Anda di halaman 1dari 13

Marni Anggi Sigalingging 4202421014

Putri Aisyah 4202121011


Putri Ardhanty 4203121060

Mata Kuliah : Kajian Model-Model Pembelajaran


Fisika
Dosen Pengampu : Yeni Megalina, S.Pd., M.Si
Kelas : PSPF 20 C
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan RI ini dengan baik. Sholawat dan salam tak
lupa senantiasa kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan
syafa’atnya di yaumul qiyamah nanti, Aamiin.
Laporan RI ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Kajian Model-Model Pembelajaran
Fisika.Dengan penyusunan RI ini diharapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua khususnya dalam hal Pengembangan model pembelajaran Pjbl materi Suhu Dan Kalor.
Tak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Yeni Megalina,S.Pd.,M.Si yang telah
membimbing dan mendukung dalam penyelesaian tugas saya ini. Dan saya juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman saya yang memberikan dukungan
dan semangat kepada saya untuk dapat menyelesaikan tugas ini.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam RI ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu saya sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca yang
sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas saya ini. Saya berharap semoga tugas
resume ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi saya khususnya. Dan apabila dalam RI
ini terdapat kesalahan kata ataupun istilah dalam penulisan ,saya mengucapkan mohon maaf
dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Medan,22 Oktober 2022

KELOMPOK 4

DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
2
RI_KELOMPOK 4
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Tujuan RI..........................................................................................................................6
C. Manfaat RI........................................................................................................................6
BAB II.......................................................................................................................................7
IDENTIFIKASI MASALAH....................................................................................................7
A. Permasalahan Umun.........................................................................................................7
B. Permasalahan Sesuai Topik Yang Dibahas...................................................................8
BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN................................................................................9
BAB IV...................................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................................11
A. Kesimpulan.....................................................................................................................11
B. Saran...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
3
RI_KELOMPOK 4
pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Berdasarkan Undang–Undang tersebut, pendidik mempunyai
tanggung jawab yang besar dalam menjawab tantangan untuk mewujudkan dan
mengintegrasikan sebuah pembelajaran yang dapat membentuk karakter, watak,
peradaban bangsa, serta mengembangkan potensi peserta didik melalui proses
pembelajaran di kelas.
Dalam kenyataan terlihat bahwa prestasi belajar sains yang dicapai siswa masih rendah.
Dalam pelaksanaannya, proses pembelajaran tidak luput dari permasalahanpermasalahan
yang ditemui ketika melaksanakan proses tersebut. Permasalahanpermasalahan tersebut
ditemui khususnya ketika si pebelajar mengalami kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar
merupakan salah satu gejala dalam proses belajar yang ditandai dengan berbagai tingkah laku
yang berlatar belakang dalam diri maupun di luar diri si pebelajar (dalam hal ini siswa)
(Zakir, 2007).
Berpikir kritis merupakan tujuan utama dalam pendidikan sains. Kemampuan berpikir kritis
dari sains penting diajarkan di sekolah (Ennis, 2011). Kemampuan berpikir kritis sangat
penting ditanamkan dalam sains untuk diajarkan di sekolah maupun universitas (Tiruneh, De
Cock, & Elen, 2018). Kemampuan berpikir kritis dapat membantu keberhasilan
pembelajaran, dalam berpikir kritis selain melibatkan proses juga melibatkan kemampuan
berpikir seperti memprediksi, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, menalar, dan
sebagainya (Tiruneh et al., 2018). Materi suhu dan kalor merupakan materi yang kaya dengan
konsep.
Konsep-konsep tersebut saling berkaitan, namun pemahaman siswa terkait dengan konsep
tersebut masih tumpang tindih (Leinonen, Moisseev, & Nousiainen, 2013). Misalnya, kalor
dimengerti sebagai sesuatu yang bisa mengalir dari suatu benda dan meyakini bahwa kalor
dan suhu adalah sinonim (Driver, Squirer, Rushworth, & Wood-Robinson, 1994). Siswa
belum bisa menjelaskan bahwa, kalor sebagai energi yang berpindah dari satu benda ke benda
yang lain merupakan hasil dari perbedaan suhu, dan menghubungkan dua konsep antara
energi dan suhu. Pada materi suhu dan kalor siswa menyelidiki perubahan suhu saat
bervariasi dari air panas dan dingin kemudian dicampur dan bagaimana perubahannya
(Henderson, Mestre, & Slakey, 2015).

4
RI_KELOMPOK 4
Suhu dan kalor terlihat bahwa tingkat pemahaman konsep siswa SMA mengenai konsep
sangat rendah. Hal ini siswa memiliki kesalahpahaman tentang konsep (Gurcay & Gulbas,
2018) mengamati bahwa tingkat pemahaman siswa pada konsepkonsep ini berada di bawah
rata-rata. Rendahnya pemahaman konseptual siswa dapat muncul kesalah pahaman.
Pembelajaran ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesalah pahaman siswa yang muncul
tentang panas dan suhu. Miskonsepsi siswa terjadi karena tidak ada hubungan antara
kehidupan sehari-hari dengan pengalaman sekolah. Banyak siswa bingung tentang konsep
panas dan suhu adalah hal yang sama. Siswa menghafalkan konsep ini dan tidak mampu
membuat hubungan antara fenomena pengetahuan dan fisika dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan efektivitas siswa yaitu project based
learning.
Salah satu kompetensi dasar siswa pada konsep konveksi suhu, dan panas adalah untuk
menganalisis dampak dari panas dan perpindahan panas dalam kegiatan sehari-hari. (Amalia,
Sari, & Sinaga, 2017) dengan pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan
pengalaman siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar pada siswa
(Afriana, Permanasari, & Fitriani, 2016). Penerapan pembelajaran sains pada kurikulum 2013
telah memberikan acuan dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan
pendekatan saintifik. Model pembelajaran yang dimaksud ialah Project Based Learning
(PjBL). Pemilihan model pembelajaran diserahkan kepada guru dengan menyesuaikan
karakteristik materi yang diajarkan.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Pengalaman belajar siswa
maupun perolehan konsep dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses
pembelajaran berbasis proyek (Capraro, Capraro, & Morgan, 2013). Pembelajaran yang
sesuai untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dengan menerapkan lingkungan yang
membuat siswa berperan aktif adalah pembelajaran Project Based Learning. Penelitian ini
dapat meningkatkan konsep-konsep fisika, mengidentifikasi berpikir kritis sebagai indikator
pencapaian PjBL masa depan dan dapat membuka pengetahuan untuk diskusi tentang
pembelajaran. Pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa..

5
RI_KELOMPOK 4
B. Tujuan RI
Dari latar belakang diatas dapat diketahui bahwa tujuan penulisan rekayasa ide ini adalah
untuk membantu menemukan ide dalam mengembangkan model pembelajaran pjbl demi
meningkatkan keterampilan dan kemampuan berpikir kritis dari siswa

C. Manfaat RI
Adapun manfaat Rekayasa ide ini ialah supaya penulis dapat menyumbangkan pemikirannya
terhadap permasalahan yang diangkat dan juga menambah pengetahuan tentang hal tersebut
tidak hanya itu dengan dibuatnya rekayasa ide ini semoga tujuannya dapat terlaksana.Selain
itu untuk lebih memahami dan menambah wawasan serta sebagai bahan bacaan terkait
pengembangan model pembelajaran

BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
A. Permasalahan Umun
Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) merupakan pembelajaran inovatif
yang berpusat pada siswa (student centered) dan menempatkan guru sebagai motivator dan
fasilitator, di mana siswa diberi peluang bekerja secara otonom mengkonstruksi belajarnya

6
RI_KELOMPOK 4
(Suranti et al., 2017). Model pembelajaran berbasis proyek mampu memberikan nilai
pemahaman konsep yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional
(Sastrika et al., 2013).
Model pembelajaran Project Based Learning yang dikembangkan oleh (The George
Lucas Educational Foundation, 2005) terdapat enam tahapan yaitu sebagai berikut,
1. Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start eith the big question),
2. Merencanakan proyek (design a plan for the project),
3. Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule),
4. Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project),
5. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome),
6. Evaluasi (evaluate the experience).
Tuntutan peran guru dan langkah pembelajaran berbasis proyek yang cukup banyak serta
harus guru kuasai, sangat wajar jika guru mengalami kesulitan dalam
mengimplementasikannya, tahap kesulitanya sampai ditahap tidak terlaksananya model
tersebut seperti kasus yang terjadi di beberapa sekolah.
Adapun permasalahan umum yang ditemukan pada Penerapan dan Pengembangan Model
Project Based Learning yaitu :
1. Kesulitan guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran Fisika berbasis
proyek antara lain, alokasi waktu yang dibutuhkan melampaui jam pelajaran,
ketersediaan alat dan bahan terbatas, guru masih asing dengan sintaks model
pembelajaran berbasis proyek, dan guru kurang dapat menentukan proyek yang sesuai
dengan model pembelajaran berbasis proyek;
2. Faktor-faktor penghambat guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran
Fisika berbasis proyek antara lain, membutuhkan biaya cukup banyak, guru tidak
pernah mendapatkan pelatihan terkait model pembelajaran berbasis proyek secara
mendalam, tidak tersedia LKPD berbasis proyek, guru fisika merangkap jabatan
sebagai wali kelas/wakil kepala sekolah, administrasi guru cukup banyak, peserta
didik tidak mandiri, dan penilaian menghabiskan banyak waktu;
3. Kurangnya upayah guru dalam mengimplementasikan kesulitan – kesulitan yang
timbul dalam Model pembelajaran Project Based Learning ini.

7
RI_KELOMPOK 4
B.Permasalahan Sesuai Topik Yang Dibahas
Secara umum, hal utama yang menjadi permasalahan pada Model Project Based
Learning ini, yaitu kesulitan guru dalam mengimplementasikan model tersebut dengan
pembelajaran fisika. Karena pada pembelajaran ini alokasi waktu yang memadai sangat
dibutukan. Karena pada model ini dibutuhkan waktu yang cukup banyak.
Dari analisis yang dilakukan pada 3 jurnal yang berkaitan dengan materi suhu dan kalor ,
maka terdapat beberapa kendala yang dialami beberapa sekolah pada 3 jurnal tersebut yaitu
1. kurangnya alokasi waktu yang mumpuni dalam penerapan model pembelajaran
berbasis projek berkaitan dengan materi suhu dan kalor,
2. kurangnya ketersediaan alat dan bahan praktikum yang mendukung pembelajaran ini
pun turut menjadi suatu hambatan yang perlu diperhatikan. Terkhusus dalam materi
suhu dan kalor yang memerlukan beberapa alat khusus seperti termometer .
3. Terkadang siswa masi mengalami pemahaman konsep terhadap materi (Miskonsepsi).
4. Kurangnya rasa percaya diri siswa dalam mengemukakan pendapat atau gagasan
konseptual berkaitan dengan materi suhu dan kalor yang dimilikinya.

BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN

Dalam analisis jurnal yang sudah dilakukan terdapat beberapa factor penghambat kurangnya
pemahaman siswa tentang materi fisika khususnya smateri suhu dan kalor. Solusi yang

8
RI_KELOMPOK 4
ditawarkan untuk memahami materi suhu dan kalor dengan menggunakan model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Pemahaman merupakan hasil dari proses
pembelajaran yang mempunyai indikator dan setiap individu dapat mengartikan suatu bagian
informasi dengan kata-kata sendiri (Alatas, 2014).
Indikator pemahaman konsep terdiri dari tujuh aspek, yaitu menafsirkan, mencontohkan,
mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan
(Anderson, W.L., & Krathwohl, 2010) . Anderson dan Krathwohl (2010) juga
mengungkapkan bahwa siswa memahami konsep ketika mereka menghubungkan
pengetahuan baru dan pengalaman lama serta mampu mengkonstruksi makna dari
pembelajaran baik dalam bentuk tulisan, lisan maupun gambar, yang disampaikan melalui
pembelajaran langsung maupun media. Masalah rendahnya pemahaman konsep siswa perlu
dicari solusinya agar pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang maksimal dan
mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa. Maka perlu suatu model pembelajaran yang
mampu memberikan kesempatan kepada siswa berdasarkan pengalaman nyata yang dimiliki
oleh siswa, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih efektif.
Model pembelajaran project based learning merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang dapat digunakan oleh guru dalam mengajar. Project based learning
mempunyai pengaruh yang berarti terhadap hasil belajar fisika pada ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor menurut penelitian Yance, et al (2013). Model pembelajaran berbasis proyek
mampu memberikan nilai pemahaman konsep yang lebih baik dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional (Sastrika et al., 2013).
Pada tahapan monitoring merupakan tahapan model pembelajaran Project Based Learning
(PjBL), pada tahapan ini guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam menyelesaikan proyek,
dalam tahapan ini siswa melakukan tahapan-tahapan proyek yang disediakan oleh guru
melalui LKS berbasis Project Based Learning (PjBL) serta menyelesaikan beberapa
permasalahan di LKS yang diisi oleh siswa pada setiap kelompok. Hal ini sejalan dengan
pendapat Sani (2013) salah satu keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan model
pembelajaran Project Based Learning adalah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah dan memberikan kesempatan belajar bagi siswa untuk berkembang
sesuai kondisi dunia nyata.

9
RI_KELOMPOK 4
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pelaksanaannya, proses pembelajaran tidak luput dari permasalahanpermasalahan
yang ditemui ketika melaksanakan proses tersebut. Permasalahanpermasalahan tersebut
ditemui khususnya ketika si pebelajar mengalami kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar

10
RI_KELOMPOK 4
merupakan salah satu gejala dalam proses belajar yang ditandai dengan berbagai tingkah laku
yang berlatar belakang dalam diri maupun di luar diri si pebelajar (dalam hal ini siswa)
(Zakir, 2007).
Secara umum, hal utama yang menjadi permasalahan pada Model Project Based
Learning ini, yaitu kesulitan guru dalam mengimplementasikan model tersebut dengan
pembelajaran fisika. Karena pada pembelajaran ini alokasi waktu yang memadai sangat
dibutukan. Karena pada model ini dibutuhkan waktu yang cukup banyak.
Berpikir kritis merupakan tujuan utama dalam pendidikan sains. Kemampuan berpikir kritis
dari sains penting diajarkan di sekolah (Ennis, 2011). Kemampuan berpikir kritis sangat
penting ditanamkan dalam sains untuk diajarkan di sekolah maupun universitas (Tiruneh, De
Cock, & Elen, 2018). Kemampuan berpikir kritis dapat membantu keberhasilan
pembelajaran, dalam berpikir kritis selain melibatkan proses juga melibatkan kemampuan
berpikir seperti memprediksi, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, menalar, dan
sebagainya (Tiruneh et al., 2018). Materi suhu dan kalor merupakan materi yang kaya dengan
konsep.
Perbedaan pemahaman konsep siswa disebabkan kemampuan karakteristik seseorang yang
berbeda, cara berperilaku atau berpikir dalam situasi dan berlangsung terus dalam periode
waktu yang lama yang mengakibatkan kemampuan konsep siswa yang satu berbeda dengan
lainnya (Uno, 2019).
Didukung oleh Sucipta et al., (2014) bahwa pemahaman konsep setiap siswa berbeda
dikarenakan kemampuan individu siswa yaitu kemampuan intelektual siswa, kemampuan
fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar setiap siswa yang
mengakibatkan kemampuan konsep siswa yang satu berbeda dengan lainnya. Upaya yang
dilakukan seorang guru dalam meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi duhu dan
kalor dengan cara menerapkan Model pembelajaran Project Based Learning yang
dikembangkan oleh (The George Lucas Educational Foundation, 2005) terdapat enam
tahapan yaitu sebagai berikut, 1)Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang
(start eith the big question), 2)Merencanakan proyek (design a plan for the project),
3)Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule), 4)Mengawasi jalannya proyek (monitor the
students and the progress of the project), 5) Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess
the outcome), 6) Evaluasi (evaluate the experience).

11
RI_KELOMPOK 4
B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh penyusun dalam laporan Rekayasa Ide ini yaitu:
1) Diharapkan laporan rekyasa ide dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menyelesaikan
tugas pengembangan model pembelajaran pada materi suhu dan kalor di kelas XI 2) Sebagai
seorang pendidik perlu adanya persiapan yang baik dalam pembelajaran menggunakan model
pembelajaran fisika sesuai dengan materi yang telah dipersiapkan

DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, I. Dkk. (2018). Pengembangan modul suhu dan kalor berbasis projek based
learning untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan
berpikir kritis siswa SMA. Jurnal pendidikan (teori dan praktik). Vol.3. no.
2. Hal 38-44.
ASMI, S. Dkk. (2017). Penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada materi suhu
dan kalor untuk meningkatkan keterampilan proses. Jurnal pendidikan

12
RI_KELOMPOK 4
sainsIndonesia. Vol 5. No 1. Hal 20-26
Sonia, dkk. (2021). Penerapan model pembelajaran project based learning (PJBL) terhadap
pemahaman konsep siswa pada materi suhu dan kalor. Journal of
educational review and research. Vol 4. No 1. Hal 14-19

13
RI_KELOMPOK 4

Anda mungkin juga menyukai