Oleh:
(YEHESKIEL)
NIM: 2019.B.20.0509
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperanserta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasameridhai
segala usaha kita. Amin
Daftar Isi
Kata Pengatar..........................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................
Latar belakang.......................................................................................
Rumusan Masalah................................................................................
Tujuan...................................................................................................
A.Klasifikasi.......................................................................................
B.Etiologi.............................................................................................
C.Patofisiologi....................................................................................
D.PATHWAY....................................................................................
E.Manifestasi Klinis..........................................................................
F.Komplikasi.....................................................................................
G.Pemeriksaan diagnostik................................................................
H.PenatalaksanaanMedis.................................................................
A.Pengkajian.....................................................................................
B.Diagnosa.......................................................................................
C.Intervensi.....................................................................................
D.Implementasi..................................................................................
E.Evaluasi........................................................................................
A.Klasifikasi.................................................................................
B. Etiologi......................................................................................
C.Manifestasi Klinis.....................................................................
D.Patofisiologi..............................................................................
D.Komplikasi................................................................................
E.Pemeriksaan Penunjang...........................................................
F.Penatalaksanaan......................................................................
2.4.ASUHAN KEPERAWATAN...................................................
A.Pengkajian................................................................................
B.Diagnosa Keperawatan............................................................
C.Intervensi Keperawatan...........................................................
D.Implementasi Keperawatan.....................................................
E.Evaluasi Keperawatan..............................................................
BAB III..........................................................................................
PENUTUP.......................................................................................
A.Kesimpulan.................................................................................
B.Saran..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Sistem Imunadalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari
makromolekul asing atau serangan organisme,termasuk virus, bakteri, protozoa dan
parasit.Sistem kekebalan atausistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme.Kulit merupakan organ tubuh
terluar yang terpenting yang berfungs isebagai sawar (barrier), karena kulit merupakan organ
pemisah antarabagian di dalam tubuh dengan lingkungan di luar tubuh. Kulit secaraterus-
menerus terpajan terhadap faktor lingkungan, berupa faktor fisik,kimiawi, maupun
biologik.Bagian terpenting kulit untuk menjalankan fungsinya sebagai sawaradalah lapisan
paling luar, disebut sebagai stratum korneum atau kulitari.Meskipun ketebalan kulit hanya
15 milimikro, namun sangat berfungsi sebagai penyaring benda asing yang masuk ke dalam
tubuh.Apabila terjadi kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan melampaui
kapasitas toleransi serta daya penyembuhan kulit, makaakan terjadi penyakit.Sindrom Steven
Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema,vesikel/bula, dapat disertai purpura yang
mengenai kulit, selaput lendiryang orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari
baiksampai buruk.Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak edematosa(wheal) yang
terkait dengan gatal yang hebat (pruritus). Urtikariaterjadi akibat pelepasan histamine selama
respons peradangan terhadapalegi sehingga individu menjadi tersensitisasi.Urtikaria kronis
dapatmenyertai penyakit sistemik seperti hepatitis, kanker atau gangguan tiroid
1.2Rumusan Masalah
1.3Tujuan
2.1.Pengertian Urtikaria
Urtikaria adalah lesi sementara yang terdiri dari bentol sentral yang dikelilingi oleh
haloeritematosa.Lesi tersendiri adalah bulat,lonjong, atau berfigurata, dan seringkali
menimbulkan rasa gatal. (Harrison, 2005)Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak
edematosa(wheal) yang terkait dengan gatal yang hebat (pruritus). Urtikaria terjadi akibat
pelepasan histamine selama respons peradangan terhadap alegi sehingga individu menjadi
tersensitisasi.Urtikaria kronis dapat menyertai penyakit sistemik seperti hepatitis, kanker atau
gangguan tiroid. (Elizabeth, 2007)Urtikaria merupakan istilah klinis untuk suatu kelompok
kelainan yang ditandai dengan adanya pembentukan “bilur-bilur” – pembekakan kulit yang dapat
hilang tanpa meninggalkan bekas yang terlihat.Pada umumnya kita semua pernah merasakan
salah satu bentuk urtikaria akibat jath (atau didorong) hingga gatal-gatal. Gambaran patologis
yang utama adalah
1.Idiopatik adalah kelompok terbesar, merupakan sepertiga darikasus urtikaria akut dan dua
pertiga dari urtikaria kronik.
a.Dermatografisme : reaksi terhadap goresan keras pada kulit yangtimbul dalam 1 sampai 3
menit dan berlangsung 5 sampai 10menit.
d.Urtikaria sinar matahari. Reaksi yang jarang terjadi, disebabkanoleh pajanan sinar matahari.
Penyakit ini timbul sebagai pruritusdan eritema, yang diikuti oleh urtikaria. Awitan mendadak
dantimbul pada setiap kelompok usia.
e.Urtikaria tekanan lambat. Reaksi yang jarang terjadi, disebabkanoleh tekanan terus-
menerus.
f.Urtikaria akuagenik. Reaksi yang jarang terjadi, disebabkan olehkontak dengan air. Urtikaria
panas setempat. Reaksi yang jarangterjadi, disebabkan oleh air panas.
a.Dermatografisme
b.Urtikaria solaris
c.Urtikaria dingin
d.Penyakit sistemik
2.Urtikaria kolinergik
4.Infeksi Sepsis fokal (misalnya infeksi saluran kemih, infeksisaluran pernafasan atas,
hepatitis,Candidaspp, protozoa,cacing)
6.Faktor fisik seperti cahaya (urtikaria solar), dingin (urtikariadingin), gesekan atau
tekanan (dermografisme), panas(urtikaria panas), dan getaran (vibrasi) dapat
langsungmenginduksi degranulasi sel mast.
C.Patofisiologi
Patofisiologi urtikaria :Urtikaria sering terjadi dan merupakan akibat dari degranulasi sel
mast (reaksi imunolpgis tipe 1) sebagai respons terhadap antigen, dengan pelepasan histamin dan
mediator vasoaktif lainnya, yang menyebabkan timbulnya eritema dan edema. Pasien-pasien
dengan kondisi ini, 70% diantaranya mengalami urtikaria idiopatik (dimana antigennya tidak
diketahui), sisanya mengalami bentuk urtikaria lain. Urtikaria, jika berat juga dapat mengenai
jaringan subkutan dan mengakibatkan terjadinya angioedema (pembengkakan pada tangan, bibir,
sekitar mata, dan walaupun jarang tetapi penting untuk diperhatikan yaitu pada lidah atau laring).
(Davey, 2005)Proses urtikaria akut dimulai dari ikatan antigen pada reseptor IgE yang saling
berhubungan dan kemudian menempel pada sel mast atau basofil. Selanjutnya, aktivasi dari sel
mast dan basofil akan memperantarai keluarnya berbagai mediator peradangan. Sel mast
menghasilkan histamine, triptase, kimase, dan sitokin.Bahan-bahan ini meningkatkan
kemampuan degranulasi sel mast dan merangsang peningkatan aktivitas ELAM dan VCAM,
yang memicu migrasi limfosit dan granulosit menuju tempat terjadinya lesi urtikaria
(Anonimous, 2007).Peristiwa ini memicu peningkatan permeabilitas vascular danmenyebabkan
terjadinya edema lokal yang dikenal sebagai bintul (wheal).Pasien merasa gatal dan bengkak
pada lapisandermal kulit. Urtikaria akut bisa terjadi secara sistemik jika allergen diserap kulit
lebih dalam dan mencapai sirkulasi.Kondisi ini terjadi pada urtikaria kontak, misalnya urtikaria
yang terjadi karena pemakaian sarung tangan latex,dimana latex diserap kulit dan masuk ke
aliran darah, sehingga menyebabkan urtikaria sistemik.Urtikaria akut juga bisa terjadi pada
stimulasi sel mast tanpa adanya ikatan IgE dengan allergen. Misalnya, pada eksposure pada
media radiocontrast, dimana pada saat proses radiologi berlangsung, akan terjadi perubahan
osmolalitas pada lingkungan yang mengakibatkan sel mast berdegranulasi (Anonimous,
2007).Faktor imunologik maupun nonimunologik mampu merangsang sel mast atau basofil
untuk melepaskan mediator tersebut.Pada yang nonimunologik mungkin sekali siklik AMP
(adenosin mono phosphate) memegang peranan penting pada pelepasan mediator.Beberapa
bahan kimia seperti golongan amin dan derivate amidin, obat-obatan seperti morfin, kodein,
polimiksin, dan beberapa antibiotic berperan pada keadaan ini.
Bahan kolinergik misalnya asetilkolin, dilepaskan oleh saraf kolinergik kulit yang
mekanismenya belum diketahui langsung dapat mempengaruhi sel mast untuk melepaskan
mediator.Faktor fisik misalnya panas, dingin, trauma tumpul, sinar X, dan pemijatan dapat
langsung merangsang sel mast.Beberapa keadaan misalnya demam, panas, emosi, dan alcohol
dapat merangsang langsung pada pembuluh darah kapiler sehingga terjadi vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas (Djuanda, 2008).Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria
yang akut daripada yang kronik, biasanya IgE terikat pada permukaan sel mast dan atau sel
basofil karena adanya reseptor Fc bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE maka terjadi
degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan mediator. Keadaan ini jelas tampak pada reaksi
tipe I (anafilaksis), misalnya alergi obat dan makanan.Komplemen juga ikut berperan, aktivasi
komplemen secara klasik maupun secara alternative menyebabkan pelepasan anafilatoksin (C3a,
C5a) yang mampu merangsang sel mast dan basofil, misalnya tampak akibat venom atau toksin
bakteri.Ikatan dengan komplemen juga terjadi pada urtikaria akibat reaksi sitotoksik dan
kompleks imun pada keadaan ini juga dilepaskan zat anafilatoksin.Urtikaria akibat kontak terjadi
pemakaian bahan serangga, bahan kosmetik, dan sefalosporin.
E.Manifestasi Klinis
1. Dermografisme : bilur-bilur tampak sesudah adanya bekas-bekas garukan. Hal ini bisa
timbul tersendiri atau bersama dengan bentuk-bentuk urtikaria yang lain.
2. Penekanan (timbulnya belakangan) : bilur-bilur timbul dalam waktu sampai 24 jam sesudah
terjadinya penekanan.
3. Urtikaria kolinergik : yang diserang adalah laki-laki muda ; kulit yang berkeringat disertai
oleh adanya bilur-bilur kecil berwarna putih dengan lingkaran berwarna merah pada badan
bagian atas.
F.Komplikasi
2.Infeksi sekunder
3.Bibir kering
b.Urtikaria kronik. Jika penyebab agen fisik telah disingkirkan, maka penggunaan pemeriksaan
laboratorium, radiografik, dan patologik berikut ini dapat memberikan petunjuk untuk diagnosis
penyakit sistemik yang samar.
2.Uji rutina.Laboratorium. Hitung darah lengkap dengan diferensial, profil kimia, laju endap
darah (LED), T4, pengukuran TSH, urinalisis dan biakan urine, antibody antinuclearb.Uji
selektif. Krioglobulin, analisis serologic hepatitis dan sifilis, factor rheumatoid, komplemen
serum, IgM, IgE serumc.Biopsi kulit.Jika laju endap darah meningkat, lakukan biopsy
nyingkirkakulit untuk men kemungkinan vaskulitis urtikaria.
H.Penatalaksanaan Medis
A.Pengkajian
1.Identitas Pasien.
3.Riwayat Kesehatan.
a.Riwayat Penyakit Sekarang :Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
b.Riwayat Penyakit Dahulu :Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
c.Riwayat Penyakit Keluarga :Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
d.Riwayat Psikososial :Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
e.Riwayat Pemakaian Obat :Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada
kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
f.Pemeriksaan fisikKU : lemahTTV : suhu naik atau turun.-Kepala:Bila kulit kepala sudah
terkena dapat terjadi alopesia.-Mulut:
Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat.-Abdomen:Adanya
limfadenopati dan hepatomegali.-Ekstremitas:Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.-Kulit:Kulit
periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada keadaan kronis
dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema, pengelupasan kulit , sisik halus dan skuama
B.Diagnosa
5.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
C.Intervensi1. Dx:Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka akibat gangguan
integritasTujuan:Tidak terjadi infeksiKriteria Hasil : a.Hasil pengukuran tanda vital dalam batas
Intervensi Rasional
a.Lakukan teknik aseptic dan antiseptic dalam a.Dengan teknik septik dan aseptikdapat
melakukan tindakan pada pasien. mengirangi dan mencegah kontaminasi
b.Ukur tanda vital tiap 4-6 jam kuman.
c.Observasi adanya tanda-tanda infeksi b.Suhu yang meningkat adalah imdikasi
d.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk terjadinya proses infeksi
pemberian diet c.Deteksi dini terhadap tanda-tanda infeksi
e.Libatkan peran serta keluarga dalam d.Untuk menghindari alergen dari
memberikanbantuan pada klien. makanane.Memandirikan keluarga
f.Jaga lingkungan klien agar tetap bersih f.Menghindari alergen yang dapat
meningkatkan urtikaria
D.Implementasi
E.Evaluasi
1.Tidak terjadinya infeksi
3.Klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatalkarena berkurangnya pruritus dan ditandai
dengan berkurangnya lecet akibat garukan.
A.KlasifikasiSindrom
Stevens Jhonson adalah sebuah kondisi mengancam jiwa yang mempengaruhi kulit
dimna kematian sel menyebabkan epidermis terpisah dari dermis.sindrom ini diperkirakan
karena reaksi hipersensivitas yang mempengaruhi kulit dan membrane mukosa. (Amin,H.
2013:532.NIC-NOC 2013)Sindroma Steven Johnson adalah penyakit kulit akut berat, terdiri dari
erupsi kulit, kelainan mukosa dan lesi pada mata (Siregar, 2005,hlm.141).Sindrom Stven
Jhonson adalah Penyakit kulit akut dan berat, terdiri dari erupsi kulit, kelainan mukosa dan lesi
pada mata(Saripati Penyakit Kulit, 2005 hlm.124)Sindrom Steven Johnson adalah sindrom
kelainan kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput
lendir yang orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk
(Mansjoer, A. 2000: 136)Ada kesepakatan dalam literatur medis yang Stevens-Johnson
syndrome (SJS) dapat dianggap sebagai bentuk yang lebih ringan Toxic epidermal necrolysis
(TEN).Toxic epidermal necrolysis disebut juga sebagai sindrom Lyell.Beberapa penulis
menganggap bahwa ada suatu tumpang tindih antara dua sindrom (biasanya antara 10% dan 30%
dari pelepasan kulit).Penyakit tersebut kadang-kadang disebabkan oleh suatu reaksi terhadap
obat-obatan tetapi lebih sering merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV terhadap infeksi
(paling seringdisebabkan oleh Herpes simpleks) dan relatif jinak.Meskipun SJS dan TEN juga
dapat disebabkan oleh infeksi, tapi survey membuktikan efek samping obat merupakan faktor
utama penyebab Sindrom ini.Konsekuensi mereka berpotensi lebih berbahaya daripada erythema
multiforme.Erythema multiforme sendiri adalah Suatu kondisi kulit yang tidak diketahui etiologi,
mungkin dimediasi oleh pengendapan kompleks imun (kebanyakan IgM) di microvasculature
superfisial kulit dan selaput lendir mulut yang biasanya mengikuti suatu infeksi atau obat yg di
atas eksupor
B. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui (idiopatik), ada anggapan bahwasindrom ini
merupakan eritema multiforme yang berat dan disebuteritema multifome mayor. Salah satu
penyebabnya ialah alergi obatsecara sistemik. Obat-obatan yang disangka sebagai
penyebabnyaantara lain penisilin dan semisintetiknya, streptomisin, sulfonamida,tetrasiklin,
antipiretik atau analgetik (misal : derivate salisil /pirazolon, metamizol, metapiron, dan
parasetamol) klorpromasin,karbamasepin, kinin antipirin, tegretol, dan jamu. Selain itu dapat
jugadisebabkan infeksi (bakteri, virus, jamur, parasit) neoplasma, pascavaksinasi, radiasi dan
makanan.Faktor penyebab timbulnya Sindrom Stevens - Johnson :Infeksi virus, jamur,
danBakteriObatMakananFisikLain-lainHerpessimpleks,Mycoplasma pneumoniae,vaksinia
koksidioidomikosis,histoplasmastreptokokus,Staphylococcs aemolyticus,Mycobacterium
tuberculosis,salmonella, malariaSalisilat,
sulfa,penisilin,etambutol,tegretol,tetrasiklin,digitalis,kontraseptif,klorpromazin,karbamazepin,kin
in, analgetik/antipiretikcoklatUdara dingin, sinar matahari,sinar XPenyakit kolagen, keganasan,
kehamilan(Dikutip dengan modifikasi dari SL Moschella dan HJ Hurley, 1985)
C.Manifestasi
KlinisSindrom ini jarang dijumpai pada usia kurang dari 3 tahun. Keadaanumumnya
bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita dapat
berespons sampai koma.Mulainya dari penyakit akut dapat disertai gejala prodromal
berupademam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek, dan nyeritenggorokan.Pada
sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa :
1. Kelainan Kulit Kelainan kulit terdiri atas eritema, papul, vesikel, dan bula.Vesikel dan
bula kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas.Dapat juga disertai purpura.
2.Kelainan Selaput lender di orifisiumKelainan di selaput lendir yang sering ialah pada
mukosa mulut, kemudian genital, sedangkan dilubang hidung dan anus jarang
ditemukan.Kelainan berupa vesikal dan bula yang cepat memecah hingga menjadi erosi dan
ekskoriasi serta krusta kehitaman.Juga dapat terbentuk pescudo membran.Di bibir yang sering
tampak adalah krusta berwarna hitam yang tebal.Kelainan di mukosa dapat juga terdapat di
faring, traktus respiratorius bagian atas dan esophagus.Stomatitis ini dapat menyeababkan
penderita sukar/tidak dapat menelan.Adanya pseudo membran di faring dapat menimbulkan
keluhan sukar bernafas.
D.Patofisiologi
Patogenesisnya belum jelas, disangka disebabkan oleh reaksihipersensitif tipe III dan
IV.Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek antigen antibodi yang membentuk mikro-
presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem komplemen.Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil
yang kemudian melepaskan lisozim dan menyebabkan kerusakan jaringan pada organ sasaran
(target organ). Reaksi hipersentifitas tipe IV terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi
berkontak kembali dengan antigen yang sama kemudian limfokin dilepaskan sehingga terjadi
reaksi radang (Djuanda, 2000: 147) .
1.Reaksi Hipersensitif tipe IIIHal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibodi yang
bersirkulasidalam darah mengendap didalam pembuluh darah atau jaringansebelah hilir.
Antibodi tidak ditujukan kepada jaringan tersebut,tetapi terperangkap dalam jaringan kapilernya.
Pada beberapa kasusantigen asing dapat melekat ke jaringan menyebabkan
terbentuknyakompleks antigen antibodi ditempat tersebut. Reaksi tipe IIImengaktifkan
komplemen dan degranulasi sel mast sehingga terjadikerusakan jaringan atau kapiler ditempat
terjadinya rekasi tersebut.Neutrofil tertarik ke daerah tersebut dan mulai memfagositosis sel-sel
yang rusak sehingga terjadi pelepasan enzim-enzim sel sertapenimbunan sisa sel. Hal ini
menyebabkan siklus peradanganberlanjut (Corwin, 2000: 72).
2. Reaksi Hipersensitif Tipe IVPada reaksi ini diperantarai oleh sel T, terjadi pengaktifan
sel T penghasil Limfokin atau sitotoksik oleh suatu antigensehingga terjadi penghancuran sel-sel
yang bersangkutan.Reaksi yang diperantarai oleh sel ini bersifat lambat (delayed) memerlukan
waktu 14 jam sampai 27 jam untukterbentuknya.
D.Komplikasi Sindrom
E.Pemeriksaan Penunjang
1.Laboratorium : Biasanya dijumpai leukositosis atau eosinofilia. Bila disangka penyebabnya
infeksi dapat dilakukan kultur darah.
2.Histopatologi : Kelainan berupa infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel darah
merah, degenerasi lapisan basalis. Nekrosis sel epidermal dan spongiosis danedema intrasel di
epidermis.
3.Imunologi : Dijumpai deposis IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial serta
terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA.
4.Pemeriksaan darah lengkap (CBC) dapat menunjukkan kadar sel darah putih yang normal
atau leukositosis nonspesifik. Penurunan tajam kadar sel darah putih dapat mengindikasikan
kemungkinan infeksi bakterial berat.
6.Pemeriksaan elektrolit
7.Kultur darah, urine, dan luka diindikasikan ketika infeksi dicurigai terjadi.
F.PenatalaksanaanUmum :
a.Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukupdiobati dengan prednisone 30-40 mg
sehari. Namun bilakeadaan umumnya buruk dan lesi menyeluruh harus diobatisecara tepat dan
cepat. Kortikosteroid merupakan tindakanfile-saving dan digunakan deksametason intravena
dengandosis permulaan 4-6 x 5 mg sehari. Umumnya masa kritisdiatasi dalam beberapa hari.
Pasien steven-Johnson beratharus segera dirawat dan diberikan deksametason 6×5 mgintravena.
Setelah masa krisis teratasi, keadaan umummembaik, tidak timbul lesi baru, lesi
lama mengalamiinvolusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan5 mg. Setelah
dosis mencapai 5 mg sehari, deksametasonintravena diganti dengan tablet kortikosteroid,
misalnyaprednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20mg sehari, sehari
kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mgkemudian obat tersebut dihentikan. Lama pengobatan
kira-kira 10 hari. Seminggu setelah pemberian kortikosteroiddilakukan pemeriksaan elektrolit
(K, Na dan Cl). Bila adagangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemiadiberikan KCL
3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam bilaterjadi hipermatremia. Untuk mengatasi efek
katabolik darikortikosteroid diberikan diet tinggi protein/anabolik sepertinandrolok dekanoat dan
nanadrolon. Fenilpropionat dosis 25-50 mg untuk dewasa (dosis untuk anak tergantung
beratbadan).
2.4.ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian
2.Riwayat Kesehatan Sekarang : Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian.Klien
dengan Steven Johnson biasanya mengeluhkan demam, malaise, kulit merah dan gatal, nyeri
kepala, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan.
3.Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Adanya riwayat masalah kulit sebelumnya dan riwayat
kankerkulit
4.Riwayat Kesehatan Keluarga : Adakah keluarga yang pernah mengalami masalah yang
samaMenurut Smeltzer (2008, hlm. 1975) pengkajian pasien denganSindrom Steven Johnson
diantaranya melakukan pangkajian fisikdengan penekanan khusus pada manifestasi kulit
terhadap :
1.Adanya eritema, area kemerahan yang disebabkan oleh peningkatan jumlah darah yang
teroksigenasi pada vaskularisasi dermal.
3.Pengeluaran cairan pada bulla (lepuhan) baik jumlah, warna dan bau.
4.Pada area mulut adakah terdapatnya bula atau lepuhan dan lesi arosive serta adanya rasa gatal,
rasa terbakar dan kekeringan dimata.
5.Kemampuan klien dalam menelan dan minum serta berbicara secara nornal juga ditentukan
6.TTV dan perhatian khusus terhadap adanya demam, pernafasan yang cepat, dalam, ritme, dan
batuk
7.Karakteristik dan banyaknya sekret dalam rongga pernafasan diobservasi
8.Pengkajian terhadap adanya demam tinggi, dan adanya takikardi dan kelemahan yang
berlebihan serta fatigue sering muncul mengingat faktor-faktor tersebut merupakan proses
nikrosis epidermal, peningkatan metabolisme, dan kemungkinan adanya pengelupasan mukosa
pada gastrointestinal dan pernafasan.
12.Melakukan evaluasi terhadap adanya kecemasan serta koping mekanisme yang digunakan
serta strategi koping dapat dikenali.
B.Diagnosa Keperawatan
Tahap kedua dari proses keperawatan sering disebut juga sebagaianalisis, dan juga identifikasi
masalah atau diagnosa keperawatan.
Proses ini amat penting dan esensial karena proses ini merupakan satubagian yang paling vital
dalam proses keperawatan.Diagnosa keperawatan :
2)Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.
C.Intervensi Keperawatan
1)Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermal dan epidermaloTujuan: Kulit
dan jaringan kulit utuh dan perawatan kulit efektifoKriteria Hasil :Menunjukkan kulit dan
jaringan kulit yang utuhoIntervensi:
a)Observasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori serta perubahanlainnya yang
terjadi.Rasional: menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapatdibandingkan dan
melakukan intervensi yang tepat
b)Gunakan pakaian tipis dan alat tenun yang lembutRasional: menurunkan iritasi garis jahitan
dan tekanan dari baju, membiarkan insisi terbuka terhadap udara meningkat proses
penyembuhan
b)Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi seringRasional: membantu mencegah distensi
gaster/ketidaknyamanan
d)Kerjasama dengan ahli giziRasional: kalori protein dan vitamin untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan metabolik, mempertahankan berat badan dan mendorong regenerasi jaringan
3)Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulitoTujuan: Tingkat nyeri
berkurang sampai padatingkat Kenyamanan yang dapat diterima pasienoKriteria Hasil:-
Melaporkan nyeri berkurang-Menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh rileksoIntervensi:
a)Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan intensitasnyaRasional: nyeri hampir selalu ada pada
beberapa derajat beratnya keterlibatan jaringan
b)Berikan tindakan kenyamanan dasar,contohnya: berikan kompres pada area yang sakit tetapi
jangan sampai terlalu basah .Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan
kelelahan umum
c)Pantau TTVRasional: metode IV sering digunakan pada awal untukmemaksimalkan efek obat
Intervensi:
b)Bantu klien dalam memenuhi aktivitas sehari-hari dengan tingkat keterbatasan yang dimiliki
klienRasional: energi yang dikeluarkan lebih optimal
f)Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima klien.Rasional: Meningkatkan rangsangan
pada waktu kemampuan penglihatan menurun.
D.Implementasi Keperawatan
a.Tindakan mandiri
b.Tindakan observasi
d.Tindakan kolaborasi
E.Evaluasi Keperawatan
A.KesimpulanSindrom
Stephen Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat
disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum
bervariasi dari baik sampai buruk (Mansjoer, A. 2000: 136).SSJ dapat disebabkan infeksi virus:
herpes simplex virus, influenza, mumps, cat-scratch fever, histoplasmosis, Epstein-Barr virus,
atau sejenis, reaksi alergi karena obat-obatan (diclofenac, fluconazole, valdecoxib, sitagliptin,
penicillins, barbiturates, sulfonamides, phenytoin, azithromycin, modafinil, lamotrigine,
nevirapine, ibuprofen, ethosuximide, carbamazepine, etambutol, tetracyclin, digitalis,
kontraseptif, makanan (coklat), fisik (udara dingin, sinar matahari, sinar X), lain-lain penyakit
colagen, keganasan (carcinomas and lymphomas), atau faktor idiopathic (lebih dari 50%). SSJ
juga dilaporkan sebagai akibat pemakaian obat herbal yang tidak umum yang mengandung
ginseng. SSJ dapat juga disebabkan pemakaian cocaine.
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA