Anda di halaman 1dari 35

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika pada Pokok Bahasan


Momentum dan Impuls dengan Metode Visual dan Eksperimental
Learning Siswa Kelas X SMAN 1 PURWANEGARA,
Tahun Pelajaran 2020/2021

Oleh : Nur Hidayat, S.Si

II
DAFTAR ISI
halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................ II


DAFTAR ISI ..................................................................................................... III
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................IV
LEMBAR PERNYATAAN.....................................................................................V

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 2


A. Latar Belakang ......................................................................... 2
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................... ...6
A. Pengertian Belajar..................................................................... 6
B. Model Pembelajaran Visual dan Eksperimen. ........................... 7
C. Kerangka Pemecah Masalah ................................................... 11

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ................................................. 13


A. Subjek Penelitian .................................................................... 13
B. Diskripsi Persiklus .................................................................. 14
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................19

A. Pelaksanaan Persiklus .............................................................. 19


B. Pembahasan Hasil setiap Siklus ............................................... 21
BAB IV PENUTUP..................................................................................... 23
A. Kesimpulan.............................................................................. 24
B. Saran-saran .............................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 25

LAMPIRAN - LAMPIRAN :
 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Siklus Pertama)
 RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN (Siklus Kedua)
 LEMBAR REFLEKSI SIKLUS 1
 LEMBAR REFLEKSI SIKLUS 2

III
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses belajar mengajar yang berorientasi pada keberhasilan tujuan senantiasa


memberikan rangsangan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses
pembelajaran, karena siswa merupakan subyek utama dalam proses pembelajaran.
Dalam menciptakan kondisi belajar mengajar tersebut sedikitnya ditentukan oleh lima
variable, yaitu : melibatkan siswa secara aktif, menarik minat perhatian siswa,
membangkitkan motivasi siswa, prinsip individualitas serta peragaan dalam mengajar
( User Usman, 1996).
Guru dalam proses pembelajaran mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing dan memberikan fasilitas belajar, namun dalam proses pembelajaran
diperlukan juga peran dari siswa. Proses belajar mengajar adalah inti dari suatu proses
pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses
belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah subyek dari kegiatan
pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran adalah kegiatan belajar mengajar, guru
dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan sebagai mediumnya.
Dalam kegiatan belajar mengajar akan berjalan efektif dan efisien jika terdapat peran
serta aktif dari peserta didik. Dari peran serta aktif peserta didik tersebut seorang
guru dapat mengetahui keberhasilannya dalam melaukan pengajaran.

Dalam kegiatan Proses Belajar Mengajar seorang guru diharapkan agar dapat
memiliki dan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai atau bisa dikatakan tepat
.Kondisi siswa sangat berbeda tingkat kemampuannya hal ini menuntut guru untuk
menguasai metode-metode pembelajaran yang sesuai agar diperoleh hasil belajar yang
optimal. Model pembelajaran Visual dan eksperimental learning salah satu metode
yang dapat diterapkan pada sebuah proses pembelajaran dengan tujuan supaya siswa
dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru dengan baik dan dapat dipelajari
dengan cara mengubahnya kedalam makna yang lebih gampang dimengerti oleh
siswa.
Pembelajaran Fisika di SMAN 1 Purwanegara, khususnya kelas X IPA tahun
ajaran 2020 – 2021 saat ini sudah menerapkan pembelajaran kurikulum 2013 yang
menuntut peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran. Namun, meskipun
sudah menggunakan kurikulum 2013 peserta didik dikelas X IPA masih kurang aktif,

1
dimana guru masih menemukan peserta didik yang cenderung bosan mengikuti
pembelajaran dan hanya beberapa siswa yang aktif bertanya dan menjawab
pertanyaan saat proses diskusi atau pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dijumpai
dengan gejala awal seperti berikut. Dari tes yang diberikan sebelumnya hanya 10 dari
36 siswa yang berhasil mencapai KKM atau sekitar 75% tidak mampu mendapatkan
nilai 65 sebagai batas nilai ketuntasan. Karakteristik materi pada mata pelajaran
Fisika yang sangat cenderung banyak menghitung dan memahami konsep membuat
siswa merasa kesulitan dan berputus asa untuk berusaha memahami pelajaran ini.
Rendahnya minat belajar siswa terhadap pembelajaran mempengaruhi hasil belajar
siswa. Hal ini dapat terlihat dari hasil capaian rata-rata test yang dilakukan pada
akhir pembelajaran tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 65.
Untuk itu kita sebagai tenaga pendidik perlu melakukan perubahan dan usaha
untuk meningkatkan hasil belajar dengan memperhatikan proses dan tidak hanya
mementingkan hasil. Salah satunya dengan memvariasikan metode belajar. Metode
pembelajaran adalah jalan yang dicapai oleh guru untuk menyajikan materi pelajaran
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai, dengan kata lain metode pembelajaran
adalah taktik. Dimana guru berperan sebagai media dimana peran itu bertujuan untuk
menempuh tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.
Metode pembelajaran tidak hanya dengan metode ceramah dan penugasan,
dapat pula dilakukan dengan metode-metode yang lain salah satunya dengan Metode
Visual dan Eksperimental Learning. Dengan metode ini siswa diharapkan dapat
meningkatkan aktifitas belajarnya secara individual, menjalin kerjasama antar
kelompok, lebih memperdalam pemahaman materi karena baik secara pribadi
maupun dengan kelompok.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka rumusan


permasalahan yang diajukan dalam laporan ini adalah :

1. Apakah melalui metode Visual dan Eksperimental Learning ini dapat


meningkatkan hasil belajar siawa pada materi Momentum dan Impuls siswa Kelas
X IPA SMAN 1 Purwanegara?
2. Apakah melalui metode Visual dan Eksperimental Learning merupakan
pembelajaran yang efektif untuk mengajarkan materi Momentum dan Impuls bagi
siswa Kelas X IPA SMAN 1 Purwanegara?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Masalah

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian perbaikan pembelajarani


adalah :
1. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan semangat,
keaktifan dan pemahaman mengenai materi Momentum dan Impuls bagi siswa
kelas X IPA SMAN 1 Purwanegara.
2. Meningkatkan hasil belajar khususnya materi Momentum dan Impuls bagi siswa
kelas X IPA di SMAN 1 Purwanegara dengan menggunakan Metode Visual dan
Eksperimental Learning.
3. Mencari solusi pengajaran yang lebih efektif untuk mengajarkan materi
Momentum dan Impuls pada siswa kelas X IPA di SMAN 1 Purwanegara.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Masalah


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Siswa :
a. Meningkatkan motivasi belajar siswa .
b. Memupuk rasa kebersamaan siswa.
c. Meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Melatih siswa untuk mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat
oranglain dan
e. Menumbuhkan sikap jujur dan obyektif.

3
2. Bagi Guru :
a. Memperbaiki strategi pembelajaran.
b. Meningkatkan keterampilan guru memilih metode pembelajaran yang efektif.
c. Melatih guru untuk selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran supayya
tidak hanya menggunakan metode pembelajaran yang menoton.
3. Bagi Sekolah :
a. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh guru lain ingin melakukan
perbaikan pada strategi pembelajaran.
b. Mutu sekolah menjadi membaik dalam peningkatan standar ketuntasan nilai
hasil belajar pada mata pelajaran.
c. Sekolah dapat menentukan pemecahan masalah belajar bagi para siswanya.

4
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Setiap manusia akan mengalami suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan,


yang disebut belajar. Sesuai pendapat Suprijono (2010:3) belajar merupakan proses
mendapatkan pengetahuan, dimana guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha
memberikan ilmu pengetahuan sebanyak- banyaknya kepada peserta didik. Sejalan
Sardiman (2011:20) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru. Belajar
akan lebih baik jika si subjek belajar mengalami atau melakukannya. Menurut Hamalik
(2011:36) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman,
suatu proses, kegiatan, dan perubahan kelakuan. Sesuai pendapat Baharuddin (2008:11)
belajar merupakan proses untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan, dan
sikap. Sedangkan Daryanto (2010:2) belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan melalui
pengalaman sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Rifa’i (2009:82) mengemukakan belajar merupakan proses penting perubahan
perilaku setiap orang yang mencakup perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,
tujuan, kepribadian, bahkan persepsi seseorang. Kemudian Hamalik (2011:48-50)
mengungkapkan ciri-ciri belajar: Belajar bukan terjadi secara wajar, memerlukan proses
latihan, belajar dapat berupa perubahan fisik dan mental, hasil belajar sifatnya relatif
permanen. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan belajar adalah proses
mendapatkan pengetahuan, memperoleh perubahan tingkah laku, penampilan, yang
bertujuan untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Kegiatan
belajar seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, berinteraksi dengan alam
sekitar.
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata ”instruction” yang dalam bahasa
yunani disebut instructus yang berarti menyampaikan pikiran. Menurut Gagne dan
Briggs, pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung ter-jadinya proses belajar pada
siswa yang bersifat internal (Warsito 2008:266). Sedangkan menurut aliran behavioristik
pembelajaran merupakan usaha guru untuk membentuk tingkah laku yang diiginkan
dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran kognitif mendefinisikan
5
pembelajaran sebagai cara guru mem-berikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir
agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Adapun humanistik
mendiskripsikan pembelajar-an sebagai upaya memberikan kepada siswa untuk memilih
bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya
(Hamdani 2011:23).
Menurut Suprijono (2011: 13) Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti
proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensiil istilah ini dengan pengajaran
pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, siswa belajar, sementara pada
pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan
terjadi pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah menyediakan
fasilitas belajar bagi siswanya untuk mempelajarinya. Jadi, subjek pembelajaran adalah
siswa. Pembelajaran berpusat pada siswa. Pembelajaran adalah dialog interaktif.
Pembelajaran merupakan proses organic dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya
pengajaran.
Menurut Mudhofir (1987) pada garis besarnya ada empat pola pembelajaran.
Pertama, pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu atau bahan
pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran ini sangat tergantung pada
kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan
tersebut secara lisan kepada siswa. Kedua, pola (guru dan alat bantu) dengan siswa. Pada
pola pembelajaran ini guru sudah dibantu oleh ber-bagai bahan pembelajaran yang
disebut alat peraga pembelajaran dalam men-jelaskan dan meragakan suatu pesan yang
bersifat abstrak. Ketiga pola (guru) dan (media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini
sudah mempertimbangkan keterbatasan guru, yang tidak mungkin menjadi satu-satunya
sumber belajar. Guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran sebagai sumber
belajar yang dapat menggantikan guru dalam pembelajaran. Jadi pola ini pola
pembelajaran bergantian antara guru dan media dalam berinteraksi dengan siswa.
Konsekuensi pola pembelajaran ini adalah harus disiapkan bahan pembelajaran yang
dapat diguna-kan dalam pembelajaran. Dan keempat, pola media dengan siswa atau pola
pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan
(Sidiq 2008:9).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai pengertian pembelajaran, maka
penulis menarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu peristiwa atau kegiatan
dimana didalamnya terjadi saling interaksi dan komunikasi antara guru dengan siswa
sehingga menimbulkan dialog interaktif diantara keduanya, dalam kegiatan ini seorang

6
guru berupaya untuk menyampaikan suatu materi kepada siswanya dengan menggunakan
media atau pun fasilitas yang ada dan mengorganisirnya secara sedemikian rupa dalam
suatu lingkungan tertentu sehingga tercapailah tujuan dari pembelajaran itu sendiri.

B. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin yaitu medius secara harfiah memiliki arti yaitu
perantara, tengah atau pengantar. Media memiliki arti sebagai perantara atau pengantar
sumber pesan dengan menerima pesan (Indriana, 2011: 13). Media merupakan alat bantu
pembelajaran dan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran. Penggunaan alat bantu
dapat memacu alat indra yang dimiliki siswa sehingga dapat mendorong semangat belajar
siswa. Guru memiliki peran dalamproses pembelajaran yaitu sebagai fasilitator, mediator,
dan pembimbing (Hamdani, 2011: 243).
Sukiman (2012: 29) mengemukakan bahwa media pembelajaran merupakan segala
sesuatu yang digunakan untuk menghantarkan atau menyampaikan pesan dari guru kepada
siswa sehingga menstimulus pikiran, perhatian, perasaan, minat serta kemauan siswa
sehingga proses belajar terjadi dan dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.
Seperti yang dikemukakan oleh Sadiman (2003: 6) bahwa media pembelajaran merupakan
segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan dari guru kepada
siswa sehingga dapat merangsang pikiran dan perhatian siswa sehingga proses belajar
dapat terjadi. Media pembelajaran adalah suatu bentuk komunikasi baik berupa cetak
maupun audiovisual serta peralatan yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses
belajar mengajar (Sadiman, dkk. 2009: 7).
Media pembelajaran dalam arti sempit yaitu meliputi media yang dapat digunakan
secara efektif dalam proses belajar mengajar yang telah terencana, sedangkan media
pembelajaran dalam arti luas tidak sekedar media sebagai alat komunikasi elektronik yang
komplek saja akan tetapi mencakup berbagai alat sederhana, seperti: diagram, bagan, slide,
fotografi, objek-objek nyata serta kunjungan ke luar sekolah. Sesuai dengan pandangan ini,
guru juga dianggap sebagai media penyampai atau penyaji informasi selain televisi dan
radio sebab sama-sama memerlukan banyak waktu untuk menyampaikan informasi kepada
para siswa. Akan tetapi, guru memiliki peran lainnya yaitu menyusun rencana
pembelajaran dan melaksanakan penilaian, sedangkan alat-alat tidak melakukan fungsi-
fungsi tersebut (Harjanto, 2005: 246).

7
C. Pengertian Model Pembelajaran Visual dan Eksperimen

Media pembelajaran visual merupakan media yang dimanfaatkan dengan cara dilihat
saja, tidak mengandung unsur suara dalam penggunaannya. Media berbasis visual
merupakan jenis media yang memiliki unsur utama berupa bentuk nyata, tekstur, dan
warna dalam penyajiannya. Penyajian media visual yang menarik dapat mempermudah
pemahaman siswa mengenai materi pembelajaran. Media visual dapat dimanfaatkan
dengan baik oleh siswa dengan menggunakan indera penglihatan. Media visual dapat
ditunjukkan dalam dua bentuk. Bentuk pertama yaitu media visual yang menampilkan
gambar diam seperti gambar, lukisan, patung, slide, dan berbagai benda yang dibuat
dengan cara mencetak. Bentuk kedua yaitu menampilkan gambar atau simbol yang
bergerak atau seperti alat peraga tengkorak manusia, alat peraga arus listrik, dll
(Dananjaya, 2013: 75).
Menurut Djamarah (2002: 144) media berbasis visual adalah media yang hanya
menggunakan fungsi dari indra penglihatan. Media berbasis visual memiliki peran yang
sangat penting dalam proses pembelajaran. Media visual dapat meningkatkan pemahaman
dan memperkuat ingatan siswa terhadap materi pembelajaran. Media visual dapat memberi
gambaran yang antara isi materi pelajaran dengan pengetahuan di dunia nyata serta dapat
menumbuhkan minat belajar siswa. Menurut Asriyati (2016: 13) media pembelajaran
berbasis visual merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan dan
menyampaikan pesan melalui pengalaman melihat sehingga tercipta lingkungan belajar
yang kondusif yang dapat mendorong siswa agar dapat melakukan proses belajar secara
efektif dan efisien.
Beberapa pendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa media
pembelajaran visual adalah suatu alat atau bahan yang digunakan dalam pembelajaran
dengan memanfaatkan alat indera manusia. Media pembelajaran visual dapat memperkuat
ingatan dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran karena media visual hadir
secara langsung dalam proses pembelajaran yang menghubungkan materi pembelajaran
dengan dunia nyata.
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pembelajaran di mana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
8
mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut
untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau
dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu. Metode eksperimen
merupakan metode yang umum digunakan pada ilmu eksak seperti biologi, fisika atau
ilmu-ilmu alam lainnya. Namun, yang perlu diingat, dalam metode penelitian ilmu sosial
dikenal juga metode eksperimen untuk menjelaskan sebuah fenomena.
Metode eksperimen dilakukan dengan memberikan treatment (perlakuan) yang
berbeda pada setiap grup sampel. Dengan adanya treatment yang berbeda, maka reaksi
yang terjadi akan berbeda. Berdasarkan analogi dari jawaban yang sudah ada, thomas alfa
edison melakukan treatment yang berbeda-beda pada kondisi sampel yang ada. Apabila
ada satu kondisi, kemudian ditambahkan ini, maka reaksinya ini. Itulah kenapa terkadang
metode eksperimen justru menemukan sesuatu yang bukan tujuan eksperimen yang
ditetapkan. Karena eksperimen memberikan reaksi yang beragam sehingga dapat
menjawab pertanyaan yang bukan pertanyaan eksperimennya.
Inti dari semua penjelasan di atas: metode eksperimen digunakan untuk menjawab
sebuah hubungan kausal (sebab akibat) dengan memberikan treatment pada sebuah
kondisi.

9
D. Kerangka Pemecah Masalah

Bagan Kerangka Berfikir

Kondisi Guru

Di lapangan guru saat ini menitik beratkan pembelajran


hanya pada ceramah dan menulis, serta metode pembelajran
yang digunakan kurang menarik. Selama proses pembelajaran
guru lebih banyak encatat dan menitik beratkan pembelajran
pada hapalan. Guru tidak menggunakan metode pembelajaran
KONDISI dan kurang memanfaatkan media pembelajran yang ada.

AWAL
Kondisi Peserta Didik

Peserta kurang aktif dalam proses pembelajran dan cendrung


tidak begitu tertarik pada pembelajran, serta terlihat peserta
didik sering keluar kelas tanpa sepengetahuan guru,
rendahnya minat hasil belajar pada peserta didik . percaya diri
peserta didik selama proses pembelajran kurang terlihat.

Siklus I

Pemberian rangsangan ( stimulation ) kepada peserta


didik, mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data,
mengelola data, melakukan pembuktian terhadap data
yang diperoleh, menarik kesimpulan.
KONDISI

TINDAKAN Siklus II

Pemberian rangsangan ( stimulation ) kepada peserta


didik, mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data,
mengelola data, melakukan pembuktian terhadap data
yang diperoleh, menarik kesimpulan.

Hasil belajar siswa kelas X IPA


KONDISI
SMAN 1 purwanegara pada pokok
AKHIR bahasan Momentum dan Impuls
meningkat signifikan.
10
11
BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek Penelitian
( Lokasi, waktu, tema, kelompok dan karakteristik anak )

1. Lokasi
Lokasi penelitian ini bertempat di SMAN 1 Purwanegara, Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah. SMAN 1 Purwanegara merupakan salah satu sekolah
negeri yang berada di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Subjek dari
Penelitian Tindakan Kelas ini adalah diambil dari siswa kelas X IPA 1 yang
berjumlah 36 siswa. Yang jumlahnya terdiri dari 24 perempuan dan 12 laki-laki.
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan di bantu oleh tutor sebagai
pembimbing dan pengamat dalam pelaksanaan perbaikan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga minggu pada bulan April 2021 yang terdiri
dari tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama adalah observasi, pertemuan kedua
adalah siklus satu, dan pertemuan ketiga adalah siklus kedua.
3. Tema Penelitian
Tema penelitian ini adalah “Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada pokok
bahasan momentum dan impuls dengan menggunakan metode belajar berbasisi
visual dan eksperimental learning pada siswa kelas X MIPA SMAN 1
Purwanegara.
4. Kelompok
Pada saat pelaksanaan siklus pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok dimana tiap-tiap kelompok terdiri dari 5-6 Siswa.
5. Karakteristik Siswa
Kurangnya minat siswa dalam proses belajar sehingga perlu menggunakan trik-trik
yang dimana dapat dilakukan guru supaya siswa dapat meningkatkan minat
belajarannya. Trik tersebut bisa berupa metode pembelajaran yang sangat beragam.
Namun dalam setiap proses belajar mengajar tentu saja kita banyak menemukan
kendala antara lain: suasana yang terkadang kurang nyaman, tingkat pemahaman
yang masih rendah hal ini memungkinkan siswa memerlukan waktu yang cukup
lama untuk menuntaskan KD yang diinginkan. Dengan kata lain sejumlah besar
siswa ddapat tuntas melalui proses remidial beberapa kali hingga mendapatkkan
12
hasil tuntas. Untuk itu penulis mencoba model pembelajaran yang dianggapnya
berbeda dari model pembelajran sebelumnya dan berharap dengan adanya Model
Pembelajaran Berbasis Visual dan Eksperimental Learning yang diterapkan pada
siswa kelas X IPA SMAN 1 Purwanegara pada mata pelajaran Fisika Pokok
Bahasan Momentum dan Impuls dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Waktu
yang digunakan dalam penelitian mengacu pada kalender pendidikan sekolah,
karena memerlukan beberapa siklus yang dibutuhkan untuk proses belajar
mengajar yang efektif di kelas.

B. Deskripsi Persiklus
Penelitian Perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan dengan melalui dua siklus
untuk melihat peningkatan hasil belajar dan pemahaman siswa. Sebelum Penelitian
dilakukan dibuat berbagai instrumen yang akan digunakan untuk sebuah Penelitian
Perbaikan pembelajaran.
Pada setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan evaluasi, serta refleksi. Prosedur penelitian ini dapat dijabarkan
secara rinci sebagai berikut:

Siklus 1
a. Tahap 1 : Perencanaan (planning)
Dikembangkan berdasarkan hasil pengamatan/observasi awal. Kegiatan
perencanaan dilakukan untuk menyusun berbagai jenis kesiapan yang
diperlukan oleh peneliti untuk melakukan tindakan. Kegiatan yang dilakukan
tersebut meliputi :

1. Melakukan analisis kurikulum sebagai acuhan kompetensi dasar

2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS)

4. Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktivitas siswa dan


guruselama berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas harus

4.1 Membuat soal kuis dan post test

4.2 Menyediakan sarana pendukung yang diperlukan yaitu angket


minat belajar siswa, dan pedoman wawancara yang akan

13
digunakan untuk memperoleh data mengenai penerapan model
pembelajaran discovery learning.

4.3 Mempelajari materi yang akan diajarkan dari berbagai sumber.

b. Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Merupakan penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu


melaksanakan sebuah tindakan. Kegiatan tersebut meliputi :
1. Melaksanakan proses belajar mengajar mengacu pada RPP yang
sudah dibuat.
2. Guru/Peneliti mengatur segala sesuatu yang dapat memudahkan saat
pelaksanaan penelitian.
3. Pada awal tatap muka, diberikan Apersepsi untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa, kemudian guru menjelaskan materi sesuai
dengan rencana pembelajaran disertai dengan contoh soal yang
melibatkan siswa.
4. Siswa diarahkan untuk membentuk kelompok secara random dengan
jumlah anggota sebanyak lima sampai tujuh orang.
5. Siswa disuruh mengamati contoh eksperimen momentum dan impuls
yang disajikan dalam bentuk gambar (Visualisasikan) tanpa
melakukan eksperimen secara langsung
6. Siswa diberi tugas latihan yang sama untuk diselesaikan secara
berkelompok.

c. Tahap 3 : Pengamatan (Observing)


Bertujuan untuk mengamati, menggali, dan mendokumentasikan semua
gejala indikator yang terjadi selama proses pembelajaran dengan menggunakan
penerapan model pembelajaran visual. Pada tahap ini dilaksanakan proses
observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dibuat kemudian melaksanakan evaluasi dengan
mengadakan tes akhir. Pengamatan yang dilakukan berupa :

1. Situasi kegiatan belajar mengajar

2. Keaktifan siswa

3. Kemampuan siswa dalam diskusi kelompok


14
d. Tahap 4 : Refleksi (Reflecting)

Penelitian perbaikan pembelajaran ini berhasil apabila memenuhi beberapa


syarat sebagai berikut :
1. Sebagian besar (60% dari siswa ) berani dan mampu menjawab
pertanyaan dari guru
2. Sebagian besar (60% dari siswa ) berani menanggapi dan mengemukan
pendapat tentang jawaban siswa yang lain
3. Lebih dari 65% dari anggota kelompok aktif dalam mengerjakan tugas
kelompoknya
4. Nilai rata-rata yang dicapai minimal 65 secara klasikal.
5. Penyelesaian tugas kelompok sesuai dengan waktu yang disediakan

Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I dapat diketahui hasil
pembelajaran yang diperoleh, apabila sudah sesuai dengan indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan maka peneltian dihentikan. Akan tetapi apabila belum
memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan maka penelitian akan
dilanjutkan dengan siklus II..

Siklus II
Seperti halnya siklus pertama, siklus kedua pun terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
a. Tahap 1 : Perencanaan (planning)
Penulis membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada
siklus pertama
b. Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap kedua merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang


telah dibuat, yaitu melaksanakan tindakan di kelas. Kegiatan tersebut
meliputi :
1. Melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dengan mengacu pada
RPP yang telah dibuat.
2. Guru mengatur segala hal yang memudahkan saat pelaksanaan
penelitian.
3. Pada awal tatap muka, guru memberikan Apersepsi untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa, kemudian guru menjelaskan materi sesuai
15
dengan rencana pembelajaran pada pertemuan yang bersangkutan secara
klasik disertai dengan contoh soal yang melibatkan siswa.
4. Siswa diarahkan untuk membentuk kelompok secara random dengan
jumlah anggota sebanyak empat atau lima orang.
5. Pada siklus dua ini peneliti mengubah metode pembelajaran dari metode
visual tanpa eksperimen menjadi metode visual dengan eksperimen
langsung di laboratorium fisika.
6. Siswa ditugaskan untuk mengkasifikasikan jenis-jenis momentum
melalui kegiatan eksperimen yang telah dilakukan secara langsung
7. Selama proses belajar kelompok berlangsung, setiap kelompok tetap
diawasi, dikontrol, dan diarahkan, serta diberikan bimbingan secara
langsung pada kelompok yang mengalami kesulitan.
8. Lembar jawaban dari kelompok atau individu diperiksa kemudian
dikembalikan.
9. Akhir pembelajaran siswa diberikan post-test

c. Tahap 3 : Pengamatan (Observing)


Tahap ketiga bertujuan untuk mengamati, menggali, dan
mendokumentasikan semua gejala indikator yang terjadi selama proses
pembelajaran dengan menggunakan penerapan model pembelajaran
Eksperimental learning. Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat
kemudian melaksanakan evaluasi dengan mengadakan tes akhir. Pengamatan
yang dilakukan berupa :

1. Situasi kegiatan belajar mengajar

2. Keaktifan siswa

3. Kemampuan siswa dalam diskusi kelompok

d. Tahap 4 : Refleksi (Reflecting)

Penelitian perbaikan pembelajaran ini berhasil apabila memenuhi beberapa


syarat sebagai berikut :
1. Sebagian besar (70% dari siswa) berani dan mampu menjawab
pertanyaan dari guru.

16
2. Sebagian besar (70% dari siswa) berani menanggapi dan
mengemukanpendapat tentang jawaban siswa yang lain
3. Lebih dari 80% dari anggota kelompok aktif dalam mengerjakan
tugaskelompoknya
4. Nilai rata-rata yang dicapai minimal 65 secara klasikal.
5. Penyelesaian tugas kelompok sesuai dengan waktu yang disediakan

Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa indikator


keberhasilan telah tercapai, maka penelitian dihentikan.

C. Teknik Analisis Data


Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus
penelitian dianalisas secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk
melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran
1. Menganalisis kuis siswa pada kegiatan pembelajaran untuk mengetahui
pengetahuan siswa.
2. Menganalisis respon siswa sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran
menggunakan model pembelajaran visual dan eksperimental learning dengan
melihat keaktifansiswa dalam kelompok.
3. Menganalisis soal dan jawaban post-solution siswa pada penggunaan model
pembelajaran visual dan eksperimental learning setelah pembelajaran untuk
mengetahui pemahaman siswa tentang materi pembelajaran dibandingkan
dengan sebelum menggunakan model pembelajaran tersebut.

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Siklus
Sesuai dengan pelaksanaan perbaikan penelitian pada BAB III diatas pelaksanaan
dilakukan dengan 2 siklus yaitu :

Siklus 1
Tahap 1 : Perencanaan (planning)
Dikembangkan berdasarkan hasil pengamatan/observasi awal. Kegiatan
perencanaan dilakukan untuk menyusun berbagai jenis kesiapan yang
diperlukan oleh peneliti untuk melakukan tindakan. Kegiatan yang dilakukan
tersebut meliputi :

1. Melakukan analisis kurikulum sebagai acuhan kompetensi dasar

2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang tervisualisasikan dalam


bemtuk gambar tentang materi momentum dan impuls.

4. Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktivitas siswa dan


guru selama berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas

5. Membuat soal kuis dan post test

6. Mempelajari materi yang akan diajarkan dari berbagai sumber.

Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Merupakan penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan


sebuah tindakan. Kegiatan tersebut meliputi :
1. Melaksanakan proses belajar mengajar mengacu pada RPP yang sudah
dibuat.
2. Guru/Peneliti mengatur segala sesuatu yang dapat memudahkan saat
pelaksanaan penelitian.
3. Pada awal tatap muka, diberikan Apersepsi untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa, kemudian guru menjelaskan materi sesuai
dengan rencana pembelajaran disertai dengan contoh soal yang
melibatkansiswa
18
4. Siswa diarahkan untuk membentuk kelompok dengan anggota
kelompok yang random antara lima sampai dengan enam siswa.
5. Siswa disuruh mengamati contoh eksperimen momentum dan
impuls yang disajikan dalam bentuk gambar (Visualisasikan) tanpa
melakukan eksperimen secara langsung

6. Siswa diberi tugas untuk mengklasifikasikan jenis-jenis momentum


berdasarkan gambar yang disajikan.

7. Selama proses belajar berlangsung, siswa tetap diawasi, dikontrol,


dan diarahkan, serta diberikan bimbingan secara langsung pada
yang mengalami kesulitan.
8. Lembar jawaban diperiksa dan kemudian dikembalikan.
9. siswa diberikan post-test pada Akhir pembelajaran.

Tahap 3 : Pengamatan (Observing)


Bertujuan untuk mengamati, menggali, dan mendokumentasikan semua gejala
indikator yang terjadi selama proses pembelajaran dengan menggunakan penerapan
model pembelajaran Visual dan Eksperimental Learning. Pada tahap ini dilaksanakan
proses observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada saat siswa sedang
berdiskusi. Pengamatan yang dilakukan berupa :
1. Situasi kegiatan belajar mengajar
2. Keaktifan siswa
3. Kemampuan siswa dalam diskusi kelompok

Tahap 4 : Refleksi (Reflecting)


Penelitian perbaikan pembelajaran ini berhasil apabila memenuhi beberapa
syarat sebagai berikut :

1. Sebagian besar (60% dari siswa) berani dan mampu menjawab


pertanyaan dariguru
2. Sebagian besar (60% dari siswa) berani menanggapi dan mengemukan
pendapattentang jawaban siswa yang lain
3. Lebih dari 65% dari anggota kelompok aktif dalam mengerjakan tugas
kelompoknya
4. Nilai rata-rata yang dicapai minimal 65 secara klasikal.
5. Penyelesaian tugas kelompok sesuai dengan waktu yang disediakan

19
Berdasarkan hasil tes penilaian pada siklus 1 dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar siswa belum berhasil atau belum memenuhi KKM. Hal ini dapat kita lihat
pada hasil tes penilaian formatif terlihat bahwa hanya 8 siswa atau sekitar 20% dari 36
siswa yang mampu memenuhi KKM, Sedangkan sebanyak 28 siswa atau 80% belum
memenuhi KKM.

Dari kesimpulan data diatas dapat dilihat bahwa hasil pembelajaran dari siklus 1
belum dapat dikatakan berhasil maka perlu dilakukan perbaikan pada siklus 2 yaitu :
Siklus II
Seperti halnya siklus pertama, siklus kedua pun terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Tahap 1 : Perencanaan (planning)
Penulis membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama
Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap kedua merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah
dibuat, yaitu melaksanakan tindakan di kelas. Kegiatan tersebut meliputi :
1. Melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dengan mengacu pada RPP
yang telah dibuat.
2. Guru mengatur segala hal yang memudahkan saat pelaksanaan penelitian.
3. Pada awal tatap muka, guru memberikan Apersepsi untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa, kemudian guru menjelaskan materi sesuai dengan
rencana pembelajaran pada pertemuan yang bersangkutan secara klasik
disertai dengan contoh soal yang melibatkan siswa.
4. Siswa diarahkan untuk membentuk kelompok secara random dengan
jumlah anggota sebanyak lima atau enam orang.
5. Pada siklus dua ini peneliti mengubah metode pembelajaran dari metode
visual tanpa eksperimen menjadi metode visual dengan eksperimen
langsung di laboratorium fisika.
6. Siswa disuruh mengklasifikasikan jenis-jenis momentum berdasarkan
eksperimen yang telah dilakukan.
7. Selama proses belajar kelompok berlangsung, setiap kelompok tetap
diawasi, dikontrol, dan diarahkan, serta diberikan bimbingan secara
langsung pada kelompok yang mengalami kesulitan.
20
8. Lembar jawaban dari kelompok atau individu diperiksa kemudian
dikembalikan.
9. Akhir pembelajaran siswa diberikan post-test.

Tahap 3 : Pengamatan (Observing)


Tahap ketiga bertujuan untuk mengamati, menggali, dan mendokumentasikan
semua gejala indikator yang terjadi selama proses pembelajaran dengan menggunakan
penerapan model pembelajaran Problem Posing. Pada tahap ini dilaksanakan proses
observasi terhadap kinerja diskusi kelompok selama KBM berlangsung. Pengamatan
yang dilakukan berupa :
1. Situasi kegiatan belajar mengajar
2. Keaktifan siswa
3. Kemampuan siswa dalam diskusi kelompok

Tahap 4 : Refleksi (Reflecting)


Penelitian perbaikan pembelajaran ini berhasil apabila memenuhi beberapa
syarat sebagai berikut :

1. Sebagian besar (70% dari siswa) berani dan mampu menjawab


pertanyaan dariguru.

2. Sebagian besar (70% dari siswa) berani menanggapi dan mengemukan


pendapattentang jawaban siswa yang lain

3. Lebih dari 80% dari anggota kelompok aktif dalam mengerjakan


tugaskelompoknya

4. Nilai rata-rata yang dicapai minimal 65 secara klasikal.

5. Penyelesaian tugas kelompok sesuai dengan waktu yang disediakan.

21
Berdasarkan hasil tes penilaian pada siklus 2 dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa telah berhasil 100% atau sudah memenuhi KKM yang ditetapkan.

B. Pembahasan dari setiap siklus


Berdasarkan pembahsan tabel diatas dapat dilihat bahwa rencana perbaikan
pembelajaran dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa pada materi momentum
dan impuls dengan menggunakan metode eksperimental learning telah berhasil.
Pada siklus 1 rata-rata yang diperoleh 53,47 dengan ketuntasan anak yaitu 20%.
Pada siklus 2 telah dilakukan perbaikan – perbaikan yang berdampak pada
peningkatan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata 77,08 dengan ketuntasan
belajar siswa mencapi 100%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
pembelajaran berbasis eksperimental learning untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas X IPA SMAN 1 Purwanegara pada pokok bahasan momentum dan
impuls adalah telah berhasil.

22
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian perbaikan pembelajaran dan pembahasan


disimpulkan bahwa pembelajaran dengan media pembelajran visual dan
eksperimental learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan siswa benar-
benar termotivasi untuk meraih prestasi dalam materi fisika khususnya momentum
dan impuls.
Dari hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 1 dan 2 dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Dengan penggunaan metode pembelajran visual dan eksperimental learning
mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPA pada pokok bahasan
momentum dan impuls.
2. Pembelajaran Visual dan Experimental Learning lebih efektif diterapkan jika
dilakukan kegiatan eksperimen secara langsung.
3. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang cukup signifikan dimana, pada
siklus 1 rata-rata hasil belajar yang diperoleh 53,47 dengan ketuntasan anak yaitu
20%. Pada siklus 2 telah dilakukan perbaikan – perbaikan yang berdampak pada
peningkatan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata 77,08 dengan prosentase
ketuntasan belajar siswa mencapi 100%.
B. SARAN
1. Model pembelajaran Visual dan Eksperimental Learning perlu diaplikasikan
pada pokok bahasan yang lainnya terutama pada materi-materi yang kegiatan
praktikum.

2. Kegiatan praktikum harus tetap dilaksanakan, agar prestasi belajar fisika lebih
maksimal.
.

23
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi
Kurikulum 2013, Jakarta: Kemendikbud.

IG.A.K. Wardani & Kuswaya Wihardit. 2020. Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

M. Yasin Kholifudin, 2012. Pembelajaran Fisika Dengan Terbimbing Melalui Metode


Eksperimen.

Nurdyansyah. N., Eni Fariyatul Fahyuni, 2016. Inovasi Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum
2013. Sidoarjo: Nizamia learning center.

Miftahul Huda. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: pustaka


belajar.

M. Musfiqon., Nurdyansyah. N., 2015. Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo: Nizamia


learning center.

Shoimin, Aris. (2014). Model Pembelajaran INOVATIF dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA.

Wiriaatmaxdja, R. (2014). Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Remaja Rosdakarya.

https://media.neliti.com/media/publications/211924-penerapan-metode-eksperimen-dalam-
pembel.pdf (Diakses Hari Rabu 26 April 2021 Pukul 13.30 WIB)

https://www.asikbelajar.com/pengertian-metode-eksperimen/ (Diakses Hari Rabu 26 April


2021 Pukul 13.30 WIB)

https://fatkhan.web.id/pengertian-model-pembelajaran-visual-auditory-kinestetik/ (Diakses Hari


Rabu 26 April 2021 Pukul 13.30 WIB)

https://www.kajianpustaka.com/2020/10/model-pembelajaran-vak.html (Diakses Hari Rabu 26


April 2021 Pukul 13.30 WIB)

http://janghyunita.blogspot.com/2012/10/model-pembelajaran-visual-auditori.html (Diakses
Hari Rabu 26 April 2021 Pukul 13.30 WIB)

24
LAMPIRAN

25
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS 1

Sekolah : SMAN 1 Purwanegara


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X / Genap
Materi Pokok : Momentum dan Impuls
Alokasi Waktu : 90 Menit (Dua x
pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
 Mengamati tentang momentum, impuls, hubungan antara impuls dan momentum serta tumbukan dari
berbagai sumber belajar.
 Mendiskusikan konsep momentum, impuls, hubungan antara impuls dan momentum serta hukum
kekekalan momentum dalam berbagai penyelesaian masalah
 Memformulasikan konsep impuls dan momentum, keterkaitan antar keduanya, serta aplikasinya dalam
kehidupan (misalnya roket).
 Merumuskan hukum kekekalan momentum untuk sistem tanpa gaya luar.
 Mengintegrasikan hukum kekekalan energi dan kekekalan momentum untuk berbagai peristiwa tumbukan.

B. Metode Pembelajaran
Diskusi dan Ceramah
B. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan (15
Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan Menit)
berdoa untuk memulai pembelajaran, memeriksa
kehadiran
peserta didikmateri/tema/kegiatan
Mengaitkan sebagai sikap disiplinpembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik
dengan
materi/tema/kegiatan sebelumnya serta mengajukan pertanyaan untuk mengingat dan
menghubungkanmotivasi
Menyampaikan dengantentang
materi selanjutnya.
apa yang dapat diperoleh (tujuan&manfaat) dengan mempelajari materi :
Momentum dan Impuls
Menjelaskan hal-hal yang akan dipelajari, kompetensi yang akan dicapai, serta metode belajar
yang akan ditempuh,
KegiatanInti ( 60
Kegiatan Menit
Peserta didik diberi motivasi atau )
rangsangan untuk memusatkan perhatian pada topik
Literasi materi
komponen elektronika dengan cara melihat, mengamati, membaca melalui tayangan
Critical yang
Guru di tampilkan. kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak
memberikan
Thinking mungkin
pertanyaan yang berkaitan dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab melalui
kegiatan belajar khususnya pada materi Momentum dan Impuls
Collaboration Guru bersama siswa menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan momentum
dan impuls serta keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari
Peserta didik memberikan pendapat tentang kon sep sede rhana mo mentu m
Communication dan i mpu ls se rt a ke te rka itan nya d ala m keh idupan seha r i -ha ri dengan
m engguna kan baha sa me re ka s endi r i.
Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait
Creativity Momentum dan Impuls . Peserta didik kemudian diberi kesempatan
untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dipahami
KegiatanPenutup (15
Menit)

26
 Peserta didik dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran.
 Peserta didik dan guru menarik kesimpulan dari hasil kegiatan Pembelajaran.
 Menugaskan Peserta didik untuk terus mencari informasi dimana saja yang berkaitan dengan
materi/pelajaran yang sedang atau yang akan pelajari.
 Guru menyampaikan materi pembelajaran berikutnya.
 Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan doa.

C. Penilaian Hasil Pembelajaran


1. Penilaian Sikap: Observasi dalam proses pembelajaran
2. Penilaian Pengetahuan: Tes lesan dan tes tulis bentuk uraian
3. Penilaian Keterampilan: Praktek

27
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS 2

Sekolah : SMAN 1 Purwanegara


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X / Genap
Materi Pokok : Momentum dan Impuls
Alokasi Waktu : 90 Menit (Dua x
pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
 Mengamati tentang momentum, impuls, hubungan antara impuls dan momentum serta tumbukan dari
berbagai sumber belajar.
 Mendiskusikan konsep momentum, impuls, hubungan antara impuls dan momentum serta hukum
kekekalan momentum dalam berbagai penyelesaian masalah
 Memformulasikan konsep impuls dan momentum, keterkaitan antar keduanya, serta aplikasinya dalam
kehidupan (misalnya roket).
 Merumuskan hukum kekekalan momentum untuk sistem tanpa gaya luar.
 Mengintegrasikan hukum kekekalan energi dan kekekalan momentum untuk berbagai peristiwa tumbukan.

C. Metode Pembelajaran
Diskusi dan Ceramah
B. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan (15
Melakukan pembukaan dengan salam pembuka Menit) dan berdoa untuk memulai pembelajaran, memeriksa
kehadiran
peserta didikmateri/tema/kegiatan
Mengaitkan sebagai sikap disiplinpembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik
dengan
materi/tema/kegiatan sebelumnya serta mengajukan pertanyaan untuk mengingat dan
menghubungkan dengantentang
Menyampaikan motivasi materi selanjutnya.
apa yang dapat diperoleh (tujuan&manfaat) dengan mempelajari materi
:
Momentum
Menjelaskandan Impuls
hal-hal yang akan dipelajari, kompetensi yang akan dicapai, serta metode belajar
yang akan ditempuh,
KegiatanInti ( 60
Kegiatan Menit
Peserta didik diberi motivasi atau )
rangsangan untuk memusatkan perhatian pada topik
Literasi materi
komponen elektronika dengan cara melihat, mengamati, membaca melalui tayangan
Critical yang
Guru di tampilkan. kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak
memberikan
Thinking mungkin
pertanyaan yang berkaitan dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab melalui
kegiatan belajar khususnya pada materi Momentum dan Impuls
Collaboration Guru membentuk kelompuk dengan anggota 5 siswa. Kemudian tiap-tiap kelompok
mendemonstrasikan eksperimen tentang Momentum dan Impuls yang kemudian
hasilnya dipresentasikan di depan kelas
Peserta didik memberikan pendapat tentang kon sep sede rhana mo mentu m
Communicati dan i mpu ls se rt a ke te rka itan nya d ala m keh idupan seha r i -ha ri dengan
on m engguna kan baha sa me re ka s endi r i.
Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait
Creativity Momentum dan Impuls . Peserta didik kemudian diberi kesempatan
untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dipahami
KegiatanPenutup (15
Menit)

28
 Peserta didik dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran.
 Peserta didik dan guru menarik kesimpulan dari hasil kegiatan Pembelajaran.
 Menugaskan Peserta didik untuk terus mencari informasi dimana saja yang berkaitan
dengan materi/pelajaran yang sedang atau yang akan pelajari.
 Guru menyampaikan materi pembelajaran berikutnya.
 Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan doa.

C. Penilaian Hasil Pembelajaran


1. Penilaian Sikap: Observasi dalam proses pembelajaran
2. Penilaian Pengetahuan: Tes lesan dan tes tulis bentuk uraian
3. Penilaian Keterampilan: Praktek

Guru Mapel Fisika

Nur Hidayat, S.S


. NIP.

29
A. Penilaian Hasil Pembelajaran
1. Teknik Penilaian (terlampir)
a. Sikap
- Penilaian Observasi
Penilaian observasi berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku peserta didik sehari-hari, baik terkait
dalam proses pembelajaran maupun secara umum. Pengamatan langsung dilakukan oleh guru.
Berikut contoh instrumen penilaian sikap
Aspek Perilaku yang Dinilai Jumlah
No Nama Siswa Skor SikapKode Nilai
BS JJ TJ DS Skor
1 So 75 75 50 75 275 68,75 C
2 ... ... ... ... ... ... ...

Keterangan :
• BS : Bekerja Sama
• JJ : Jujur
• TJ : Tanggun Jawab
• DS : Disiplin

Catatan :
1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria:
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Cukup
25 = Kurang
2. Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah kriteria = 100 x 4 = 400
3. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 275 : 4 = 68,75
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat diubah sesuai dengan aspek perilaku yang ingin dinilai

30
Nilai PTK Siklus 1 (KKM 65)

Abi Bayu Prayoga 62

ADE INDAH SETIOWATI 53

Ahmad Faiz Al Khanani 62

Aldira Devina Yolanda Pinkan 40

Anisa Ngaenu Rohmah 45

ARISTA RISQIANA DEVI 75

Bagas Rifqi Aprilianto 76

DESRI LISTIANA 75

Destriana 60

Dhimas Febrian Mukti 75

DINA MULYANI 65

FAISAL PATIH PANDAWA 62

FARA HELDIANA 65

Ghonimatul Ngabdiyah 70

GITA INDRIYANI 59

Irmawati Silvina Ramadani 81

Isneni Setia Ningrum 64

MOHAMAD RIZKY AL FARIZAL 68

Muhammad Rizki Ardiansyah 78

Nafisyah Qurotul Atiqoh 74

Natasha Ayu Ramadhani 75

Nazilatul Hidayah 74

Nuri Putra Pratma 70


Nurul Yuliyanti 76

Ratna Sari Defi 80

Rifqi Alifian Toriq 75

Satria Ahmad Fauzi 75

Sely Septianingrum 73

Sifa Faujiyah 65

Sofiana Mu'minatun 77

Tahta Fadela 78

Taqiyya Rihadatul Aisya 75

VANNYA ZAHRANY 81

Nilai PTK Siklus 2 (KKM 65)

Abi Bayu Prayoga 75

ADE INDAH SETIOWATI 69

Ahmad Faiz Al Khanani 80

Aldira Devina Yolanda Pinkan 89

Anisa Ngaenu Rohmah 80

ARISTA RISQIANA DEVI 88

Bagas Rifqi Aprilianto 75

DESRI LISTIANA 84

Destriana 77

Dhimas Febrian Mukti 82

DINA MULYANI 89
FAISAL PATIH PANDAWA 87

FARA HELDIANA 82

Ghonimatul Ngabdiyah 79

GITA INDRIYANI 79

Irmawati Silvina Ramadani 87

Isneni Setia Ningrum 84

MOHAMAD RIZKY AL FARIZAL 87

Muhammad Rizki Ardiansyah 87

Nafisyah Qurotul Atiqoh 87

Natasha Ayu Ramadhani 84

Nazilatul Hidayah 82

Nuri Putra Pratma 79

Nurul Yuliyanti 77

Ratna Sari Defi 84

Rifqi Alifian Toriq 85

Satria Ahmad Fauzi 84

Sely Septianingrum 88

Sifa Faujiyah 80

Sofiana Mu'minatun 85

Tahta Fadela 69

Taqiyya Rihadatul Aisya 80

VANNYA ZAHRANY 86

Anda mungkin juga menyukai