Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

OBJEK PENILAIAN PEMBELAJARAN FISIKA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Penilaian Dan Evaluasi Pembelajaran Fisika

Dosen pengampu :
Prof. Dr. Edi Istiyono, M.Si

Disusun oleh :

Salam 22326251045
Febrina Rosa Winda 22326251008
Utari Nurmahasih 22326251010
Nadia Natalia Simamora 22326251032

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
mata kuliah Penilaian Dan Evaluasi Pembelajaran Fisika dengan judul “Objek
Penilaian Pembelajaran Fisika”.
Dalam penyusunan makalah ini, tentu kami menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang berkuntribusi dalam menyelesaikan makalah ini :
1.Dosen pengampu mata kuliah Prof. Dr. Drs. Edi Istiyono M.Si. yang telah
memberikan penjelasan dan arahan dalam penulisan makalah.
2.Kepada semua teman-teman angkatan 2022/2023 Prodi Pendidikan Fisika
Program Magister yang telah memberikan bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada kelompok kami.
3.Seluruh pihak yang mungkin tidak dapat disebutkan secara keseluruhan, yang
telah menyediakan layanan sehingga tersusunnya makalah ini.

Tentu dalam penyusuan makalah ini kami merasa masih banyak yang perlu
diperbaiki baik dari segi penulisan bahkan isi materi yang disampaiakan
didalamnya terdapat kekurangan yang membutuhkan kesempurnaan, dikarenakan
kami sadar akan kemampuan yang dimiliki oleh kelompok kami. Dengan
demikian kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat
diperlukan demi kesempurnaan penyusunan makalah ini dimasa yang akan
datang.

Yogyakarta, Februari 2023

Penulis,
Kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Objek (Sasaran) Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran .............. 3
2.2 Potensi Peserta Didik dalam Pembelajaran : 3 Domain menurut
Bahan Kajian Taksonomi Bloom yang Direvisi........................ 4
2.2.1 Sejarah Taksonomi Bloom................................................. 4
2.2.2 Ranah dalam Taksonomi Bloom........................................ 5
2.2.2.1 Ranah Kognitif....................................................... 5
2.2.2.2 Ranah Afektif......................................................... 6
2.2.2.3 Ranah Psikomotor.................................................. 7
2.2.3 Taksonomi Bloom Revisi................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu wadah individu untuk belajar mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya melalui proses penanaman bermacam-macam
nilai-nilai. Pendidikan yang diselenggrakan itu terlihat sukses atau tidaknya
jika adanya hasil yang didapat baik dalam bentuk angka ataupun tidak. Dapat
disimpulkan bahwa hal tersebut tidak terlepas juga dengan adanya
pengukuran, penilaian dan evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa.
Namun dalam bidang pendidikan bukan hanya berisi tentang pembelajaran
dikelas yang berkaitan peserta didik dengan guru, tetapi kata pendidikan
meliputi ranah yang lebih luas dari itu. Yakni berkaitan juga dengan lembaga-
lembaga terkait yang bertanggung jawab berjalannya sistem pendidikan di
dalam kelas maupun subjek yang melaksanakan dibelakangnya. Dalam
pelaksanaan tugasnya Lembaga-lembaga tersebut belum semuanya mampu
menjalankan secara optimal, karena itulah evaluasi pendidikan dijalankan.
Proses evaluasi meliputi pengukuran dan penilaian. Pengukuran bersifat
kuantitatif sedangkan penilaian bersifat kualitatif. Peningkatan kualitas
pendidikan dapat dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh siswa. Tentu saja untuk
itu diperlukan sistem penilaian yang baik. Sistem penilaian yang baik akan
mampu memberikan gambaran tentang kualitas pendidikan sehingga tujuan
pendidikan yang direncanakan mampu dicapai dengan baik. Dengan di
evaluasi maka akan diketahui hal apa yang belum tercapai dan hal apa yang
harus diperbaiki. Sebelum mengevaluasi harus diketahui dan dipahami
terlebih dahulu apa subjek dan objek serta ruang lingkup evaluasi pendidikan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai Objek penilaian
dan evaluasi pembelajaran, potensi peserta didik dalam pembelajaran fisika
dan evaluasi pembelajaran fisika. Evaluasi pembelajaran penting dilakukan
untuk mengukur ketercapaian pembelajaran serta mengetahui sejauh mana
siswa mampu memahami materi yang diajarkan. Keberhasilan evaluasi
pembelajaran tergantung pada kemampuan pengajar dalam merencanakan,
melaksanakan, mengolah, dan melaporkannya sesuai prosedur evaluasi yang
benar. Evaluasi pembelajaran dilakukan oleh pendidik dalam rangka
mengumpulkan dan mengolah informasi untuk menilai pencapaian proses dan
hasil belajar peserta didik, dengan berpedoman pada instrumen
yang biasa disebut dengan alat evaluasi. 

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja objek penilaian dalam pembelajaran fisika?
2. Bagaimana ranah Taksonomi Bloom yang direvisi?
3. Apa saja objek penilaian berdasarkan hakikat fisika?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui objek penilaian dalam pembelajaran fisika.
2. Untuk mengetahui ranah Taksonomi Bloom yang direvisi.
3. Untuk mengetahui objek penilaian berdasarkan hakikat fisika.
BAB II
PEMBAHASAN

3.1. Objek (Sasaran) Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran


Objek atau sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi titik
pusat pengamatan karena penilaian menginginkan informasi tentang sesuatu
tesebut. Penilaian merupakan kegiatan menilai yang bersifat kualitatif
terhadap sesuatu yang telah diukur sebelumnya. Objek penilaian dalam
pembelajaran adalah peserta didik, sedangkan ojek evaluasinya adalah
program pembelajaran seperti strategi pembelajaran, model pembelajaran dan
kurikulum.
Sasaran penilaian meliputi proses kognitif yang medeskripsikan
pengetahuan peserta didik. Proses kognitif meliputi tingkah laku dan
pemahaman yang diposisikan sebagai konten pengetahuan. Hasil penelitian
(Kidwell, Fisher, Braun, & Swanson, 2013) menyatakan bahwa sasaran
pembelajaran digunakan untuk mengembangkan komponen asesmen yang
bermakna. Konten pengetahuan merupakan hal penting digunakan sebagai
pokok masalah yang berhubungan dengan disiplin ilmu dan mata pelajaran
yang berubah setiap waktu. Selain konten (isi), tingkah laku juga berperan
sebagai sasaran penilaian pembelajaran sebagai pendukung proses kognitif.
Pembelajaran yang menerapkan tingkah laku dalam penilaiannya meliputi
kondisi instrument penilaian dan respon serta stimulusnya.
Aspek-aspek penilaian Pendidikan di antaranya :
1. Aspek kemampuan
Sesuatu yang dimiliki oleh peserta didik. Untuk mengetahui aspek
kemampuan perlu dilakukan kegiatan penilaian terlebih dahulu, untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing
peserta didik dalam mengikuti program pembelajaran tertentu. Adapun alat
yang bias digunakan dalam rangka menilai kemampuan peserta didik
adalah tes kemampuan (aptitude test). Tes kemampuan tersebut harus
berkaitan dengan program pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik.

2. Aspek kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat dalam diri seseorang yang
berbentuk tingkah laku. Penilaian dalam aspek ini dilakukan untuk
mengetahui atau mengungkap kepribadian seseorang dengan
menggunakan tes kepribadian.
3. Aspek sikap
Aspek sikap merupakan bagian dari tingkah laku manusia. Karena sikap
merupakan sesuatu yang paling menonjol yang sangat dibutuhkan dalam
pergaulan, maka aspek sikap dianggap perlu dinilai.
Sasaran (Objek) penilaian pembelajaran dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Sasaran global, yaitu sasran yang kompleks, luaran pembelajaran yang
multifacet yang membutuhkan waktu dan instruksi penilaian yang lengkap.
2. Sasaran Pendidikan, yaitu guru menerapkan sasaran global dalam
merencanakan dan pembelajaran secara fokus.
3. Sasaran pembelajaran, yaitu sasaran secara spesifik yang focus pada
pembelajaran dan tes pada kegiatan pembelajaran berlangsung dan
dilakukan secara spesifik.
(Krathwhol, 2001)

3.2. Potensi Peserta Didik dalam Pembelajaran : 3 Domain menurut Bahan


Kajian Taksonomi Bloom yang Direvisi
2.2.1. Sejarah Taksonomi Bloom
Dunia memiliki aturan dalam hal potensi peserta didik. Potensi
tersebut dijelaskan dalam sebuah taksonomi Bloom. Istilah ini
digunakan oleh Benjamin S. Bloom, seorang psikolog bidang
Pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai
kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran. Taksonomi Bloom
bermula dari kegiatan evaluasi yang dilakukan kepada sekolah
mengenai persentase butir soal yang diajukan kepada peserta didik
dengan meminta peserta didik untuk mengutarakan hapalan mereka.
Kemampuan mengutarakan hapalan berada pada tingkat terendah
dalam kemampuan berpikir. Masih banyak level yang lebih tinggi
yang harus dicapai agar dalam proses pembelajaran dihasilkan peserta
didik yang berkompeten sesuai bidangnya.
Akhir tahun 1956, Bloom dan kawan-kawan berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan
Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom merupakan struktur hierarki
yang mengidentifikasi skill mulai dari tingkat yang rendah hingga
yang tinggi. (Anderson & Krathwohl, 2001)

2.2.2. Ranah dalam Taksonomi Bloom


Di dalam Taksonomi Bloom terdiri dari tiga ranah (domain)
kemampuan intelektual yaitu kognitif, afektif dan psikomotor
2.2.2.1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif menekankan pada aspek intelektual, seperti
pengetahuan dan keterampilan berpikir. Dalam Taksonomi
Bloom terdapat enam level dalam ranah kognitif dimulai dari
yang paling rendah sampai tinggi yaitu:
(1) Pengetahuan
Kemampuan menghafal verbal atau mengingat kembali
materi pembelajaran yang sudah dipelajari dari guru,
buku, atau sumber lain tanpa melakukan perubahan
tentang pengetahuan hafalan berupa fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur.
(2) Pemahaman
Kemampuan mengolah pengetahuan yang dipelajari
menjadi sesuatu yang baru, seperti mengganti kata
dengan sinonim, menulis kembali sesuatu dengan gaya
sendiri, mengubah bentuk komunikasi dari tulisan ke
tabel atau visual, memberi tafsir terhadap sesuatu hal.
(3) Penerapan
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penerapan atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip
dalam konteks atau situasi yang lain.
(4) Analisis
Kemampuan menggunakan informasi untuk
mengklasifikasi, mengelompokkan, menentukan
hubungan suatu informasi dengan informasi lain, antara
fakta dan konsep, argumentasi dan kesimpulan..
(5) Sintesis
Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru; Kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
(6) Evaluasi
Kemampuan menilai suatu objek, suatu benda, atau
informasi dengan kriteria tertentu.
1.2.2.2. Ranah Afektif
Ranah afektif mencakup perilaku terkait dengan emosi,
misalnya perasaan, nilai, minat, motivasi dan sikap. Lima
kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku sederhana
hingga paling kompleks yaitu:
(1) Penerimaan
Penerimaan (receiving) atau menaruh perhatian
(attending) yaitu kesediaan menerima rangsangan
dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang
datang kepadanya (Purwanto, 2009). Penerimaan juga
bisa diartikan sebagai kemauan untuk memperhatikan
suatu kegiatan atau objek. Rangsangan yang datang
kepada peserta didik dapat berupa masalah, situasi,
gejala, dan lain-lain.
(2) Responsif
Menanggapi (responding) adalah kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk mengikutsertakan dirinya
secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat
reaksi terhadapnya dengan salah satu cara (Sudjino,
Anas, 2011). Hal ini mencakup ketepatan reaksi,
perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar
yang datang kepada dirinya
(3) Nilai yang dianut
Menilai (valuing) atau menghargai adalah memberikan
nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau
objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan
dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan
(4) Organisasi
Organisasi (organizing) yaitu mempertemukan
perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang
lebih universal, yang membawa kepada perbaikan
umum. Ini merupakan pengembangan dari nilai ke
dalam satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya
hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan
prioritas nilai yang telah dimilikinya (Sudjino, Anas,
2011)
(5) Karakterisasi.
Karakterisasi (characterization) adalah menjadikan
nilai-nilai yang di organisasikan untuk tidak hanya
menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian
dari pribadi dalam perilaku sehari-hari (Purwanto,
2009). Jadi, karakterisasi merupakan keterpaduan
semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.
1.2.2.3. Ranah Psikomotorik
Ranah ini berisi perilaku yang menekankan fungsi
manipulative dan keterampilan motorik atau kemampuan
fisik, missal berenang, berlari, melompat, dan
menggunakan alat. Ada tujuh kategori dalam ranah
psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga
tingkat yang rumit yaitu (1) Persepsi, (2) Kesiapan, (3)
Reaksi yang diarahkan, (4) Reaksi Natural, (5) Reaksi
Kompleks, (6) Adaptasi, (7) Kreativitas.
(Wilson, 2013)

2.2.3. Taksonomi Bloom Revisi


Lorin Anderson Krathwohl, seorang murid Bloom dan para ahli
psikologi pada tahun 1994 memperbaiki Taksonomi Bloom agar
sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan dipublikasikan pada
tahun 2001 dengan nama Taksonomi Bloom Revisi (Wilson, 2013).
Perbaikan atau revisi tersebut hanya dilakukan pada ranah (domain)
kognitif yang meliputi :
1. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk
setiap level taksonomi. Hal ini dilakukan karena pada taksonomi
yang lama bukan sebuah proses berpikir tetapi merupakan hasil
berpikir.
2. Terjadi perubahan pada semua level hierarkis dan urutan pada
beberapa level yang sebelumnya.
Tabel 2.1. Taksonomi Bloom
Level Taksonomi Bloom Taksonomi Bloom Terevisi
(Pada dimensi proses kognitif)
1 Pengetahuan Mengingat
2 Pemahaman Memahami
3 Aplikasi Menerapkan
4 Analisis Menganalisis
5 Sintesis Mengevaluasi
6 Evaluasi Mencipta

Di dalam Taksonomi Bloom revisi terdapat 2 dimensi, yakni :


dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Domain
pengetahuan dibagi menjadi beberapa subdomain yaitu :
a. Pengetahuan faktual
Terbagi menjadi dua subjenis yaitu :
1) Pengetahuan tentang terminologis yaitu pengetahuan
tentang label dan simbol verbal dan non verbal yang
merujuk pada makna tertentu.
2) Pengetahuan tentang elemen-elemen detail.
b. Pengetahuan konseptual yaitu pengetahuan yang mencakup
tentang kategori, klasifikasi dan hubungan antara dua atau
lebih kategori pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata.
Aspek ini terdiri dari 3 subaspek yaitu :
(1) Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori. Contoh :
peserta didik menganalisis sebuah cerita dengan kategori
pokok berupa alur, tokoh, dan setting.
(2) Pengetahuan tentang prinsip generalisasi. Contoh :
generalisasi-generalisasi dalam kebudayaan suku jawa,
pengetahuan tentang hukum-hukum geometri dasar.
(3) Pengetahuan tentang teori, model dan struktur. Contoh :
pengetahuan tentang teori-teori atom.
c. Pengetahuan prosedural
Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang cara
melakukan sesuatu. Pengetahuan prosedural terbagi menjadi
tiga subaspek yaitu :
1) Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu
dan algoritma.
2) Pengetahuan tentang Teknik dan metode dalam bidang
tertentu
3) Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan dan
harus menggunakan prosedur yang tepat.
d. Pengetahuan metakognitif
Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan peserta
didik tentang aspek kognisi dan kontrolnya dalam aktivitas
belajar. Aspek ini dibagi menjadi tiga subaspek yaitu :
1) Pengetahuan strategis. Strategi peserta didik dalam
menghafal dan memaknai sesuatu.
2) Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif meliputi
pengetahuan kontekstual dan procedural. Contoh :
pengetahuan tentang sumber buku, pengetahuan tentang
mengingat sesuatu
3) Pengetahuan diri. Contoh: Pengetahuan tentang kekuatan
diri, kelebihan diri dan kelemahan diri serta bakat.
(Anderson & Krathwohl, 2001)

Domain pengetahuan yang dibagi menjadi tiga subdomain


bukan berarti memiliki peran yang terpisah. Ketiganya memiliki
pengaruh positif jika digunakan secara kolaboratif. Hasil
penelitian (Karpen & Welch, 2016) menyatakan bahwa domain
di dalam Taksonomi Bloom menunjukkan akurasi yang tinggi,
jika domain pengetahuan disatukan dengan subdomainnya,
komprehensi disatukan dengan aplikasi, serta sintesis, analisis
dan evaluasi disatukan dengan salah satu dari lainnya. Hal ini
didukung hasil penelitian (Wang, Wei, Ding, & Li, 2016) yang
menyatakan bahwa kolaborasi pengetahuan memberikan
pengaruh positif terhadap kinerja tim pengembang dan riset.

2.2.4. Kemampuan / Potensi Peserta Didik dalam Taksonomi Bloom


Revisi
2.2.4.1 Ranah Kognitif
Kemampuan peserta didik dalam taksonomi bloom revisi pada
ranah kognitif dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Ranah Kognitif
Level Kategori Skill Potensi Peserta Didik Kata Kerja Kunci
1 Mengingat Peserta didik mampu Mendefinisikan,
menyebutkan kembali menyusun daftar,
informasi atau menjelaskan,
pengetahuan yang mengingat,
tersimpan dalam ingatan. mengenali,
Contoh: menyebutkan menemukan kembali,
arti atau istilah menyatakan,
mengulang,
menamai,
menempatkan,
menyebutkan.
2 Memahami Peserta didik memahami Menafsirkan,
instruksi dan mencontohkan,
LOTS (Lower Order Thinking Skills)

menegaskan pengertian mengklasifikasikan,


atau makna atau ide atau merangkum,
konsep yang telah menyimpulkan,
diajarkan baik dalam membandingkan,
bentuk lisan, tulisan, menjelaskan.
maupun grafik/diagram.
Contoh: merangkum
materi yang telah
diajarkan dengan kalimat
sendiri.
3 Menerapkan Peserta didik dapat Memilih,
melakukan sesuatu menerapkan,
seperti mengaplikasikan melaksanakan,
konsep dalam situasi mengubah,
tertentu. Contoh: menggunakan,
menggunakan hukum II mendemonstrasikan,
Newton pada konteks memodifikasi,
yang tepat. menginterprestasikan,
menunjukkan,
membuktikan,
menggambarkan,
mengoperasikan,
menjalankan,
memprogramkan,
mempraktikkan,
memulai.
4 Menganalisis Peserta didik memiliki Mengkaji ulang,
kemampuan membedakan,
memisahkan konsep ke membandingkan,
dalam beberapa mengkontraskan,
komponen dan memisahkan,
menghubungkan satu menghubungkan,
sama lain untuk menunjukkan
memperoleh pemahaman hubungan antar
atas konsep tersebut variabel, memecah
secara utuh. Contoh: menjadi beberapa
memberikan bukti bagian, menyisihkan,
pengaruh luas menduga,
permukaan bidang tekan mempertimbangkan,
terhadap tekanannya. mempertentangkan,
menata ulang,
mencirikan,
mengubah struktur,
HOTS (High Order Thinking Skills)

melakukan
pengetesan,
mengintegrasikan,
mengorganisir,
mengkerangkakan.
5 Mengevaluasi Peserta didik dapat Mengkaji ulang,
menetapkan derajat mempertahankan,
sesuatu berdasarkan menyeleksi,
norma, kriteria, atau mengevaluasi,
patokan. Contoh: mendukung, menilai,
memeriksa apakah mengecek,
kesimpulan seseorang mengkritik,
sesuai dengan data memprediksi,
pengamatan atau tidak. membenarkan,
menyalahkan.
6 Mencipta Peserta didik dapat Merakit, merancang,
memadukan unsur-unsur menemukan,
menjadi sesuatu bentuk menciptakan,
baru yang utuh dan memperoleh,
koheren, atau membuat mengembangkan,
sesuatu yang orisinil. memformulasikan,
membangun,
membentuk,
melengkapi,
membuat,
menyempurnakan,
melakukan inovasi,
mendesain,
menghasilkan karya.

Taksonomi Bloom revisi memiliki dimensi proses kognitif yang


terdiri dari 6 (enam) proses, yaitu mengingat (remembering), memahami
(understanding), mengaplikasikan (applicating), menganalisis (analyzing),
mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating). Kategori yang pertama
menekankan retensi, sedangkan lima kategori yang lain lebih menekankan
transfer. Tujuan pembelajaran yang menumbuhkan kemampuan untuk
mengingat cukup mudah dirumuskan tetapi tujuan-tujuan yang
mengembangkan kemampuan untuk mentransfer lebih sulit dirumuskan,
diajarkan dan diakses. Contoh format penilaian berdasarkan kategori dan
dimensi proses kognitif dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Contoh Format Penilaian Berdasarkan Kategori Dan Dimensi Proses Kognitif
Kategori dan Dimensi
Penjelasan Contoh Format Penilaian
Proses Kognitif
1. Mengingat Menyambungkan kembali 1.1 Mengenali
Untuk melakukan proses pengetahuan dari ingatan Memberikan tugas
kognitif pada kategori ini jangka panjang. kepada peserta didik
dapat dilakukan dengan: berupa:
1.1 Mengenali a. Informasi yang
1.2 Mengingat kembali menentukan benar
atau salah
b. Menjodohkan
jawaban
c. Pilihan majemuk
1.2 Memberikan tugas
berupa petunjuk
kepada peserta didik
untuk mengembangkan
apa yang telah
diperintahkan. Dapat
juga berupa esai atau
soal cerita. Misal:
Diberi petunjuk meter,
maka perserta didik
dapat memberikan
penjelasan tekait
“meter”.
2. Memahami Membangun pemahaman 2.1 Mengubah dari satu
Untuk melakukan proses berdasarkan instruksi informasi ke bentuk
kognitif pada kategori ini pesan, verbal, tulisan, dan informasi lainnya. Format
dapat dilakukan dengan: grafik. assement yang diberikan
2.1 Menafsirkan yaitu format tes, jawaban
2.2 Mencontohkan singkat, dan pilihan
2.3 Mengkategorikan majemuk.
2.4 Merangkum 2.2 Peserta didik diberikan
2.5 Menyimpulkan kesempatan untuk
2.6 Membedakan mencontohkan sesuatu dan
2.7 Menjelaskan diminta memberikan alasan
terhadap contoh tersebut.
Misal: Berikan contoh
kejadian sehari-hari yang
menerapkan gerak
melingkar beraturan, dan
alasannya.
2.3 Peserta didik
mengelompokkan sesuatu
berdasarkan sebuah konsep
atau teori. Misal:
Kelompokkan beberapa
contoh di bawah ini
berdasarkan gaya sentuh
dan gaya tak sentuh.
a…..
b…..
c…..
d….. dan seterusnya.
2.4 Peserta didik diberikan
sebuah tema yang abstrak
kemudian peserta didik
diminta untuk menuliskan
rangkuman berdasarkan
tema.
2.5 Peserta didik dapat
diberikan tugas berupa
penyelesaian, analogi, dan
tes keanehan (oddity tasks).
Misal: Apakah nama bend
aini jika memiliki …. dapat
digunakan untuk ….
berfungsi sebagai …. dan
seterusnya.
2.6 Peserta didik diberikan
tugas untuk menjelaskan
sebab akibat suatu kejadian.
Misal: Tugas-tugas
penalaran, penyelesaian,
desain ulang, prediksi.
3. Menerapkan Melakukan atau 3.1 Peserta didik
Untuk melakukan proses menggunakan langkah- mengerjakan tugas dengan
kognitif pada kategori ini langkah dalam runtut berdasarkan aturan
dapat dilakukan dengan: memberikan suatu yang ada. Misal: Hitung
3.1 Melakukan/ keadaan. Resultan vector dengan
mengeksekusi metode analitik
3.2 Mengimplementasi a. Vektor A sebesar ...
dengan sudut …
b. Vektor B sebesar …
dengan sudut …
c. Dan seterusnya.
3.2 Menerapkan prosedur
untuk sebuah tugas yang
tidak umum. Misal:
menggunakan dan
menghubungkan dengan
hukum II Newton dalam
situasi yang dianggap
cocok.
4. Menganalisis Memecahka suatu materi 4.1 Peserta didik
Untuk melakukan proses menjadi beberapa bagian membedakan sesuatu yang
kognitif pada kategori ini dan membandingkan bagian relevan dan tidak
dapat dilakukan dengan: bagaimana bagian-bagian relevan atau sesuatu bagian
4.1 Membedakan tersebut berhubungan satu yang penting dari suatu
4.2 Mengorganisasi sama lain untuk suatu bagian yang tidak penting.
4.3 Mengatribusi bentuk atau tujuan. Misal: Berdasarkan teori
atom yang telah ada, tulisan
kelebihan dan kekurangan
masing-masing teori atom.
4.2 Peserta didik dapat
membuat table, matrik,
diagram hirarki.
4.3 Peserta didik
membandingkan
pandangan, bias, nilai.
Misal: Memberikan sebuah
materi wacana lalu peserta
didik membuat atau
memilih deskripsi tentang
sudut pandang tentang
wacana tersebut.
5. Mengevaluasi Membuat keputusan 5.1 Peserta didik diberikan
Untuk melakukan proses berdasarkan kriteria dan data kemudian peserta didik
kognitif pada kategori ini standar. menyelidiki dan
dapat dilakukan dengan: memberikan penyelesaian
5.1 Memeriksa sebuah keputusan yang
5.2 Mengkritik harus dilakukan.
5.2 Peserta didik
memberikan tanggapan
tentang sesuatu hal. Misal:
Memberikan tugas untuk
menilai kelebihan dan
kekurangan suatu produk
berdasarkan kriteria
tertentu.
6. Mencipta Meletakkan beberapa 6.1 Peserta didik membuat
Untuk melakukan proses elemen secara bersamaan sebuah hipotesis
kognitif pada kategori ini menjadi bentuk yang berdasarkan kriteria.
dapat dilakukan dengan: koheren atau keseluruhan 6.2 Peserta didik
6.1 Merumuskan fungsi, merancang prosedur untuk
6.2 Merencanakan mengorganisasikan menyelesaikan masalah.
6.3 Menghasilkan kembali elemen ke dalam 6.3 Membuat sesuatu
sebuah bentuk atau formula baru.
struktur baru.

Tabel 2.4. Matriks Dimensi Pengetahuan Dan Dimensi Proses Kognitif Taksonomi Bloom
Revisi
Dimensi Proses Kognitif
Dimensi C1 C2 C3 C4 C5 C6
Pengetahuan Mengingat Memahami Menerapka Menganalisi Mengevaluas Mencipta
n s i
A. Pengetahua C1 Faktual C2 Faktual C3 Faktual C4 Faktual C5 Faktual C6 Faktual
n Faktual
B. Pengetahua C1 C2 C3 C4 C5 C6
n Konseptual Konseptual Konseptual Konseptual Konseptual Konseptual
Konseptual
C. Pengetahua C1 C2 C3 C4 C5 C6
n Prosedural Prosedural Prosedural Prosedural Prosedural Prosedural
Prosedural
D. Pengetahua C1 C2 C3 C4 C5 C6
n Metakogniti Metakogniti Metakognitif Metakognitif Metakognitif Metakogniti
Metakogniti f f f
f

Tabel 2.5. Contoh KD. Mendeskripsikan Materi Gerak Lurus dari Dimensi Kognitif
ditinjau dari Contoh Tujuan Pembelajaran Fisika
Tujuan Pembelajaran Fisika Dimensi Proses Kognitif
dan Pengetahuan
Peserta didik dapat menyebutkan perbedaan gerak lurus C1 Faktual
dengan kecepatan dan percepatan pada sebuah benda yang
laju.
Peserta didik mampu mengenali persamaan gerak lurus C1 Konseptual
pada kecepatan dan percepatan sebuah benda laju.
Peserta didik dapat menjelaskan hubungan gerak lurus C2 Faktual
dengan kecepatan dan percepatan pada sebuah laju benda.
Peserta didik mampu menginterpretasikan besaran-besaran C2 Konseptual
fisika dalam gerak lurus dengan kecepatan dan percepatan
tetap.
Peserta didik mampu mengklasifikasi gerak lurus dengan C3 Faktual
kecepatan dan percepatan tetap pada sebuah benda yang
melaju.

Berdasarkan tabel 2.5 maka dapat dituliskan dalam aspek dan sub-
aspek kognitif pada tabel 2.6.
Tabel 2.6. Aspek dan Sub Aspek Kognitif
Memproduksi
Mencipta

Merencanakan
Merumuskan
Mengkritik
Mengeva-luasi

Memeriksa

Mengatribusikan
Mengana-

Mengorganisasikan
lisis

Membedakan
Mengimplementasikan
aplikasi

v
Meng-

kan

Mengeksekusi

Menjelaskan
Membandingkan
v
Memahami

Menyimpulkan
Merangkum
Mengklasifikasikan
v

Mencontohkan
Menafsirkan
Mengingat

Mengin
gat
Mengenali

Keyakinan tentang nilai & minat


Keyakinan tentang Tujuan
Dimensi Kognitif

Klasifikasi & Kategori

Teori, Model, Struktur


Prinsip & Generalisasi

Teknik & Metode


Keterampilan
Terminologi

Self efficacy
Kriteria
Detail
Proses Kognitif

Meta-kognitif
Konseptual

Prosedural
Faktual

2.2.4.2 Ranah Afektif


Kemampuan peserta didik dalam taksonomi bloom revisi pada
ranah afektif dapat dilihat pada tabel 2.7.
Tabel 2.7. Ranah Afektif
Level Kategori Potensi Peserta Didik Kata Kerja Kunci
1 Penerimaan Peserta didik mampu Menanyakan,
menunjukkan atensi dan mengikuti,
penghargaan terhadap orang memberikan,
lain. Contoh: mendengarkan mengendalikan diri/
pendapat orang lain, mengingat menahan,
nama seseorang. mengidentifikasi,
memperhatikan,
menjawab.
2 Responsif Kemampuan peserta didik Menjawab,
berpartisipasi aktif dalam membantu, menaati,
pelajaran dan selalu termotivasi memenuhi,
untuk segera beraksi dan menyetujui,
mengambil Tindakan atas suatu mendiskusikan,
kejadian. Contoh: berpartisipasi melakukan, memilih,
dalam diskusi kelas. menyajikan,
mempresentasikan,
melaporkan,
menceritakan,
menulis,
menginterprestasikan,
menyelesaikan,
mempraktekkan.
3 Nilai yang dianut Kemampuan peserta didik Menunjukkan,
(Nilai diri) menunjukkan nilai yang dianut mendemostrasikan,
untuk membedakan mana yang memilih,
baik dan kurang baik terhadap membedakan,
suatu kejadian/objek dan nilai mengikuti, meminta,
tersebut diekspresikan dalam memenuhi,
perilaku. Contoh: tumbuhnya menjelaskan,
kemauan yang kuat pada peserta membentuk,
didik untuk berperilaku disiplin, berinisiatif,
baik di sekolah, di rumah melaksanakan,
maupun di tengah-tengah memprakarsai,
kehidupan masyarakat. mengusulkan,
melaporkan,
menginterprestasikan,
membenarkan,
menolak,
menyatakan/
mempertahankan
pendapat.
4 Organisasi Peserta didik mampu Menaati, mematuhi,
membentuk system nilai dan merancang,
budaya organisasi dengan mengatur,
mengharmonisasikan perbedaan mengidentifikasi,
nilai. Contoh: Mengakui mengkombinasikan,
perlunya keseimbangan antara mengorganisir,
kebebasan dan tanggung jawab. merumuskan,
menyamakan,
mempertahankan,
menghubungkan,
mengintegrasikan,
menjelaskan,
mengaitkan,
menggabungkan,
memperbaiki,
menyepakati,
menyusun,
menyempurnakan,
menyatukan
pendapat,
menyesuaikan,
melengkapi,
membandingkan,
memodifikasi.
5 Karakterisasi Kemampuan peserta didik Melakukan,
mengendalikan perilaku melaksanakan,
berdasarkan nilai yang dianut memperlihatkan,
dan memperbaiki hubungan membedakan,
intrapersonal, interpersonal dan memisahkan,
social. Contoh: menunjukkan menunjukkan,
rasa percaya diri Ketika bekerja mempengaruhi,
sendiri, kooperatif dalam mendengarkan,
aktivitas kelompok. memodifikasi,
mempraktekkan,
mengusulkan,
merevisi,
memperbaiki,
membatasi,
mempertanyakan.
mempersoalkan,
menyatakan,
bertindak,
membuktikan,
mempertimbangkan.

2.2.4.3 Ranah Psikomotorik


Kemampuan peserta didik dalam taksonomi bloom revisi pada
ranah afektif dapat dilihat pada tabel 2.8.
Tabel 2.8. Ranah Psikomotorik
Level Kategori Potensi Peserta Didik Kata Kerja Kunci
1 Persepsi Kemampuan menggunakan Mendeteksi,
saraf sensori dalam mempersiapkan diri,
menginterprestasikannya dalam memilih,
memperkirakan sesuatu. menghubungkan,
Contoh: menggunakan sarung menggambarkan,
tangan ketika menggunakan mengidentifikasi,
larutan berbahaya di dalam mengisolasi,
laboratorium. membedakan,
menyeleksi.
2 Kesiapan Kemampuan untuk Memulai, mengawali,
mempersiapkan diri, baik memprakarsai,
mental, fisik dan emosi dalam membantu,
menghadapi sesuatu. Contoh: memperlihatkan,
melakukan pekerjaan sesuai mempersiapkan diri,
dengan aturan, menerima menunjukkan,
kelebihan dan kekurangan mendemonstrasikan.
seseorang.
3 Reaksi yang Kemampuan untuk memulai Meniru, menetralisir,
diarahkan keterampilan yang kompleks mengikuti, mencoba,
dengan bantuan/ bimbingan mempraktekan,
dengan meniru dan uji coba. mengerjakan, membuat,
memperlihatkan,
memasang, bereaksi,
menanggapi.
4 Reaksi Natural Kemampuan untuk melakukan Mengoperasikan,
(mekanisme) kegiatan pada tingkat membangun, memasang,
keterampilan tahap yang lebih membongkar,
sulit. Melalui tahap ini memperbaiki,
diharapkan peserta didik akan melaksanakan sesuai
terbiasa melakukan tugas standar, mengerjakannya,
rutinnya. Contoh: menggunakan menggunakan, merakit,
alat-alat pada laboratorium. mengendalikan,
mempercepat,
memperlancar,
mempertajam,
menangani.
5 Reaksi yang Kemampuan untuk melakukan Mengoperasikan,
kompleks kemahirannya dalam melakukan membangun, memasang,
sesuatu, dimana hal ini terlihat membongkar,
dari kecepatan, ketepatan, memperbaiki,
efisiensi dan efektivitasnya. melaksanakan sesuai
Semua tindakan dilakukan standar, mengerjakan,
secara spontan, lancar, cepat menggunakan, merakit,
dan tanpa ragu-ragu. Contoh: mengendalikan,
keahlian dalam bermain piano. mempercepat,
memperlancar,
mencampur,
mempertajam,
menangani,
mengorganisir, membuat
draf/ sketsa, mengukur.
6 Adaptasi Kemampuan mengembangkan Mengubah,
keahlian dan memodifikasi pola mengadaptasikan,
sesuai dengan yang dibutuhkan. mengoperasikan,
Contoh: melakukan perubahan memvariasikan, merivisi,
secara tepat dan cepat terhadap mengatur kembali,
kejadiantak terduga tanpa merancang kembali,
merusak pola yang ada. memodifikasi.
7 Kreativitas Kemampuan untuk menciptakan Merancang, membangun,
pola baru yang sesuai dengan menciptakan, mendesain,
kondisi atau situasi tertentu dan memprakarsai,
juga kemampuan mengatasi mengkombinasikan,
masalah dengan mengeksplorasi membuat, menjadi
kreativitas diri. Contoh: pionner.
membuat formulasi baru,
inovasi, produk baru.

2.3. Objek Penilaian Berdasarkan Hakikat Fisika


Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam. Fisika
merupakan pembelajaran dengan ilmu pengetahuan yang membahas gejala-gejala
dan sifat-sifat pada benda yang berada di alam tersebut secara fisik dan
dirumuskan secara matematis. Fisika merupakan ilmu eksperimental yang
dikembangkan oleh fisikawan melalui kegiatan pengamatan fenomena alam dan
berusaha menemukan pola dan prinsip yang menghubungkan fenomena-fenomena
tersebut. Pola ini disebut teori fisika atau ketika sudah benar-benar terbukti dan
digunakan secara luas disebut sebagai hukum atau prinsip fisika. Fisika yang
merupakan cabang ilmu pengetahuan alam bukanlah sekedar kumpulan ilmu
pengetahuan semata. Lebih dari itu menurut Collette dan Chiappetta (1994), ilmu
fisika pada hakikatnya terbagi menjadi tiga yakni a way of thinking (sikap), a way
of investigating (proses), dan a body of knowledge (produk).
Produk
Sikap
Proses

Gambar 2. 1 Skema Hakikat Fisika


2.3.1. Fisika sebagai proses
Menurut Nana Sudjana (2005) belajar adalah suatu proses yang diarahkan
kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Dalam belajar
peserta didik tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar
tetap berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Gagne (1977) belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman. Oleh sebab itu belajar dapat diartikan sebagai pengalaman proses
dimana peserta didik berinteraksi dengan lingkungan belajar guna mencapai
tujuan untuk membentuk peserta didik ke arah yang lebih baik.
Fisika sebagai proses memberikan gambaran tentang cara yang digunakan
untuk mengumpulkan pengetahuan (Ainiyah, 2018). Fisika sebagai proses adalah
pemahaman mengenai bagaimana informasi ilmiah dalam fisika diperoleh, diuji,
dan divalidasi. Pemahaman fisika sebagai proses sangat berkaitan dengan kata-
kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan, pengukuran, penyelidikan dan
publikasi. Dengan demikian pembelajaran fisika sebagai proses hendaknya
berhasil mengembangkan keterampilan proses sains pada diri siswa. Penilaian
yang dilakukan fisika sebagai proses menggunakan indikator dari keterampilan
proses sains. Jenis keterampilan proses yang dimaksud adalah seperti yang
terdapat dalam Gambar 2.2.
Fenomena
Mengamati
Publikasi
Dugaan
Meng-
Mengajukan
komunikasik hipotesis
an

Keterampilan

Penyelidikan
Pengamatan
Merencana
Meng-
dan
klasifikasi
menafsirkan

Pengukuran
Mengukur

Gambar 2. 2 Fisika sebagai Proses


Indikator dari setiap keterampilan proses sains pada Gambar 2.2 dapat
dijabarkan dalam Tabel 2.9 berikut.

Indikator Fisika (sebagai proses)


No KPS Indikator KPS
.
1. Mengamati (observasi) a) Menggunakan alat indera yang sesuai
b) Memberikan penjelasan yang diamati
c) Memilih bentuk pengamatan yang sesuai
d) Mencatat persamaan, perbedaan
keteraturan
e) Membandingkan banyak hal
f) Membuat pengamatan dalam perioda
tertentu
g) Mencatat kekecualian/yang tidak
diharapkan
h) Menjelaskan suatu pola
i) Menemukan (identifikasi menurut pola
tertentu)
2. Klasifikasi/ Kategorisasi a) Memberi urutan pada peristiwa yang
terjadi
b) Mencari persamaan dan perbedaan
c) Menentukan kriteria pengelompokan
d) Memilih (memisahkan dengan jumlah
kelompok tertentu)
e) Mengelompokan berdasarkan ciri-ciri
tertentu
f) Memisahkan dengan berbagai cara
3. Mengukur/ Pengukuran a) Memilih alat ukur yang sesuai
b) Memperkirakan dengan lebih tepat
c) Menggunakan alat ukur dengan ketepatan
tertentu
d) Menemukan ketidakpastian pengukuran
4. Mengajukan pertanyaan a) Mengajukan pertanyaan sebanyak
mungkin
b) Mengidentifikasi pertanyaan yang dapat
dijawab dengan penemuan ilmiah
c) Mengubah pertanyaan menjadi bentuk
yang dapat dijawab dengan percobaan
d) Merumuskan pertanyaan berlatar
belakang hipotesis
5. Merumuskan hipotesis a) Mencoba menjelaskan pengamatan dalam
terminilogi konsep dan prinsip
b) Menyadari fakta bahwa terdapat beberapa
kemungkinan untuk menjelaskan suatu
gejala.
c) Menggunakan penjelasan untuk membuat
prediksi dari sesuai yang dapat diamati
atau dibuktikan
6. Merencanakan a) Merumuskan masalah
penyelidikan b) Merumuskan variabel kontrol
c) Membandingkan variabel bebas dengan
variabel terikat
d) Merancang cara melakukan pengamatan
untuk memecahkan masalah
e) Memilih alat dan bahan yang sesuai
f) Menentukan langkah-langkah percobaan
g) Menentukan cara yang tepat untuk
mengumpulkan data
7. Menginterpretasi a) Menarik kesimpulan
b) Menggunakan kunci atau klasifikasi
c) Menyadari bahwa kesimpulan bersifat
tentatif
d) Menggeneralisasi
e) Membuat dan mencari pembenaran dari
kesimpulan sementara
f) Membuat prediksi berdasarkan pola atau
patokan tertentu
8. Mengomunikasikan a) Mengikuti penjelasan secara verbal
b) Menjelasakan kegiatan secara lisan
menggunakan diagram
c) Menggunakan tabel, grafik, model, dan
lain-lain, untuk menyajikan informasi
d) Memilih cara yang paling tepat untuk
menyajikan informasi
e) Menghargai adanya audiens, dan memilih
metode yang tepat
f) Mendengarkan laporan, menanggapi dan
memberikan saran
g) Memberi sumbangan saran pada
kelompok diskusi
h) Menggunakan sumber tidak langsung
untuk memperoleh informasi
i) Menggunakan teknologi informasi yang
tepat

Keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi dua, yaitu keterampilan


proses sains dasar dan keterampilan proses sains terintegrasi (Rezba dkk., 2007).
Untuk dapat bekerja sesuai dengan metode ilmiah maka mahasiswa harus
memiliki kompetensi dasar yang disebut sebagai keterampilan proses sains dasar.
Keterampilan proses sains dasar merupakan kemampuan mengobservasi
kemudian dikelompokkan untuk mendapatkan konsep baru dengan mencari
persamaan ataupun perbedaan dari karakteristik yang telah diamati. Keterampilan
proses sains dasar terdiri atas enam indikator, yaitu mengamati, komunikasi,
mengelompokkan, mengukur, dan menginferensi. Keterampilan proses sains dasar
harus dikuasai sebelum dapat menguasai keterampilan proses sains terintegrasi.
Keterampilan proses sains terintegrasi lebih kompleks dibandingkan
keterampilan proses sains dasar, tapi dibangun dengan berlandaskan keterampilan
proses dasar. Oleh karena itulah keterampilan sains dasar menjadi kompetensi
yang harus dimiliki sebelum dapat menguasai keterampilan sains terintegrasi.
Keterampilan proses sains terintegrasi dibangun di atas dasar-dasar yang
disediakan oleh keterampilan proses dasar. Keterampilan proses sains terpadu
terdiri dari identifikasi masalah, identifikasi dan mengendalikan variabel,
merumuskan hipotesis, menafsirkan data, mendefinisikan data.
2.3.2. Fisika sebagai produk
Aspek dari hakikat fisika yang ke dua adalah fisika sebagai produk (a
body of knowledge). Fisika sebagai produk dapat diartikan sebagai kumpulan
informasi/fakta yang dihasilkan dari proses-proses ilmiah yang dilandasi dengan
sikap-sikap ilmiah tersebut (Mundilarto, 2002). Fisika sebagai produk adalah
interaksi antara manusia dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan
penemuan yang berharga (Sutrisno, 2006). Fisika merupakan kumpulan
pengetahuan yang mempelajari fenomena yang terjadi di alam. Adapun ringkasan
untuk mendapatkan pengetahuan dapat dilihat pada gambar berikut.
Kejadian di ditangkap oleh Proses
sekitar kita indera penyelidikan

Hasil Produk (ilmu


Analisis
penyelidikan fisika)

Gambar 2. 3 Proses Terbentuknya Ilmu Fisika


Banyak fenomena yang terjadi di lingkungan di sekitar kita. Fenomena
atau kejadian tersebut ditangkap oleh indera manusia, kemudian beberapa
ilmuwan yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi melakukan proses
penyelidikan melalui pengumpulan informasi, melakukan perocbaan sehingga
menghasilkan bukti fisik (hasil penyelidikan) berupa data hasil percobaan. Data
hasil penyelidikan tersebut dianalisis sesame ahli sehingga menghasilkan produk.
Produk tersebut berupa fakta, konsep, prinsip, hukumm, teori, dan model
(Ainiyah, 2018).
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia, terjadi interaksi antara
manusia dengan alam lingkungannya. Interaksi ini memberikan pembelajaran
kepada manusia sehinga menemukan pengalaman yang menambah wawasan,
pengetahuan dan kemampuannya yang ditandai dengan adanya perubahan
perilaku. Dalam wacana ilmiah, hasil-hasil penemuan dari berbagai kegiatan
penyelidikan yang kreatif dari para ilmuwan diinventarisir, dikumpulkan dan
disusun secara sistematik menjadi sebuah kumpulan pengetahuan yang kemudian
disebut sebagai produk atau “body of knowledge”.
Menurut Collete dan Chiapetta (1994) proses inventarisasi, pengumpulan,
dan penyusunan data secara sistematik dari hasil-hasil penemuan yang kreatif
kemudian disebut dengan produk atau "a body of knowledge". Pengelompokkan
hasil-hasil penemuan itu menurut bidang kajian yang sejenis menghasilkan ilmu
pengetahuan yang kemudian disebut sebagai fisika, kimia dan biologi. Untuk
fisika, kumpulan pengetahuan itu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum,
rumus, teori dan model. Untuk penilaian pada hakikat fisika sebagai produk dapat
menggunakan penilaian kognitif (pengetahuan) berdasarkan kebutuhan materi
fisika.

Fakta

Model Konsep

Pengetahuan

Hukum
Teori dan
Prinsip

Rumus

Gambar 2. 4 Fisika sebagi Produk


2.3.2.1. Fakta
Kejadian pada alam dengan segala sesuatu yang teramati dan terlihat
menjadikan fisika untuk menarik mempelajarinya. Fakta meliputi apa saja yang
mampu kita lihat dan rasakan dengan panca indera. Menurut Bell (2008) fakta
merupakan hasil dari pengamatan yang valid baik pengamatan yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif. Menurut Anderson dan Krathwohl (2001)
pengetahuan faktual berkenaan dengan apa yang di amati, didengar dan dirasakan.
Fakta adalah keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya dari fenomena alam.
Dengan demikian kita juga dapat menyatakan bahwa fakta dalam ilmu
pengetahuan mendasari konsep, prinsip, dan teori di dalam sains. Contoh fakta
adalah manusia mengeluarkan keringat ketika melakukan usaha dengan
menggunakan energi yang dihasilkan dari makanan.

2.3.2.2. Konsep
Konsep adalah abstraksi dari berbagai kejadian, objek, fenomena dan
fakta. Konsep memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut tertentu. Olrich (2007:140)
mengemukakan bahwa konsep adalah pernyataan suatu gagasan, biasanya terdiri
satu atau dua kata, yang mengandung kesamaan karakteristik, sedangkan dalam
Collette dan Chiappetta (1994) konsep memiliki lima elemen atau unsur penting
yaitu nama, definisi, atribut, nilai (value), dan contoh. Yang dimaksud dengan
atribut itu misalnya adalah warna, ukuran, bentuk, bau, dan sebagainya. Sesuai
dengan perkembangan intelektual anak, keabstrakan dari setiap konsep adalah
berbeda bagi setiap anak. Contoh konsep adalah usaha memiliki satuan Joule dan
Gaya memiliki satuan Newton.
2.3.2.3. Prinsip dan hukum
Menurut Sutrino (2006) istilah prinsip dan hukum sering digunakan secara
bergantian karena dianggap sebagai sinonim. Prinsip dan hukum dibentuk oleh
fakta-fakta dan konsep-konsep. Ini sangat perlu dipahami bahwa, hukum dan
prinsip fisika tidaklah mengatur kejadian alam (fakta), melainkan kejadian alam
(fakta) yang dijelaskan keberadaannya oleh prinsip dan atau hukum. Contohnya
ialah Usaha terjadi jika sebuah benda berpindah tempat sejauh d karena pengaruh
gaya sebesar F yang searah dengan perpindahannya, maka usaha yang dilakukan
sama dengan hasil kali antara gaya dan perpindahannya dan Hukum Kekekalan
Energi lalah energi tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan yang terjadi
hanyalah perubahan suatu bentuk energi dari suatu bentuk ke bentuk lain.
2.3.2.4. Rumus
Menurut Sutrisno (2006) pembelajaran fisika sangat lekat dengan rumus.
Rumus adalah pernyataan matematis dari suatu fakta, konsep, prinsip, hukum, dan
teori. Dalam rumus kita dapat melihat saling keterkaitan antara konsep-konsep
dan variabel-variabel. Pada umumnya prinsip dan hukum dapat dinyatakan secara
matematis. Contohnya untuk perhitungan Usaha dapat menggunakan rumus:
W =Fxs
2.3.2.5. Teori
Teori disusun untuk menjelaskan sesuatu yang tersembunyi atau tidak
dapat langsung diamati. Menurut Martin dkk. (2005) teori digunakan untuk
menjelaskan,menghubungkan, dan memprediksi, maka suatu teori tetaplah teori
tidak mungkin menjadi hukum atau fakta serta teori bersifat tentatif sampai
terbukti tidak benar dan diperbaiki. Contoh sebuah teori dalam pembelajaran
fisika, misalnya teori atom, teori kinetik gas, teori relativitas. Keadaan tersebut
dikatakan teori karena menjelaskan sesuatu yang tidak dapat diamati langsung
hanya menggunakan sebuah pendekatan.
2.3.2.6. Model
Model menurut Sutrisno (2006) adalah sebuah presentasi yang dibuat
untuk sesuatu yang tidak dapat dilihat. Model sangat berguna untuk membantu
memahami suatu fenomena alam, juga berguna untuk membantu memahami suatu
teori, Sebagai contoh model, para peserta didik di akhir pembelajaran dapat
membuat model atom Bohr membantu untuk memahami teori atom.
BAB III
KESIMPULAN

Objek penilaian dalam pembelajaran adalah peserta didik, sedangkan ojek


evaluasinya adalah program pembelajaran seperti strategi pembelajaran, model
pembelajaran dan kurikulum.
Revisi taksonomi Bloom fokus pada perubahan terminologi, dimana revisi
taksonomi Bloom menekankan pada sub kategori yang mengakibatkan penilaian
menjadi lebih spesifik, mudah dalam menyusun penilaian pada kurikulum, serta
mudah dalam menyusun instruksi pengajaran. Selain itu revisi taksonomi Bloom
terdapat perubahan knowledge/ pengetahuan sebagai kategori menjadi sebuah
ukuran yang harus dicapai. Revisi Taksonomi Bloom juga mengubah kata kunci
operasional dari kata benda menjadi kata kerja dari level terndah sampai dengan
level tertinggi.
Ilmu fisika pada hakikatnya terbagi menjadi tiga yakni a way of thinking
(sikap), a way of investigating (proses), dan a body of knowledge (produk). Objek
penilaian fisika berdasarkan hakikatnya sebagai proses dapat dilakukan dengan
menggunakan indikator keterampilan proses sains (KPS). Jenis keterampilan
proses sains yang dimaksud adalah kemampuan mengamati, mengklasifikasi,
mengukur, mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, merancang
penyelidikan, menginterpretasi, dan mengomunikasikan. Adapun penilaian pada
hakikat fisika sebagai produk dapat dilakukan dengan menggunakan penilaian
kognitif berdasarkan kebutuhan materi fisika. Hakikat fisika sebagai produk
terdiri atas fakta, konsep, prinsip dan hukum, rumus, teori, dan model.
Selanjutnya penilaian pada hakikat fisika sebagai sikap dapat dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi yang memuat sikap-sikap ilmiah yang akan
muncul dalam kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Ainiyah, K. (2018). Bedah Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Deepublish


Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, Vol. 21. No. 2. (2021), 151-172.
Istiyono, Edi. (2020). Pengembangan Instrumen Penilaian dan Analisis Hasil
Belajar Fisika Dengan Teori Tes Klasik dan Modern. Yogyakarta: UNY
Press

Anda mungkin juga menyukai