimbing dalam proses penyelidikan, menfasilitasi dialog
antara mahasiswa, menyediakan bahan ajar mahasiswa serta memberikan
dukungan dalam upaya meningkatkan temuan dan perkembangan intektual
mahasiswa.
Keberhasilan model PBM sangat tergantung pada ketersediaan sumber
belajar bagi mahasiswa, alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan,
menuntut adanya perlengkapan praktikum, memerlukan waktu yang cukup
apalagi data harus diperoleh dari lapangan, serta kemampuan dosen dalam
mengangkat dan merumuskan masalah.
Huinchun (2013 : 15-18). lays out eight characteristics PBL:
16
6. A change in staff role from that of instructor to that of facilitator.
7. A change in focus from staff assement of learning outcomes to students self-
and peer assessement.
8. A focus on communication and interpersonal skills which help students
understand that in order to pass on their knowledge, communication skills
are necessary and go beyond their area of tecnical expertise.
17
Pada pelaksanaan PBL, dosen hanya berperan sebagai
fasilitator. Namun, dosen harus selalu memantau perkembangan
aktivitas mahasiswa dan mendorong mahasiswa agar mencapai target
yang hendak dicapai.
18
2. Triger masalah yang dipakai di dalam problem based learning memberikan
gambaran situasi nyata dan memberikan kebebasan pada mahasiswa dalam
mencari pemecahannya.
3. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda memantang pengetahuan
yang dimiliki mahasiswa.
4. Apa yang terjadi selama belajar mandiri, mahasiswa menerapkan kembali
dengan cara menganalisi ulang penyelesaiannya.
5. Analisis akhir dari kegiatan pemecahan masalah dan diskusi tentang
konsep dan prinsip yang dipelajari merupakan hal yang terpenting.
6. Penilaian individu dan penilaian peer dilakukan setiap akhir kegiatan.
7. Model pembelajaran yang mencakup keseluruhan, berbagai disiplin ilmu
dan subjek belajar.
8. Hakikat pembelajaran ini adalah kalobarasi, komunikasi dan kooperatif.
9. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan
evaluasi sumber informasi merupakan proses PBL.
10. Pengembangan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan
isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.
11. Kegiatan PBL membawa kearah nilau pada situasi nyata.
12. Ujian mahasiswa harus mengukur kemajuan mahasiswa terhadap tujuan
belajarnya.
13. Kurikulum PBL harus berdasarkan pedagogic dan bukan bagian dari
kurikulum didaktik.
Savery (2006: 12-14 ). Each of these essential characteristics has been
extended brienfly to provide additional information and resource:.
19
and about what they need to learn more. Individuas accept responbility for
seeking relevant information and bringing that back to the group to help
inform the development of a vible solution.
Problems in the real world are ill-structured (or they would not be
problems). A critical skill developed through is the ability to identify the
problem and set parameters on the development of a solution. When a
problem is well-structured learners are less motivated and less invested in
the development of the solution.
Barrows notes that during self directed learning, students should be ableto
access, study and integrate information from all the disciplines that might
be related to understanding and resolving a particular problem-just as
people in the real world must recall and aplly information integrated from
diverse sources in their work. The rapid expansion of information has
encouranged a cross-fertilization of ideas and led to the development of
new disciplines. Multiple perspectives lead to a more through
understanding of the issues and the development of a robust solution.
4) Collaboration is essential
In the world after most learners will find themselves in jobs where they
need to share information and work productively with others. PBL
provides a format for the development of these essential skills. During a
PBL session the tutor will ask question of any and all members to ensure
that information has been shared between members in relation to the
group’s problem.
5) What student learn during ther self- directed learning must be applied back
to the problem with reanalysis and resolution.
20
The point of self-firected research for individuals to collect information
that will inform the group’s decision-making process in relation to the
problem. Is is essential that each individual share coherently what he or
she has learned and how that information might impact on developing a
solution to the problem.
6) A closing analysis of what has been learned from work with the problem
and a discussion of what concepts and principles have been learned are
essential.
7) Self and peer assessment should be carried out at the completion of each
problem and at the end of every curricular unit.
These assessment activities related to the PBL process are closely related
to the previous essential characteristic of refecation on knowledge gains.
The significance of this activity is to reinforce the self-reflective nature of
learing and sharpen a range of metacognitive processing skills.
21
need to be assessed on both dimensions at regular intervals to ensure that
they are benefiting as intended from the PBL approach. Students are
responsible for the content in the they have “convered” through
engagement with problems. They need to be able to recognize and
articulate what they know and what they have learned.
Later and Huinchun (1985 : 15-18) lays out eight characteristics PBL:
22
h) A focus on communication and interpersonal skills which help students
understand that in order to pass on their knowledge, communication skills
are necessary and go beyond their area of tecnical expertise.
23
2) Mengorganisasi siswa untuk meneliti
2 Fase 2:
24
3 Fase 3:
4 Fase 4:
5 Fase 5:
25
segera. Mereka harus didorong untuk berpikirkan lebih dalam pertanyaan
“apa”, “mengapa”, “bagaimana”,”kapan”, dan sebagainya.
2. Ekplorasi pengetahuan yang telah dimiliki
Klarifikasi istilah yang digunakan dalam masalah beserta maknanya.
Mahasiswa datang dengan pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya,
termasuk dari pengalam hidup. Kita tahu bahwa seseorang dapat memahami
materi atau pengetahuan baru jika telah pernah tahu tentang topik tersebut.
3. Menetapkan hipotesis
Pada tahap ini diharapkan mahasiswa dapat membangun hipotesis dari
permasalahan yang diberikan.
4. Identifikasi isu-isu yang dipelajari
Isu pembelajaran dapat didefinisikan sebagai pertanyaan yang tak
dapat dijawab dengan pengetahuan yang masih dimiliki mahasiswa. Pada
tahap ini mahasiswa harus menyadari apa yang menjadi isu pembelajaran, baik
bagi kelompok maupun tiap individu.
5. Belajar mandiri
Pada tahap ini harus jelas isu pembelajaran yang menjadi tujuan bagi
tiap mahasiswa. Pada area tertentu, perlu ditentukan bagian yang merupakan
bagian dari belajar mandiri mahasiswa. Hal ini bermanfaat sebelum masuk
pertemuan (tutorial) berikutnya.
6. Re-evaluasi dan penerapan pengetahuan bary terhadap masalah
Mahasiswa berkumpul kembali setelah membahas isu pembelajaran
pada tahap sebelumnya. Pada tahap inilah ilmu atau pengetahuan yang beru
diterapkan pada permasalahan yang diberikan diawal.
7. Pengkajian dan refleksi
Hal ini termasuk melakukan review terhadap pembelajaran yang telah
diraih, sekaligus kesempatan bagi kelompok untuk memberikan umpan balik
mengenai proses yang telah berlangsung.
Jensen And Mostrom (2002: 21)Steps in the based learning tutorial process
1. Step one: identify and elarify terms in the case scenario that are unfamiliar
2. Step two: define the problem or problems to be discussed (all views should
be considered)
26
3. Step three: discuss the problem at brainstroming sesions suggest possible
explanations based on prior knowledge students draw on etch others
knowledge, identify areas of incomplete knowledge
4. Step four: review move expanations to tentative solutions, record
explanations and restructure if needed
5. Step five: formulate learning objectives group works toword consensusof
learning objectives tutor make sure learning abjectives are focused,
achievable, comprehensive, and appropriate.
6. Step six: private (all students gather information related to each learning
objective)
7. Group shares results of private study (students identify their learning
resources and share their results) tutor checks learning and assesses group
(scribe records key findings during each of the process).
2.1.6 Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Problem Base Learning (PBL)
27
metode PBL memiliki beberapa keunggulan di antaranya:
28
secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal
telah berakhir.
Menurut Wasonowati, dkk (2014: 68). Model PBL dipilih karena
mempunyai beberapa kelebihan, antara lain adalah:
29
Menurut Saleh ( 2013: 209-210 ) Beberapa kelemahan strategi
pembelajaran berbasis masalah antara lain:
a. Manakala mahasiswa tidak memilikiminat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka
mereka akan measa enggan untuk mencoba.
b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan tanpa pemahaman mengapa
mereka berusaha untuk memcahkan masalah yang sedang dipelajari,
maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.
c. PBL tidak dapat diterapkan untuk setaiap materi pelaran ada bagian dosen
berperan aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih cocok untuk
pembelajaran yang menuntu kemampuan tertentu yang kaitannya dengan
pemecahan masalah.
d. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman mahasiswa yang
tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembangian tugas.
e. Kurang cocok untuk diterapka di Sekolah Dasae Karena masalah
kemampuan bekerja dalam kelompok PBL sangat cocok untuk
mahasiswa perguruan tinggi atau paling tidak untuk sekolah menengah.
f. PBL biasanya membutuhkan waktuyang tidak sedikit sehingga
dikhawatirkan tidak dapat menjangkau seluruh konten yang diharapkan
walaupun PBL berfokus pada masalah bukan konten materi.
g. Membutuhkan kemampuan dosen yang mampu mendorong kerja
mahasiswa dalam kelompok secara efektif, artinya dosen harus memiliki
kemampuan memotivasi mahasiswa dengan baik.
Menurut Orhan & Ruhan (2007 dalam Suyanto dan Nafiah, 2014 : 130-
131). Menyatakan bahwa model PBL memberikan dampak positif pada prestasi
akademik siswa dan sikap siswa terhadap sains. Dalam pelaksanaan PBL di
sekolah kesehatan, PBL memberi dampak positif terhadap kompetensi dokter
dalam di- mensi sosial dan kognitif (Gerald Choon-Huat Koh, Hoon Eng Khoo,
30
Mee Lian Wong & David Koh,2008). Dalam penelitian yang di- laksanakan oleh
Hasrul Bakri (2009), menun- jukkan bahwa penerapan PBL di SMK dalam
pembelajaran praktek dapat meningkatkan minat dan kemampuan praktek siswa
dalam praktek menggulung trafo. Penelitian Ade Gafar Abdullah dan Taufik
Ridwan (2008), menyatakan bahwa dalam penerapan PBL ter- dapat peningkatan
hasil belajar siswa.
31
d) Memastikan bahwa setiap sesi diskusi kelompok diakhiri dengan self-
evaluation.
e) Menjaga agar kelompok terus memusatkan perhatian pada pencapaian
tujuan.
f) Memantau jalannya diskusi dan membuat catatan tentang berbagi
masalah yang muncul dalam proses belajar, serta menjaga agar proses
belajar terus berlangsung, agar tidak ada fase dalam proses
pembelajaran yang terlewati atau terabaikan dan agar setiap fase
dilakukan dalam urutan yang tepat.
g) Menjaga motivasi mahasiswa dengan mempertahankan unsur tantangan
dalam penyelesaian tugas.
h) Memberikan pengarahan agar dapat membantu mahasiswa keluar dari
kesulitannya.
i) Membimbingan proses belajar mahasiswa dengan mengajukan
pertanyaan yang tepat pada saat yang tepat. Pertanyaan-pertanyaan ini
hendaknya merupakan pertanyaan tentang berbagai konsep, ide,
penjelasan, dan sudut pandang.
j) Mengevaluasi kegiatan belajar mahasiswa, termasuk pertisipasinya
dalam proses kelompok. Pengajar perlu memastikan bahwa setiap
mahasiswa terlibat dalam proses kelompok serta berbagi pemikiran dan
pandangan.
k) Mengevaluasi penerapan PBL yang telah dilakukan.
2.1.10 Evaluasi Dalam Problem Based Learning
Menurut Efendi (2008 : 127- 128), tidak selamanya proses belajar dengan
metode PBL berjalan dengan lancar. Ada beberapa hambatan yang dapat muncul.
Hal yang paling sering terjadi adalah kurang terbiasanya peserta didik dan
pengajajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa
kebiasaan materi konvensional, di mana pemberian materi hanya terjadi satu arah
saja. Faktor penghambat lain adalah kurangnya waktu. Proses PBL terkadang
membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan
waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara itu, waktu
pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban kurikulum. Untuk mengetahui
32
apakah metode PBL berhasil atau tidak, maka dilakukan proses evaluasi/penilaian.
Dalam pembelajaran yang berorientasi pada proses, terdapat dua komponen pokok
yang perlu diperhatikan dalam proses evaluasi.
1. Pengetahuan yang diperoleh mahasiswa
2. Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa
33
Menurut Suradi (2005: 39-40) dalam Japar (2015: 16). Komunikasi antara
guru dengan siswa dapat dibagi dalam lima pola, yaitu:
d. pola ”Guru (G) – Siswa (S), Siswa (S) – Guru (G), Siswa (S) – Siswa (S),
dan
e. pola melingkar,
Prinsip reaksi model PBMSK. Menurut Joyce, Weil, & Shower (2009)
dalam japar (2015:16). bahwa prinsip reaksi merupakan pedoman bagi guru dalam
menghargai dan merespons stimulus berupa prilaku-prilaku siswa dalam proses
pembelajaran.
34
berupa sekumpulan prosedur berbasis model untuk membantu guru dalam
mengambil keputusan dalam pembelajaran (Andayani,2015 : 137-138).
Menurut Joyce & Weil (2009) dalam Japar (2015:16). bahwa yang
dimaksud sistem pendukung adalah segala sarana, bahan, dan alat yang diperlukan
untuk melaksanakan model tersebut (Japar,2015:16).
Menurut Joyce & Weil (2009) dalam Japar (2015:16). Bahwa dampak
instruksional adalah tujuan utama yang bersifat segera/mendesak untuk dicapai
(instructional effect) yaitu hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara
mengarahkan para siswa pada tujuan yang diharapkan sedangkan dampak
pengikut/pengiring yaitu hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses
pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung
oleh para siswa tanpa pengarahan langsung dari guru.
35
5. Seperangkat komputer untuk petugas admin yang akan melakukan input
nilai kegiatan tutorial.
6. Perpustakaan mini yang harus dilengkapi dengan referensi baru, sesuai
dengan materi yang dibahas dalam diskusi kelompok. Referensi dapat
berupa buku, jurnal, CD-ROM, kaset video, akses internet. Setelah
selesai diskusi kelompok mahasiswa diberi kesempatan untuk
penelusuran pustaka guna mencari informasi terkait dengan modul.
7. Ruang diskusi diluar gedung akan sangat membantu, misalnya taman
yang rindang, sejuk, tidak bising dan dilengkapi dengan tempat duduk
melingkar, akan sangat mendukung tugas mahasiswa dalam upaya self
directed learning.
8. Fasilitas wifi atau internet di dalam ruang diskusi yang memungkinkan
mahasiswa maupun dosen untuk mengakses jurnal.
9. E-learning system untuk mengupload kuis atau mini kuis pada pertemuan
kedua. E-Learning juga digunakan untuk mengupload laporan tutorial
mahasiswa. Hal ini sangat penting dalam meningkatkan keaktifan
mahasiswa terkait keterlibatab dalam e-learning.
36
sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal
yang paling utama adalah guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung
yang dapat meningkatkan kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta didik
dalam berpikir. Kondisi yang tetap harus dipelihara dalam model pembelajaran
PBL (Problem-Based Learning) ini adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi,
demokrasi, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.
37
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ciri- ciri dari model pembelajaran berbasis PBL ini anatar lain: aktivitas
pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi PBM
menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. strategi
PBM (Pembelajaran berbasis masalah) merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan mahasiswa
hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi
pelajaran, akan tetapi melalui strategi PBM mahasiswa aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah.
Pembelajaran berbasis masala melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang
mengembangkan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk
menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karir, dalam lingkungan yang
bertambah kompleks sekarang ini.
38
3.2 Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
40
Ronis, D. L. 2008. Problem-Based Learning For Math & Science Integrating
Inquiry and the Internet. California: Corwin Press A Sage Publications
Company.
Sage, S. T. S. 2002. Problems As Possibilities Problem-Based Learning for K-16
Education. Virginia USA: Association for Supervicion and Curriculum
Development.
Saleh, Marhamah. 2013. Strategi pembelajaran Fiqh dengan Problem- Based
Learning. Jurnal ilmiah didaktika. Vol XIV. No,1.
Savery, John R. 2006. Overview of Problem-based Learning: Definitions and
Distinctions. Journal of Problem-based Learning. Volume 1, no.1.
Shankar, P R. 2010. Problem-based Learning: A Review. Journal of Clinical and
Diagnostic Research. ISSN: 3249-3254.
Simone, Chistina De. 2014. Problem-Based Learning in Teacher Education:
Trajectories of Change. International Journal of Humanities and Social
Science. Vol. 4, No. 12.
Surjono, Herman dwi dan Wulandari, Bekti.. 2013. Pengaruh Problem-Based
Learning Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Motivasi Belajar Plc Di
Smk. Jurnal penidikan vokasi. Vol 3, Nomor 2.
Wasonowati, R.R.T, Dkk. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning
(PBL) Pada Pembelajaran Hukum - Hukum Dasar Kimia Ditinjau Dari
Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Ipa Sma Negeri 2 Surakarta
Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 3.
41