Anda di halaman 1dari 95

PENGARUH PUDDING KACANG HIJAU TERHADAP

KECUKUPAN AIR SUSU IBU (ASI) PADA


IBU NIFAS DI BPM “F” TARUSAN
PESISIR SELATAN
TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh

ZULFIRA
NIM : 181012115301062

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
T.A 2018/2019

i
Institut Prima Nusantara
RIWAYAT HIDUP

Nama : Zulfira
Tempat / Tanggal Lahir : Padang / 19 September 1973
Negeri Asal : Tarusan
Agama : Islam
Alamat Rumah : Sawah Liek Kapuh Utara, Kecamatan Koto XI
Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi
Sumatera Barat.
Nama Suami : Yusrizal A.Mak
Nama Orang Tua
Ayah : Zulkarnaini (Alm)
Ibu : Nuraisyah (Alm)

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK Kasih Ibu : 1980-1981


2. SD Negeri 01 Kurai Taji : 1981-1987
3. SMP Negeri 3 Pariaman : 1988-1991
4. Sekolah Perawat Kesehatan Tk. II Padang Pariaman : 1991-1994
5. Sekolah Pendidikan Bidan Pemda Tk. II Padang Pariaman : 1994-1995
6. D III Kebidanan AKBID STIkes Mercubakti Jaya Padang : 2010-2012
7 S1 Terapan Kebidanan Institut Kesehatan Prima Nusantara : 2018-2019

i
Institut Prima Nusantara
PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,


Dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
Telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Zulfira

Nim : 181010115301062

Tanda Tangan :

Materai 6000

Tanggal : 15 Oktober 2019

ii
Institut Prima Nusantara
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Pengaruh Puding Kacang Hijau Terhadap Kecukupan


Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas di BPM “F”
Tarusan Pesisir Selatan Tahun 2019
Nama : Zulfira

NIM : 181012115301062

Skripsi ini telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan


diterima sebagai bagian bahan persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh
gelar Sarjana Terapan Kebidanam pada Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi.

Bukittinggi,
Menyetujui,

Koordinator Skripsi Pembimbing

Kholilah Lubis S.ST, M.Keb Dr. Hj. Evi Susanti, S.ST, M.Biomed

Ka. Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

(Ayu Nurdiyan, S.ST, M.Keb)

iii
Institut Prima Nusantara
PERNYATAAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Sari Kacang Hijau Terhadap Kecukupan Air


Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas di BPM “F” Tarusan
Pesisir Selatan Tahun 2019
Nama : Zulfira
NIM : 181012115301062

Skripsi ini telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan


diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Terapan Kebidanam pada Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Hj Evi Susanti, S.ST. M.Biomed ( )

Penguji I : Ns. Fauzi Ashra, S.Kep. M.Kep ( )

Penguji II : Suci Rahmadheny, S.ST. M.Keb ( )

Ditetapkan : Bukittinggi
Tanggal Ujian : 15 Oktober 2019

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kebidanan


Institut Kesehatan Prima Nusantara

( Rulfia Desi Maria, S.SiT.M.Keb )

iv
Institut Prima Nusantara
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK


Sebagai civitas akademik Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi, saya
yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Zulfira
Nim : 181010115301062
Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan
Jenis Karya : Skripsi
Demikian pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Institut Prima Nusantara Hak Bebas Royaliti Non Ekslusif atas karya
ilmiah saya yang berjudul : ‘’ Pengaruh Pudding Kacang Hijau Terhadap
Kecukupan Air Susu Ibu ( ASI ) Pada Ibu Nifas Di BPM ‘F’ Tarusan Pesisir
Selatan Tahun 2019’’ beserta perangkat yang ada ( jika diperlukan ).
Dengan Hak Bebas Royaliti Non Eklusif ini Institut Kesehatan Prima Nusantara
berhak menyimpa, mangalih mediakan / formatkan, mengelola dalam bentuk data
base, merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Tarusan
Pada Tanggal : 15 Oktober 2019
Yang menyatakan,

( Zulfira )

v
Institut Prima Nusantara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulisi ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan hidayat-Nya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini

dengan judul “Pengaruh Pudding Kacang Hijau Terhadap Kecukupan Air

Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas di BPM “F” Tarusan Pesisir Selatan Tahun

2019”. Skripsi penelitian ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir

sebagai salah satu syarat untuk mencapainya gelar Sarjana Terapan Kebidanan.

Penulis menyadari bahwa pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

terutama kepada Ibu Hj. Evi Susanti, S.ST, M.Biomed selaku pembimbing yang

telah memberikan arahan dan masukan sehingga penilis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Seterusnya ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Hj Evi Susanti, S.ST, M.Biomed selaku Ketua Institut Kesehatan Prima

Nusantara Bukittingi, sekaligus pembimbing.

2. Bapak Ns. Fauzi Asra, S.Kep, M. Keb selaku Rektor 1 Institut Kesehatan

Prima Nusantara Bukittingi, sekaligu penguji 1

3. Bapak Yuhendri Putra, S.Si, M.Biomed selaku Rektor Ketua II Institut

Kesehatan Prima Nusantara Bukittingi.

4. Ibu Rulfia Desi Maria, S.SiT, M.Keb selaku Dekan Fakultas Kebidanan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittingi.

5. Ibu Ayu Nurdiyan, S.ST, M.Keb selaku Kepala Program Studi Sarjana

Terapan Kebidanan Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittingi.

vi
Institut Prima Nusantara
6. Ibu Indah Putri Ramadhanti, S.ST, M.Keb selaku koordinator team pengelola

skripsi.

7. Ibu Suci Rahmadheny, S.ST, M.Keb selaku penguji II

8. Bapak/Ibu dosen beserta staf Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittingi yang telah memberikan ilmu

pengetahuan di bangku perkuliahan.

9. Teristimewa untuk Keluarga Tercinta yang telah mambantu moril maupun

materil.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena

itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari

berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi

ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pihak yang telah

membacanya.

Bukittinggi, 15 Oktober 2019

Penulis

vii
Institut Prima Nusantara
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

Skripsi, 15 Oktober 2019


Zulfira
Email : zulfira290@gmail.com

PENGARUH PUDDING KACANG HIJAU TERHADAP KECUKUPAN


AIR SUSU IBU (ASI) PADA IBU NIFAS DI BPM “F” TARUSAN PESISIR
SELATAN TAHUN 2019

xv + 63, 7 tabel, 3 bagan, 1 gambar, 12 lampiran

ABSTRAK

Air Susu Ibu (ASI) adalah sumber makanan tunggal untuk bayi sampai 6 bulan
pertama kehidupannya. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan regulasi tentang
pemberian ASI ekslusif tercantum dalam peraturan pemerintah (PP) No. 33 tahun
2012 tentang pemberian ASI ekslusif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
pengaruh pudding kacang hijau terhadap kecukupan Air Susu Ibu (ASI) pada ibu
nifas di BPM “F” Tarusan Pesisir Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah
Quasy Eksperiment dengan desain One-GroupPre-Test-Post-Test. Populasi semua
ibu nifas yang berjumlah 30 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive
sampling yang berjumlah 10 orang. Hasil analisis univariat didapatkan rata-rata
produksi ASI sebelum diberikan pudding kacang hijau adalah 5,20 kali dan
meningkat sesudah diberikan pudding kacang hijau yaitu 11,90 kali. Hasil uji
statistik didapatkan ada pengaruh pemberian pudding kacang hijau terhadap
produksi Air Susu Ibu (ASI) pada ibu nifas (p = 0,000). Dari data tersebut
disimpulkan bahwa Rata-rata Kecukupan ASI sebelum diberikan pudding kacang
hijau pada ibu nifas adalah 5,20 kali, Rata-rata kecukupan ASI sesudah diberikan
pudding kacang hijau pada ibu nifas adalah 11,90 kali dilihat dari BAK Bayi,
Terdapat pengaruh pudding kacang hijau terhadap kecukupan Air Susu Ibu (ASI)
pada ibu nifas, Disarankan penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan
dan pedoman dalam melakukan penelitian pada mata kuliah yang lain serta
sebagai bahan penambahan ilmu pengetahuan, pengalaman dan dapat
dikembangkan dalam ilmu kebidanan.

Kata Kunci : Pudding Kacang Hijau, Produksi ASI


Daftar Pustaka : (PP) No. 33 tahun 2012, Kemenkes RI 2012

viii
Institut Prima Nusantara
PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI HEALTH INSTITUTE
GRADUATED APPLICATION STUDY PROGRAM

Thesis, October 15, 2019


Zulfira
Email : zulfira290@gmail.com

THE INFLUENCE OF GREEN BEAN PUDDING ON THE SUCCESS OF


MOTHER'S MILK WATER (ASI) IN CONFERENCE MOTHER IN BPM
"F" TARUSAN SOUTH COAST COAST OF 2019

xv + 63, 7 tables, 3 charts, 1 picture, 12 attachments

ABSTRACT

Mother's Milk (ASI) is a single food source for babies for the first 6 months of life.
The Indonesian government has issued regulations regarding exclusive
breastfeeding stated in government regulation (PP) No. 33 of 2012 concerning
exclusive breastfeeding. This study aims to look at the effect of pudding green
beans on the adequacy of Mother's Milk (ASI) in postpartum mothers at BPM "F"
Tarusan Pesisir Selatan. This type of research is a Quasy Experiment with a One-
Group Pre-Test-Post-Test design. The population of all postpartum mothers
amounted to 30 people with a purposive sampling technique of 10 people.
Univariate analysis results found that the average milk production before being
given pudding mung beans was 5.20 times and increased after being given
pudding mung beans that was 11.90 times. The results of the statistical test found
that there was an effect of giving green bean pudding to the production of Breast
Milk (ASI) in postpartum mothers (p = 0,000). From these data it was concluded
that the average adequacy of breast milk before being given pudding of green
beans to postpartum mothers was 5.20 times. mung beans on the adequacy of
Mother's Milk (ASI) in postpartum mothers, It is recommended that this study can
be used as a comparison and guide in conducting research in other subjects as
well as adding material to knowledge, experience and can be developed in
midwifery.

Keywords: Green Bean Pudding, ASI Production


Bibliography: (PP) No. 33 of 2012, Ministry of Health of the Republic of
Indonesia 2012

ix
Institut Prima Nusantara
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................................ ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................. iii
PERNYATAAN PENGESAHAN .................................................................. iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
ABSTRAk .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Air Susu Ibu (ASI) .................................................................... 9
B. Kacang Hijau ............................................................................ 34
C. Masa Nifas ................................................................................... 36
D. Kerangka Teori ......................................................................... 38
E. Kerangka Konsep............................................................... ....... 39
F. Defenisi Operasional.................................................................. 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian ....................................................... 41
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 41
C. Populasi dan Sampel ................................................................ 41
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 42
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian............................................... 43

x
Institut Prima Nusantara
F. Etika Penelitian ......................................................................... 44
G. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data .............................. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 50
B. Gambaran Karakteristik Responden ....................................... 50
1. Analisis Univariat .............................................................. 51
2. Analisis Bivariat ................................................................ 52

BAB V PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat .................................................................... 54
B. Analisis Bivariat ...................................................................... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .............................................................................. 62
B. Saran ........................................................................................ 63

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
Institut Prima Nusantara
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman


2.1 Komposisi Kandungan ASI ........................................................... 14

2.2 Kandungan Gizi Kacang Hijau per 100 gram .............................. s 35

3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 43

5.1 Rata-Rata Kecukupan Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas
Sebelum Diberikan Pudding Kacang Hijau di BPM “F”
Tarusan Pesisir Selatan Tahun 2019 ............................................. 51

5.2 Rata-Rata Kecukupan Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas
Sesudah Diberikan Pudding Kacang Hijau di BPM “F”
Tarusan Pesisir Selatan Tahun 2019 ............................................. 51

5.3 Hasil Uji Normalitas ...................................................................... 52

5.4 Pengaruh Pudding Kacang Hijau terhadap Produksi Air Susu


Ibu (ASI) pada Ibu Nifas di BPM “F” Tarusan Pesisir Selatan
Tahun 2019 ................................................................................... 52

xii
Institut Prima Nusantara
DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman


2.1 Proses Menyusui .................................................................................
23

2.2 Kerangka Teori Penelitian ..................................................................


41

3.1 Kerangka Konsep 42

xiii
Institut Prima Nusantara
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman


2.1 Kacang Hijau ......................................................................................
34

xiv
Institut Prima Nusantara
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

1. Jadwal Kegiatan Skripsi


2. Permohonan Menjadi Responden
3. Format Persetujuan Responden
4. Lembar Observasi
5. Lembar Observasi Pengukuran Kecukupan ASI Sebelum dan Sesudah
Pemberian Puding Kacang Hijau Pada Ibu Menyusui
6. Master Tabel
7. Hasil Analisis Data
8. Cara Membuat Pudding Kacang Hijau
9. Dokumentasi Penelitian
10. Surat Izin dari Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
11. Surat Balasan dari Kabag Kesbangpol Kabupaten Pesisir Selatan
12. Lembar Konsultasi

xv
Institut Prima Nusantara
BAB I

PENDAHULUAN

E. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah sumber makanan tunggal untuk bayi sampai

6 bulan pertama kehidupannya. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan

regulasi tentang pemberian ASI ekslusif tercantum dalam peraturan

pemerintah (PP) No. 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI ekslusif

(Kemenkes RI, 2012). ASI Eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi tanpa

makanana dan minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula)

yang dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan (Sutanto, 2018)

Salah satu program pemerintah dalam meningkatkan pemberian ASI

eksklusif pada ibu menyusui adalah dengan cara melaksanakan kebijakan

Program Peningkatan Pemberian ASI (PPASI), dengan menekankan pada

keterlibatan masyarakat dan petugas kesehatan untuk mempromosikan ASI

(Kemenkes RI, 2015). Sesuai dengan Pedoman Internasional World Health

Organization (WHO) dan United Nation Childrens Fund (UNICEF)

menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama yang berguna

bagi daya tahan tubuh bayi, pertumbuhan dan perkembangan bayi (Maryunani,

2015).

Data WHO menyebutkan bahwa 40% bayi berusia dibawah 6 bulan di

194 negara di dunia diberikan ASI eksklusif oleh ibu mereka. Menyusui

merupakan tonggak kelangsungan hidup anak dan dapat mencegah lebih dari

800.000 kematian per tahun pada bayi dan membantu dalam tumbuh kembang

1
Institut Prima Nusantara
serta mencegah penyakit akut dan kronis pada bayi seperti diare dan infeksi

saluran pernafasan (WHO, 2017).

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan regulasi tentang pemberian

ASI ekslusif tercantum dalam peraturan pemerintah (PP) No. 33 tahun 2012

tentang pemberian ASI ekslusif (Kemenkes RI, 2012). Menurut UNICEF dan

WHO serta dan Kementerian Kesehatan merekomendasikan bahwa bayi

disusui segera setelah lahir dan tidak diberi makanan apapun selain ASI

selama 6 bulan pertama kehidupan, tidak diberikan air, ataupun makanan lain,

hanya ASI saja. Dari 6 bulan hingga setidaknya 2 tahun, ASI harus tetap

diberikan (UNICEF, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Elyas dkk (2016) di Addis Ababa

Ethiopia dengan menggunakan 380 orang ibu menyusui. Hasil penelitian

tersebut menemukan bahwa 44,2% ibu memberikan ASI secara Eksklusif pada

bayi. Sebesar 2,6% ibu menyusui dalam waktu 1 jam pertama setelah

melahirkan. Ethiopia termasuk salah satu negara yang rendah dalam

mempraktikkan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.

Menurut data Kementrian Kesehatan RI tahun 2016, cakupan

pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia sebesar 29,5%,

sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif di Propinsi Sumatera Barat

sebesar 37,6% (Kemenkes RI, 2016). Perhatian terhadap bayi di Indonesia

perlu mendapat perhatian khusus karena Angka Kematian Bayi (AKB) masih

tinggi, bahkan tertinggi diantara negara-negara ASEAN. Hal ini tercatat AKB

tahun 2015 sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Melanjutkan target MDGs

untuk menurunkan AKB, maka dibentuklah Sustainable Development Goals

2
Institut Prima Nusantara
(SGDs) yang mempunyai target untuk menurunkan AKB menjadi 24 per 1000

kelahiran hidup sampai tahun 2030 (Kemenkes RI, 2015).

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2016,

ditemukan cakupan ASI eksklusif di Pesisir Selatan yaitu 73,0%. Di

Kabupaten Pesisir Selatan jumlah ibu nifas pada tahun 2017 sebanyak 1684

dari 18 Puskesmas yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, sedangkan salah

satu puskesmas dengan capaian ASI Eksklusif terendah adalah Puskesmas

Tarusan (Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan, 2017). Untuk daerah

Tarusan pada tahun 2018, ditemukan capaian ASI Eksklusif sebesar 145 orang

(29,65%) (Puskesmas Tarusan Pesisir Selatan, 2018).

Penurunan pencapaian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain produksi ASI berkurang yang disebabkan oleh hormon dan

persepsi ibu tentang ASI yang tidak cukup. Faktor pengeluaran ASI dalam

tubuh dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin. Untuk

mengatasi masalah pengeluaran ASI yang disebabkan oleh menurunnya

stimulasi hormon oksitosin yaitu dengan menyusui dini dijam-jam pertama

karena semakin sering puting dihisap oleh mulut bayi, hormon yang

dihasilkan semakin banyak, sehingga susu yang keluarpun banyak (Isnaini,

2015).

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya

beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Masalah dari ibu

yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode

antenatal) sampai pasca masa persalinan lanjut. Masalah menyusui dapat pula

diakibatkan karena keadaan khusus. Beberapada faktor yang mempengaruhi

3
Institut Prima Nusantara
produksi ASI adalah psikologi ibu, anestesi, operasi, rangsangan puting susu,

hubungan kelamin, gizi ibu selama menyusui dan konsumsi obat-obatan

(Sutanto, 2018). Ibu yang tidak menyusui bayinya pada hari pertama

menyusui disebabkan oleh kecemasan dan ketakutan ibu akan kurangnya

pengeluaran ASI dan persepsi mereka tentang ketidakcukupan produksi ASI,

sehingga ibu tidak yakin bisa memberikan ASI pada bayinya (Latifah, 2015).

Agar ibu berhasil dalam memberikan ASI secara eksklusif, maka ibu

yang sedang menyusui bayinya harus mendapat tambahan makanan untuk

menghindari kemunduran dalam produksi ASI. Jika makanan ibu terus-

menerus tidak memenuhi asupan gizi yang cukup, tentu kelenjer-kelenjer

pembuat air susu dalam payudara ibu tidak akan bekerja dengan sempurna dan

pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI (Wahyuni, 2012).

Salah satu upaya agar ibu berhasil dalam memberikan ASI secara

eksklusif adalah ibu yang sedang menyusui bayinya harus mendapat tambahan

makanan untuk menghindari kemunduran dalam produksi ASI. Makanan yang

dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung

mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Akan tetapi jika

makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan

tentu pada akhirnya kelenjer-kelenjer pembuat air susu dalam buah dada ibu

tidak akan dapat bekerja dengan sempurna dan akhirnya akan berpengaruh

terhadap produksi ASI (Suksesty, 2017).

Pada kenyataanya, tidak ada makanan atau minuman khusus yang

dapat memproduksi ASI secara ajaib, meskipun banyak masyarakat percaya

bahwa makanan/minuman tertentu akan menambah ASI. Namun, telah

4
Institut Prima Nusantara
terbukti secara ilmiah bahwa kacang hijau yang mengandung vitamin B

kompleks alami membantu meningkatkan kesehatan ibu menyusui dan

membantu produksi ASI (Wakhida, 2011).

Kacang hijau (Phaseolus radates) merupakan salah satu komoditas

kacang-kacangan yang banyak dimakan rakyat Indonesia. Tanaman ini banyak

mengandung zat-zat gizi. Kandungan zat gizi dalam 100 gram kacang hijau

adalah energi (345 kal), protein (22,2 g), lemak (1,2 g), karbohidrat (62,9g),

serat (4,1 g), kalsium (125 mg), fosfor (320 mg), zat besi (6,7 mg), vitamin A

(157 IU), vitamin B1 (0,64 mg), vitamin C (6 mg) dan air (10 g) (Mustakim,

2012).

Salah satu zat gizi yang terkandung dalam kacang hijau yang sangat

diperlukan oleh ibu selama masa laktasi adalah protein. Protein dapat

meningkatkan sekresi air susu karena kandungan protein banyak mengandung

asam amino sehingga mampu merangsang sekresi ASI (Suksesty, 2017).

Sumber protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang

rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan

protein nabati, yang salah satunya adalah kacang hijau (Walyani, 2015).

Kacang hijau diberikan sebanyak 300 gram/hari selama 7 hari

berturut–turut mengalami proses absorpsi melalui epitel gastrointestinal yang

dialiri vena yang membentuk sebagian sistem hepatoportal, kemudian

mengalami proses pemecahan. Kandungan kacang hijau berupa vitamin B dan

potein yang tinggi akan mudah diserap ke dalam jaringan mukosa. Saat

hipotalamus dan hipofise mengatur kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah,

5
Institut Prima Nusantara
hormone ini diperlukan untuk pengeluaran dan produksi air susu (Wakhida,

2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2017) tentang pengaruh

pemberian kacang hijau pada ibu nifas dengan kelancaran produksi ASI di

BPM Yuni Widaryanti, Amd. Keb Sumbermulyo Jogoroto Jombang,

ditemukan responden yang mengalami pengeluaran ASI yang banyak sebelum

mengkonsumsi kacang hijau sebesar (42,9%) dan sesudah mengkonsumsi

kacang hijau, di dapatkan responden yang banyak mengalami pengeluaran

ASI adalah (57,1 %).

Salah satu BPM yang ada di Kecamatan Koto XI Tarusan adalah BPM

“F” Tarusan, dimana ditemukan jumlah ibu nifas dari bulan Juli - Agustus

2019 sebanyak 30 orang.

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan di BPM “F” Tarusan

Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik wawancara langsung kepada 10

ibu nifas, mereka mengatakan bahwa ibu mengeluh ASI tidak keluar pada hari

pertama, masih sedikit pengeluaran ASInya dan ASI tidak lancar. Hasil

wawancara juga didapatkan ibu mengatakan tidak mengetahui bahwa kacang

hijau dapat meningkatkan produksi ASI.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik meneliti

tentang pengaruh pudding kacang hijau terhadap kecukupan Air Susu Ibu

(ASI) pada ibu nifas di BPM “F” Tarusan Pesisir Selatan tahun 2019.

6
Institut Prima Nusantara
F. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah ‘’Apakah ada pengaruh

pemberian puding kacang hijau terhadap kecukupan Air Susu Ibu (ASI) pada

ibu nifas di BPM “F” Tarusan Pesisir Selatan tahun 2019’’.

G. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian puding kacang hijau terhadap

kecukupan Air Susu Ibu (ASI) pada ibu nifas di BPM “F” Tarusan Pesisir

Selatan tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui rata-rata kecukupan Air Susu Ibu (ASI) pada ibu nifas

sebelum diberikan pudding kacang hijau BPM “F” Tarusan Pesisir

Selatan tahun 2019.

b. Mengetahui rata-rata kecukupan Air Susu Ibu (ASI) pada ibu nifas

sesudah diberikan puding kacang hijau BPM “F” Tarusan Pesisir

Selatan tahun 2019.

c. Mengetahui pengaruh rata-rata pudding kacang hijau terhadap

kecukupan Air Susu Ibu (ASI) pada ibu nifas di BPM “F” Tarusan

Pesisir Selatan tahun 2019.

7
Institut Prima Nusantara
H. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai bahan latihan berfikir ilmiah sehingga dapat memecahkan

permasalahan yang dihadapi dengan pola pikir ilmiah.

2. Bagi Responden

Penelitian ini dapat mengembangkan wawasan dan dapat menjadi

solusi alami dalam mengatasi tidak lancarnya pengeluaran ASI pada ibu

menyusui.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan guna menambah

pengetahuan, sehingga mahasiswa mempunyai wawasan yang lebih luas.

4. Bagi Peneliti Berikutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan dan

pedoman dalam melakukan penelitian pada mata kuliah yang lain serta

sebagai bahan penambahan ilmu pengetahuan, pengalaman dan dapat

dikembangkan dalam ilmu kebidanan.

8
Institut Prima Nusantara
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Air Susu Ibu (ASI)

1. Pengertian

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan

protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh

kelenjer mammae ibu dan berguna sebagai makanan bayi (Maryunani,

2015). ASI merupakan sumber makanan tunggal untuk bayi sampai 6

bulan pertama kehidupannya. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan

regulasi tentang pemberian ASI ekslusif tercantum dalam peraturan

pemerintah (PP) No. 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI ekslusif

(Kemenkes RI, 2012).

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi tanpa makanana

dan minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula) yang

dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan (Sutanto, 2018).

2. Komposisi ASI

Menurut Maryunani (2015), komposisi yang terkandung dalam

ASI adalah :

a. Kolostrum

1) Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar.

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh

kelenjer mammae yang mengandung tissue debris dan residual

9
Institut Prima Nusantara
material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjer

mammae, sebelum dan segera sesudah melahirkan.

2) Kolostrum ini disekresi oleh kelenjer payudara pada hari pertama

sampai hari ke empat pasca persalinan.

3) Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan

berwarna kekuningan.

4) Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali keluarga, berwarna

kekuningan-kuningan. Banyak mengandung protein, antibody

(kekebalan tubuh), immunoglobin.

5) Kolostrum berfungsi sebagai perlindungan terhadap infeksi pada

bayi. Apabila ibu terinfeksi, maka :

a) Sel darah putih dalam tubuh ibu membuat perlindungan

terhadap ibu

b) Sebagian sel darah putih menuju payudara dan membentuk

antibody.

c) Antibody yang terbentuk, keluar melalui ASI sehingga

melindungi bayi.

6) Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A,

nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI

matur.

7) Kolostrum mengandung rendah lemak dan laktosa, sehingga sesuai

dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama melahirkan.

8) Kolostrum mengandung rendah lemak dan laktosa, sehingga sesuai

dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama melahirkan.

10
Institut Prima Nusantara
9) Protein utama pada kolostrum adalah immunoglobulin (IgG, IgA

dan IgM) yang digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan

menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit.

10) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

11) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari

hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

12) Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi

bayi.

13) Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran, tetapi

volumen kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas

lambung bayi yang berusia 1-2 hari. volume kolostrum antara 150-

300 ml/24 jam.

14) Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat

yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan

mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi. Artinya,

membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang

pertama berwarna hitam kehijauan.

15) Perbandingan kolostrum dengan ASI matur :

a) Kolostrum lebih kuning dibandingkan dengan ASI matur

b) Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan

ASI matur, tetapi berlainan dengan ASI matur dimana protein

yang utama adalah casein pada kolostrum adalah globulin,

11
Institut Prima Nusantara
sehingga dapat memberikan daya perlindungan bagi bayi

sampai 6 bulan pertama.

c) Kolostrum lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya

dibandingkan dengan ASI matur.

d) Total energi lebih rendah dibandingkan ASI matur yaitu 58

kalori/100 ml kolostrum.

e) Kolostrum bila dipanaskan menggumpal, sementara ASI matur

tidak.

f) Kolostrum lemaknya lebih banyak mengandung kholesterol

dan lecthin dibandingkan ASI matur.

g) pH lebih alkalis dibandingkan dengan ASI matur.

b. Air susu transisi/peralihan

1) ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai

sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10.

2) Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur.

Terjadai pada hari ke 4-10, berisi karbohidrat dan lemak dan

volume ASI meningkat.

3) Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan

karbohidrat semakin tinggi.

4) Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan

berubah warna serta komposisinya.

5) Kadar immunoglobin dan protein menurun, sedangkan lemak dan

laktosa meningkat.

12
Institut Prima Nusantara
c. Air susu matur

1) ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya

2) ASI matur tampak berwarna putih kekuning-kuningan, karena

mengandung casineat, diboflaum dan karotin.

3) Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila

dipanaskan.

4) Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada

yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan

satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.

5) Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama

disebut foremilk.

a) Foremilk lebih encer.

b) Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi

laktosa, gula, protein, mineral dan air.

6) Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk

a) Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi

b) Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang

7) Dengan demikian, bayi akan membutuhkan keduanya, baik

foremilk dan handmilk

8) Komposisi foremilk (ASI permulaan) berbeda dengan hindmilk

(ASI paling akhir)

9) ASI matur tidak menggumpal jika dipanaskan

10) Volume 300-850 ml/24 jam

11) Terdapat antimikrobakterial faktor, yaitu :

13
Institut Prima Nusantara
a) Antibodi terhadap bakteri dan virus

b) Sel (fagosile, granulosil, makrofag, limfosit tipe T)

c) Enzim (lisozim, lactoperoxidese)

d) Protein (laktoferin, B12 ginding protein)

e) Faktor resisten terhadap staphylococcus

f) Complement (C3 dan C4)

Tabel 2.1
Komposisi Kandungan ASI

Kandungan Kolostrum Transisi ASI Matur


Energi (Kg kla) 57,0 6,3 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Imunoglobulin :
Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosim (mg/100 ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270
Sumber : Walyani (2015)

3. Kandungan ASI

Menurut Monika (2018), kandungan yang terdapat dalam ASI,

antara lain :

a. Air

ASI mengandung air yaitu sekitar 88,1%, sisanya adalah karbohidrat,

lemak, protein, vitamin, mineral dan lain-lain. Jadi, bayi yang

menerima ASI tidak perlu menerima tambahan air putih atau

sejenisnya. Bahkan, kolostrum yang jumlahnya hanya beberapa tetes

cukup untuk menjaga bayi tetap terhidrasi dengan baik.

14
Institut Prima Nusantara
b. Protein

Kualitas dan kuantitas protein dalam ASI berbeda dengan susu

mamalia lain. ASI juga mengandung asam amino seimbang yang

sesuai dengan kebutuhan bayi. Konsentrasi protein dalam ASI adalah

0,9 gram/100 ml, lebih rendah kadarnya dari susu mamalia lain.

Kandungan protein yang tinggi dalam susu mamalia lain dapat

membebani ginjal bayi yang belum matang. ASI mengandung kasein

yang lebih rendah sehingga jauh lebih mudah dicerna dibanding susu

mamalia lain. ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi

mengandung beta-laktoglobulin yang dapat membuat tubuh bayi

intoleran/sulit menerima susu sapi tersebut.

c. Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa yang merupakan

komponen utama ASI. Laktosa memenuhi 40-45% kebutuhan energi

bayi. ASI mengandung 7 gram laktosa per 100 ml, jauh lebih tinggi

dari susu lain dan merupakan sumber energi yang utama dan paling

penting. Jenis karbohidrat lain yang ada dalam ASI adalah

oligosakarida yang memiliki fungsi penting melindungi bayi dari

infeksi.

d. Lemak dan DHA/ARA

ASI mengandung 3,5 gram lemak per 100 ml. Lemak sangat

dibutuhkan sebagai sumber energi dan sebanyak 50% kebutuhan

energi bayi diperoleh dari lemak ASI. Kandungan lemak ASI

meningkat bertahap dalam setiap sesi menyusui. Lemak ASI

15
Institut Prima Nusantara
mengandung DHA (Docosahezaenoic Acid) da ARA (Arachidonic

Acid), kedua asam lemak ini sangat penting untuk perkembangan saraf

dan visual bayi/anak.

e. Vitamin

Secara umum, ASI mengandung berbagai vitamin yang

diperlukan bayi. Kadar vitamin D dalam ASI cukup rendah sehingga

bayi juga memerlukan paparan sinar matahari pagi. Bayi yang tinggal

di daerah paparan sinar matahari sangat rendah atau daerah dengan

musim dingin yang sangat panjang memerlukan suplemen vitamin D.

f. Mineral

Kandungan mineral dalam ASI cukup rendah karena ginjal bayi

masih berkembang. Kalsium dalam ASI dapat terserap tubuh lebih

efektif dibanding susu formula. Kandungan zat besi dalam ASI juga

dapat terserap lebih efektif dibandin susu formula karena ASI

mengandung vitamin C yang tinggi. Bayi dapat menyerap hingga 60%

zat besi dalam ASI, sementara bila mengkonsumsi susu formula hanya

4% zat besi yang diserap tubuh bayi.

g. Enzim

ASI mengandung 20 enzim aktif. Salah satunya adalah

lysozyme yang berperan sebagai faktor antimikroba. ASI mengandung

lysozyme 300 kali lebih banyak dibandingkan suus sapi. Selain

lysozyme, ASI juga mengandung lipase (berperan dalam mencerna

lemak dan mengubahnya menjadi energi yang dibutuhkan bayi) dan

amilase (berperan dalam mencerna karbohidrat).

16
Institut Prima Nusantara
4. Manfaat ASI

Menurut Sari (2014), manfaat dari pemberian ASI tersebut, antara

lain :

a. Manfaat untuk bayi

1) ASI merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi yang

lengkap untuk bayi, dengan komposisi yang sesuai kebutuhan bayi,

serta sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan

pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.

2) ASI juga melindungi bayi dari berbagai macam infeksi dan

penyakit.

3) ASI meningkatkan kecerdasan dan keaktifan pada bayi, karena ASI

mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak

sehingga bayi lebih pandai dan menunjang peningkatan

perkembangan motorik dan sensorik sehingga bayi lebih cepat

berbicara atau berjalan serta meningkatkan daya penglihatan.

4) Menunjang kepribadian dan kecerdasan emosional.

b. Manfaat untuk ibu

1) Membantu ibu memulihkan diri dari proses persalinannya.

2) Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat

kembalinya rahim ke bentuk semula karena kontraksi yang terjadi

ketika menyusui.

3) Mencegah anemia defisiensi zat besi pada ibu nifas karena

cepatnya proses involusi rahim.

4) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil.

17
Institut Prima Nusantara
5) Menunda kesuburan karena ibu yang menyusui kecil kemungkinan

menjadi hamil dalam 6 bulan pertama sesudah melahirkan akibat

dari kadar prolaktin yang tinggi sehinga menekan FSH dalam

pematangan sel telur adn ovulasi.

6) Menumbuhkan perasaan dibutuhkan pada ibu sehingga ibu juga

dapat mencurahkan kasih sayang sepenuhnya pada bayi dan

membuat bayi merasa nyaman.

7) Mengurangi kemungkinan terjadi kanker payudara dan ovarium.

c. Manfaat bagi keluarga

1) Mudah dalam proses pemberiannya.

2) Mengurangi biaya pengeluaran rumah tangga.

3) Bayi yang mendapat ASI jarang sekali sakit, sehingga dapat

menghemat biaya untuk berobat.

d. Manfaat bagi negara

1) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan.

2) Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan

perlengkapan menyusui.

3) Mengurangi polusi.

4) Mendapatkan Sumber Daya Manusia (SDM) masa depan yang

berkualitas.

e. Manfaat lain ASI bagi kesehatan ibu dan bayi

1) Perlindungan terhadap penyakit

2) Manfaat bayi bayi prematur

3) Mengurangi risiko penyakit jantung

18
Institut Prima Nusantara
4) Mengurangi risiko diabetes

5) Mengurangi risiko terkena kanker

6) Membantu perkembangan otak

7) Membantu pertumbuhan tulang

8) ASI dan perkembangan keterampilan makan

5. Upaya Memperbanyak ASI

Menurut Walyani (2015), upaya untuk memperbanyak ASI antara

lain :

a. Pada minggu-minggu pertama harus lebih sering menyusui untuk

merangsang produksinya.

b. Berikan bayi, kedua belah dada ibu tiap kali menyusui, juga untuk

merangsang produksinya

c. Biarkan bayi mengisap lama pada tiap buah dada. Makin banyak

dihisap makin banyak rangsangannya

d. Jangan terburu-buru memberi susu formula bayi sebagai tambahan.

Perlahan-lahan ASI akan cukup diproduksi

e. Ibu dianjurkan minum yang banyak (8-10 gelas/hari) baik berupa susu

maupun air putih, karena ASI yang diberikan pada bayi mengandung

banyak air

f. Makanan ibu sehari-hari harus cukup dan berkualitas, baik untuk

menunjang pertumbuhan dan menjaga kesehatan bayinya.

g. Ibu harus banyak istirahat dan banyak tidur, keadaan tegang dan

kurang tidur dapat menurunkan produksi ASI

19
Institut Prima Nusantara
h. Jika jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup, maka dapat di coba

dengan pemberian obat pada ibu.

6. Mekanisme Produksi ASI

Bagi banyak wanita, perubahan payudara merupakan salah satu ciri

pertama suatu kehamilan. Kira-kira pada minggu keenam kehamilan,

estrogen memacu pertumbuhan saluran-saluran laktiferus, sementara

progesteron, prolaktin dan Human Placental Lactogen (HPL)

menyebabkan timbulnya proliferasi dan pembesaran alveoli. Banyak

alveoli yang berkelompok (10-100) membentuk lobuli (lobus-lobus kecil)

yang bersatu menjadi lob`us. Alveoli seringkali digambarkan seperti seikat

buah anggur. Alveoli terdiri dari selapis laktosit yang menghasilkan susu

(secretory epithelium) yang dikelilingi oleh jaringan kapiler. Masing-

masing saling berhubungan dan mengatur komposisi susu untuk

ditampung dalam lumen alveoli (Pollard, 2016).

Menurut Monika (2018), berikut terdapat empat hormon yang

berperan dalam perkembangna dan pematangan fungsi payudara, yaitu :

a. Estrogen

Estrogen diproduksi di ovarium/indung telur, kelenjer adrenal

dan plasenta. Hormon ini bertanggung jawab dalam perkembangna

jaringan payudara dan jaringan penghubungnya.

b. Prolaktin

Prolaktin diproduksi di plasenta dan kelenjer pituitary depan di

otak. Isapan bayi saat menyusu menyebabkan sinyal-sinyal dikirim ke

kelenjer hipotalamus (bagian kecil dari otak) untuk menghasilkan

20
Institut Prima Nusantara
hormon prolaktin yang kemudian beredar di dalam darah. Hormon

prolaktin berperan dalam produksi ASI. Oleh karena itu, setelah

melahirkan, segera susui bayi dan atau perah ASI dengan sering di

kisaran frekuensi 8-22 kali dalam 24 jam agar kadar hormon prolaktin

tetap tinggi.

Hormon prolaktin membuat ibu merasa rileks dan mengantuk

sehingga pad ibu yang menyusui malam hari dapat beristirahat dengan

baik. Hormon prolaktin juga berfungsi menekan ovulasi sehingga

menyusui (terutama secara eksklusif) menjadi salah satu pengatur jarak

kehamilan alami.

c. Progesteron

Progesteron di produksi di ovarium/indung telur dan plasenta.

Progesteron menghambat efek prolaktin selama kehamilan. Ketika

seorang ibu melahirkan, plasenta terlepas dari rahimnya sehingga

menyebabkan kadar hormon progesteron turun. Efek berikutnya, kadar

hormon prolaktin meningkat. Bila terjadi masalah (misalnya sebagian

plasenta tetap berada di dalam rahim setelah bayi lahir), produksi ASI

tidak meningkat hingga hari ke-3 bahkan hari ke-4 pasca kelahiran.

d. Oksitosin

Oksitosin diproduksi di hipotalamus dan disimpan di kelenjer

pituiry belakang otak. Saat bayi menghisap, rangsangan tersebut

dikirim ke otak sehingga hormon oksitosin dikeluarkan dan mengalur

ke dalam darah, kemudian masuk ke payudara menyebabkan otot-otot

disekitar alveoli berkontraksi dan membuat ASI mengalir di saluran

21
Institut Prima Nusantara
ASI. Hormon oksitosin juga membuat saluran ASI lebih lebar sehingga

ASI mengalir lebih mudah. Hormon oksitosin diproduksi lebih cepat

dari hormon prolaktin, bahkan hormon ini dapat bekerja sebelum bayi

mulai menghisap.

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat

tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih

tinggi. Kadar hormon estrogen dan progesteron akan menurun pada

saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan sehingga penekanan

terhadap hipofisis akan berkurang dan produksi prolaktin meningkat

yang mengakibatkan terjadi produksi ASI (Maryunani, 2015).

22
Institut Prima Nusantara
Penghisapan

Mekanoreseptor di puting payudara

Hipotalamus

Jalur Saraf Prolactin inhibitor


hormon atau
rolactine releasing
hormone
Hipofisis Posterior

Oksitosin Hipofisis anterior

Kontraksi sel Prolaktin


miopitel yang
mengelilingi
alveolus

Penyemprotan susu Sekresi susu

Bagan 2.1
Proses Menyusui
(Sutanto, 2018)

Menurut Monika (2018), produksi ASI terjadi dalam tiga

tahap/fase, yaitu :

a. Laktogenesis I

Produksi ASI pada awalnya tidak langsung dimulai dengan

hukum persediaan versus permintaan. Sejak akhir trimester II atau

awal trimester III kehamilan, kolostrum sudah mulai diproduksi.

23
Institut Prima Nusantara
Proses produksi ASI selama kehamilan ini sepenuhnya diatur oleh

hormon endokrin dan sistem pengendalian itu disebut sistem kendali

endokrin. Pada fase ini, produksi ASI belum terlalu banyak karena

ditekan oleh kadar hormon progesteron yang tinggi.

Pada ibu melahirkan, plasenta terlepas dari rahim sehingga

menyebabkan kadar hormon progesteron turun. Efek berikutnya, kadar

hormon prolaktin yang berperan dalam produksi ASI meningkat.

Karena pengeluaran kolostrum pasca kelahiran ini masih diatur oleh

hormon, ibu tidak perlu khawatir kolostrum tidak akan keluar.

b. Laktogenesis II

Fase laktogenesis II terjadi di 30-40 jam pasca kelahiran. Pada

fase ini, kolostrum sudah mulai berubah menjadi ASI transisi. Aliran

darah ke payudara meningkat sehingga payudara mulai terasa lebih

kencang dan berat. Kadar hormon progesteron terus menurun.

Akibatnya, hormon prolaktin terus meningkat sehingga ASI mulai

diproduksi lebih banyak yang umumnya sudah terjadi pada hari ke-3

dan ke-4 pasca kelahiran.

c. Laktogenesis III/Galactopoiesis

Laktogenesis III mulai terjadi antara hari ke-8 hingga hari ke-

10 pasca kelahiran. Dalam fase ini, bukan sistem kendali endokrin lagi

yang mengatur, melainkan sistem kendali autokrin/lokal. Makna

sistem kendali lokal adalah seberapa sering ASI dikeluarkan dan

seberapa baik payudara dikosongkan. Inilah yang merupakan

mekanisme kendali utama produksi ASI.

24
Institut Prima Nusantara
Pada tahap laktogenesis III dan seterusnya, produksi ASI di tiap

payudara bergantung pada seberapa serin ASI dikeluarkan )baik melalui

disusui langsung atau diperah) dan seberapa baik pengosongan payudara.

Jadi, bisa saja satu payudara tidak menghasilkan ASI sama sekali, tetapi

payudara yang lainnya tetap berproduksi dengan normal.

Kelenjer susu tersusun atas dua macam jaringan, yaitu jaringan

kelenjer (glandular tissue atau parenkim) dan penopang (supporting tissue

atau stroma). Jaringan kelenjer berisi banyak sekali kantong alveolus yang

dikelilingi oleh jaringan epitel otot yang bersifat kontraktif. Bagian dalam

alveolus dilapisi oleh selapis epitel. Susu dibentuk pada epitel kelenjer ini.

Persiapan berproduksi berlangsung selama kehamilan sehingga membesar

sampai 2-3 kali ukuran normal (Adriani, 2016).

Air susu terbentuk melalui melalu dua fase, yaitu fase sekresi dan

pengaliran pada bagian pertama, susu disekresikan oleh sel kelenjer ke

dalam lumen alveoli. Kedua hormon ini mempengaruhi perkembangan

kelenjer mammae. Pada fase kedua, air susu yang dihasilkan oleh kelenjer

dialirkan ke puting susu, setelah sebelumnya terkumpul dalam sinus.

Selama kehamilan berlangsung laktogenesis kemungkinan besar terkunci

oleh pengaruh progesteron pada sel kelenjer. Seusai partus, kadar hormon

ini menyusut dratis, memberi kesempatan prolaktin untuk bereaksi

sehingga mengimbas laktogenesis (Adriani, 2016).

Produksi ASI dan payudara yang membesar selain disebabkan oleh

hormon prolaktin juga disebabkan oleh Human Chorionic

Somatomammotropin (HCS) atau HPL yaitu hormon peptida yang di

25
Institut Prima Nusantara
keluarkan oleh plasenta. Pengeluran prolaktin sendiri dirangsang oleh

pengosongan ASI dari sinus lactiferus. Semakin banyak ASI yang di

keluarkan dari payudara maka semakin banyak ASI yang di produksi,

sebaliknya apabila bayi berhenti menghisap maka payudara akan berhenti

memproduksi ASI (Sutanto, 2018).

7. Reflek Pengeluaran ASI (Let Down Reflex/LDR)

Reflek pengeluaran ASI (Let Down Reflex/LDR) disebut juga MER

(Milk Ejection Reflex) atau Oxytocin Reflex merupakan tanda bahwa ASI

siap untuk mengalir dan membuat proses menyusui lebih mudah, baik bagi

bayi maupun ibu. Refleks pengeluaran ASI juga bisa terjadi saat ibu

mendengar, melihat atau bahkan hanya memikirkan sang bayi. Selain itu,

refleks pengeluaran ASI juga bisa terpicu dengan cara menyentuh

payudara atau area puting dengan tangan atau alat pompa ASI (Monika,

2018).

Seiring dengan makin nyamannya proses menyusui, ibu sering

tidak merasakan atau tidak sadar telah terjadi refleks pengeluaran ASI.

Refleks pengeluaran ASI bisa terjadi lebih dari sekali dalam satu sesi

menyusui dan biasanya ibu hanya merasakan refleks pengeluaran ASI

yang pertama saja. Awal pol menyusui bayi adalah menghisap dengan jeda

yang pendek. Seelah refleks pengeluaran ASI terjadi, polanya menjadi

manghisap-menelan-menghisap dan seterusnya (Monika, 2018).

Ada satu kondisi lagi mengenai refleks pengeluaran ASI, yaitu

refelsk pengeluaran ASI yang sangat kuat (forceful LDR). Refleks

pengeluaran ASI yang sangat kuat kerap dikaitkan dengan terlalu

26
Institut Prima Nusantara
banyaknya ASI/terlalu derasnya aliran ASI/suplai ASI berlebih. Tanda-

tanda bayi mengalami refleks pengeluaran ASI yang sangat kuat adalah

tersedak, batuk, terengah-engah saat menyusu (karena aliran ASI terlalu

deras), sering melepaskan payudara, terdengar suara “klik” saat menyusu,

sering gumoh/muntah, perut kembung dan sering menolak menyusu

(Monika, 2018).

8. Faktor Penghambat Produksi ASI

Menurut Monika (2018), berikut adalah dua hal yang

memperlambat produksi ASI ketika payudara ibu penuh, yaitu :

a. Adanya protein inhibitor/penghambat produksi ASI (Feedback

Inhibitor of Lactation/FIL).

Ketika payudara penuh, suatu protein peptida bernama FIL akan

dihasilkan tubuh yang berfungsi memperlambat produksi ASI

b. Tekanan pada payudara

ASI yang penuh akan menekan payudara sehingga aliran darah ke

payudara berkurang dan juga menekan sel pembentuk ASI.

Menurut Monika (2018), beberapa faktor yang menjadi pemicu

tertundanya produksi ASI pasca persalinan adalah :

a. Melahirkan untuk pertama kali.

Ibu yang pertama kali melahirkan cenderung mengalami laktogenesis

II sehari lebih lambat dibandingkan ibu yang sudah pernah melahirkan

sebelumnya.

b. Saat proses persalinan, ibu menerima cairan intravena (cairan infus)

dalam jumlah besar atau obat-obatan pengurang nyeri.

27
Institut Prima Nusantara
c. Persalinan normal yang panjang, melelahkan dan traumatis.

d. Ibu mendorong cukup lama (lebih dari 1 jam) pada tahap akhir

persalinan.

e. Perdarahan lebih dari 500 ml per hari.

f. Kelainan plasenta, misalnya sebagian dari plasenta tetap berada di

dalam rahim setelah bayi lahir (retained placenta).

g. Kesehatan ibu yang kurang baik.

h. Beberapa masalah hormon atau bagaimana tubuh ibu merespons

hormon dalam tubuh. Hormon tersebut, antara lain hormon insulin

(pada penderita diabetes tipe 1 dan 2) yang tidak terkontrol, PCOS

(Polycystic Ovariuan Syndrome), masalah kesuburan dan masalah

tyroid seperti hypertiroid. PCOS adalah gangguan keseimbangan

hormonal pada wanita dan menjadi salah satu penyebab

ketidaksuburan/infertilitas pada wanita.

i. Hipertensi (tekanan darah tinggi).

j. Obesitas (kegemukan).

Pada beberapa kasus, produksi ASI juga tidak optimal, yang

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

a. Masalah pada jaringan payudara ibu.

b. Kelahiran preterm/prematur, ketika perkembangna payudara terputus

sehingga jaringan pembentuk ASI di payudara lebih sedikit

dibandinkan dengan kehamilan cukup bulan. Namun, dengan

manajemen laktasi yang baik, perkembangna payudara dapat

dilanjutkan setelah persalinan

28
Institut Prima Nusantara
c. Hipoplasia adalah kelainan pada payudara dimana jaringan glandular

payudara tidak berkembang dengan normal sehingga tidak memiliki

jaringan kelenjer yang memadai. Beberapa ciri hipoplasia adalah jarak

antara payudara yang lebar, bentuk payudara yang asimetris secara

mencolok, payudara yang berbentuk seperti tabung, areola yang sangat

besar dan payudara yang tidak mengalami perubahan selama

kehamilan dan pasca persalinan.

d. Luka atau operasi pada payudara yang dapat menghilangkan atau

merusak jaringan payudara atau saraf-saraf yang berhubungan dengan

pengeluaran ASI.

e. Kelainan anatomi puting, seperti puting datar/terbenam (flat/inverted

nipple) dan puting yang ditindik sehingga menghalangi aliran ASI.

f. Ibu tidak dapat melakukan manajemen laktasi dengan optimal karena

berbagai sebab, misalnya karena menderita penyakit berat.

g. Berbagai obat-obatan yang dikonsumsi ibu, seperti pengatur jarak

kehamilan hormonal (pil/injeksi yang mengandung hormon estrogen).

9. Masalah Dalam Menyusui

Menurut Sutanto (2018), kegagalan dalam proses menyusui sering

disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, yaitu :

a. Kurang atau kesalahan informasi

Banyak ibu merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau

malah lebih baik dari ASI, sehingga cepat menambah susu formula

bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatan pun masih banyak

yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan

29
Institut Prima Nusantara
atau saat memulangkan bayi. Informasi yang perlu diberikan kepada

ibu hamil atau menyusui antara lain :

1) Fisiologi laktasi

2) Keuntungan pemberian ASI

3) Cara menyusui yang baik dan benar

4) Kerugian pemberian susu formula

5) Menunda pemberian makanan lainnya paling kurang setelah 6

bulan

b. Puting susu datar atau terbenam

Puting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya

tidak terlalu menjadi masalah. Secara umum, ibu tetap masih dapat

menyusui bayinya dan upaya selama antenatal umumnya kurang

berfaedah. Misalnya, dengan memanipulasi hofman, menarik-narik

puting ataupun penggunaan brestshield dan breast shell. Hal penting

dan efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah hisapan langsung

bayi yang kuat. Maka sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja

sampai bayi lahir, segera setelah pasca lahir lakukan :

1) Skin to skin kontak dan biarkan bayi menghisap sedini mungkin

2) Biarkan bayi “mencari” puting. Kemudian menghisapnya dan bila

perlu coba berbagai posisi untuk mendapatkan keadaan yang paling

menguntungkan. Rangsang puting biar dapat keluar sebelum bayi

mengambilnya.

30
Institut Prima Nusantara
3) Apabila puting benar-benar tidak bisa muncul, dapat ditarik dengan

pompa puting susu (niplle puller) atau yang paling sederhana

dengan sedotan spuit yang dipakai terbalik.

4) Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui

dengan sedikit penekanan pada areola mammae dengan jari,

sehinga terbentuk dot ketika memasukkan puting susu kedalam

mulut bayi.

5) Bila terlalu penuh ASI dapat diperas dahulu dan diberikan dengan

sendok atau cangkir. Bisa juga teteskan langsung ke mulut bayi.

Bila perlu lakukan ini hingga 1-2 minggu.

c. Puting susu lecet (abraded or cracked nipple)

Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu

saat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan

celah-celah. Retakan pada puting susu bisa sembuh sendiri dalam

waktu 48 jam.

d. Payudara bengkak

Payudara bengkak adalah keadaan di mana payudara terasa

lebih penuh (tegang) dan nyeri sekitar hari ketiga atau keempat

sesudah melahirkan. Biasanya disebabkan oleh statis disekresi.

Pembekakan sering terjadi pada payudara dengan elastisitas yang

kurang. Namun, jika payudara bengkak dan ibu tidak mengeluarkan

ASI, maka ASI akan menumpuk dalam payudara. Lalu, menyebabkan

areola menjadi lebih menonjol, puting lebih datar dan sulit untuk

dihisap bayi.

31
Institut Prima Nusantara
Cara paling aman agar payudara tidak membengkak adalah

dengan menyusukan bayi segera setelah lahir. Jika payudara masih

terasa berat, maka keluarkan ASI dengan cara manual atau

menggunakan pompa. Perlunya perawatan pasca melahirkan sebelum

menyusui agar payudara tidak lembek serta mudah ditangkap oleh

bayi.

e. Mastitis

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Mastitis ini dapat terjadi

kapan saja saat ibu menyusui. Namun, paling sering terjadi antar hari

ke-10 dan hari ke-28 setelah kelahiran.

10. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusui

Menurut Maryunani (2015), hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

a. Ibu harus segera menyusui setelah lahir untuk merangsang produksi

ASI dan terpenuhinya kolostrum untuk bayi.

b. Tidak memberikan susu formula dan tidak menggunakan puting buatan

atau dot untuk mencegah bingung puting.

c. Gunakan payudara secara bergantian agar produksi ASI tetap lancar.

d. Sebaiknya berikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan berikan ASI

sampai usia 2 tahun.

11. Tanda Bayi Cukup ASI

Menurut Monika (2018), tanda-tanda kecukupan ASI yang secara

garis besar adalah :

32
Institut Prima Nusantara
a. Frekuensi Buang Air Kecil (BAK) per hari

Frekuensi BAK untuk bayi baru lahir per hari paling sedikit 6

kali sehari. Perhatikan pula warna BAK bayi, warna BAK yang baik

adalah kuning cerah. Bila BAK berwarna kuning pekat atau cokelat

(seperti jus apel) dan frekuensi BAK kurang dair 6 kali per hari,

kemungkinan besar bayi mengalami dehidrasi atau kekurangan ASI.

b. Pola Buang AIR Besar (BAB)

Pola BAB bayi yang ASI eksklusif sangat bervariasi. Pada hari

pertama, BAB bayi akan berwarna hitam atau hijau gelap dan pekat.

bila suplai ASI lancar sekitar 4 hari pasca kelahiran, BAB berangsur-

angsur berubah warna menjadi kuning (kadang berupa cairan kuning

dengan biji-biji kecil) atau kuning kehijauan.

c. Pertumbuhan bayi

Bila berat badan bayi beberapa hari pasca kelahiran turun

hingga 7% dari berat badan lahir, ibu tidak usah khawatir. Bila proses

menyusui berjalan dengan baik dan bayi secara umum sehat,

pertumbuhan berat badan bayi akan naik sejak hari ke-4/lima dan pada

usia 10-14 hari berat badan bayi akan sama dengan berat badan ketika

lahir. Umumnya berat badan bayi per minggu pad ausia 0-4 bulan

adalah sekitar 155-241 gram. Pada usia 4-6 bulan, kenaikan berat

badan bayi per minggu adalah sekitar 92-126 gram. Pada usia 6-12

bulan, kenaikan berat badan bayi per minggu sekitar 50-80 gram.

33
Institut Prima Nusantara
d. Perilaku bayi

Pasca menyusui, payudara ibu menjadi lebih lembut. Bayi pun

tampak puas, kenyang, tidak rewel, tidur dengan nyenyak, serta aktif

dan siaga pada saat bangun.

e. Perkembangan bayi

Perkembangan bayi harus memenuhi tahapan perkembangan

bayi berdasarkan usia secara umum. Bila tanda-tanda kecukupan ASI

tidak terpenuhi dan bayi sudah mulai mengalami dehidrasi, segera

konsultasikan ke dokter atau ahli laktasi.

B. Kacang Hijau

1. Pengertian

Kacang hijau (Phaseolus radates) merupakan salah satu komoditas

kacang-kacangan yang banyak dimakan rakyat Indonesia. Tanaman ini

banyak mengandung zat-zat gizi. Kacang hijau adalah sejenis tanaman

budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan

yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki banyak mafaat dalam

kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan protein nabati tinggi

(Mustakim, 2012).

Gambar 2.1
Kacang Hijau
34
Institut Prima Nusantara
2. Kandungan Kacang Hijau

Kandungan gizi dalam 100 gram kacang hijau adalah :

Tabel 2.2
Kandungan Gizi Kacang Hijau per 100 gram

Gizi Kandungan Gizi Per 100 gram


Energi 345 kal
Protein 22,2 g
Lemak 1,2 g
Karbohidrat 62,9 g
Serat 4,1 g
Kalsium 125 mg
Fosfor 320 mg
Zat Besi 6,7 mg
Vitamin A 157 IU
Vitamin B1 0,64 mg
Vitamin C 6 mg
Air 10 g
Sumber : Mustakim, 2012

3. Kacang Hijau Menyimpan 5 Manfaat Baik untuk Ibu Menyusui

Selama mengandung dan setelah melahirkan, salah satu hal yang

kerap menyita pikiran para ibu adalah bagaimana menghasilkan air susu

dengan lancar untuk asupan buah hatinya, karena tidak semua ibu dapat

memiliki ASI berlimpah. Kacang hijau memiliki kandungan lemak yang

tidak terlalu tinggi. Lemak di dalam kacang hijau terbagi atas lemak tidak

jenuh dan jenuh, sehingga aman dikonsumsi. Salah satu kacang-kacangan

ini juga menyimpan kandungan protein yang sangat baik untuk ibu

menyusui dan bayi.

35
Institut Prima Nusantara
5 Manfaat Baik untuk Ibu Menyusui, sebagai barikut :

a. Terdapat kandungan karbohidrat

Kacang hijau mengandung sari pati yang mampu mengubah kalori

menjadi energi. Kandungan tersebut sangat bermanfaat bagi tubuh ibu

selama masa menyusui. Pasalnya, ibu menyusui, membutuhkan banyak

tenaga untuk menggantikan energi yang hilang selama beraktivitas dan

memberikan ASI.

Kamu juga tidak perlu takut mengonsumsi kacang hijau setiap hari,

karena makanan ini merupakan salah satu jenis karbohidrat kompleks

yang baik bagi tubuh. Artinya, kacang hijau, tidak akan membuat tubuh

terlihat gemuk dan meningkatkan berat badan. Justru, kacang hijau

mampu memperderas ASI.

b. Mengandung kadar protein yang tinggi

Ibu menyusui, membutuhkan asupan protein tinggi untuk

memproduksi ASI lebih banyak. Protein tersebut mampu didapatkan

dari berbagai jenis makanan seperti sup daging atau ikan laut. Kamu

juga mampu mendapatkan nutrisi, di dalam kacang hijau. Makanan ini

sangat baik sebagai pelancar ASI.

Kandungan mineral yang tinggi di dalam kacang hijau juga

bermanfaat meningkatkan kuantitas ASI. dapat mengonsumsinya

dengan merebus kacang hijau, kemudian saring dan pisahkan antara air

dengan ampas. Kamu dapat menikmati air kacang hijau tanpa pemanis

tambahan lainnya, untuk hasil lebih efektif.

36
Institut Prima Nusantara
c. Kacang hijau mengandung lemak baik

Kandungan lemak tak jenuh pada kacang hijau aman untuk

dikonsumsi, dalam pembentukan kolesterol baik yang dibutuhkan oleh

tubuh. Selain itu, lemak tak jenuh dapat membantu meningkatkan

kecerdasan otak pada bayi yang menyusu ASI. Kacang hijau juga

mampu mencegah penyakit jantung. Kandungan lemak tak jenuh ini,

dapat membuat Ibu yang menyusui memiliki nutrisi yang cukup tanpa

harus khawatir dengan kata gemuk.

d. Kaya akan vitamin yang dibutuhkan ibu menyusui

Kacang hijau, mengandung banyak vitamin seperti, vitamin A, B,

B1 dan C. Jika kamu rutin mengonsumsi kacang hijau artinya, kamu

telah memenuhi asupan gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Daya tahan

tubuh anak juga menjadi lebih kuat, karena asupan nutrisi dan vitamin

terpenuhi secara lengkap. Kamu dapat mengonsumsinya secara berkala

setiap pagi, untuk mendapatkan perubahan serta hasil maksimal.

e. Terdapat kandungan asam folat yang tinggi

Kalsium, fosfor dan zat besi sangat dibutuhkan oleh ibu hamil dan

menyusui. Kalsium dan fosfor, dapat membantu pembentukan tulang

pada janin dan mencegah osteoporosis pada ibu. Sedangkan zat besi,

dapat membantu mengencerkan darah yang kental, untuk mencegah

terjadinya pendarahan saat proses kelahiran. Zat besi mampu mencegah

anemia yang dapat melanda ibu menyusui setelah proses melahirkan.

Asam folat pada kacang hijau, akan membantu kamu yang

mengalami kesulitan menyusui, seperti ASI cepat kering atau produksi

37
Institut Prima Nusantara
ASI terhambat. Konsumsi kacang hijau secara rutin sejak masa

kehamilan, akan membantu kamu dalam memperlancar ASI pasca

melahirkan nanti. Kamu dapat meraciknya menjadi bubur kacang hijau

atau meminum air rebusannya secara langsung.

4. Mekanisme Kacang Hijau Terhadap Produksi ASI

Kacang hijau mengandung 20-25% protein. Protein kacang hijau

kaya asam amino leusin, arginin, isoleusin, valin dan lisin. Kacang hijau

juga mengandung multi protein yang berfungsi mengganti sel mati dan

membantu pertumbuhan sel tubuh, oleh karena itu, anak-anak dan wanita

yang baru saja bersalin dianjurkan untuk mengkonsumsinya (Mustakim,

2012). Kacang hijau yang sangat diperlukan oleh ibu selama masa laktasi

adalah protein. Protein dapat meningkatkan sekresi air susu karena

kandungan protein banyak mengandung asam amino sehingga mampu

merangsang sekresi ASI (Suksesty, 2017). Kacang hijau diberikan

sebanyak 300 gram/hari selama 7 hari berturut–turut mengalami proses

absorpsi melalui epitel gastrointestinal yang dialiri vena yang membentuk

sebagian sistem hepatoportal, kemudian mengalami proses pemecahan.

Kandungan kacang hijau berupa vitamin B dan potein yang tinggi akan

mudah diserap ke dalam jaringan mukosa. Saat hipotalamus dan hipofise

mengatur kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah, hormone ini

diperlukan untuk pengeluaran dan produksi air susu (Wakhida, 2011).

38
Institut Prima Nusantara
5. Cara Pemberian Kacang Hijau

Kacang hijau merupakan sumber protein yang sangat baik, karena

bahan bakunya dikenal sebagai sumber protein nabati yang bermutu baik

(Mustakim, 2012). Kacang hijau diberikan pada ibu nifas sebanyak 300

gram/hari selama 7 hari berturut–turut (Wakhida, 2011).

C. Masa Nifas

1. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta

sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal

masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Sutanto, 2018).

Masa nifas adalah masa setelah seseorang ibu melahirkan bayi

yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang

umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Walyani, 2015).

2. Tahapan Masa Nifas

Menurut Sutanto (2018), tahapan masa nifas adalah :

a. Puerpierum dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedia, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetali

yang lamanya 6-8 minggu.

c. Remore puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali

dan sehat sempurna baik selama hamil atau sempurna berminggu-

minggu, berbulan-bulan atau tahunan.

39
Institut Prima Nusantara
3. Perubahan Fisik Masa Nifas

Menurut Walyani (2015), perubahan fisik pada masa nifas adalah :

a. Rasa kram dan mules di bagian bawah perut akibat penciutan rahim

(involusi)

b. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (lochea)

c. Kelelahan karena proses melahirkan

d. Pembentukan ASI sehingga payudara membesar

e. Kesulitan buang air besar (BAB) buang air kecil (BAK)

f. Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)

g. Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)

4. Perubahan Psikis Masa Nifas

Menurut Walyani (2015), perubahan psikis pada masa nifas adalah :

a. Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah melahirkan

sampai hari ke-2 (fase taking in)

b. Ibu merasa khawatir akan ketidak mampuan merawat bayi, muncul

perasaan sedih (baby blues) disebut fase taking hold (hari ke-3-10)

c. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut fase

letting go (hari ke-10 sampai akhir masa nifas).

40
Institut Prima Nusantara
D. Kerangka Teori

Adapun kerangka teori penelitian yaitu :

Ibu Nifas Terjadi proses laktasi menyusui pada


masa nifas

Masalah dalam pemberian ASI: Faktor yang mempengaruhi


1. Kurang atau kesalahan produksi ASI :
informasi 1. Psikologi ibu
2. Puting susu datar atau 2. Anestesi
terbenam 3. Operasi
3. Puting susu lecet (abraded 4. Rangsangan puting susu
or cracked nipple) 5. Hubungan kelamin
4. Payudara bengkak 6. Gizi ibu selama menyusui
5. Mastitis 7. Konsumsi obat-obatan

Ketidakefektifan ASI

Pemberian Kacang Hijau

Absorpsi Epitel gastrointestinal Pembuluh Vena

Vitamin B dan Protein Proses Pemecahan Hepatoportal

Jaringan Mukosa Hipotalamus dan Hipofisis Prolaktin dan

Oksitosin

Meningkatkan sekresi air susu karena protein banyak

mengandung asam amino sehingga mampu merangsang

produksi ASI
Produksi ASI meningkat

Bagan 2.1
Kerangka Teori Penelitian

41
Institut Prima Nusantara
Sumber : Sutanto (2018), Pollard (2016) & Suksesty (2017)

E. Karangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai

masalah penting ( sugiyono, 2013)

Kerangka konsep yang baik akan menjelaskan secara toritis

pertautan antar variabel yang akan di teliti. Jadi, secara teoritis perlu

dijelaskan hubungan antar variabel independen variabel dependen (sugiyono,

2013)

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah mencoba untuk

melihat pengarus pemberian pudding kacang hijau terhadap kecukupan ASI

sebagai berikut.

Variavel Independen Variabel Dependen

Pengaruh pudding kacang Kecukupan ASI

hijau.

Bagan 2.2
Kerangka konsep

42
Institut Prima Nusantara
F. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Definisi Alat Cara Skala


No Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur
1. Pudding kacang Pemberian 100 Cheklist Observasi - Rasio
hijau gram per 2 kali
sehari pudding
kacang hijau
selama 1minggu.

2. Kecukupan ASI Air Susu Ibu Cheklist Observasi Melihat Rasio


sebelum (ASI) merupakan frekuensi
diberikan nutrisi alamiah Buang Air
pudding kacang bagi bayi karena Kecil
hijau mengandung (BAK)
kebutuhan energi
dan zat yang
dibutuhkan
selama enam
bulan pertama
kehidupan bayi.

3. Kecukupan ASI Air Susu Ibu Cheklist Observasi Melihat Rasio


sesudah (ASI) merupakan frekuensi
diberikan nutrisi alamiah Buang Air
pudding kacang bagi bayi karena Kecil (BAK)
hijau mengandung
kebutuhan energi
dan zat yang
dibutuhkan
selama enam
bulan pertama
kehidupan bayi.

43
Institut Prima Nusantara
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

H. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini Quasy Eksperiment dengan desain One-Group Pre-

Test-Post-Test yaitu pengelompokkan anggota-anggota kelompok eksperimen.

Penelitian ini menguji perubahan-perubahan yang terjadi pada kelompok

setelah adanya eksperimen (perlakuan). Bentuk rancangan ini adalah sebagai

berikut :

Pretest Perlakuan Posttest


O1 X O2

Keterangan :

O1 : Pengukuran produksi ASI sebelum diberikan kacang hijau

X : Perlakuan (pemberian kacang hijau)

O2 : Pengukuran produksi ASI sesudah diberikan kacang hijau

I. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di BPM “F” Tarusan Pesisir Selatan

pada bulan Juli - Agustus.

J. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sejumlah subjek yang mempunyai karakteristik

tertentu (Hidayat, 2014). Populasi adalah semua ibu nifas yang ada di

44
Institut Prima Nusantara
BPM “F” Tarusan Pesisi Selatan pada bulan Juli – Agustus 2019

berjumlah 30 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti (Hidayat,

2014). Sampel diambil dengan menggunakan teknik adalah non

probability sampling yaitu purposive sampling yaitu pengambilan sampel

berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan kriteria sampel (Hidyat,

2014). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 10 orang, dimana menurut

Sugiyono (2016) untuk penelitian eksperimen sederhana, maka jumlah

anggota sampel 10 orang. Adapun kriteria sampel sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

1) Bersedia menjadi responden

2) Belum pernah mengkonsumsi pudding kacang hijau sehabis

melahirkan

3) Ibu nifas 5 hari post partum

4) Bayi tidak menggunakan disposible diapers

b. Kriteria eksklusi

1) Ibu yang menggunakan obat/lancar ASI

2) Bayi lahir cacat/kondisi patologi

3) Ibu tidak bersedia menjadi responden.

K. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer pada penelitian ini yaitu data yang diambil dari

responden berupa melihat produksi ASI sebelum dan sesudah diberikan

45
Institut Prima Nusantara
kacang hijau. Data yang diperoleh dari responden yang diberi penjelasan

tentang tujuan dari penelitian ini yang bersedia menjadi responden

menandatangai informed consent yang telah disediakan sebagai bukti

kesediaannya.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari secara tidak

langsung atau data yang dikumpulkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Pesisir Selatan dan BPM “F” Tarusan Pesisir Selatan tentang cakupan ASI

Eksklusif dan jumlah ibu nifas.

L. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Adapun cara penelitian adalah :

a. Persiapan (Pelaksanaan Pretest)

1) Proses kegiatan penelitian dilakukan setelah mendapatkan

persetujuan secara akademis, kemudian peneliti mempersiapkan

surat permohonan izin untuk melakukan penelitian di BPM “F”

Tarusan Pesisir Selatan.

2) Setelah mendapatkan izin, selanjutnya menyeleksi responden

dengan menggunakan teknik purposive sampling yang sesuai

dengan kriteria inklusi

3) Peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden.

Setelah memahami tujuan penelitian, responden diminta

menandatangani informed consent sebagai kesediaan menjadi

responden penelitian.

46
Institut Prima Nusantara
4) Mengisi data demografi responden melalui wawancara.

5) Selanjutnya peneliti memberikan lembar observasi kepada ibu

untuk melihat BAK bayi dalam 24 jam sebagai indikator dalam

menilai produksi ASI dan mencatat ke dalam lembar observasi

pada hari pertama.

b. Tahap pemberian pudding kacang hijau

1) Sebelum diberikan pudding kacang hijau kepada ibu nifas, peneliti

menjelaskan tujuan dan manfaat dari kacang hijau yang dapat

meningkatkan produksi ASI.

2) Memberikan pudding kacang hijau kepada ibu nifas sebanyak 250

gram/hari selama 7 hari berturut–turut.

c. Tahap pelaksanaan postest

1) Setelah pemberian pudding kacang hijau kepada ibu nifas, peneliti

kembali meminta ibu untuk melihat BAK bayi dalam 24 jam pada

hari terakhir.

2) Kemudian peneliti mencatat ke dalam lembar observasi.

M. Etika Penelitian

Setiap penelitian sebaiknya di mintakan etichal clearance, yaitu

semacam persetujuan dan komite etika penelitian di suatu institusi bahwa

penelitian yang akan dilakukan ini tidak membahayakan responden penelitian.

Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek bertentangan dengan etik.

Apabila komite etik penelitian belom di bentuk di suatu institusi maka

penelitian tetap harus memenuhi etika penelitian, yaitu menjamin kerahasian

47
Institut Prima Nusantara
responden, menjamin keamanan, adil dan mendapatkan persetujuan dari

responden harus dilindungi. Dengan menekan masalah etik sebagai berikut :

1. Lembar persetujuan (Informent Consent)

Informent Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar

persetujuan tersebut diberikan sebelum penelitian. Tujuan informent

consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan peneliti, serta

mengetahui dampaknya jika responden bersedia, maka responden harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,

maka penelitian harus menghormati hak responden.

2. Tanpa Nama (Anomity )

Salah satu cara untuk menjamin kerahasian responden adalah tidak

mencantumkan nama responden dalam pengisian instrumen penelitian

maupun penyajian hasil penelitian. Nama responden diganti dengan

pemberian nomor kode responden.

3. Kerahasiaan ( Confidentialy )

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiannya oleh peneliti.

4. Menjamin keamanan responden

Keamanan responden harus dipenuhi untuk tindakan invasif pada

tubuh manusia maupun tindakan yang dapat menginvasi pemikiran

responden. Bila akan melakukan tindakan invasif pada tubuh manusia,

48
Institut Prima Nusantara
maka tindakan tersebut harus dijamin tidak akan membahayakan atau

aman untuk kesehatan dan keselamatan responden.

5. Bertindak Adil

Bertindak adil diterapkan khususnya untuk penelitian eksperimen

yang memberikan perlakuan berbeda pada tiap responden, misalnya ada

responden yang diberi perlakuan penyuluhan dan ada yang tidak di beri

penyuluhan ( Sulistyaningsih, 2012 )

N. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

Data yang terkumpul pada penelitian ini diolah melalui proses

komputerisasi. Menurut Notoatmodjo (2012), dalam proses pengolahan

data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya :

a. Pemeriksaan Data (Editing)

Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian dari lembar

observasi, apakah telah terisi lengkap sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Memasukkan Data (Entry)

Merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master tabel atau database komputer.

c. Pembersihan Data (Cleaning)

Setelah data diolah lalu dicek atau diperiksa kembali guna memastikan

tidak ada lagi kesalahan yang terjadi pada data tersebut.

49
Institut Prima Nusantara
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BPM “F” Tarusan Pesisir Selatan terletak di Jl. Padang-Painan

Kampung Sawah Liek Tarusan, Pesisir Selatan. BPM “F” Tarusan Pesisir

Selatan merupakan satu dari BPM yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas

Koto XI Tarusan. Adapun batasan BPM “F” Tarusan Pesisir Selatan adalah :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kec. Bungus Teluk Kabung

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kec. Bayang

c. Sebelah barat berbatasan dengan Keb. Kepulauan Mentawai dan Samudra

Hindia.

d. Sebelah timur berbatasan dengan Keb. Solok dan Bukit Barisan

B. Gambaran Karakteristik Responden


Penelitian yang telah dilakukan ditemukan karakteristik responden

yaitu umur, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anak, dimana pada karakteristik

umur didapatkan ibu nifas yang berumur 20-35 tahun sebanyak 8 orang (80%)

dan umur > 35 tahun sebanyak 2 orang (20%). Pada pendidikan ibu nifas

didapatkan SMP, SMA dan S1 sebanyak 6 orang (60%) dan perguruan tinggi

sebanyak 4 orang (40%). Pada karakteristik pekerjaan didapatkan IRT

sebanyak 6 orang (60%), guru sebanyak 3 orang (30%) dan swasta sebanyak 1

orang (10%). Pada karakteristik jumlah anak didapatkan ibu dengan anak ke 1

sebanyak 4 orang (40%), anak ke 2 dan ke 3 sebanyak 3 orang (30%).

1. Analisis Univariat

50
Institut Prima Nusantara
a. Rata-Rata Kecukupan Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas Sebelum
Diberikan Pudding Kacang Hijau

Tabel 5.1
Rata-Rata Kecukupan Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas Sebelum
Diberikan Pudding Kacang Hijau di BPM “F”
Tarusan Pesisir Selatan Tahun 2019

Variabel n Mean SD Min-Max


Kecukupan ASI 10 5,20 0,919 4-7
Sebelum Intervensi

Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh rata-rata kecukupan ASI

sebelum diberikan pudding kacang hijau pada ibu nifas yang dilihat

dari frekuensi BAK bayi adalah 5,20 kali dengan standar deviasi

adalah 0,919 kali. BAK paling sedikit adalah 4 kali dan paling banyak

adalah 7 kali di BPM “F” Tarusan Pesisir Selatan tahun 2019.

b. Rata-Rata Kecukupan Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas Sesudah
Diberikan Pudding Kacang Hijau

Tabel 5.2
Rata-Rata Kecukupan Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas Sesudah
Diberikan Pudding Kacang Hijau di BPM “F”
Tarusan Pesisir Selatan Tahun 2019
Variabel n Mean SD Min-Max
Kecukupan ASI
10 11,90 1,792 9 - 15
Sesudah Intervensi

Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh rata-rata kecukupan ASI

sesudah diberikan pudding kacang hijau pada ibu nifas yang dilihat

dari frekuensi BAK bayi adalah 11,90 kali dengan standar deviasi

adalah 1,792 kali. BAK paling sedikit adalah 9 kali dan paling banyak

adalah 15 kali di BPM “F” Tarusan Pesisir Selatan tahun 2019.

2. Analisis Bivariat

51
Institut Prima Nusantara
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh pudding

kacang hijau terhadap kecukupan Air Susu Ibu (ASI) pada ibu nifas.

Setelah dilakukan uji normalitas menggunakan uji Paired Test, yaitu :

Tabel 5.3
Hasil Uji Normalitas

Uji Normalitas p value

Pretes
0,386
Postest
0,910

Berdasarkan tabel 5.1 terlihat bahwa hasil uji normalitas

didapatkan nilai p value kecukupan ASI sebelum diberikan pudding

kacang hijau sebesar 0,386 dan sesudah sebesar 0,910 yang berarti data

menunjukkan tingkat signifikan p > 0,05. Ho diterima berarti data

berdistribusi normal dan digunakan uji statistik t-testdependen.

Tabel 5.4
Pengaruh Pudding Kacang Hijau terhadap Kecukupan Air Susu
Ibu (ASI) pada Ibu Nifas di BPM “F” Tarusan Pesisir selatan
Tahun 2019

Mean Std. p
T-Test Mean t df
Difference Deviation value
Pretest 5,20
6,700 1,703 12,442 9 0,0005
Postest 11,90

Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh rata-rata kecukupan ASI

sebelum diberikan pudding kacang hijau adalah 5,20 kali dan sesudah

diberikan pudding kacang hijau adalah 11,90 kali. Hasil selisih

(difference) rata-rata kecukupan ASI sebelum dan sesudah diberikan

52
Institut Prima Nusantara
pudding kacang hijau yang dilihat dari frekuensi BAK bayi yaitu 6,7

kali dengan standar deviasi sebelum intervensi yaitu 1,703 kali.

Hasil uji statistik t-test didapatkan p value = 0,0005, berarti

<0,05 terlihat ada pengaruh pudding kacang hijau terhadap kecukupan

Air Susu Ibu (ASI).

53
Institut Prima Nusantara
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Rata-Rata Kecukupan Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas Sebelum
Diberikan Pudding Kacang Hijau

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan rata-rata kecukupan ASI

sebelum diberikan pudding kacang hijau pada ibu nifas yang dilihat dari

frekuensi BAK bayi adalah 5,20 kali dengan standar deviasi adalah 0,919

kali. BAK paling sedikit adalah 4 kali dan paling banyak adalah 7 kali di

BPM “F” Tarusan Pesisir Selatan Tahun 2019.

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena

timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi.

Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak

sebelum persalinan (periode antenatal) sampai pasca masa persalinan

lanjut. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena keadaan khusus.

Beberapada faktor yang mempengaruhi kecukupan ASI adalah psikologi

ibu, anestesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, gizi ibu

selama menyusui dan konsumsi obat-obatan (Sutanto, 2018). Ibu yang

tidak menyusui bayinya pada hari pertama menyusui disebabkan oleh

kecemasan dan ketakutan ibu akan kurangnya pengeluaran ASI dan

persepsi mereka tentang ketidakcukupan ASI, sehingga ibu tidak yakin

bisa memberikan ASI pada bayinya (Latifah, 2015).

54
Institut Prima Nusantara
Menurut Monika (2018), tanda-tanda kecukupan ASI yang secara

garis besar adalah :

a. Frekuensi Buang Air Kecil (BAK) per hari

Frekuensi BAK untuk bayi baru lahir per hari paling sedikit 6

kali sehari. Perhatikan pula warna BAK bayi, warna BAK yang baik

adalah kuning cerah. Bila BAK berwarna kuning pekat atau cokelat

(seperti jus apel) dan frekuensi BAK kurang dair 6 kali per hari,

kemungkinan besar bayi mengalami dehidrasi atau kekurangan ASI.

b. Pola Buang AIR Besar (BAB)

Pola BAB bayi yang ASI eksklusif sangat bervariasi. Pada hari

pertama, BAB bayi akan berwarna hitam atau hijau gelap dan pekat.

bila suplai ASI lancar sekitar 4 hari pasca kelahiran, BAB berangsur-

angsur berubah warna menjadi kuning (kadang berupa cairan kuning

dengan biji-biji kecil) atau kuning kehijauan.

c. Pertumbuhan bayi

Bila berat badan bayi beberapa hari pasca kelahiran turun

hingga 7% dari berat badan lahir, ibu tidak usah khawatir. Bila proses

menyusui berjalan dengan baik dan bayi secara umum sehat,

pertumbuhan berat badan bayi akan naik sejak hari ke-4/lima dan pada

usia 10-14 hari berat badan bayi akan sama dengan berat badan ketika

lahir. Umumnya berat badan bayi per minggu pad ausia 0-4 bulan

adalah sekitar 155-241 gram. Pada usia 4-6 bulan, kenaikan berat

badan bayi per minggu adalah sekitar 92-126 gram. Pada usia 6-12

bulan, kenaikan berat badan bayi per minggu sekitar 50-80 gram.

55
Institut Prima Nusantara
d. Perilaku bayi

Pasca menyusui, payudara ibu menjadi lebih lembut. Bayi pun

tampak puas, kenyang, tidak rewel, tidur dengan nyenyak, serta aktif

dan siaga pada saat bangun.

e. Perkembangan bayi

Perkembangan bayi harus memenuhi tahapan perkembangan

bayi berdasarkan usia secara umum. Bila tanda-tanda kecukupan ASI

tidak terpenuhi dan bayi sudah mulai mengalami dehidrasi, segera

konsultasikan ke dokter atau ahli laktasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wulandari (2014) tentang pengaruh pemberian sari kacang

hijau pada ibu nifas dengan kelancaran produksi ASI di BPM Yuni

Widaryanti, Amd. Keb Sumbermulyo Jogoroto Jombang, ditemukan

responden yang mengalami pengeluaran ASI yang banyak sebelum

mengkonsumsi kacang hijau sebesar (42,9%).

Asumsi peneliti, produksi ASI sebelum diberikan pudding kacang

hijau yang dilihat dari frekuensi BAK bayi didapatkan rata-rata adalah

5,20 kali. Dilihat dari frekuensi tersebut, rata-rata masih terbilang sedikit.

Hal ini bisa terjadi karena upaya-upaya ibu menyusui dalam mengatasi

masalah dalam ASI nya belum optimal dan ibu mengaku tidak mengetahui

bahwa pudding kacang hijau dapat meningkatkan kecukupan ASI. Selain

itu, juga disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan

oksitosin yang sangat berperan dalam meningkatkan kecukupan ASI.

56
Institut Prima Nusantara
2. Rata-Rata Kecukupan Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas Sesudah
Diberikan Pudding Kacang Hijau

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan rata-rata kecukupan ASI

sesudah diberikan pudding kacang hijau pada ibu nifas yang dilihat dari

frekuensi BAK bayi adalah 11,90 kali dengan standar deviasi adalah 1,792

kali. BAK paling sedikit adalah 9 kali dan paling banyak adalah 15 kali di

BPM “F” Tarusan Pesisir Selatan Tahun 2019.

Agar ibu berhasil dalam memberikan ASI secara eksklusif, maka

ibu yang sedang menyusui bayinya harus mendapat tambahan makanan

untuk menghindari kemunduran dalam kecukupan ASI. Jika makanan ibu

terus-menerus tidak memenuhi asupan gizi yang cukup, tentu kelenjer-

kelenjer pembuat air susu dalam payudara ibu tidak akan bekerja dengan

sempurna dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI

(Wahyuni, 2012).

Salah satu upaya agar ibu berhasil dalam memberikan ASI secara

eksklusif adalah ibu yang sedang menyusui bayinya harus mendapat

tambahan makanan untuk menghindari kemunduran dalam produksi ASI.

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui

tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang

dihasilkan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung

cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjer-kelenjer

pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan

sempurna dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI

(Suksesty, 2017).

57
Institut Prima Nusantara
Salah satu makanan yang dapat meningkatkan kecukupan ASI

adalah dengan mengkonsumsi pudding kacang hijau, dimana pudding

kacang hijau merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang

banyak dimakan rakyat Indonesia. Tanaman ini banyak mengandung zat-

zat gizi. Kandungan zat gizi dalam 100 gram kacang hijau adalah energi

(345 kal), protein (22,2 g), lemak (1,2 g), karbohidrat (62,9g), serat (4,1 g),

kalsium (125 mg), fosfor (320 mg), zat besi (6,7 mg), vitamin A (157 IU),

vitamin B1 (0,64 mg), vitamin C (6 mg) dan air (10 g) (Mustakim, 2012).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wulandari (2014) tentang pengaruh pemberian sari kacang hijau pada ibu

nifas dengan kelancaran produksi ASI di BPM Yuni Widaryanti, Amd.

Keb Sumbermulyo Jogoroto Jombang, ditemukan responden yang

mengalami pengeluaran ASI yang banyak sebelum mengkonsumsi kacang

hijau sebesar (42,9%) dan sesudah mengkonsumsi kacang hijau, di

dapatkan responden yang banyak mengalami pengeluaran ASI adalah

(57,1 %).

Asumsi peneliti, sesudah diberikan pudding kacang hijau

didapatkan adanya peningkatan kecukupan ASI yang dilihat dari frekuensi

BAK bayi dalam 24 jam yaitu menjadi 11,90 kali. Hal ini karena dalam

kacang hijau terdapat kandungan protein yang tinggi, dimana protein

dalam kacang hijau dapat meningkatkan produksi ASI. Selain itu, juga

didukung oleh faktor isapan bayi karena ibu memberikan ASInya tidak

terjadwal, sehingga kemampuan mengisap ASI lebih aktif.

58
Institut Prima Nusantara
B. Analisis Bivariat
Pengaruh Pemberian Pudding Kacang Hijau Terhadap Produksi Air
Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan rata-rata Kecukupan ASI

sebelum adalah 5,20 kali dan sesudah diberikan pudding kacang hijau adalah

11,90 kali. Hasil selisih (difference) rata-rata produksi ASI sebelum dan

sesudah diberikan pudding kacang hijau yang dilihat dari frekuensi BAK bayi

yaitu 6,7 kali dengan standar deviasi sebelum intervensi yaitu 1,703 kali.

Setelah dilakukan uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-

SmirnovTest didapatkan hasil nilai p value kecukupan ASI sebelum diberikan

pudding kacang hijau sebesar 0,386 dan sesudah sebesar 0,910 yang berarti

data menunjukkan tingkat signifikan p > 0,05. Berarti data berdistribusi

normal sehingga dilakukan uji T-Test dependen.

Hasil uji statistik t-test didapatkan p value = 0,000, berarti < 0,05,

terlihat ada pengaruh pudding kacang hijau terhadap kecukupan Air Susu Ibu

(ASI).

Kacang hijau (Phaseolusradates) merupakan sejenis tanaman budidaya

dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk

suku polong-polongan ini memiliki banyak mafaat dalam kehidupan sehari-

hari sebagai sumber bahan pangan protein nabati tinggi (Mustakim, 2012).

Kacang hijau mengandung 20-25% protein. Protein kacang hijau kaya

asam amino leusin, arginin, isoleusin, valin dan lisin. Kacang hijau juga

mengandung multi protein yang berfungsi mengganti sel mati dan membantu

pertumbuhan sel tubuh, oleh karena itu, anak-anak dan wanita yang baru saja

bersalin dianjurkan untuk mengkonsumsinya (Mustakim, 2012). Kacang hijau

59
Institut Prima Nusantara
yang sangat diperlukan oleh ibu selama masa laktasi adalah protein. Protein

dapat meningkatkan sekresi air susu karena kandungan protein banyak

mengandung asam amino sehingga mampu merangsang sekresi ASI

(Suksesty, 2017).

Kacang hijau diberikan sebanyak 250 gram/hari selama 7 hari

berturut–turut mengalami proses absorpsi melalui epitel gastrointestinal yang

dialiri vena yang membentuk sebagian sistem hepatoportal, kemudian

mengalami proses pemecahan. Kandungan kacang hijau berupa vitamin B dan

potein yang tinggi akan mudah diserap ke dalam jaringan mukosa. Saat

hipotalamus dan hipofise mengatur kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah,

hormone ini diperlukan untuk pengeluaran dan produksi air susu (Wakhida,

2011).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wulandari (2014) tentang pengaruh pemberian sari kacang hijau pada ibu

nifas dengan kelancaran produksi ASI di BPM Yuni Widaryanti, Amd. Keb

Sumbermulyo Jogoroto Jombang, ditemukan adanya pengaruh pemberian sari

kacang hijau pada ibu nifas dengan kelancaran produksi ASI (p value =

0,000).

Asumsi peneliti, adanya pengaruh rata-rata pudding kacang hijau

terhadap kecukupan Air Susu Ibu (ASI) pada ibu nifas karena kandungan

protein yang tinggi dalam kacang hijau mampu mengoptimalkan produksi ASI

serta kepekatan warna ASI pada ibu nifas. Selain itu, kandungan kacang hijau

berupa vitamin mudah diserap ke dalam jaringan mukosa sehingga

60
Institut Prima Nusantara
terproduksinya hormon endorphin yang menyebabkan oksitosin terbentuk

sehingga dapat memicu produksi ASI.

Kepada ibu nifas yang ASInya tidak keluar dengan banyak dan lancar

sehingga tidak ingin periksa kebidan atau dokter, dapat menggunakan sari

kacang hijau sebagai alternatif dari pengobatan bendungan ASI dan ASI yang

tidak keluar dengan lancar dan banyak. Selain harganya yang terjangkau, sari

kacang hijau juga dapat diolah sendiri, hal ini membuat para ibu-ibu yang

merasa kesulitan menyusui anaknya karena ASI yang keluar tidak banyak

semakin tertarik dan ingin mencobanya.

Upaya yang dilakukan tenaga kesehatan agar ibu mendapatkan

pengetahuan tentang cara yang tepat untuk dapat meningkatkan produksi ASI

yaitu salah satunya dengan mengkonsumsi sari kacang hijau yang dapat

membantu untuk proses produksi ASI dan memberikan pengertian tentang

pentingnya ASI ekslusif untuk bayi. Dengan memberikan konseling

diharapkan ibu dapat mengerti dan memahami akan pentingnya

mengkonsumsi makanan yang kaya akan protein dan mineral untuk produksi

ASI dan ibu dapat menyusui bayinya secara eksklusif selama 6 bulan.

61
Institut Prima Nusantara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan tentang pengaruh pudding

kacang hijau terhadap kecukupan Air Susu Ibu (ASI) pada ibu nifas di BPM

“F” Tarusan Pesisir Selatan Tahun 2019, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Rata-rata Kecukupan ASI sebelum diberikan pudding kacang hijau pada

ibu nifas yang dilihat dari frekuensi BAK bayi adalah 5,20 kali di BPM

“F” Tarusan Pesisir Selatan Tahun 2019.

2. Rata-rata kecukupan ASI sesudah diberikan pudding kacang hijau pada ibu

nifas yang dilihat dari frekuensi BAK bayi adalah 11,90 kali di BPM “F”

Tarusan Pesisir Selatan Tahun 2019.

3. Terdapat pengaruh pudding kacang hijau terhadap kecukupan Air Susu Ibu

(ASI) pada ibu nifas di BPM “F” Tarusan Pesisir Selatan Tahun 2019

(pvalue = 0,000).

Ha Ada pengaruh rata-rata pudding kacang hijau terhadap


kecukupan ASI pada ibu nifas di BPM “F” Tarusan Pesisir
Selatan.

62
Institut Prima Nusantara
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian maka

peneliti menyarankan :

1. Bagi Peneliti

Sebagai bahan latihan berfikir ilmiah sehingga dapat memecahkan

permasalahan yang dihadapi dengan pola pikir ilmiah.

2. Bagi Responden

Penelitian ini dapat mengembangkan wawasan dan dapat menjadi

solusi alami dalam mengatasi tidak lancarnya pengeluaran ASI pada ibu

menyusui.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan guna menambah

pengetahuan, sehingga mahasiswa mempunyai wawasan yang lebih luas.

4. Bagi Peneliti Berikutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan dan

pedoman dalam melakukan penelitian pada mata kuliah yang lain serta

sebagai bahan penambahan ilmu pengetahuan, pengalaman dan dapat

dikembangkan dalam ilmu kebidanan.

63
Institut Prima Nusantara
Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :
Di
Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Zulfira
NIM : 181012115301062
Alamat : Tarusan

Adalah mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan Institut Kesehatan Prima


Nusantara Bukittinggi yang bermaksud mengadakan penelitian dengan judul
“Pengaruh Pudding Kacang Hijau Terhadap Kecukupan Air Susu Ibu (ASI)
pada Ibu Nifas di BPM “F” Tarusan Pesisir Selatan Tahun 2019”. Penelitian
ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi ibu. Kerahasiaan semua
informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
Apabila Ibu menyetujui maka dengan ini saya mohon kesediaan untuk
menandatangani lembar persetujuan dan menjawab semua pernyataan yang
disediakan dengan sejujurnya sesuai dengan yang diketahui.
Demikianlah atas perhatian dan kesediaan Ibu sebagai responden saya
ucapkan terima kasih.

Tarusan, September 2019


Peneliti

Zulfira

Institut Prima Nusantara


Lampiran3

FORMAT PERSETUJUAN
(INFORMEDCONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh


mahasiswi Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Institut Kesehatan Prima
Nusantara Bukittinggi yang bernama “Zulfira” dengan judul “Pengaruh
Pudding Kacang Hijau Terhadap Kecukupan Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu
Nifas di BPM “F” Tarusan Pesisir Selatan Tahun 2019” Saya menyadari
penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan terhadap saya, dan
jawaban/informasi yang saya berikan adalah yang sebenarnya sesuai dengan yang
saya ketahui tanpa ada tekanan dari pihak manapun.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya agar dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Tarusan, September 2019


Responden

( )

Institut Prima Nusantara


Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI

PENGARUH PUDDING KACANG HIJAU TERHADAP KECUKUPAN


AIR SUSU IBU (ASI) PADA IBU NIFAS DI BPM “F”
TARUSAN PESISIR SELATAN TAHUN 2019

A. Identitas Ibu
Inisial Ibu :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Anak Ke :
Alamat :
No Hp :

Pemberian Kacang Hijau


Inisial Ibu
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7

Institut Prima Nusantara


B. Identitas Bayi
Inisial Bayi :
Umur :
Jenis Kelamin :

Frekuensi BAK Bayi/ 24 jam


Inisial
No. JAM Frekuensi BAK JAM Frekuensi BAK
Bayi
BAK (Pretest) BAK (Postest)

Institut Prima Nusantara


Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI PENGUKURAN KECUKUPAN ASI SEBELUM DAN SESUDAH


PEMBERIAN PUDDING KACANG HIJAU PADA IBU MENYUSUI

Kecukupan asi Kecukupan ASI


sebelum diberikan Pemberian pudding kacang hijau pada sesudah di berikan
pudding kacang Ibu pudding kacang
Usia
No Nama Usia Ibu hijau hijau
Bayi
dengan menilai dengan menilai
frekuensi BAK bayi 1 2 3 4 5 6 7 frekuensi BAK bayi

1 Ny.Y 28 th 6 hari 5 kali / hari √ √ √ √ √ √ √ 9 kali / hari


2 Ny.A 32 th 5 hari 4 kali / hari √ √ √ √ √ √ √ 10 kali / hari
3 Ny.V 32 th 5 hari 4 kali / hari √ √ √ √ √ √ √ 12 kali / hari
4 Ny.S 39 th 6 hari 5 kali / hari √ √ √ √ √ √ √ 11 kali / hari
5 Ny.Y 28 th 5 hari 6 kali / hari √ √ √ √ √ √ √ 12 kali / hari
6 Ny.F 27 th 4 hari 6 kali / hari √ √ √ √ √ √ √ 11 kali / hari
7 Ny.D 40 th 6 hari 5 kali / hari √ √ √ √ √ √ √ 15 kali / hari
8 Ny.I 32 th 6 hari 7 kali / hari √ √ √ √ √ √ √ 14 kali / hari
9 Ny.C 23 th 4 hari 5 kali / hari √ √ √ √ √ √ √ 13 kali / hari
10 Ny.E 27 th 6 hari 5 kali / hari √ √ √ √ √ √ √ 12 kali / hari

Institut Prima Nusantara


Lampiran 6
MASTER TABEL

PENGARUH PUDDING KACANG HIJAU TERHADAP KECUKUPAN


AIR SUSU IBU (ASI) PADA IBU NIFAS DI BPM "F''
TARUSAN PESISIR SELATAN
TAHUN 2019

Produksi ASI
No. Anak
Inisial Responden Umur Pendidikan Pekerjaan Pretest Postest
Resp Ke
Frekuensi BAK Frekuensi BAK
1 Ny. Y 28 Perguruan Tinggi Guru 2 5 9
2 Ny. A 32 SMP IRT 3 4 10
3 Ny. V 32 Perguruan Tinggi Guru 3 4 12
4 Ny. S 39 SMP IRT 3 5 11
5 Ny. Y 28 Perguruan Tinggi IRT 1 6 12
6 Ny. F 27 S1 IRT 1 6 11
7 Ny. D 40 SMA IRT 2 5 15
8 Ny. I 32 SMA IRT 2 7 14
9 Ny. C 23 Perguruan Tinggi Swasta 1 5 13
10 Ny. E 27 S1 Guru 1 5 12
Mean 5.20 11.90

Institut Prima Nusantara


Lampiran 7

HASIL ANALISIS DATA

NPar Test

One-Paired Test

Frekuensi Frekuensi
BAK (Pretest) BAK (Postest)
N 10 10
Normal Parameters a,b Mean 5.20 11.90
Std. Deviation .919 1.792
Most Extreme Absolute .286 .178
Differences Positive .286 .178
Negative -.214 -.122
paired test Z .905 .562
Asymp. Sig. (2-tailed) .386 .910
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Frequencies
Statistics

Frekuensi Frekuensi
BAK (Pretest) BAK (Postest)
N Valid 10 10
Missing 0 0
Mean 5.20 11.90
Std. Deviation .919 1.792
Minimum 4 9
Maximum 7 15

Institut Prima Nusantara


Frequency Table

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 23 1 10.0 10.0 10.0
27 2 20.0 20.0 30.0
28 2 20.0 20.0 50.0
32 3 30.0 30.0 80.0
39 1 10.0 10.0 90.0
40 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMP 2 20.0 20.0 20.0
SMA 2 20.0 20.0 40.0
S1 2 20.0 20.0 60.0
Perguruan Tinggi 4 40.0 40.0 100.0
Total 10 100.0 100.0

Pe kerjaa n

Cumulative
Frequency Percent Valid Perc ent Percent
Valid IRT 6 60.0 60.0 60.0
Guru 3 30.0 30.0 90.0
Swast a 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0

Anak Ke

Cumulative
Frequency Percent Valid Perc ent Percent
Valid 1 4 40.0 40.0 40.0
2 3 30.0 30.0 70.0
3 3 30.0 30.0 100.0
Total 10 100.0 100.0

Institut Prima Nusantara


Produksi ASI (Pretest)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sedikit 7 70,0 70,0 70,0
Banyak 3 30,0 30,0 100,0
Total 10 100,0 100,0

Produksi ASI (Postest)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Banyak 10 100,0 100,0 100,0

T-Test

Paired Samples Statistics

Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair Frekuensi BAK (Pretest) 3,9 0 10 .919 .291
1 Frekuensi BAK (Postest) 9,60 10 1.792 .567

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair Frekuensi BAK (Pretes t) &
10 .351 .320
1 Frekuensi BAK (Postes t)

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Frekuensi BAK (Pretest) -
-6.700 1.703 .539 -7.918 -5.482 -12.442 9 .000
1 Frekuensi BAK (Postest)

Institut Prima Nusantara


Lampiran 8

CARA MEMBUAT PUDDING KACANG HIJAU

A. Bahan
 250 gram kacang hijau
 200 ml santal kental
 300 ml air
 3 sdm susu kental manis
 1 bungkus agar-agar bubuk tanpa warna
 1 lembar daun pandan, simpul
 ¼ sdt garam
 Gula pasir secukupnya

B. Proses Pembuatan
1. Rebus kacang hijau bersama air hingga mendidih dan empuk.
2. Masukkan santan kental dan daun pandan, aduk-aduk agar tidak pecah.
3. Masukkan agar-agar bubuk, gula pasir, garam, dan susu kental manis,
aduk rata dan aduk terus agar santan tidak pecah, masak hingga berbuih,
matikan api.
4. Siapkan cetakan bahan panas biar uap panas agak hilang, baru tuangkan ke
cetakan.
5. Tunggu hingga dingin, masukkan ke kulkas dan siap di nikmati saat sudah
padat.
6. Pudding kacang hijau siap dinikmati.

Institut Prima Nusantara


Lampiran 9

DOKUMENTASI

Institut Prima Nusantara


Institut Prima Nusantara
Institut Prima Nusantara
Institut Prima Nusantara
Institut Prima Nusantara
Institut Prima Nusantara

Anda mungkin juga menyukai