SKRIPSI
OLEH:
AZRINA SUFI NASUTION
NIM: 131000557
FAKULTAS KESEHATANMASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
OLEH:
AZRINA SUFI NASUTION
NIM: 131000557
FAKULTAS KESEHATANMASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
2017” beserta isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
saya atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
ii
Styrofoam saat ini menjadi pilihan kemasan makanan yang paling populer
dalam bisnis makanan, padahal Styrofoam mengandung stiren, butadien, dan juga
dioctyl phthalate (DOP) yang mampu mengubah gen dan merangsang
pembentukan sel kanker. Styrofoam juga menimbulkan masalah pada lingkungan
karena sulit diuraikan dan didaur ulang. Pemilik tempat makanan jajanan
memiliki peranan yang sangat penting dan bertanggungjawab dalam mengambil
keputusan untuk memilih kemasan yang akan digunakan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengetahuan dan sikap
pemilik tempat makanan jajanan terhadap penggunaan Styrofoam sebagai
kemasan makanan.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Johor. Populasi adalah
seluruh warung makanan di Kecamatan Medan Johor yang berjumlah 323. Jumlah
sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 30 sampel menggunakan
metode non probability sampling dengan teknik sampling idental. Metode analisa
data menggunakan uji Spearman Rho pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05%).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang sangat tinggi antara
tingkat pengetahuan terhadap penggunaan styrofoam oleh pemilik tempat
makanan jajanan dengan koefisien korelasi sebesar 0,901. Demikian juga terdapat
korelasi yang sangat tinggi antara sikap dengan penggunaan styrofoam oleh
pemilik tempat makanan jajanan dengan koefisien korelasi sebesar 0,948.
Pemilik tempat makanan jajanan sebaiknya mengganti kemasan Styrofoam
dengan bahan kemasan yang lebih aman. Perlu dilakukan penyuluhan dan
pemantauan secara rutin tentang penggunaan Styrofoam sebagai kemasan
makanan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan, Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) Kota Medan atau pihak terkait tentang penggunaan Styrofoam sebagai
kemasan makanan.
iv
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
Tahun 2017”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak
hingga akhirnya skripsi ini dapat selesai di waktu yang tepat. Karena itu
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
2. dr. Surya Dharma, M.P.H. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I dan Dra.
3. Ir. Indra Chahaya, M.Si. selaku Dosen Penguji Skripsi I dan juga Dosen
vi
arahan, dan saran kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Sumatera Utara
dengan penuh kasih sayang, dan tak henti mendoakan penulis hingga
6. Keluarga penulis yaitu abang dan adik penulis Fadlin Qisthi Nasution dan
dukungan pada penulis dalam segala hal dan menjadi motivasi bagi
Fauziah, Rian Andrian Harahap, Wira Afriyanti, Ayu Asyari, Furi Ayu,
curhat” bagi penulis dari masa perkuliahan hingga saat ini dalam
vii
Miak, dan Mei yang tiada hentinya saling memberi dukungan dengan
10. Rekan-rekan LKP FKM USU, Hanny Shabrina, Rizky Nanda Sawitri,
Venny Melinda Nasmita, Sofya Rahma, dan Era Kristiani yang sudah
11. Rekan-rekan panitia LKTI HHF 2016 khususnya Sie publikasi dan
rahma, muhammad iqba, dan dek ikhsan yang saling memberi semangat
12. Rekan-rekan FKM USU, atas segala pengalaman dan momen yang
keorganisasian.
13. Kepada Prambors radio 97.5 FM Medan dan Super Junior yang telah
skripsi.
viii
tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, kerjasama dan doanya.
skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajiannya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka
penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi para pembaca dan menjadi inspirasi bagi kelanjutan penelitian
berikutnya.
ix
xi
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................64
DAFTAR LAMPIRAN
xii
Tabel 4.9 Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendidikan Responden dengan Sikap
Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Kemasan Makanan............52
Tabel 4.11 Korelasi Antara Pengetahuan dan Sikap Terhadap Tindakan Pemilik
Tempat Makanan pada Penggunaan Styrofoam Sebagai Kemasan
Makanan..............................................................................................53
xiii
xiv
xv
Agama : Islam
Pendidikan Formal
xvi
PENDAHULUAN
kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna. Semua itu merupakan upaya
untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi
pangan yang beredar saat ini praktis tidak lepas dari penggunaan kemasan dengan
dan keuntungannya. Diantara kemasan plastik tersebut salah satu jenis yang cukup
populer di kalangan masyarakat produsen maupun konsumen pada saat ini adalah
diketahui bahwa stiren, bahan dasar Styrofoam, juga butadien sebagai bahan
penguat, maupun dioctyl phthalate (DOP) atau butyl hydroxy toluene (BHT)
endocrine disrupter (EDC), suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan
pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan karsinogen dalam
akumulatif dan dalam jangka panjang baru timbul akibatnya (Sulchan & Endang,
2007).
masalah pada lingkungan karena bahan ini sulit mengalami penguraian biologik
dan sulit didaur ulang. Sementara itu, chlorofluorocarbon (CFC) sebagai bahan
peniup pada pembuatan Styrofoam akan melayang di udara mencapai lapisan ozon
kecamatan medan selayang tahun 2010 terdapat hasil pengetahuan dalam kategori
sedang, sikap dalam kategori baik, tindakan dalam kategori sedang dan buruk
dalam penelitian Nuraisah Puspita dengan judul pengetahuan, sikap, dan tindakan
wadah makanan tahun 2010 terdapat hasil pengetahuan dalam kategori sedang,
sikap dalam kategori baik, tindakan dalam kategori sedang pada responden
hanya menunjukkan hasil dalam bentuk persentase tanpa adanya hubungan antara
Johor memiliki wilayah 19,96 km2dengan jumlah penduduk tercatat pada tahun
2011 123.851 jiwa. Kecamatan Medan Johor terdiri dari enam kelurahan
kwala bekala, kelurahan titi kuning, kelurahan sukamaju, dan kelurahan kedai
durian.
mewah, hal itu menyebabkan wilayah ini menjadi salah satu kawasan bisnis
kuliner di Kota Medan. Pada tiap kelurahan ada sentra penjualan makanan dan
makanan dikemas dalam kemasan Styrofoam seperti ayam goreng, nasi goreng,
bebek goreng, bubur ayam, dan makanan temperatur tinggi lainnya. Bahkan tidak
dimasak dan masih panas. Dalam hal ini pemilik tempat makanan jajanan sebagai
orang yang bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang menyangkut kegiatan
Johor.
masih ada pemilik tempat makanan jajanan yang menjual makanan panas,
1.4 Hipotesis
kesehatan.
2. Sebagai bahan informasi/ masukan bagi peneliti lain untuk studi lebih lanjut
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Styrofoam
Styrofoam atau plastik busa masih tergolong keluarga plastik. Bahan dasar
Styrofoam adalah polystyrene, suatu plastik yang sangat ringan, kaku, tembus
cahaya dan murah tetapi cepat rapuh. Karena kelemahannya tersebut, polystyrene
dicampur dengan seng dan senyawa butadien. Hal ini menyebabkan polystyrene
(Sulchan&Endang, 2007).
Styrofoam merupakan nama dagang yang telah dipatenkan oleh Perusahaan Dow
untuk digunakan sebagai insulator pada bahan konstruksi bangunan, bukan untuk
khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah,
mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara yang
tidak dapat menghantar panas sehingga hal ini membuatnya menjadi insulator
cara untuk membuat polystyrene foam. Dipimpin oleh Ray Mclntire, mereka telah
menemukan kembali metode pertama kali ditemukan oleh penemu Swedia, Carl
sel tertutup busa yang tahan air. Karena sifat isolasi dan daya apungnya ini pada
tahun 1942 polystyrene foam diadopsi oleh US Coast Guard untuk digunakan
pada rakit penolong. Di Amerika Serikat dan Kanada, kata “Styrofoam” sering
seperti cangkir kopi sekali pakai, pendingin atau bahan bantalan dalam kemasan
(Wikipedia, 2016).
Styrofoam dihasilkan dari campuran 90-95% polystyrene dan 5-10% gas seperti n-
benzena ini berbentuk cairan seperti minyak tak berwarna yang mudah menguap
dengan bau manis, meskipun menjadi sedikit busuk pada konsentrasi tinggi.
(Wikipedia,2016).
jernihnya dan berubah warna menjadi putih susu. Kemudian untuk kelenturannya,
ditambahkan zat plasticizer seperti dioktil platat (DOP), butyl hidroksi toluene
atau n butyl stearat. Plastik busa yang mudah terurai menjadi struktur sel kecil
(CFC) sehingga membentuk buih (foam). Hasilnya adalah bentuk seperti yang
American Society of the Plastics Industry (SPI) adalah logo panah memutar.
proses daur ulang. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia (BPOM RI) logo yang terdapat pada produk Styrofoam yang dianjurkan
adalah logo segitiga dengan arah panah yang saling berhubungan dengan angka
Styrofoam saat ini menjadi salah satu pilihan bahan pengemas makanan
dan minuman yang populer dalam bisnis makanan. Kemasan ini dipilih karena
Styrofoam digunakan untuk pengemas pangan siap saji, segar, maupun yang
produk pangan seperti mie instan, bubur ayam, bakso, kopi, dan yoghurt (Info
Styrene dari bahan plastik ke dalam makanan, terutama jika makanan tersebut
tidak cocok dengan kemasan atau wadah penyimpanannya. Setiap jenis makanan
memiliki sifat yang perlu dilindungi oleh jenis plastik tertentu. Kesalahan material
terjadinya migrasi monomer styrene dari wadah Styrofoam ke dalam pangan dapat
menimbulkan resiko bagi kesehatan. Migrasi dipengaruhi oleh suhu, lama kontak,
tipe makanan. Semakin tinggi suhu, lama kontak, dan kadar lemak suatu
suhu lebih dari 60ºC sebaiknya dihindari untuk mencegah terjadinya migrasi ke
dalam makanan. Semakin tinggi suhu makanan, semakin banyak komponen yang
mengalami migrasi, masuk, dan bercampur dengan makanan sehingga setiap kita
akan memecah vitamin A menjadi toluene, dan toluene ini adalah pelarut styrene.
Styrene yang menjadi bahan dasar Styrofoam bersifat larut dalam lemak,
Styrofoam paling banyak berkurang bila digunakan untuk minuman lemon tea.
Bila Styrofoam dibasahi dengan aseton/ alkohol, maka Styrofoam tersebut akan
mengkerut dan lumer. Sifat larut lemak menyebabkan Styrofoam tidak cocok
untuk wadah minuman susu atau yogurt karena kedua jenis minuman ini
mengandung lemak relatif tinggi. Demikian pula minuman kopi dengan cmpuran
Tabel 2.1 Jenis dan contoh makanan dan minuman yang tidak boleh dikemas
dengan kemasan Styrofoam
No. Jenis Makanan/ Contoh Makanan Keterangan
Minuman
O
1. Makanan bersuhu Semua Suhu> 60 C
panas makanandengan
suhu panas
2. Makanan mengadung - Mie goreng Produk susu dan
minyak dan lemak - Nasi goreng turunannya: emulsi air
- Ayam goreng dalam minyak,
- Soto kandungan lemak
- Bubur ayam rendah atau tinggi
- Keju
- Susu dan produk
olahannya
3. Makanan yang - Acar
mengandung asam - Asam manis
- Rujak
Lanjutan Tabel 2.1 Jenis dan contoh makanan dan minuman yang tidak
boleh dikemas dengan kemasan Styrofoam
- Sayur asam
- Makanan dengan saus tomat (Mis: sphagetti)
O
4. Minuman yang panas Semua minuman Suhu> 60 C
dengan suhu panas
5. Minuman yang - Eskrim Emulsi minyak dalam
mengandung lemak - Kopi dengan krim air, kandungan lemak
tinggi - Susu rendah atau tinggi
- Yoghurt
6. Minuman yang - Lemon tea Dapat mengandung
mengandung asam - Orange juice garam atau gula atau
- Lime juice keduanya
7. Minuman yang - Anggur Mengandung 8% atau
mengandung alkohol - Bir lebih dari 8% alcohol
- Rum
- Whisky
pada dasarnya polistyrene adalah sebuah jenis plastik yang cukup inert, mengingat
dalam Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Nomor
Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa batas migrasi residu total monomer
styrene adalah sebesar 10.000 ppm untuk wadah Styrofoam yang kontak langsung
a. tidak bersifat asam (pH < 5,0), produk-produk mengandung air, dapat
atau gula atau keduanya, termasuk mengandung emulsi minyak dalam air
c. produk susu dan turunannya : emulsi minyak dalam air, kandungan lemak
alkohol.
bebas.
batas migrasi residu total monomer styrene adalah sebesar 5000 ppm untuk
a. produk mengandung air, asam atau tidak asam, mengandung minyak atau
atau tinggi;
b. produk susu dan turunannya: emulsi air dalam minyak, kandungan lemak
lemak bebas;
monomer sisa yang kuantitasnya tidak diketahui. Jadi, meski polystyrene dalam
Styrofoam adalah molekul yang tersusun kuat, namun monomer sisa bersifat lebih
dalam jangka panjang baru timbul akibatnya. Bahaya monomer styrene terhadap
2. Menyebabkan anemia.
manusia
turunan dari benzena yang termasuk zat yang bisa menimbulkan berbagai masalah
(reversibel) antara zat asing dengan substrat biologi. Hal ini mengakibatkan suatu
perubahan fungsional yang lazimnya hilang bila zat tersebut dieliminasi oleh
plasma. Terlepas dari kerja yang terlihat merupakan kerja yang tak bolak balik
ataupun bolak-balik, pada umumnya kerja ini dilandasi oleh rantai reaksi salah
satunya fase farmakokinetik. Fase farmakokinetik atau biasa disebut dengan fase
toksokinetik bersama bagian prosesnya yaitu invasi (absorpsi dan distribusi) serta
distribusi, dan ekskresi tidak dapat terjadi tanpa transpor melintasi membran.
Lewatnya zat dapat berlangsung melalui transpor pasif dan aktif, pada monomer
Styrene yang terjadi adalah transpor pasif yaitu melalui difusi pasif (zat
terlarut)yang melintasi membran dinding usus atau lambung. Senyawa yang larut
dengan baik di dalam lemak seperti Styrene dapat diabsorpsi juga dengan baik
oleh kulit dan mudah melintasi sawar darah-otak. Akibatnya ialah muncul
gangguan sistem saraf pusat dan perifier. Sedangkan kumulasi yaitu bila suatu zat
yang mempunyai waktu paruh biologi yang sangat tinggi diberikan pada
organisme dalam jangka waktu yang lama, dengan sendirinya dapat terjadi
kumulasi dalam organisme pada konsentrasi zat yang rendah. Ini terjadi terutama
untuk zat yang lipofil yang sulit dibiotransformasi. Seperti zat pemlastik
Styrene diantaranya :
sakit kepala, letih, depresi, disfungsi sistem syaraf pusat (waktu reaksi,
pendengaran, dan neurofati peripheral hal ini terjadi karena senyawa yang
larut dengan baik di dalam lemak seperti Styrene dapat diabsorpsi juga
oksigen. Bila haemoglobin rendah maka banyak sel-sel tubuh yang akan
dari suatu kerusakan membran eritrosit, yang dipicu oleh Styrene yang
3. Resiko leukimia dan limfoma. Leukimia atau lebih dikenal sebagai kanker
sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau
jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih) Sel-sel
normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau
abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di
yang juga muncul di limfosit, namun hanya pada darah dan sumsum
tulang, dan biasanya tidak membentuk tumor yang statis. Ada banyak jenis
Endang, 2007).
masalah pada lingkungan dan tidak ramah lingkungan. Kemasan plastik jenis
yang tidak dapat diuraikan secara alami dan sulit didaur ulang sehingga tidak
diminati oleh pemulung. Proses daur ulang Styrofoam yang telah dilakukan
setiap tahun diproduksi 3 juta ton bahan ini, tetapi hanya sedikit yang didaur
ulang, sehingga sisanya masuk ke lingkungan. Karena tidak bisa diuraikan oleh
alam, Styrofoam akan menumpuk begitu saja dan menjadi sumber sampah yang
pembuatan Styrofoam, meskipun bukan gas yang beracun, memiliki sifat mudah
terbakar serta sangat stabil. Begitu stabilnya, gas ini baru bisa terurai sekitar 65-
130 tahun (Sulchan & Endang, 2007). Dalam pembuatan Styrofoam ternyata 90%
kemudian akan mengikis lapisan ozon. Gas ini akan melayang di udara mencapai
lapisan stratosfer dan akan terjadi reaksi serta akan menjebol lapisan pelindung
bumi. Apabila lapisan ozon terkikis akan timbul efek rumah kaca. Bila suhu bumi
meningkat, sinar ultraviolet matahari akan terus menembus bumi yang pada
hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi besarnya migrasi styrene dari wadah
2. Hindari penggunaan wadah Styrofoam untuk pangan yang panas dengan suhu >
60º C.
4. Jika pangan yang akan dikemas bersuhu tinggi (> 60º C), mengandung alkohol,
asam, atau lemak maka sebisa mungkin digunakan wadah pangan yang terbuat
5. Hindari kontak langsung dengan pangan, untuk itu sebelum mengemas pangan
dalam microwave.
2.2 Makanan
adalah semua substansi yang dibutuhkan oleh tubuh tidak termasuk air, obat-
obatan, dan substansi-substansi lain yang digunakan untuk pengobatan. Air tidak
termasuk dalam makanan karena merupakan elemen yang vital bagi kehidupan
manusia. Terdapat tiga fungsi makanan. Petama, makanan sebagai sumber energi
karena panas dapat dihasilkan dari makanan seperti jugua energi. Kedua, makanan
tubuh yang baru, memelihara, dan memperbaiki jaringan tubuh yang sudah tua.
Fungsi ketiga, makanan sebagai zat pengatur karena makanan turut serta mengatur
proses alami, kimia, dan proses faal dalam tubuh (Chandra, 2012).
kita konsumsi biasanya selain makanan pokok juga ada makanan jajanan.
Makanan Jajanan adalah jenis-jenis masakan yang dimasak sepanjang hari, tidak
terbatas pada waktu, tempat, dan jumlah yang dimakan (Judarwanto, 2007).
jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di
tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual
bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/ restoran, dan hotel.
apa pun yang biasanya tidak dimakan sendiri sebagai suatu makanan dan biasanya
tidak digunakan sebagai bahan-bahan khas untuk makanan, baik mempunyai nilai
gizi atau tidak, yang bila ditambahkan dengan sengaja pada makanan untuk tujuan
akan mengakibatkan, atau dapat diharapkan berakibat (secara langsung atau tak
makanan itu atau mempengaruhi ciri-ciri makanan itu. Istilah ini tidak mencakup
massal, atau untuk meningkatkan daya tarik bagi konsumennya dalam segi warna,
rasa, bentuk, dan kemudahan. Bahan kimia ini dikelompokkan berdasarkan fungsi
teknologinya. Daftar yang rinci dari berbagai kelompok zat tambahan makanan
dan penggunaannya diberikan dalam dokumen Codex. Berikut ini adalah beberapa
contohnya:
produk makanan.
makanan.
dalam makanan.
6. Bahan pemanis buatan, mempunyai rasa manis yang kuat tetapi nilai
7. Zat gizi, antara lain vitamin, mineral, dan asam amino esesensial.
kalengan;
e. zat pengilap;
f. propelan; dan
g. zat pengembang.
konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus
banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu
kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan. Tetapi tidak semua bahan
ini aman bagi makanan yang dikemasnya (Sulchan & Endang, 2007).
misalnya kertas dan kayu dianggap aman dan tercantum dalam GRAS (Generally
Recognized as Safe) FDA (Food and Drug Administration). Tetapi belakangan ini
banyak dipakai kemasan yang terbuat dari bahan polimer. Polimer sendiri
ada dalam jumlah tertentu, sisa reaktan, zat antara, bahan bantu pengolahan,
pelarut, dan zat tambahan plastik, serta hasil reaksi sampingan dan degradasi
2.5 Perilaku
merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat
(melakukan tindakan).
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu
berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan
sebagai aktifitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun
dipengaruhi oleh faktor genetik dan hidup terutama perilaku manusia. Faktor
sangat luas. Menurut Bloom (1908) dalam Nuraisah Puspita (2011), membagi
perilaku ke dalam tiga domain atau ranah/kawasan yaitu ranah kognitif (cognitive
jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan
2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(attitude).
3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan
2.5.3 Pengetahuan
melalui panca indra yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh dari mata dan telinga.
1. Tahu (knows)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Memahami (comprehension)
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi (application)
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
penilaian terhadap statu materi atau objek, untuk mengukur pengetahuan ini dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan
yang ingin diketahui atau diukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tersebut di
2.5.4 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup
(Notoadmodjo, 2010).
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku
1. Sikap tidak dibawa dari lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk melalui
2. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu
3. Sikap tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek
sikap.
objek.
terhadap objek.
utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sama halnya seperti
1. Menerima (receiving)
2. Merespon (responding)
3. Menghargai (valuing)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
terhadap suatu objek, sedangkan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
2.5.5 Tindakan
rangsangan ataupun adaptasi dari dalam tubuh maupun luar tubuh atau
Secara logis sikap akan dicerminkan dalam bentuk tindakan, namun tidak
dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek
tingkat tiga.
4. Adaptasi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
tindakan tersebut.
atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,
2010).
Pengetahuan pemilik
tempat makanan jajanan
METODE PENELITIAN
didatangi pengunjung.
32
3.3.1 Populasi
Johor yang berjumlah 323 unit berdasarkan data ekspose Kecamatan Medan Johor
2015.
3.3.2 Sampel
sampel oleh Roscoe yaitu jika melakukan analisis dengan korelasi maka jumlah
1. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai > 60% dari seluruh
2. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 60% dari
3.6.1 Pengetahuan
1. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai > 50% dari seluruh
2. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50% dari
3.6.2 Sikap
Khusus untuk pertanyaan nomor 2, 5, 8, 12, dan 13, jawaban setuju diberi skor = 0
sebagai berikut :
1. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai > 50% dari seluruh
2. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai <50% dari
3.6.3 Tindakan
sebagai berikut :
1. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai > 50% dari seluruh
2. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50% dari
pemilik tempat makanan jajanan diolah secara komputerisasi dan dianalisis secara
Nilai korelasi berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau
-1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat. Sebaliknya jika nilai
mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif
HASIL PENELITIAN
Kecamatan Medan Johor adalah salah satu dari 21 Kecamatan yang berada
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Namo Rambe dan Deli Tua
Tuntungan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari data profil Kecamatan Medan Johor
Medan Johor sebanyak 13.673 dari 49.272 dengan total warung 323 unit.
38
adalah umur 26 tahun dan tertua adalah >65 tahun, sedangkan paling banyak
(40%). Tingkat pendidikan responden paling banyak adalah tamat SMA, yaitu
keamanan kemasan Styrofoam, makanan yang boleh dan tidak boleh dikemas
dengan kemasan Styrofoam, minuman yang boleh dan tidak boleh dikemas
dengan oven, menu ayam goreng layak dikemas dengan Styrofoam, alasan
kemasan Styrofoam tidak aman, kemasan makanan atau minuman yang baik,
semakin berbahaya dalam kondisi makanan seperti apa, wadah Styrofoam terbuat
dari apa, suhu yang diperbolehkan untuk mengemas makanan pada wadah
yang lebih aman, dan alasannya, pengaruh/ dampak penggunaan Styrofoam bagi
tempat makanan jajanan yang dinilai sudah baik yaitu, seluruh responden
lebih dari separuh responden yang mengetahui minuman yang boleh dikemas
dengan Styrofoam ada 17 orang (56,7%). Lebih dari separuh responden yang
oven tapi dipanaskan tanpa Styrofoam ada sebanyak 18 orang (60,0%). Seluruh
Pada tabel 4.2 juga menunjukkan yang dinilai sudah baik yaitu, lebih dari
dalam kondisi makanan yang panas, berkuah, berminyak dan asam ada 18 orang
(60,0%). Lebih dari separuh responden yang mengetahui wadah Styrofoam terbuat
dari gabus putih ada sebanyak 20 orang (66,7%). Sebagian besar responden yang
Styrofoam dibawah 60o C ada sebanyak 24 orang (80,0%). Lebih dari separuh
lain yang lebih aman, serta alasannya karena Styrofoam dapat meracuni makanan
Berdasarkan tabel 4.2 yang dinilai kurang baik dan perlu ditingkatkan
dikemas dengan Styrofoam ada 7 orang (23,3%). Kurang dari separuh responden
kemasan Styrofoam tidak aman ada sebanyak 12 orang (40%). Kemudian, kurang
baik lebih dari separuh responden yaitu ada 19 orang (63,3%) dan responden
dengan kategori pengetahuan buruk kurang dari separuh responden yaitu ada
tempat makanan jajanan yang dinilai sudah baik yaitu, seluruh responden
agar aman dikonsumsi. Lebih dari separuh responden menyatakan sikap setuju
yang panas ada 18 orang (60,0%). Lebih dari separuh responden tidak setuju
makanan yang baru selesai dimasak boleh langsung dikemas dalam wadah
Styrofoam ada 16 orang (53,3%). Lebih dari separuh responden menyatakan sikap
setuju terhadap suhu makanan yang tinggi (panas) dapat menyebabkan zat kimia
Pada tabel 4.4 juga menunjukkan yang dinilai sudah baik yaitu, lebih dari
Kurang dari separuh responden menyatakan sikan sikap setuju pada makanan
Lebih dari separuh responden menyatakan sikap setuju terhadap Styrofoam dapat
Berdasarkan tabel 4.4 yang dinilai kurang baik dan perlu ditingkatkan
yaitu, kurang dari separuh responden menyatakan sikap tidak setuju terhadap
kemasan makanan tidak dapat merusak kualitas makanan pada kondisi apa pun
makanan yang telah tercemar/ tercampur dengan zat kimia dari kemasan dapat
responden tidak setuju makanan atau minuman yang mengandung asam sebaiknya
Pada tabel 4.4 juga menunjukkan yang dinilai kurang baik yaitu, lebih dari
separuh responden tidak setuju semakin lama makanan disimpan dalam wadah
Styrofoam semakin banyak zat kimia dari kemasan yang mencemari makanan
yang ada di dalamnya sebanyak 20 orang (66,7). Kurang dari separuh responden
tidak setuju penggunaan kemasan Styrofoam yang tidak tepat dapat menyebabkan
kemasan Styrofoam dengan kertas atau daun tidak dapat mengurangi bahaya
kemasan Styrofoam yang mungkin muncul sebanyak 27 orang (90%). Lebih dari
separuh responden setuju sampah Styrofoam bisa diuraikan oleh alam ada
Styrofoam sebagai kemasan makanan dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.
Styrofoam sebagai kemasan makanan berada pada kategori baik lebih dari separuh
buruk kurang dari separuh responden yaitu ada sebanyak 14 orang (46,7%).
menutup kemasan atau tidak, jenis makanan dan minuman yang biasanya dikemas
dengan kemasan Styrofoam, serta upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi
Styrofoam oleh pemilik tempat makanan jajanan yang dinilai sudah baik yaitu,
kurang dari separuh responden tidak langsung memasukkan makanan yang baru
selesai dimasak ke dalam kemasan Styrofoam ada 15 orang (50,0%). Lebih dari
Sayur asam, Rujak, asam manis, dll) ke dalam wadah Styrofoam sebanyak 20
orang (66,7%). Lebih dari separuh responden tidak mengemas minuman (selain
air mineral dengan suhu <60̊ C) dalam wadah Styrofoam ada 16 orang (53,3%).
Kurang dari separuh responden mengemas minuman yang panas ke dalam wadah
Pada tabel 4.6 juga menunjukkan yang dinilai sudah baik yaitu, kurang
kopi dengan krim, susu, yoghurt, dll) ke dalam wadah Styrofoam sebanyak 15
orang (50,0%). Lebih dari separuh responden tidak mengemas minuman yang
mengandung asam (contoh: Lemon tea, Orange Juice, dll) ke dalam wadah
orang (96,7%). Selain itu sebagian besar responden melapisi kemasan Styrofoam
dengan kertas (kertas kedap, seperti kertas nasi) sehingga makanan tidak
Berdasarkan tabel 4.6 yang dinilai kurang baik dan perlu ditingkatkan
yaitu, lebih dari separuh responden langsung menutup kemasan Styrofoam setelah
Lebih dari separuh responden mengemas makanan yang berminyak dan berlemak
(Contoh: soto, mie goreng, nasi goreng, ayam goreng, keju, dll) dalam wadah
yang berkuah panas (contoh: mie ayam, bakso, mie kuah, steak, dll) dengan
kemasan Styrofoam 20 orang (66,7%). Lebih dari separuh responden tidak pernah
terdapat lebih dari separuh responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak
tingkat pendidikan tamat SMP ada sebanyak 5 orang yaitu, kurang dari separuh
yang buruk.
tamat SMA, yaitu sebanyak 30 orang. Dari orang responden tersebut terdapat
lebih dari separuh responden yang memiliki sikap baik sebanyak 16 orang
(53,3%) dan kurang dari separuh responden masih memiliki sikap yang buruk
ada sebanyak 5 orang, kurang dari responden memiliki sikap baik sebanyak 1
orang (20,0%) dan lebih dari separuh responden memiliki sikap buruk sebanyak 4
Styrofoam
tamat SMA, yaitu sebanyak 30 orang. Dari orang responden tersebut terdapat
orang (53,3%) dan kurang dari responden masih memiliki penggunaan Styrofoam
tamat SMP ada sebanyak 5 orang, kurang dari separuh responden memiliki
penggunaan Styrofoam baik ada 1 orang (20,0%) dan lebih dari separuh responden
4.7 Korelasi
Spearman Rho.
Styrofoam adalah sangat kuat (P=0,001) <0,05 berarti ada korelasi antara
dengan penggunaan Styrofoam adalah sangat kuat (p=0,001) < 0,05 berarti ada
r=0,901, berarti kedua variabel tersebut memiliki korelasi yang sangat kuat dan
PEMBAHASAN
0,901 serta nilai p=0,001 dengan (α) 0,05. Karena p < 0,05 maka terdapat
tempat makanan jajanan di Kecamatan Medan Johor. Hal ini sesuai dengan data
tersebut memiliki korelasi yang sangat tinggi dan bentuk korelasinya linear
positif.
Styrofoam. Namun pada tabel 4.1 terlihat justru sebagian besar responden yang
menggunakan Styrofoam sebagai kemasan makanan adalah tamat SMA (50%) dan
56
dengan pendidikan dan pengetahuan yang cukup baik namun tetap menggunakan
hanya agar bisa mengikuti trend tanpa mempertimbangkan sisi kesehatan, selain
itu Styrofoam merupakan kemasan yang murah, praktis, dan mudah di dapat bagi
pemilik tempat makanan jajanan karena tidak membutuhkan banyak daun pisang
untuk mengemas makanan. Hal ini sejalan dengan teori Wawan (2010) faktor-
karakteristik khas yang telah menjadi kebiasaan yang mencerminkan status sosial
dalam diri seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial
makanan jajanan dikategorikan dalam 2 kategori yaitu baik dan buruk. Responden
yang mempunyai sikap dengan kategori baik memiliki jumlah lebih banyak yaitu
buruk kurang dari separuh responden yaitu 11 orang (36,7%). Selain itu,
berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 ,pemilik tempat makanan jajanan yang
bahwa pengetahuan responden tentang Styrofoam sudah baik. Hal ini sesuai
tersebut inilah yang akan menjadi landasan seseorang untuk bertindak. Teori ini
juga sudah sesuai dengan hasil penelitian peneliti yang menunjukkan banyaknya
responden yang berada pada kategori baik ini menunjukkan bahwa penggunaan
Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh teori Green dalam Notoatmodjo
dari tabel Spearman Test menunjukkan hasil signifikan positif dengan koefisien
korelasi antara sikap dengan penggunaan Styrofoam sebesar 0,948 serta nilai
p=0,001 dengan (α) 0,05. Karena p < 0,05 maka terdapat korelasi antara
jajanan di Kecamatan Medan Johor. Hal ini sesuai dengan data hasil penelitian di
Styrofoam yang baik juga. Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai p sebesar
makanan jajanan miliknya memiliki peranan yang penting, termasuk dalam hal
responden diketahui bahwa umur responden paling banyak terdapat pada kisaran
Pada umumnya orang dengan umur yang muda dianggap lebih berfikir
modern, praktis dan lebih mudah dalam memperoleh informasi terkini. Maka
diasumsikan bahwa walaupun umur mereka tidak termasuk dewasa awal, tetapi
mereka bisa memperoleh informasi tambahan dari orang lain tentang Styrofoam
atau karena mereka melihat Styrofoam saat ini memang sedang populer digunakan
dengan pengetahuan yang baik diketahui telah memiliki sikap yang baik hal ini
makanan.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5, sikap pemilik tempat makanan
jajanan dikategorikan dalam 2 kategori yaitu baik dan buruk. Responden yang
mempunyai sikap dengan kategori baik memiliki jumlah lebih banyak yaitu 16
orang (53,3%) daripada responden yang mempunyai sikap dengan kategori buruk
kurang dari separuh responden yaitu 14 orang (46,7%). Selain itu, Berdasarkan
hasil penelitian pada tabel 4.7, pemilik tempat makanan jajanan yang mempunyai
penggunaan Styrofoam dengan kategori baik juga memiliki jumlah lebih banyak
(46,7%).
tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan
kemasan makanan. Menurut peneliti bahwa sikap buruk pemilik tempat makanan
jajanan berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan. Hal ini sejalan
suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan.
utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
6.1 Kesimpulan
sebesar 0,948.
6.2 Saran
dengan kemasan lain yang lebih aman, misalnya daun, kertas, karton atau
minimal melapisi dasar kemasan Styrofoam dengan daun atau kertas kedap
62
oleh Dinas Kesehatan Kota Medan, Badan Pengawas Obat dan Makanan
Kementrian Kesehatan RI., 2003. Kepmenkes RI No. 942/ MENKES/ SK/ VII/
2003 Tentang persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan,
Jakarta
Khomsan, Ali., 2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Lu, Frank C., 1994. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian
Resiko. Edisi Kedua, Jakarta : UIP
Maulana, Heri, D. J., 2007. Promosi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Jakarta.
64
Pemerintah Kota Medan, 2015. Medan Johor, diakses tanggal 26 Januari 2017;
http://www.pemkomedan.go.id/hal-medan-johor.html
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia., 2011.
Pengawasan Kemasan Pangan, Jakarta.
Kuesioner Penelitian
No Responden:………..
I. Identitas Responden:
I. Pengetahuan
12. Menurut anda, berapakah suhu yang diperbolehkan untuk mengemas makanan
pada wadah styrofoam?
a. dibawah 60̊̊ C
b. antara 30̊̊ C-60̊̊ C
c. diatas 60̊̊ C
13. Apakah perlu mengganti kemasan styrofoam dengan kemasan lain yang lebih
aman, mengapa ?
a. Perlu, karena styrofoam dapat meracuni makanan
b. Perlu, karena styrofoam tidak aman
c. Tidak tahu
15. Menurut Anda, Apakah kemasan styrofoam lebih hemat daripada kemasan
makanan lain?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
II. Sikap
No. Pernyataan S TS
1. Kemasan berfungsi sebagai pelindung makanan agar
aman dikonsumsi.
2. Kemasan makanan tidak dapat merusak kualitas
makanan pada kondisi apa pun.
3. Makanan yang telah tercemar/ tercampur dengan zat
kimia dari kemasan dapat menimbulkan masalah
kesehatan.
1. Apakah Anda langsung memasukkan makanan yang baru selesai dimasak ke dalam
kemasan styrofoam?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah Anda mengemas makanan yang berkuah panas (contoh: mie ayam, bakso,
mie kuah, steak, dll) dengan kemasan styrofoam?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah Anda mengemas makanan yang mengandung asam (contoh: Sayur asam,
Rujak, asam manis, dll) ke dalam wadah styrofoam?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah Anda mengemas minuman (selain air mineral dengan suhu <60̊̊ C) dalam
wadah styrofoam?
a. Ya b. Tidak
9. Apakah Anda mengemas minuman yang mengandung lemak (contoh: kopi dengan
krim, susu, yoghurt, dll) ke dalam wadah styrofoam?
a. Ya b. Tidak
10. Apakah Anda mengemas minuman yang mengandung asam (contoh: Lemon tea,
Orange Juice, dll) ke dalam wadah styrofoam?
a. Ya b. Tidak
11. Apakah Anda mengemas minuman yang mengandung alkohol ke dalam wadah
styrofoam?
a. Ya b. Tidak
12. Apakah Anda pernah menggunakan wadah selain styrofoam untuk mengemas
makanan yang dijual?
a. Ya b. Tidak
13. Apakah Anda melapisi kemasan styrofoam dengan kertas (kertas kedap, seperti
kertas nasi) sehingga makanan tidak bersentuhan langsung dengan styrofoam?
a. Ya b. Tidak
15. Jika ya, apakah Anda memberikan pilihan kemasan selain styrofoam kepada
pembeli untuk mengemas makanan?
a. Ya b. Tidak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
2. Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kemasan makanan tidak dapat merusak kualitas makanan pada kondisi apa pun.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Makanan yang telah tercemar/ tercampur dengan zat kimia dari kemasan dapat
menimbulkan masalah kesehatan.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Makanan yang baru selesai dimasak boleh langsung dikemas dalam wadah
Styrofoam.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Suhu makanan yang tinggi (panas) dapat menyebabkan zat kimia dari kemasan
mencemari makanan.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Makanan atau minuman yang mengandung asam sebaiknya tidak dikemas dalam
wadah Styrofoam.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Semakin lama makanan disimpan dalam wadah Styrofoam semakin banyak zat
kimia dari kemasan yang mencemari makanan yang ada di dalamnya.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Apakah Anda mengemas minuman (selain air mineral dengan suhu <60̊ C)
dalam wadah Styrofoam?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cases
Pengetahuan
Pendidikan PT Count 5 0 5
SD Count 0 2 2
SMA Count 12 5 17
SMP Count 2 3 5
TT_SD Count 0 1 1
Total Count 19 11 30
Sikap
Pendidikan PT Count 5 0 5
SD Count 0 2 2
SMA Count 10 7 17
SMP Count 1 4 5
TT_SD Count 0 1 1
Total Count 16 14 30
Tindakan
Pendidikan PT Count 5 0 5
SD Count 0 2 2
SMP Count 1 4 5
TT_SD Count 0 1 1
Total Count 16 14 30
Correlations
N 30 30 30
N 30 30 30
N 30 30 30
Gambar 1 : Makanan berminyak dan panas (sambal ayam penyet) yang dikemas
dengan Styrofoam dan menggunakan alas kertas nasi sebagai pelindung makanan
Gambar 2 : Makanan berminyak dan berkuah panas (lontong kuah kacang) yang
dikemas dengan Styrofoam dan menggunakan alas kertas nasi dan plastik bening
sebagai pelindung makanan