Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“GANGGUAN PERKEMBANGAN MOTORIK DAN PERSEPTUAL”

Dosen Pengampu : Dr. H. A. Hari Witono, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Lalu Muhammad Imam Quthbi M.N (E1E020102)


2. Lydia Febriani (E1E020115)
3. Mela Anggreni (E1E020121)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik, serta hidayahnya sehingga kami dari
kelompok 4 dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam
tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan
jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Diagnostik dan
Remedial Teaching SD ”. Dan juga sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan
serta informasih yang bermanfaat baik untuk kami selaku anggota kelompok
maupun orang lain.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami, namun kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Saran dan pesan dari dosen mata kuliah “ Diagnostik dan Remedial
Teaching SD” yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami
kedepannya.

Wassalamualaikum wr.wb.

Sumbawa, 24 Februari 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................... 4


B. Rumusan masalah........................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 6

A. Gangguan Perkembangan Motorik ............................................... 6


B. Gangguan Perkembangan Persepsi .............................................. 10
C. Strategi Pengembangan Motorik .................................................... 14
D. Strategi Pengembangan Persepsi ................................................... 18
E. Suasana Belajar Koperatif .............................................................. 19
F. Suasana Belajar Kompetitif............................................................ 21
G. Suasana Belajar Individualistik ...................................................... 22

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 24

A. Kesimpulan .................................................................................... 24
B. Saran ............................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh siswa
untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Sehingga melibatkan
banyak faktor-faktor yang mempengaruhi baik internal maupun eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang menpengaruhi dari dalam diri siswa,
meliputi : motivasi, pemenuhan gizi, serta kondisi fisik serta kondisi mental.
Peran kognitif sangatlah penting dalam melancarkan proses belajar serta
menghasilkan hasil belajar yang efektif. Siswa membutuhkan proses berpikir
yang sangat kompleks seperti menginterpretasi, persepsi serta evaluasi dalam
proses pembelajaran. Selain itu, kesehatan fisik juga penting dalam proses
pembelajaran. Adanya disfungsi fisik akan menghambat proses belajar dan ke
efektifan hasil belajar.

Faktanya, dalam proses perkembangan anak dijumpai beberapa bentuk


kesulitan belajar yang terjadi kepada siswa. Kesulitan belajar adalah suatu
kondisi yang menyebabakan siswa mengalami hambatan dalam proses
belajarnya. Gangguan motorik adalah gangguan pada integrasi auditori-motor
(clumsy) yang ditandai dengan gangguan motorik kasar maupun motorik
halus. Contoh lain dari kesulitan belajar yang bisa dijumpai adalah gangguan
persepsi. Gangguan persepsi merupakan gangguan dalam menginterpretasi
dan mengasumsikan informasi yang diterima dalam proses pembelajaran.
Sehingga, peran aktivis pendidikan serta orang tua seharusnya bisa mendeteksi
sejak dini tentang adanya kesulitan belajar dan jenis kesulitan belajar yang
dialami para siswa. Sehingga, guru serta orang tua dapat bersinergi dalam
berperan mengatasi permasalahan kesulitan belajar yang dialami oleh peserta
didik. Metode dan strategi yang diambil seharusnya tepat dengan tujuan dan

4
permasalahan yang dihadapi. Sehingga, hambatan proses belajar bisa teratasi
dan hasil belajar bisa diraih secara optimal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan perkembangan motorik?
2. Apa yang di maksud dengan gangguan perkembangan persepsi?
3. Apa saja strategi yang digunakan dalam pengembangan motorik?
4. Apa saja strategi yang digunakan dalam pengembangan persepsi?
5. Apa yang dimaksud dengan suasana belajar koperatif?
6. Apa yang dimaksud dengan suasana belajar kompetitif?
7. Apa yang dimaksud dengan suasana belajar individualistic?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gangguan


perkembangan motorik.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gangguan
perkembangan persepsi.
3. Untuk mengetahui strategi apa yang cocok digunakan dalam mengatasi
masalah perkembangan motorik.
4. Untuk mengetahui strategi apa yang cocok digunakan dalam mengatasi
masalah perkembangan persepsi.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan suasana belajar
koperatif.
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan suasana belajar
kompetitif.
7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan suasana belajar
individualistic.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gangguan Perkembangan Motorik

Gangguan perkembangan motoric sering diperlihatkan dalam bentuk


adanya gerakan melimpah (over movement) ketika anak ingin menggerakkan
tangan kanan, tangan kiri ikut bergerak secara sengaja, kurang koordinasi
dalam aktivitas motorik, kesulitan dalam koordinasi motoric halus (fine-
motor), kekurangan dalam penghayatan tubuh (body-image), kekurangan
pemahaman dalam hubungan keruangan atau arah, dan bingung lateralitas
(confused literary) (Lemer, 1981 : 189). Berbagai gejala gangguan
perkembangan motoric tersebut sering dengan mudah dapat dikenali pada saat
anak berolahraga, jatuh dari kursi, pensil atau bukunga jatuh, dan
memperlihatkan kecanggungan (clumsy).

Ada tiga teori tentang perkembangan motoric, yaitu 1. Teori pendidikan


jasmani adaptif dan belajar motoric oleh Cratty, 2. Teori perseptual-motor
Kephart, 3. Teori sensori-Integrasi oleh Ayres. Menurut Lerner (1988 : 275)
ketiga teori diatas mengasumsikan bahwa manusia belajar dimulai dengan
belajar motorik, ada urutan tahapan-tahapan perkembangan motorik yang
dialami, dan banyak bidang akademik dan kinerja kognitif yang berakar pada
keberhasilan pengalaman motorik.

Adapun penjelasan dari ketiga teori tersebut, yaitu :

1. Teori Pendidikan Jasmani Adaptif : Cratty

Cratty adalah seorang ahli pendidikan jasmani. Ia menekankan


pentingnya permainan gerak dalam membantu anak yang memiliki
masalah belajar. Ia pecaya bahwa aktivitas gerakan dapat memberikan

6
suatu pengalaman sensoris yang dapat meningkatkan prestasi belajar anak
secara umum di kelas.

Cratty memberikan beberapa contoh tentang pendidikan jasmani dapat


dikaitkan dengan belajar di kelas. Sebagai contoh, perhatian anak dapat
diperpanjang melalui berbagai permainan dan aktivitas jasmani dengan
harapan meningkatkan perhatian anak terhadap pelajaran akademik.
Belajar huruf-huruf dapat disajikan dalam bentuk aktifitas fisik dengan
cara membuat hurut-hurut besar dari kayu yang diletakkan di lantai.
Dengan mengajak anak-anak berjalan melewati huruf-huruf besar,
tersebut, mereka akan mengenal bentuk berbagai huruf. Menurut Cratty,
berbagai aktivitas yang melibatkan seluruh tubuh, dapat menjadi sarana
bagi anak hiperaktif untuk berlatih memusatkan perhatian. Menuru Cratty,
kemampuan memainkan suatu jenis permainan dapat meningkatkan
konsep diri, seperti bersepeda, memainkan suatu jenis permainan, dan
menari.

2. Teori Perseptual-Motor : Kephart

Anak pada umumnya telah mampu mengembangkan suatu dunia


perseptual-motor yang cukup mantap pada saat mereka mulai berhadapan
dengan tugas-tugas akademik, yaitu pada usia sekita enam tahun. Bagi
banyak anak berkesulitan belajar, mereka belum memiliki dunia
perseptual-motor yang mantap dan dapat diandalkan. Anak kesulitan
belajar sering menemui masalah ketika dihadapkan pada tugas-tugas
simbolik karena mereka memiliki suatu orientasi yang tidak memadai,
yaitu oleh Kephart disebut realitas dasar tentang kemestaan yang
mengelilingi mereka (the basic realities of the universe thet surround
them), terutana tentang dimensi-dimensi keruangan dan waktu. Untuk
menghadapi tugas-tugas simbolik , seorang anak harus memiliki
kemampuan untuk melakukan observasi yang tepat tentang ruang dan
waktu, dan kaitan mereka dengan berbagai objek atau peristiwa.

7
Teori perseptual motor menyebutkan bahwa anak yang belum memiki
pengalaman yang diperlukan untuk menginternalisasikan suatu skema
dunia yang komprehensif dan konsisten. Mereka belum dapat
menorganisasikan sistem pemrosesan informasi, dan secara motorikm
perseptual maupun kognitif, mereka mengalami disentegrasi.

Ada tiga konsep yang perlu dipahami dalam teori perseptual-motor


kephart, yaitu :

a. Perkembangan pola motoric (development of motor patterns)

Keterampilan Motorik adalah kegiatan motoric yang mungkin


memiliki derajat ketingian yang tinggi, tetapi tujuannya adalah untuk
menampilkan suatu perbuatan khas atau menyelesaikan suatu tujuan
tertentu. Pola motoric mungkin memiliki derajat ketelitian yang lebih
rendah tetapi memiliki variabilitas yang tinggi. Contohnya,
melemparkan bola kesasaran tertentu adalah keterampilan motorik,
namun menggunakan keterampilan tersebut sebagai bagian dari
permainan basket adalah pola motorik.

b. Generalisasi Motorik (Motoric Generalization)

Ada 4 generalisasi yang sangat penting bagi keberhasilan anak di


sekolah, yaitu :

• Keseimbangan dan menjaga sikap tubuh (Balance and


Manintenance of Posture), anak belajar melalui aktivitas-
aktivitas sehingga ia menyadari dan menjaga hubungan antara
kekuatan dan gaya berat. Anak akan selalu bereaksi terhadap
gaya grafitasional dalam setiap situasi. Contohnya,
keseimbangan tubuh ketika anak berlari.
• Hubungan dan Pelepasan, anak mengamati ciri dan sifat
berbagai objek, dan akhirnya mengembangkan keterampilan
persepsi bentuk (Form Perception), hubungan bentuk dengan

8
latar belakang (figure and ground relationship). Aktivitasnya
adalah memegang suatu benda, memasukkan kedalam mulut,
dan akhirnya menjatuhkannya. Anak akan menggunakan
konsep keras, sudut, merah dan sebagainya.
• Lokomosi, memungkinkan anak mengamati hubungan antar
berbagai objek dalam ruangan melalui aktivitas gerak untuk
melakukan eksplorasi terhadap lingkungan sekitar . aktivitas
berupa merangkak, berjalan, berlari, melompat memungkinkan
anak bergerak melalui ruangan untuk menetukan sifat ruang
sekitar dan hubungannya dengan berbagai objek.
• Menerima dan Melepaskan, menerima menunjuk pada aktivitas
tentang anak melakukan observasi terhadap berbagai objek
yang menuju pada mereka. Sedangkan melepaskan menunjuk
aktivitas anak melakukan observasi pada objek yang
meninggalkan diri mereka.

c. Penyesuaian Perseptual Motorik

Sambil memperoleh informasi melalui generalisasi motoric, anak


juga mulai menerima informasi perseptual. Pada saat anak tidak dapat
menemukan seluruh objek dengan cara motoric, mereka mulai belajar
menemukan objek tersebu secara perseptual. Data perseptual hanya
menjadi bermakna jika data tersebut dikaitkan dengan informasi
motoric yang telah ada dalam diri anak. Proses membandingkan dan
mengumpulkan dua macam data masukan tersebut dinamai perceptual-
motor match.

3. Teori sensori-Integrasi : Ayres

Ayres menyajikan teori belajar motoric berdasarkan perspektif terapi


akupasional yang disebut teori-integrasin pada tahun 1978. Teori ini
menggunakan prinsip-prinsip kompleks fisiologis otak dan resep-resep

9
terapi fisil khusus serta berbagai latihan yang dirancang untuk
memodifikasi fungsi otak para pasien yang menderita kelumpuhan. Ayres
telah mengaplikasikan teori dan prosedur perlakuan tersebut bagi anak
berkesulitan belajar.

B. Gangguan Perkembangan Perseptual.

Persepsi adalah batasan yang digunakan pada proses memahami dan


menginterpretasikan informasi sensoris, atau kemampuan intelek untuk
mencarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indera
(Lerner,1988:282). Karena persepsi merupakan suatu ketrampilan yang
dipelajari maka proses pengajaran dapat memberikan dampak langsung
terhadap kecakapan perseptual. Ada dua pengertian (constructs) tentang
persepsi yang memiliki implikasi bagi pengajaran anak berkesulitan belajar
yaitu konsep modalitas-perseptual dan system persptual bermuatan lebih.

a. Konsep Modalitas-Perseptual

Gangguan tentang gangguan pemrosesan perseptual yang terkait


dengan kesulitan belajar merupakan bagian yang sangat pentingpada awal
perkembangan bidang kajian kesulitan belajar.Banyak anak berkesulitan
belajar memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menggunakan satu
saluran perseptual tetapi sangat kurang dalam menggunakan saluran
perseptual lainnya.

Guru sensitive akan menggunakan informasi tentang gaya belajar anak,


kekuatan dan kelemahannya, untuk mengajarkan keterampilan akademik.
Sebagai contoh, jika anak memiliki banyak kesulitan dengan persepsi
auditoris, guru dapat mengantisipasi bahwa anak akan mengalami
kesulitan dalam mempelajari berbagai bunyi. Dengan demikian, anak
harus belajar membaca kata untuk memperoleh keterampilan membaca
lancar, tetapi pengetahuan tentang kesulitan auditoris anak akan selalu
mengingatkan guru tentang problema anak dan membantu guru tersebut
dalam merancang dan mengimplementasikan pembelajaran. Anak tersebut

10
mungkin juga memerlukan latihan tambahan dalam persepsi auditoris dan
perbedaan bunyi dalam berbagai kata.

b. Sistem Perseptual Bermuatan Lebih

System perseptual bermuatan lebih berarti bahwa penerimaan


informasi dari suatu modalitas lain. Anak berkesulitan belajar mungkin
memiliki toleransi yang rendah untuk menerima dan mengintegrasikan
beberapa system masukan pada waktu yang bersamaan. Ketidakmampuan
menerima dan memproses data yang masuk secara berlebihan tersebut
mungkin menyebabkan otak menjadi mogok. Berbagai gejala dari muatan
berlebih tersebut dapat berupa kebingungan, kemiskinan ingatan,
kemunduran, menolak tugas, kekurang perhatianan, atau anak menjadi
marah.

Adapun beberapa jenis persepsi yaitu:

a) Persepsi Auditoris

Anak-anak tersebut tidak memiliki masalah dalam ketajaman


pendengaran, tetapi memiliki ketidakmampuan dalam persepsi auditoris,
yaitu kemampuan untuk memahami atau menginterpretasikan segala
sesuatu yang didengar. Persepsi auditoris dapat dibagi menjadi 5 sub
bidang yaitu:

1) Kesadaran Fonologis

Kesadaran fonologis adalah kesadaran bahwa bahasa dapat dipecah


kedalam kata, sukukata, dan fonem (bunyi huruf) yang esensial untuk
belajar membaca. Anak yang mengalami kesulitan belajar membaca
sering benar-benar tidak menyadari pembagian bahasa yang semacam
itu. Mereka tidak dapat tidak dapat mengingat atau membedakan bunyi
berbagai kata dan juga tidak dapat mengingat jumlah bunyi dalam satu
kata. Konsekuensi dari tidak adanya kesadaran fonologis tersebut
adalah anak menjadi tidak dapat memahami dan tidak dapat

11
menggunakan prinsip alfabetik yang diperlukan untuk belajar fonik
dan membaca kata-kata.

2) Diskriminasi Auditoris

Diskriminasi auditoris adalah kemampuan mengingat perbedaan


antara bunyi-bunyi fonem dan mengidentifikasi kata-kata yang yang
sama dengan kata-kata berbeda. Anak yang memiliki kesulitan dalam
diskriminasi auditoris mungkin akan sulit membedakan antara kata
kakak dengan bapak atau antara ibu dengan abu.

3) Ingatan Auditoris

Ingatan auditoris merupakan kemampuan untuk menyimpan dan


mengingat sesuatu yang didengar. Sebagai contoh, anak dapat diminta
untuk melakukan tiga aktivitas, seperti menutup jendela, membuka
pintu, dan meletakkan kotak diatas meja. Perintah-perintah semacam
ini dapat digunakan untuk mengetahui ingatan auditoris seorang anak.

4) Urutan Auditoris

Urutan auditoris merupakan kemampuan mengingat urutan hal-hal


yang disampaikan secara lisan. Urutan alphabet, nama-nama hari, dan
nama-nama bulan adalah contoh urutan penting yang perlu dikuasai
oleh anak.

5) Perpaduan Auditoris

Perpaduan auditoris adalah kemampuan memadukan elemen-


elemen fonik tunggal atau berbagai fonem menjadi satu kata yang
utuh. Anak dengan ketidakmampuan dalam perpaduan auditoris akan
mengalami kesulitan untuk memadukan fonem-foem “m-a-i-n” untuk
menbentuk kata “main”.

b) Persepsi Visual

12
Anak dengan gangguan persepsi visual akan mengalami kesulitan
untuk membedakan bentuk-bentuk geometri, huruf-huruf, atau kata-kata.
Ada lima jenis persepsi visual yaitu:

1) Hubungan Keruangan (spatial relation)

Menunjuk pada persepsi tentang posisi berbagai objek dalam


ruang. Dimensi fungsi visual ini mengimplikasikan persepsi tentang
tempat suatu objek atau symbol (gambar, huruf,angka) dan hubungan
keruangan yang menyatu dengan sekitarnya. Dalam membaca, kata-
kata harus dilihat sebagai keseluruhan yang terpisah yang dikelilingi
oleh ruang. Kemampuan hubungan keruangan merupakan bagian yang
sangat penting dalam belajar matematika.

2) Diskriminasi Visual (visual discrimination)

Menunjuk pada kemampuan membedakan suatu objek dari objek


lain. Berbagai objek mungkin dibedakan oleh warna, bentuk, pola,
ukuran, posisi, atau kecemerlangan mereka. Kemampuan membedakan
berbagai huruf dan kata secara visual merupakan bagian yang esensial
dalam belajar membaca.

3) Diskriminasi Bentuk dan Latar Belakang

Menunjuk pada kemampuan membedakan suatu objek dari latar


belakang yang mengelilingi. Anak yang memiliki kekurangan dala
bidang ini tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu objek karena
sekeliling objek tersebut ikut memengaruhi perhatiannya. Akibat dari
keadaan semacam itu, anak menjadi terkecoh perhatiannya oleh
berbagai rangsangan yang berada disekitar objek yang harus
diperhatikan.

4) Visual Closure

13
Menunjuk pada kemampuan mengingat dan mengidentifikasi suatu
objek, meskipun objek tersebut tidak diperlihatkan secara keseluruhan.
Seorang pembaca yang baik misalnya, ia dapat membaca kalimat
secara utuh meskipun ada sebagian yang dituutup. Bagi dia, ada cukup
kata atau huruf sebagai petunjuk untuk memecahkanmasalah pada
bagian kalimat yang tersisa.

5) Mengenal Objek

Menunjuk pada kemampuan mengenal sifat berbagai objek pada


saat mereka memandang. Pengenalan tersebut mencakup berbagai
bentuk geometri, hewan, huruf, angka, kata, dsb. Kemampuan anak TK
untuk mengenal secara baik bentuk-bentuk geometri, huruf, dan angka
merupakan penduga yang baik bagikeberhasilan belajar membaca di
SD.

c) Persepsi Taktil dan Kinestetik

Persepsi taktil dan kinestetik juga disebut persepsi heptik (heptic


perception). Persepsi heptik menunjuk pada kemampuan mengenal
berbagai objek melalui modalitas taktil dan kinestetik. Kemampuan
mengenal berbagai objek melalui meraba, mengidentifikasi angka yang
ditulis di punggung membedakan permukaan kasar dari yang halus.
Mengidentifikasi jari mana yang digunakan untuk meraba, semuanya
merupakan contoh dari persepsi taktil. Persepsi kinestetik diperoleh
melalui gerak tubbuh dan rasa otot. Kesadaran posisi, rasa tubuh tentang
kontraksi otot, tegangan, dan relaksasi adalah beberapa contoh dari
persepsi kinestetik. Kedua dimensi dari system heptik merupakan hal yang
penting untuk memperoleh informasi tentang kualitas objek, gerak tubuh,
dan saling hubungan antar mereka. Sebagian tugas sekolah dan tugas
kehidupan sehari-hari, menuntut kemampuan persepsi taktil dan kinestetik
atau persepsi heptik.

C. Strategi Perkembangan Motorik

14
Strategi pengembangan motorik mencakup 3 bidang, yaitu strategi
pengembangan motorik kasar, strategi pengembangan penghayatan dan
kesadaran tubuh, strategi pengembangan motorik halus.

1. Strategi Pengembangan Motorik Kasar

Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan


memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan
memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap
bola atau memainkan alat-alat mainan. Motorik kasar adalah gerakan
tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan
sebagainya. Karakteristik bagi anak usia dini adalah bermain, merupakan
kegiatan yang menyenangkan bagi anak.

Dengan bermain anak dapat bereksplorasi dan dapat mengembangkan


motorik kasar, agar motorik kasar pada anak usia dini dapat berkembang
secara optimal maka dirancanglah berbagai bentuk permainan-permainan
yang menarik bagi anak. Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi
gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar
dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan
dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar.

a. Berlari.

Orang tua bisa melakukan kegiatan ini di halaman, atau di ruangan


yang luas untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan
dalam rumah. Lakukan improvisasi dengan menggunakan bendera,
kartu unik, atau benda yang dioper.

b. Memanjat

Jika di dekat rumah Orang tua ada taman bermain yang terbuka
untuk umum, Orang tua bisa mengajak anak-anak Orang tua untuk

15
bermain di area memanjat. Atau, buatlah area memanjat sendiri di
rumah dengan menggunakan meja dan kursi. Untuk menghindari ada
yang terluka, usahakan agar Orang tua menyediakan matras untuk
mendarat jika mereka melompat.

c. Meloncat

Telapak kaki terpisah satu sama lain, sambil tangan diangkat ke


atas kepala, variasi dapat dibuat dengan meloncat membuat seperempat
putaran, setengan putaran, meloncat kekiri dan kekanan, kebarat ke
timur dan sebagainya.

2. Strategi Pengembangan Penghayatan dan Kesadaran Tubuh

Strategi pengembangan dan peghayatan dan kesadaran tubuh dapat


dilakukan untuk tujuan meningkatkan penghayatan yang akurat tentang
letak bagian-bagian tubuh dan fungsi mereka. Strategi ini mencakup
bentuk dan aktivitas, yaitu :

a. Menunjuk Bagian Tubuh

Akan lebih sukar dilakukan dengan mata tertutup, dan mengikuti pola
ritmik tertentu. Bagian yang ditunjuk dapat mencakup : hidung, siku
kanan, pergelangan kaki kiri dan sebagainya.

b. Permainan Puzzel

Bentuk hewan dan manusia akan meningkatkan pemahaman tentang


fungsi tubuh.

c. Mencari Bagian yang Hilang

Menggunakan gambar orang atau hewan yang bagian-bagian tubuhnya di


hilangkan.

d. Aktivitas Air

16
Dilakukan di kolam renang dengan mengapung di permukaan air,
meluncur, dan berenang merupakan pengembangan motorik yang sangat
baik.

3. Strategi Pengembangan Motorik Halus

Persiapan dan alat-alat yang digunakan untuk mengembangkan


motorik halus anak sangat mudah didapatkan di sekitar kita bahkan itu
adalah sesuatu yang tanpa kita sadari bisa dijadikan sebagai sebuah
pembelajaran buat anak-anak. Adapun aktivitas-aktivitas yang bisa
dilakukan adalah :

a. Menggunting Kertas

Kegiatan ini sangat baik sekali karena melatih otot-otot tangan,


usahakan posisi dalam memegang gunting tepat karena kegiatan
memegang dan menggerakkan gunting sama halnya dengan menulis, maka
jikalau salah maka akan berpengaruh dengan cara anak menulis.

b. Menempel

Menempel adalah kegiatan yang melibatkan visual, imajinasi dan


motorik halus anak. Cobalah dengan gambar yang lebih sederhana seperti
gambar sebuah mobil kemudian anak disuruh menempel pada bidang
kertas yang kosong.Setelah anak mulai terbiasa dengan hal ini maka
naiklah tingkat kesulitan tempelan dengan cara membuat gambar
kemudian si anak menempel pada kertas yang sebelumnyasudah diberikan
pola yang sama dengan gambar yang akan ditempel.

c. Menyambung Titik-Titik

Kegiatan menyambung titik-titik ini mengajarkan kepada anak untuk


melatih kekuatan tangan, ketelitian, konsentrasi dan kesabaran, untuk anak
yang masih belajar maka jangan terlalu memaksakan untuk mendapatkan

17
hasil yang baik tapi teruslah berikan dia latihan dan semangat agar dia bisa
menyelesaikan dengan baik.

d. Melipat Kertas

Melipat kertas dengan menggunakan kertas origami adalah sesuatu


yang sangat menyenangkan bagi anak karena bisa dibuat apa saja,
mulailah dengan kegiatan melipat yang sederhana seperti melipat bentuk
segitiga, segiempat kemudian ke bentuk yang agak sulit. Yang dilatih dari
kegiatan melipat ini adalah bagaimana anak menekan lipatan-lipatan itu
karena kegiatan ini akan memperkuat otot-otot telapak dan jari tangan
anak.

D. Strategi Perkembangan Persepsi

Ada 4 strategi perkembangan persepsi yang akan dibahas yaitu, persepsi


visual, persepsi auditoris, persepsi heptik dan integrasu sistem perpetual.
Strategi perkembangan ini merupakan aktifitas yang didasarkan atas model-
model konseptual tentang persepsi dan kesulitan belajar.

1. Strategi Pengembangan Persepsi Visual

Adapun kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangakn strategi


persepsi visual adalah dengan menggunakan papan masak, papan bentuk,
menemukan gambar yang sama, puzzle, klasifikasi, domino, permainan
kartu, huruf dan angka, menemukan bagian yang hilang dan persepsi
visual kata-kata.

2. Strategi Perkembangan Auditoris

Adapun beberapa strategi yang dirancang untuk mengembangkan


persepsi auditoris anak yaitu sensitivitas auditoris terhadap bunyi,
mengikuti pola bunyi, diskriminasi bunyi, kesadaran fonem atau bunyi
huruf, sensitivitas auditoris terhadap bunyi.

3. Strategi Pengembangan Persepsi Heptik (Taktil dan Kinestetik)

18
Persepsi heptik dapat dikembangkan dengan berbagai cara seperti
marasakan macam-macam tekstur, papan raba (touch board), merasakan
bentuk, merasakan temperature, merasakan bobot, mencium, atau
menjiplak pola.

4. Strategi untuk Mengembangkan Integrasi Sistem Perseptual

Integrasi visual ke auditoris dapat diperoleh dengan menyuruh anak


melihat suatu pola titik-titik dan garis-garis; kemudian menyuruh anak
menirukan pola tersebut dalam bentuk ritmis pada drum. Integrasi
auditoris ke visual dapat diperoleh dengan menyuruh anak mendengarkan
irama ritmis dan memilih salah satu pola visual titik dan garis yang sesuai
dari beberapa pilihan. Integrasi auditoris ke motor visual dapat diperoleh
dengan meminta anak mendengarkan irama ritmisdan mengalihkan irama
tersebut ke suatu bentuk visual dengan menuliskan pasangan titik dan
garis.

E. Suasana Belajar Koperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran


kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran
kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar
sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Hamid Hasan dalam Etin
Solihatin, kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam
mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif siswa secara
individualmencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota
kelompoknya. Jadi,belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil
dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk
memaksimalkan belajar merekadan belajar anggota lainnya dalam kelompok
tersebut.

Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

a) Kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang,rendah.

19
b) Siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama.
c) Membagitugas dan tanggung jawab sama.
d) Akan dievaluasi untuk semua.
e) Berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja bersama.
f) Diminta mempertanggung jawabkan individual materi yang ditangani.

Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Menurut Wina Sanjaya


karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya adalah pembelajaran
secara tim, didasarkan pada manajemen kooperatif, kemauan untuk
bekerja sama, dan keterampilan bekerja sama.

a. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim


merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus
mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim harus saling
membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria
keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang


agar proses pembelajaran berjalan secara efektif, misalnya tujuan apa
yang akan dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus
digunakan untuk mencapai tuj uan itu dan lain-lain.

c. Kemauan untuk bekerja sama

Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok bukan


saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing -masing, akan
tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya yang
pandai membantu ya ng kurang pandai.

d. Keterampilan bekerja sama

20
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui
aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja
sama. Siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan
berkomunikasi den gan anggota lain.

F. Suasana Belajar Kompetitif

Pembelajaran kompetitif ada ketika seorang siswa telah berhasil mencapai


tujuan akhirnya sedangkan semua siswa yang lain gagal untuk mencapai
tujuan tersebut. Para siswa lebih berhubungan dengan situasi kompetitif dalam
usahanya untuk mencapai tujuan dan mengembangkan kreativitas mereka.
Suasana kompetisi juga mampu membangun percaya diri dan harga diri siswa.
Prestasi, sukses, penampilan yang terhormat, ambisi, menjadi pemimpin yang
hebat, dan lain sebagainya semuanya berhubungan dengan kompetisi dengan
yang lain. Kompetisi membangun karakter dan memperkuat para siswa untuk
hidup dalam dunia nyata. Sehingga siswa harus dipersiapkan untuk
menghadapi keadaan ini.

Selanjutnya menurut Johnson & Johnson (1994) ada beberapa anggapan


yang tidak selamanya benar, yang biasa dijadikan alasan digunakannya
metode kompetitif dalam praktek pembelajaran, diantara anggapan tersebut
adalah:

a. Masyarakat kita penuh dengan suasana kompetitif, karena itu siswa


harus dipersiapkan untuk menghadapi keadaan ini.
b. Prestasi, sukses, penampilan yang terhormat, ambisi, menjadi
pemimpin yang hebat, dan lain sebagainya semuanya berhubungan
dengan kompetisi dengan yang lain.
c. Kompetisi membangun karakter dan memperkuat para siswa untuk
hidup dalam dunia nyata.
d. Para siswa lebih berhubungan dengan situasi kompetitif.
e. Kompetisi mampu membangun percaya diri dan harga diri.

21
G. Suasana Belajar Individualis

Pembelajaran individual merupakan suatu strategi pembelajaran, hal ini


dijelaskan oleh Rowntree (1974) dalam Sanjaya (2008 : 128) membagi strategi
pembelajaran ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau exposition-
discovery leraning strategy dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi
pembelajaran individual atau groups-individual learning strategy.

Menurut Wina Sanjaya (2008:128) strategi pembelajaran individual


dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan
keberrhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu
yang bersangkutan. Bahan pembelajaran serta bagaimana mempelajarinya
didesain untuk belajar sendiri.

Pada strategi pembelajaran individual ini siswa dituntut dapat belajar


secara mandiri, tanpa adanya kerjasama dengan orang lain. Sisi positif
penggunaan strategi ini adalah terbangunya rasa percaya diri siswa, siswa
menjadi mandiri dalam melaksanakan pembelajaran, siswa tidak memiliki
ketergantungan pada orang lain. Namun di sisi lain terdapat kelemahan
strategi pembelajaran ini, diantaranya jika siswa menemukan kendala dalam
pembelajaran, minat dan perhatian siswa justru dikhawatirkan berkurang
karena kurangnya komunikasi belajar antar siswa, sementara enggan beratanya
kepada guru, tidak membiasakan siswa bekerjasama dalam sebuah team.

Sedangkan menurut Sudjana (2009 : 116) Pengajaran individual


merupakan suatu upaya untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar
dapat belajar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, kecepatan dan caranya
sendiri.

Menurut Sudjana, Perbedaan-perbedaan individu dapat dilihat dari

1) Perkembangan intelektual
2) Kemampuan berbahasa
3) Latar belakang pengalaman

22
4) Gaya belajar
5) Bakat dan minat
6) Kepribadian

Pembelajaran individu berorientasi pada individu dan pengembangan diri.


Pendekatan ini memfokuskan pada proses dimana individu membangun dan
mengorganisasikan dirinya secara realitas bersifat unik. (Hamzah B. Uno,
2008 : 16). Menurut Muhammad Ali (2000 : 94) strategi belajar mengajar
individual disamping memungkinkan setiap siswa dapat belajar sesuai dengan
kemampuan potensinya, juga memungkinkan setiap siswa menguasai seluruh
bahan pelajaran secara penuh. “mastery learning “ atau belajar tuntas. Strategi
pengajaran yang menganut konsep belajar tuntas, sangat mementingkan
perhatian terhadap perbedaan individual. Atas dasar ini sistem penyampaian
pengajaran dilakukan dengan mengarah kepada siswa belajar secara
individual. Muhammad Ali (2000 : 99)

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan perkembangan motoric sering diperlihatkan dalam bentuk


adanya gerakan melimpah kurang koordinasi dalam aktivitas motorik,
kesulitan dalam koordinasi motorik halus, kekurangan dalam penghayatan
tubuh, kekurangan pemahaman dalam hubungan keruangan atau arah, dan
bingung. Dalam proses belajar motorik, beberapa saluran sensasi atau
presepsi terintregasi satu sama lain dan terkait dengan aktivitas motorik.
Dan dalam gangguan motorik juga dijelaskan dengan 3 teori nya yaitu :
Teori pendidikan jasmani adaptif dan belajar motoric Cratty, Teori
perseptual-motor Kephart, Teori sensori-Integrasi Ayres.

Persepsi adalah batasan yang digunakan pada proses memahami dan


menginterpretasikan informasi sensoris, atau kemampuan intelek untuk
mencarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indra. Karena
persepsi merupakan suatu ketrampilan yang dipelajari maka proses
pengajaran dapat memberikan dampak langsung terhadap kecakapan
perseptual. Dalam gangguang perkembangan persepsi juga dibahas dalam
konsep modalitas-perseptual, sistem perseptual bermuatan lebih, dan juga
beberapa jenis perseptuan yang menggambarkan tentang gangguan
perkembangan perseptual.

Adapun strategi-strategi perkembangan motorik yaitu, strategi


pengembangan motorik kasar, strategi pengembangan penghayatan dan
kesadaran tubuh, dan strategi pengembangan motorik halus. Selain strategi
dari perkembnagan motorik ada juga strategi perkembangan persepsi yaitu
strategi pengembangan persepsi visual, strategi pengembangan persepsi

24
auditoris, strategi pengembangan persepsi heptik ( taktil dan kinestik), dan
terakhir strategi untuk mengembangkan integrasi sistem perceptual.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran


kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar
pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan
saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.

Pembelajaran kompetitif ada ketika seorang siswa telah berhasil


mencapai tujuan akhirnya sedangkan semua siswa yang lain gagal untuk
mencapai tujuan tersebut. Para siswa lebih berhubungan dengan situasi
kompetitif dalam usahanya untuk mencapai tujuan dan mengembangkan
kreativitas mereka. Suasana kompetisi juga mampu membangun percaya
diri dan harga diri siswa.

Menurut Sudjana (2009 : 116) Pengajaran individual merupakan suatu


upaya untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat belajar
sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, kecepatan dan caranya sendiri.

B. Saran

Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat untuk para
pembaca. Kami tahu bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi penulisan, bahasa dan lainnya. Untuk itu saran
dari para pembaca yang bersifat membangun kami harapkan agar
kedepannya kami dapat memberikan informasih dan menyusun makalah
yang lebih baik lagi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar.


Jakarta: Rineka Cipta.

Kamtini dan Tanjung, H.W. 2005. Bermain Melalui Gerak Dan Lagu di TK.
Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti.

Mulyadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar. Yogyakarta : Nuha Litera.

Tadkiratun.M. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta:


Depdiknas Dirjen Dikti DPPTKDKPT.

Abdurrahman, Mulyono.Pendidikan Bagi anak Berkesulitan Belajar (Jakarta : PT


Adi Mahastya, 2003), hal 144.

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan


Konseptual Operasional. Jakarta, PT Bumi Aksara, 2009,h.

Etin Solihatin, Cooperatif Learning. Jakarta, Bumi Aksara,2009, h.4

Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta, Kencana, 2010, h . 266

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran. Jakarta, Kencana, 2006, h. 246

https://www.slideshare.net/fraafrasusanto/gangguan-motorik-dan-perseptual.
Diakses tanggal 24 Februari 2022

https://id.scribd.com/document/484084450/gangguan-perkembangan-motorik-
dan-reseptual. Diakses tanggal 24 Februari 2022

26
27

Anda mungkin juga menyukai