Anda di halaman 1dari 18

PERENCANAAN GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN

MENGGUNAKAN SISTEM ISOLASI DASAR


(BASE ISOLATION SYSTEM)
Studi Kasus : Gedung Perkuliahan Kampus III UIN Imam Bonjol, Padang

Haviz Albar, Indra Farni, Rini Mulyani


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Bung Hatta Padang
E-mail : nee.apiez@gmail.com, indrafarni@bunghatta.ac.id, rinimulyani@gmail.com

Abstrak

Efek destruktif gempa bumi terhadap gedung dapat menimbulkan kerugian baik materil
maupun korban jiwa. Saat ini telah ditemukan teknologi yang dapat mengisolasi gaya gempa
pada gedung yakni base isolation system. Base isolation system merupakan suatu elemen yang
berfungsi untuk meredam atau mereduksi gaya gempa pada gedung. Tulisan ini bertujuan untuk
merencanakan bangunan dengan menerapkan isolasi dasar sebagai salah satu alternatif untuk
mereduksi beban gempa pada gedung. Tahapan perencanaan meliputi preliminary design
elemen struktur, analisis pembebanan, perencanaan dimensi base isolation dan perhitungan
tulangan elemen struktur. Untuk beban gempa digunakan analisis dinamis respon spektrum.
Gedung perkuliahan termasuk bangunan dengan kategori risiko IV menurut (SNI 1726 : 2012).
Studi kasus yang diambil yaitu gedung perkuliahan kampus UIN Imam Bonjol Padang dengan
tinggi: 16,5 m, panjang: 48 m, lebar: 19 m dan luas: 1064 m2. Luaran utama yang dihasilkan
berupa dimensi base isolator, dimensi dan penulangan elemen struktur. Dari hasil perencanaan,
diperoleh base isolator jenis high damping rubber bearing dengan diameter 650 mm, tinggi 354
mm. Dengan penggunaan base isolator pada gedung yang ditinjau, rasio tulangan balok
tereduksi sebesar 27,27 %.

Kata kunci : gempa bumi, base isolator, respon spektrum, struktur gedung
DESIGN OF EARTHQUAKE RESISTANCE BUILDINGS
USING BASE ISOLATION SYSTEM
Case Study : College Building UIN Imam Bonjol Padang

Haviz Albar, Indra Farni, Rini Mulyani


Department of Civil Engineering, Faculty of Civil Engineering and Planning,
Bung Hatta University Padang
E-mail : nee.apiez@gmail.com, indrafarni@bunghatta.ac.id, rinimulyani@gmail.com

Abstract

The destructive effects of earthquakes on buildings can inflict on material losses and fatalities.
So today has been discovered a technology which can isolate the seismic forces on buildings
and the technology so called the Base Isolation System. Base Isolation system is an element
that can suppress or reducing seismic forces on the building. This literature intends to design a
building with implementing base isolation as an alternative to reduce seismic load on buildings.
The planning stages including preliminary design of structural elements, load analysis, base
isolation dimension design, and designing structural reinforcement. Dynamic response
spectrum analysis used for identifying the seismic load. According to (SNI 1726 : 2012),
College building is categorized as risk category IV. Is taken as a case study UIN Imam Bonjol
college building in Padang, with building height of 16,5 m, length 48 m, 19 m width and
covering a total area of 1064 m2. The primary outcomes of this study are base isolator
dimensions, reinforcement of structural element and dimensions. The result from design and
calculation is a base isolator with high damping rubber bearing type, with 650 mm diameter
and 354 mm height. With the use of the base isolator in buildings under study, the beam
reinforcement ratio is reduced by 27.27 %.

Keyword : earthquake, base isolation, response spectrum, building structure.

1. PENDAHULUAN Zona Subduksi Sumatera (Sumatran


Subduction Zone). Zona patahan Sumatera
Indonesia merupakan wilayah yang
membagi pulau sumatera dari utara ke selatan
diapit oleh lempeng Pasifik, lempeng Indo-
sepanjang ± 1900 km di sepanjang Bukit
Australia, dan lempeng Eurasia yang masih
Barisan. Sumber gempa lainnya di pulau
bergerak aktif. Dengan diapit oleh lempeng-
Sumatera yaitu Zona Subduksi Sumatera yang
lempeng ini, tidak heran jika Indonesia
merupakan daerah pertemuan lempeng
menjadi salah satu negara yang sering dilanda
tektonik Indo-Australia dengan Eurasia. Zona
gempa bumi. Di pulau Sumatera terdapat 2
ini terletak sepanjang pantai barat Sumatera
(dua) sumber gempa utama yaitu Zona
dan memiliki potensi gempa dengan
Patahan Sumatera (Sumatran Fault Zone) dan
magnitudo yang besar.
Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir meminimalisasi dampak gempa terhadap
intensitas kegempaan di Indonesia cenderung gedung.
meningkat. Seperti yang dapat dilihat pada Base Isolator merupakan suatu elemen
gempa tahun 2004 di propinsi Nanggroe Aceh yang digunakan pada dasar bangunan antara
Darussalam (NAD) dengan magnitudo Mw pondasi dan dasar kolom untuk meredam atau
9,1 yang memicu tsunami. Gempa yang mereduksi gaya gempa. Jenis isolasi yang
terjadi di Sumatera Barat pada tahun 2009 sering digunakan pada gedung yaitu
dengan magnitudo Mw 7,6 juga menyebabkan elastomeric bearing. Elastomeric bearing
tanah longsor, hancurnya gedung-gedung dan dibuat dari kombinasi lempengan karet alam
fasilitas umum lainnya. dan lempeng baja. Karet alam berfungsi untuk
Gempa tersebut menyebabkan korban mengurangi getaran akibat gempa bumi,
jiwa sebanyak 1.117 yang tersebar di 3 Kota sedangkan lempeng baja digunakan untuk
dan 4 Kabupaten, korban luka berat mencapai menambah kekakuan bantalan karet, sehingga
1.214 orang, luka ringan 1.688 orang, korban penurunan bangunan saat bertumpu diatas
hilang 1 orang, sedangkan 135.448 rumah bantalan karet tidak besar. Bantalan karet
rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang, dan tahan gempa dapat digunakan untuk rumah
78.604 rumah rusak ringan.( BNPB Kota tinggal maupun gedung bertingkat.
Padang ) Adapun tujuan yang hendak dicapai
Berdasarkan paparan diatas, wilayah dalam tulisan ini adalah untuk dapat
pantai barat Sumatera, khususnya Sumatera merencanakan bangunan dengan menerapkan
Barat memiliki potensi yang cukup besar isolasi dasar sebagai salah satu alternatif
terhadap gempa. Efek destruktif gempa untuk pereduksi beban gempa pada gedung.
terhadap gedung dapat menimbulkan kerugian
2. METODOLOGI
baik materil maupun korban jiwa. Gedung-
gedung dengan tingkat risiko tinggi (High Untuk menyelesaikan penulisan studi ini

Risk Building) harus direncanakan tahan diperlukan beberapa tahapan:

terhadap gaya gempa. Meningkatkan a. Studi Pustaka


kekakuan dan kekuatan struktur gedung Menjelaskan hal-hal yang berkaitan
bukan satu-satunya jalan untuk gedung dengan tugas akhir ini yang diambil dari
tersebut mampu menahan gaya gempa. Saat berbagai sumber dan literatur yang ada.
ini telah ditemukan teknologi yang dapat b. Pengumpulan Data
mengisolasi gaya gempa yakni base isolator. Mengumpulkan data-data yang
Teknologi ini terus dikembangkan dan berkaitan dengan struktur yang akan
diterapkan oleh negara-negara maju dalam dianalisis yaitu berupa gambar struktur
gedung perkuliahan UIN Imam Bonjol kesimpulan dan saran berdasarkan hasil
Padang dan data struktur lainnya yang diperoleh.
c. Preliminary Design 3. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Untuk mendapatkan dimensi rencana A. Data Analisis
dari komponen struktur, maka Bangunan yang ditinjau merupakan
dilakukan preliminary design terlebih bangunan yang telah dibangun dengan
dahulu. Preliminary design dilakukan data-data sebagai berikut :
pada komponen struktur balok, kolom 1. Lokasi bangunan : Kota Padang
dan pelat. 2. Fungsi Bangunan : Gedung
d. Analisa Pembebanan Perkuliahan
Melakukan perhitungan beban-beban 3. Bentuk Bangunan
yang bekerja pada struktur meliputi - Jumlah lantai : 4 Lantai + Atap
beban mati, beban hidup dan beban - Tinggi total gedung : 16,5 meter
gempa. Untuk beban gempa dilakukan - Panjang gedung : 48,00 meter
analisis gempa respon spektrum dengan - Lebar gedung : 19,00 meter
menggunakan software ETABS v.15. 4. Mutu Bahan
e. Perencanaan Base Isolator a. Kuat tekan karakteristik beton :
Pada tahap ini didapatkan dimensi base - Pelat = fc’ 30 Mpa
isolator yang dapat digunakan untuk - Balok = fc’ 30 Mpa
bangunan yang ditinjau. - Kolom = fc’ 30 Mpa
f. Pemodelan struktur memakai base b.Kuat tarik karakteristik baja tulangan
isolator :
Pemodelan struktur dilakukan dengan - Tulangan > D10 mutu (BJTD – 40)
menggunakan ETABS Versi 2015, = fy 400 Mpa.
kemudian dilakukan running analisis. B. Gambar Perencanaan
g. Perhitungan Tulangan
Tahapan ini menganalisis output gaya-
gaya dalam struktur hasil analisis
program ETABS untuk menghitung
kebutuhan tulangan kolom, balok dan
pelat. Gambar 1. Denah Lantai Dasar
h. Kesimpulan dan Saran
Pada tahap akhir dari penelitian ini
diharapkan nantinya ada suatu
Dimensi Balok Induk
- Tinggi Balok
1 8000
hmin = L= = 500 mm
16 16
maka digunakan hrencana = 600 mm

Gambar 2. Denah Lantai 2 - Lebar Balok


2 2
b= h = (600) = 400 mm
3 3
Jadi, dimensi balok induk yang
direncanakan 40/60 cm.
Dimensi Balok Anak
Gambar 3. Denah Lantai 3
- Tinggi Balok
1 4000
h min= L= = 250 mm
16 16
h rencana = 300 mm
- Lebar Balok
Gambar 4. Denah Lantai 4
2 2
b = (h)= (250) = 166,67
3 3
mm
ambil b rencana = 200 mm
Jadi, dimensi balok anak direncanakan
Gambar 5. Denah Lantai Atap 20/30 cm.
2. Perencanaan Dimensi Pelat

C. Perencanaan Dimensi Struktur (i) Penentuan jenis pelat berdasarkan


bentang bersih balok :
1. Dimensi Balok
Ly 4000
= = 1,0 < 2,0 Maka pelat
Lx 4000
didesain pelat dua arah (two way slab)
4,0 m
(ii) Pemeriksaan tebal pelat berdasarkan
8,0 m
bentang bersih balok :
Ln Y = 4000 – ( 400/2) – ( 200/2 )
= 3700 mm
4,0 m
Ln X = 4000 – (400/2) – ( 200/2 )
= 3700 mm
8,0 m
3700
Gambar 6. Peninjauan Panjang Balok β = = 1,0 (Ln terpanjang/Ln
3700
terpendek).
Balok Induk arah memanjang dan = 450500,20 cm4
melintang
1
Ixb2 = ( x 60 x 483 + 60 x 63 x 16,672
be = 232 cm 12
I
hf = 12 cm Yb = 18,24 cm
)

II hw = 48 cm Ya = 41,76 cm
= 972878,59 cm4
Ibtotal = Ixb1 + Ixb2
bw = 40 cm = 450500,20 + 972878,59
Gambar 7. Peninjauan Balok Induk = 1423378,79 cm4
αf untuk arah memanjang dan melintang Momen inersia pelat arah memanjang
dengan balok 40/60 cm dengan asumsi adalah sebagai berikut:
tebal pelat 12 cm 1
Is = x b x h3
12
(i) be = 16 hf + bw = (16.12)+40
1
= x 362,5 x 123
= 410 cm 12
(ii)be = ln + bw = 370 + 40 = 232 cm = 52200 cm4
Nilai be ambil yang terkecil, be = 232 Maka,
cm E cb .I b 1423378,79
α1 = α2 = = =
A1 . y1  A2 . y 2 E cs .I s 52200
ya =
A1  A2
27,27
(232 x12)54  (40 x48)24 Balok anak arah memanjang dan
=
(232 x12)  (40 x48)
melintang
= 41,76 cm (dari bawah) be = 212 cm

yb = h – ya I hf = 12 cm Yb = 7,86 cm

= 60 – 41,76
= 18,24 cm (dari atas) II
hw = 18 cm Ya = 22,14 cm

y = jarak antara titik berat ke garis


netral bw = 20 cm

Momen inersia balok ditentukan


Gambar 8. Peninjauan Balok Anak
sebagai berikut:
αf untuk arah memanjang dan melintang
1
Ix = ( x b x h3) + (b x h x y2) dengan balok 20/30 cm dengan asumsi
12
1 tebal pelat 12 cm
Ixb1 = ( x 232 x 123 + 232 x 12 x
12 (i) be = 16 hf + bw = (16 . 12) + 20
12,242 ) = 212 cm
(ii)be = ln + bw = 370 + 20 = 390 cm E cb .I b 146008,60
α3 = α4 = = = 2,74
Nilai be ambil yang terkecil, be = 212 E cs .I s 53280
cm Menentukan tebal pelat
A1 . y1  A2 . y 2
ya =
A1  A2 27,27  27,27  2,74  2,74
α fm 
4
(212 x12)24  (20 x18)9
=
(212 x12)  (20 x18) = 15,01

= 22,14 cm (dari bawah) 15,01 > 2,0 maka tebal pelat minimum
yb = h – ya disyaratkan 90 mm
= 30 – 22,14  fy   400 
ln  0,8   7960  0,8  
= 7,86 cm (dari atas) h   1400 
  1400 
36  9 36  (9 x1)
= 87,46 mm ~ 120 mm > 90
1
Ix = ( x b x h3 + b x h x y2)
12
Tabel 1. Resume Dimensi Pelat
y adalah jarak titik berat ke garis
netral. Pelat Lantai Tebal (cm)

Momen inersia balok : Lantai 1 s/d 4 12

1 Atap 5 10
Ixb1 =( x 212 x 123) + (212 x
12
12 x 4,142 ) 3. Perencanaan Dimensi Kolom
Komponen Beban Gravitasi
= 74131,14 cm4

1
Ixb2 =( x 20 x 183) + (20 x 18
12
x 13,142 )
= 71877,46 cm4
Ibtotal = Ixb1 + Ixb2
= 146008,60 cm4
Momen inersia pelat arah memanjang : Perhitungan beban akibat muatan
1 lantai :
Is = x b x h3
12 a. Lantai Atap
Beban hidup = (W2+W3) ( 8 x 8 ) = 96,0 kN
1
= x 370 x 123 Beban mati = (W1+W5+W7+W9) (8x8) + (W10+W11) (8x2)
12 = 344,64 kN

= 53280 cm4
Maka,
b. Lantai tipikal 2. Lantai Tipikal 2-4
Beban hidup = W12 (8x8) = 160 kN a. Beban mati
Beban mati = (W4+W5+W6+W7+W9) (8x8) + (W8) (8x3,5x2) - Berat Keramik = 0,24 kN/m
2

+(W10+W11) (8x2) - Berat Plafond + Penggantung = 0,20 kN/m2


= 566,08 kN - Berat Plesteran t = 3cm = 0,03 x 21 = 0,63 kN/m2
- Instalasi ME + Plumbing = 0,25 kN/m2
c. Berat sendiri kolom = 0,65 x 0,65 x 24 x 4,00 = 40,6 kN
DL = 1,32 kN/m2
= 0,5 x 0,5 x 24 x 4 = 24,0 kN
b. Beban Hidup gedung perkuliahan LL = 2,5 kN/m2

Jadi, 3. Lantai 1
1. Lantai Atap a. Beban mati
Wu = 1,2 DL + 1,6 LL - Berat Keramik = 0,24 kN/m
2

= 567,2 2
- Berat Plesteran t = 3cm = 0,03 x 21 = 0,63 kN/m
2
- Instalasi ME + Plumbing = 0,25 kN/m
2. Lantai Tipikal 1 sampai 4
2
Wu = 1,2 DL + 1,6 LL DL = 1,12 kN/m
2
= 935,296 b. Beban Hidup gedung perkuliahan LL = 2,5 kN/m

Dimensi kolom lantai 4 4. Beban Mati Pada Balok


a. Lantai Tipikal 2-4
Ag = 0,040 Pn
2
- Pasangan 1/2 bata 3,5 x 2,5 = 8,75 kN/m
= 0,040 x 567,2 2
- Beban reaksi balok akibat tangga = 13,65 kg/m
= 22,69 m2 = 2268,7 cm2
b. Lantai 1
Diambil lebar kolom (b) yaitu sebesar 50 cm, maka h adalah sebagai berikut : - Pasangan 1/2 bata 4 x 2,5 = 10 kN/m
2

h = Ag/b - Beban reaksi balok akibat tangga = 13,65 kg/m


2

h = 22,69 / 0,5
E. Perhitungan Respon Spektrum untuk
h = 45,37 cm
Analisis Gempa Dinamik
Direncanakan dimensi kolom 50 x 50
Menentukan Faktor Keutamaan dan
cm
Kategori Risiko Struktur Bangunan
Dimensi Kolom Lantai 1-3
Berdasarkan SNI 1726-2012 tabel 1,
sesuai dengan jenis pemanfaatan fungsi
gedung yaitu perkantoran diperoleh
kategori risiko IV dimana faktor
keutamaan gempa, Ie 1,50.
Menentukan Parameter Percepatan
Direncanakan dimensi kolom 65 x 65
Gempa (Ss,S1)
cm
D. Perhitungan Beban Gravitasi
1. Lantai Atap
a. Beban mati
2
- Berat Plafond + Penggantung = 0,20 kN/m
- Berat Plesteran t = 2cm = 0,02 x 21 = 0,42 kN/m2
2
- Instalasi ME + Plumbing = 0,25 kN/m
DL = 0,87 kN/m2
b. Beban Hidup
- Berat air hujan = 0,05 x 10 = 0,50 kN/m2
- Beban hidup = 1,00 kN/m2 Gambar 9. Respon Spektral Percepatan
LL = 1,5 kN/m2
Sei. Bangek, Padang
Menentukan Kelas Situs data berupa gaya aksial pada masing-
Klasifikasi Situs (jenis tanah) = Tanah masing titik kolom bangunan untuk
lunak (analisa didasarkan pada hasil N keperluan perencanaan dimensi base
SPT boring log) isolator yang cocok untuk bangunan 4
Koefisien Situs lantai. Untuk perencanaan dimensi base
- Fa = 0,9 isolator diperlukan data-data berikut :
- Fv = 2,4 Beban pada Bearing (W) = 3914495,4 N
Parameter Spektral Desain Berat total struktur (Wt) = 44653804,8 N
Parameter spektrum respon percepatan : Shear Modulus (G) = 0,392 Mpa
- SMS = 1,306 Jumlah bearing (n) = 33 unit

- SM1 = 1,440 Asumsi :


Parameter percepatan spektral desain : Perioda (Td) = 1,7 sec

- SDS = 0,871 Max. Shear strain (γ) = 1,5

- SD1 = 0,960 Percepatan gravitasi (g) = 9,81 m/s2

Nilai T0 dan Ts Kekakuan Horizontal (KH)

- T0 = 0,221 detik KH = = 3914995,4 2.π


x
9,81 1,7
- TS = 1,103 detik = 5446075,948 N/m
Kategori Desain Seismik
Displacement Design (DD)
SDS = 0,871 (0,50 ≤ SDS)
BD = 1,2
SD1 = 0,960 (0,20 ≤ SD1) CVD = 0,96

Diperoleh Kategori Desain Seismik


DD = g CVD.TD
x
(KDS) : D (risiko gempa tinggi) 4π2 DB
= 9,81 0,96 1,7
x
39,4 1,2
= 0,34 m

Menentukan Diameter Bantalan


tr = DD = 0,34 = 0,226 m
γ 1,5
Dengan tebal karet yang ada dapat
diperoleh luas permukaan bantalan
Gambar 10. Grafik Respon Spektrum sementara :
F. Perencanaan Dimensi Base Isolator A = KH.DD = 5446075,95 x 0,23 = 0,313 m2
Dari hasil analisis gaya dalam struktur G 3,9,E+06
bagunan tanpa base isolator maka diambil Sehingga diperoleh diameter bantalan :
ϕ = = 4 x 0,313 = 0,632 m = 0,650 m K = 2000 Mpa
3,14 Maka, modulus compression :
Maka luas permukaan bantalan adalah : Ec =
2 2
A = πϕ = 1,3273 = 0,332 m
4 4 = 6.(1,4x106).12,542.(2x109) = 7,96,E+08
6 2 9
6.(1,4x10 ).(12,54 )+(2x10 )
Dengan luas permukaan yang baru
diperoleh nilai kekakuan horizontal baru Kekakuan vertikal elastomer (Kv)

adalah : Kv = Ec.A = 7,96,E+08 x 0,332 = 1170945884,55 N/m2


tr 0,23
KHb = G.A = 576773,4921 N/m
tr
Menentukan ketebalan rubber (t)

KHb = 33 x 576773,4921 = 19033525,2 N/m t = ϕ = 0,650 = 0,013 m ≈ 0,01 m


4S 4x12,54
Menentukan frekuensi (ω) dan perioda Jumlah layer (n)
n = tr = 0,226 = 22,553 = 23 layer
(T)
t 0,010
ω2 = KHb.g = 186718882,6 = 4,18147756 Maka total tebal karet yang baru adalah :
Wt 44653804,8 trbaru = nt = 0,23 m
ω = 2,04 rad/sec Menentukan Dimensi elastomer
T = 2π = 6,283 = 3,1 s > 1,7 s
Tinggi elastomer (h) adalah :
ω 2,04
h = 2 x tpelat + nt + ((n-1) x tshim )
Shape Faktor (S) = 2 x 0,028 + 0,23 + ((23-1)x0,0031)
= 0,354 m
Diasumsikan frekuensi vertikal diameter shims (ϕs) adalah :
(Fv) = 10 Hz ϕs = ϕ - ( 2 x tcover )
= 0,650 - ( 2 x 0,008 )
Frekuensi Horizontal (Fh)
= 0,634 m
Fh = 1 = 1 = 0,325 Hz
Menentukan nilai buckling loads
T 3,073
I = = π = 0,00793 m4
Maka shape faktor (S) : 4

Maka, luas permukaan shims adalah :


S = 1 Fv = 1 10
πøs 2 = π(0,634)
2
x x As = = 0,316 m2
Fh 0,325
4 4
= 12,54
Maka nilai buckling load dari bantalan adalah :
Menentukan modulus compression Pcrit =

(Ec) Pcrit =
Modulus geser dengan regangan yang
Pcrit = 13171399 N
kecil terjadi saat γ = 20% dimana
properties bantalan adalah :
G0,2 = 1,4 Mpa
Nilai safety factor untuk mencegah terjadinya buckling adalah : 1. Assign perletakan sebagai
SF = Pcrit = 13171399 = 3,36 > 3
W 3914995,4
Link/support properties

Menentukan rollout displacement


Dmax = =

= 0,62 m

Dari perhitungan yang dilakukan, didapat


dimensi high damping rubber bearing
sebagai berikut :
- Tinggi bantalan (h) = 0,354 m
- Diameter bantalan (ø) = 0,650 m
- Diameter shims (øs) = 0,634 m
- Jumlah layer (n) = 23 layer
- Jumlah shims (ns) = 22 layer
- Tebal shims (ts) = 0,0031 m
- Tebal rubber (tr) = 0,010 m
- Tebal cover pelat (tf) = 0,028 m

Tabel 2. Dimension Properties Isolator Hasil


Desain
Data Satuan HDRB Gambar 11. Define Link Properties
Diameter bearing d mm 650
Shear Modulus G N/mm2 0,392 2. Input data High Damping Rubber
Tebal rubber layer T mm 10
Jumlah rubber layer nr 23 Bearing sesuai dengan spesifikasi tipe
Tebal total rubber tr mm 230
yang dipilih. Ganti link type menjadi
Tebal shims ts mm 3,1
Jumlah shims ns 22 rubber isolator, link type diganti
Tinggi H mm 354
sesuai dengan jenis isolator yang
Tabel 3. Dimension Characteristic Isolator direncanakan.
Hasil Desain
Data Satuan HDRB
Berat W kg 610
Massa M kg 62,08
Kekakuan horizontal KH x103 N/mm 0,5768
Kekakuan vertikal KV x103 N/mm 1170,95

G. Pemodelan struktur menggunakan


Base Isolator
Tahapan input HDRB pada ETABS Gambar 12. Pemodelan High Damping
Rubber Bearing
dilakukan seperti berikut :
3. Lakukan input data direction
properties dalam arah vertikal (U1)
dan horizontal (U2-U3)

Gambar 14. Draw Link material


properties isolator pada etabs

Gambar 15. Tampak 3-D struktur memakai


base isolator

H. Menghitung Penulangan Struktur


1. Hitung Penulangan Pelat
- Hitung Momen Nominal
Gambar 13. Input directional properties
Mn = Mu/ϕ
High Damping Rubber Bearing
Dimana :
4. Setelah properties base isolator di
Mn = Momen Nominal
input, lakukan draw link antara kolom
Mu = Momen Ultimate
ke pondasi dengan cara klik pada
Φ = faktor reduksi
menu draw → draw link.
- Koefisien Tahanan
Rn = Mn/b.d2
Dimana :
Rn = koefisien tahanan
b = lebar pelat
d = tebal efektif pelat
- Rasio Tulangan (ρ)
1 Rn  Mn = Momen Nominal
ρ = 1  1  2 m 

m fy  Mu = Momen Ultimate

- Luas Tulangan (As) Φ = faktor reduksi

As = ρ x b x d - Koefisien Tahanan

Dimana : Rn = Mn/b.d2

As = luas tulangan Dimana :

ρ = rasio tulangan Rn = koefisien tahanan

b = lebar pelat b = lebar balok

d = tebal efektif d = tinggi efektif balok

Perhitungan dilakukan untuk - Rasio Tulangan (ρ)

penulangan pelat atap dan pelat lantai 1 Rn 


ρ = 1  1  2 m 
tipikal 1-4. Untuk perhitungan m  fy 

tulangan pelat berikutnya dilakukan - Luas Tulangan (As)


penabelan As = ρ x b x d
Tabel 4. Perhitungan Tulangan Pelat Atap Dimana :
Momen Mu Øperkiraan d Rn As perlu S Øreal Jarak As real
Sket Gambar L y /L x
Bagian
x
(kN.m) (mm) (mm) (N/mm2)
ρmin
(mm2) mm (mm) (mm) (mm2)
Resume As = luas tulangan
Mlx 31 3,752 8 76 0,812 443 113,38 8 175 287,23 Ø 8 - 175
Mly
Mtx
39
91
4,721
-11,015
8
8
68
76
1,276
-2,384
397 126,72
443,33 113,38
8
8
200
175
251,33 Ø 8 - 200
287,23 Ø 8 - 175
ρ = rasio tulangan
1,00 0,0058
Mty - - - - - - - - - - - - - -
Mtix
Mtiy
-
-
1,876
2,360
8
8
76
68
0,406
0,638
443,33 113,38
396,67 126,72
8
8
175
200
287,23 Ø 8 - 175
251,33 Ø 8 - 200
b = lebar pelat
Mlx 51,5 6,234 8 76 1,349 443,33 113,38 8 175 287,23 Ø 8 - 175
Mly
Mtx
35,5
105
4,297
-12,710
8
8
68
76
1,162
-2,751
396,67 126,72
443,33 113,38
8
8
200
175
251,33 Ø 8 - 200
287,23 Ø 8 - 175
d = tebal efektif
1,30 0,0058
Mty - - - - - - - - - - Ø 8 - -
Mtix - 3,117 8 76 0,675 443,33 113,38 8 175 287,23 Ø 8 - 175 Perhitungan tulangan balok berikut
Mtiy - 2,149 8 68 0,581 396,67 126,72 8 200 251,33 Ø 8 - 200

dilakukan penabelan.

Tabel 5. Perhitungan Tulangan Pelat Lantai Tulangan Geser Balok

Sket Gambar L y /L x
Momen
x
Mu Øperkiraan d Rn
ρmin
As perlu S Øreal Jarak As real
Resume
- Hitung Kekuatan Beton menahan
Bagian (kN.m) (mm) (mm) (N/mm2) (mm2) mm (mm) (mm) (mm2)
Mlx 31 5,364 8 96 0,728 560 89,76 10 200 392,7 D 10 - 200
Mly 39 6,748 8 88 1,089 513,33 97,92 10 225 349,07 D 10 - 225 geser
Mtx 91 -15,746 8 96 -2,136 560 89,76 10 200 392,7 D 10 - 200

Vc = 1/6 √fc’ bd
1,00 0,0058
Mty - - - - - - - - - - - - - -
Mtix - 2,682 8 96 0,364 560 89,76 10 200 392,7 D 10 - 200
Mtiy - 3,374 8 88 0,545 513,33 97,92 10 225 349,07 D 10 - 225
Mlx 51,5 8,911 8 96 1,209 560 89,76 10 200 392,7 D 10 - 200 Dimana :
Mly 35,5 6,143 8 88 0,992 513,33 97,92 10 225 349,07 D 10 - 225
Mtx 105 -18,168 8 96 -2,464 560 89,76 10 200 392,7 D 10 - 200
1,30
Mty - - - - -
0,0058
- - - - - - - - - Vc = Kemampuan beton
Mtix - 4,456 8 96 0,604 560 89,76 10 200 392,7 D 10 - 200
Mtiy - 3,071 8 88 0,496 513,33 97,92 10 225 349,07 D 10 - 225
Menahan gaya geser
2. Hitung Penulangan Balok fc’ = Mutu beton
Tulangan Lentur Balok b = Lebar balok
- Hitung Momen Nominal d = Tinggi efektif balok
Mn = Mu/ϕ - Hitung gaya geser nominal
Dimana :
Vn = Vu/ф Tabel 7. Perhitungan Tulangan Lentur
Dimana : Balok, Portal As N – Arah Y
n Resume
Vn = gaya geser nominal Lantai Mu (kN.m) Rn ρ ρdipakai As As' As tul
Tarik Tekan Tarik Tekan
Tumpuan 432,12 4,13 0,011 0,0113 2444,31 1222,16 380,13 6,430 3,215 6 D 22 3 D 22
1
Vu = gaya geser ultimate Lapangan 297,18 2,84 0,008 0,0076 1627,96 813,979 380,13 4,283 2,141 4 D 22 2 D 22
Tumpuan 484,8 4,64 0,013 0,0129 2779,51 1389,76 380,13 7,312 3,656 7 D 22 4 D 22
2
Ф = faktor reduksi Lapangan 284,19
Tumpuan 413,09
2,72 0,007 0,0072 1552,25 776,126 380,13 4,083 2,042
3,95 0,011 0,0108 2325,63 1162,81 380,13 6,118 3,059
4 D 22 2 D 22
6 D 22 3 D 22
3

- Gaya geser kapasitas beton yang


Lapangan 274,53 2,62 0,007 0,0069 1496,23 748,117 380,13 3,936 1,968 4 D 22 2 D 22
Tumpuan 389,01 3,72 0,010 0,0101 2177,27 1088,63 380,13 5,728 2,864 6 D 22 3 D 22
4
Lapangan 206,73 1,98 0,005 0,0051 1110,26 555,129 380,13 2,921 1,460 3 D 22 2 D 22
ditahan tulangan geser Pelat Tumpuan 221,51 2,11 0,006 0,0055 1189,78 594,889 283,53 4,196 2,098 4 D 19 2 D 19
Atap Lapangan 136,04 1,29 0,003 0,0033 717,823 358,911 283,53 2,532 1,266 3 D 19 2 D 19

Vn = Vc + Vs
Tabel 8. Perhitungan Tulangan Geser Balok,
Dimana :
Portal As 6 – Arah X
Vn = gaya geser nominal Vu Vn Vc Vs S Smax Sdipakai
Lantai
(kN) (N) (N) (N) (mm) (mm) (mm)
Vc = kemampuan beton menahan Tumpuan 242,6979 323,60 196,815 323,597 125,59 150 120
1
Lapangan 222,6181 296,82 196,815 296,824 136,91 150 130
gaya geser 2
Tumpuan 236,6941 315,59 196,815 315,592 128,77 150 100
Lapangan 239,0486 318,73 196,815 318,731 127,50 150 120
Tumpuan 217,8254 290,43 196,815 290,434 139,93 150 130
Vs = gaya geser kapasitas beton 3
Lapangan 218,5133 291,35 196,815 291,351 139,49 150 130
Tumpuan 192,0427 256,06 196,815 256,057 158,71 150 150
4
yang ditahan tulangan geser Lapangan 182,9550 243,94 196,815 243,940 166,60 150 150
Tumpuan 136,3929 181,86 196,815 181,857 223,47 150 150
Atap
- Tulangan geser yang diperlukan Lapangan 136,8962 182,53 196,815 182,528 222,65 150 150

S = (Av Fy d)/Vs Tabel 9. Perhitungan Tulangan Geser Balok,

Dimana : Portal As N – Arah Y


Vu Vn Vc Vs S Smax Sdipakai
Lantai
S = tulangan geser perlu (kN) (N) (N) (N) (mm) (mm) (mm)
Tumpuan 288,1734 384,23 196,815 384,231 105,77 150 100
1
Lapangan 296,2488 395,00 196,815 394,998 102,89 150 100
Av = luas tulangan geser Tumpuan 327,8266 437,10 196,815 437,102 92,98 150 90
2
Lapangan 328,1965 437,60 196,815 437,595 92,87 150 90
fy = mutu baja tulangan 3
Tumpuan 289,3022 385,74 196,815 385,736 105,36 150 100
Lapangan 290,6010 387,47 196,815 387,468 104,89 150 100
Tumpuan 261,0595 348,08 196,815 348,079 116,75 150 100
d = tinggi efektif balok 4
Lapangan 263,7332 351,64 196,815 351,644 115,57 150 100
Tumpuan 148,3064 197,74 196,815 197,742 205,52 150 150
Atap
Vs = gaya geser kapasitas beton Lapangan 150,8333 201,11 196,815 201,111 202,08 150 150

yang ditahan tulangan geser


Perhitungan tulangan geser balok 3. Hitung Penulangan Kolom
ditabelkan. Tulangan Utama Kolom
Tabel 6. Perhitungan Tulangan Lentur - Eksentrisitas
Balok, Portal As 6 – Arah X 𝑀𝑢𝑦
ex =
Lantai Mu (kN.m)
Rn
2
ρ ρdipakai As As' As tul
n Resume 𝑃𝑢
N/mm Tarik Tekan Tarik Tekan

1
Tumpuan 392,53 3,75 0,010 0,0102 2198,83 1099,42 380,13 5,784 2,892 6 D 22 3 D 22
𝑀𝑢𝑥
Lapangan 268,42 2,57 0,007 0,0068 1460,95 730,475 380,13 3,843 1,922 4 D 22 2 D 22
ey =
2
Tumpuan 394,87 3,78 0,010 0,0103 2213,18 1106,59 380,13 5,822 2,911 6 D 22 3 D 22
𝑃𝑢
Lapangan 297,11 2,84 0,008 0,0075 1627,52 813,761 380,13 4,281 2,141 4 D 22 2 D 22
Tumpuan 352,35 3,37 0,009 0,0091 1954,9 977,448 380,13 5,143 2,571 5 D 22 3 D 22
3
Lapangan 213,25 2,04 0,005 0,0053 1146,83 573,415 380,13 3,017 1,508 3 D 22 2 D 22
Dimana :
Tumpuan 304,78 2,91 0,008 0,0078 1672,49 836,245 380,13 4,400 2,200 4 D 22 2 D 22
4
Lapangan 194,07 1,86 0,005 0,0048 1039,48 519,741 380,13 2,735 1,367 3 D 22 2 D 22 ex = eksentrisitas momen lentur
Pelat Tumpuan 193,78 1,84 0,005 0,0048 1034,73 517,365 283,53 3,649 1,361 4 D 19 2 D 19
Atap Lapangan 164,96 1,57 0,004 0,0040 875,595 437,798 283,53 3,088 1,152 3 D 19 2 D 19 arah sumbu x
ey = eksentrisitas momen lentur Vc = Kemampuan beton
arah sumbu y Menahan gaya geser
Muy = momen ultimate arah y fc’ = Mutu beton
Mux = momen ultimate arah x b = Lebar kolom
Pu = gaya aksial ultimate - Hitung gaya geser nominal
- Eksentrisitas resultan momen Vn = Vu/ф
lentur Dimana :

e  ex 2  ey 2 Vn = gaya geser nominal


Vu = gaya geser ultimate
- Rasio tulangan
Ф = faktor reduksi
ρ = r.β
- Gaya geser kapasitas beton yang
Dimana :
ditahan tulangan geser
ρ = rasio tulangan
Vn = Vc + Vs
- Luas Tulangan
Dimana :
As = ρ. Agr
Vn = gaya geser nominal
Dimana
Vc = kemampuan beton menahan
As = luas tulangan
gaya geser
ρ = rasio tulangan
Vs = gaya geser kapasitas beton
Agr = luas penampang kolom
yang ditahan tulangan geser
Perhitungan dan resume
- Tulangan geser yang diperlukan
penulangan kolom ditabelkan
S = (Av Fy d)/Vs
Tabel 10. Perhitungan tulangan utama
Lantai
h Gaya Axial Momen (kN.m) ex ey e
d'/h
Dimana :
(mm) Pu (kN) Mux Muy (m) (m) (mm)
1 4000 3501,6905 569,6659 931,213 0,1627 0,2659 311,7464 0,1 S = tulangan geser perlu
2 3500 2184,6168 642,7682 1150,2314 0,2942 0,5265 603,1461 0,1
3 3500 1165,2659 561,7618 837,6353 0,4821 0,7188 865,5260 0,1 Av = luas tulangan geser
4 3500 480,7489 448,9634 475,891 0,9339 0,9899 1360,8933 0,1

Luas Tulangan n
fy = mutu baja tulangan
Lantai e/h Sumbu VertikalSumbu Horizontal r ρ Resume
(mm2) (buah)
1 0,4796 0,500 0,240 0,01 0,012 5070 13,344 16 D 22 Vs = gaya geser kapasitas beton
2 0,1723 0,312 0,054 0,01 0,012 5070 13,344 16 D 22
3 0,2473 0,166 0,041 0,01 0,012 5070 13,344 16 D 22
yang ditahan tulangan geser
4 0,3888 0,069 0,027 0,01 0,012 4225 11,120 12 D 22

Perhitungan dan resume tulangan


Tulangan Geser Kolom
geser kolom ditabelkan
- Hitung Kekuatan Beton menahan
geser
Vc = 1/6 √fc’ bd
Dimana :
Tabel 11. Perhitungan tulangan geser kolom Dimana :

h Vu Vn Pu Vs Vc S Smax Sdipakai
ρ = rasio tulangan
Lantai
(mm) (kN) (kN) (kN) (kN) (kN) (mm) (mm) (mm)

1 4000
Tumpuan 354,7490 472,9987 3501,6905 472,9987 546,0019 92,1359 150 90 b = lebar balok (mm)
Lapangan 304,7611 406,3481 3473,3014 406,3481 544,3558 107,2484 150 100
Tumpuan 345,5611 460,7481 2184,6168 460,7481
2 3500
Lapangan 241,6593 322,2124 2159,7764 322,2124
469,6348 94,5857
468,1945 135,2529
150
150
90
130
d = tinggi efektif penampang (mm)
Tumpuan 224,0174 298,6899 1165,2659 298,6899 410,5305 145,9044 150 130
3 3500
Lapangan 207,9664 277,2885 1140,4255 277,2885 409,0902 157,1654 150 150

4 3500
Tumpuan 141,5430 188,7240 480,7489 188,7240 222,1876 170,9928 150 150 Tabel 12. Rasio Tulangan Balok Aktual
Lapangan 12,1401 16,1868 459,583 16,1868 221,0063 1993,6269 150 150

As
Lantai Bagian n D 2 ρ
I. Cek Rasio Tulangan salah satu elemen mm
Tumpuan 6 25 2945,2 0,012
struktur 1
Lapangan 5 25 2454,4 0,010
Tumpuan 8 25 3927,0 0,015
2
Pengecekan Rasio Tulangan dilakukan Lapangan 6 25 2945,2 0,011
Tumpuan 8 25 3927,0 0,015
pada salah satu elemen struktur. Elemen 3
Lapangan 6 25 2945,2 0,011
struktur yang dicek rasio tulangannya Tumpuan 8 25 3927,0 0,015
4
Lapangan 6 25 2945,2 0,011
yaitu tulangan lentur pada balok. Tumpuan 6 19 1701,2 0,006
Atap
Lapangan 5 19 1417,6 0,005
Pengecekan ini dilakukan pada rasio
Rasio Rata-rata = 0,011
tulangan balok aktual dengan rasio
Tabel 13. Rasio Tulangan Balok Hasil
tulangan balok hasil desain struktur
Desain
memakai base isolator. Cek rasio
As
Lantai Bagian n D 2 ρ
tulangan ini dilakukan untuk mengetahui mm
Tumpuan 6 22 2280,8 0,011
persentase rasio tulangan balok yang 1
Lapangan 4 22 1520,5 0,007
tereduksi pada gedung dengan base Tumpuan 7 22 2660,9 0,012
2
Lapangan 4 22 1520,5 0,007
isolator. Tumpuan 6 22 2280,8 0,011
3
Lapangan 4 22 1520,5 0,007
Pada balok aktual terdapat 2 dimensi
Tumpuan 6 22 2280,8 0,011
4
balok, yaitu tie beam dengan dimensi 400 Lapangan 3 22 1140,4 0,005
Tumpuan 4 19 1134,1 0,005
x 700 mm dan balok induk 500 x 600. Atap
Lapangan 3 19 850,6 0,004
Diameter tulangan utama yang digunakan Rasio Rata-rata = 0,008
Hitung persentase rasio tulangan tereduksi :
D25 dan D19, dengan diameter tulangan 11− 8
% rasio tul. tereduksi =
sengkang D13. Untuk balok hasil desain 11

diperoleh dimensi tie beam dan balok = 27,27%

induk 400 x 600 mm, dengan tulangan


utama D22, D19 dan diameter tulangan 4. KESIMPULAN DAN SARAN

sengkang D10. Pengecekan rasio tulangan Berdasarkan hasil penulisan Tugas Akhir

menggunakan rumus berikut : tentang Perencanaan Bangunan Tahan


Gempa Menggunakan Base Isolator
𝜌=
𝑑 diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
- Berdasarkan hasil design didapat jenis pengembangan studi selanjutnya penulis
isolator High Damping Rubber Bearing menyarankan beberapa hal, yaitu :
tipe HH065XGR dengan diameter : 650
- Dalam merencanakan struktur
mm, tinggi : 354 mm dan modulus geser
bangunan tahan gempa menggunakan
G = 0,392 N/mm2.
base isolator, perlu diperhatikan ketidak
- Dimensi kolom yang digunakan 650 x
beraturan struktur baik ketidak
650 mm dan 500 x 500 mm. Dari hasil
beraturan horizontal maupun vertikal.
perhitungan tulangan diperoleh
- Lokasi perencanaan bangunan harus
diameter tulangan utama kolom D22
jauh dari pantai, karena tidak ada
dengan sengkang D10.
jaminan base isolator mampu menahan
- Untuk dimensi balok induk digunakan
gaya hidrodinamik tsunami.
400/600 mm dan dimensi balok anak
- Penggunaan base isolator tidak
200/300 mm. Pada balok induk
disarankan untuk kondisi tanah lunak.
diperoleh diameter tulangan lentur D22
- Untuk memperkenalkan teknik yang
dan D19 dengan jumlah tulangan
baru seperti Base Isolation dapat
terbesar 7 D22. Tulangan pada balok
dipertimbangkan suatu metode analisis
anak digunakan D16. Secara
yang sederhana dan realistis dengan
keseluruhan balok menggunakan
tetap memperhatikan batasan struktur
sengkang D10.
apa saja yang diperbolehkan
- Dari hasil pengecekan rasio tulangan
menggunakan cara analisis sederhana.
balok rata-rata dapat dilihat, rasio
tulangan balok pada struktur yang DAFTAR PUSTAKA

memakai base isolator 0,008 < 0,011 Bridgestone. 2013. Seismic Isolation Product
rasio tolangan balok aktual tanpa bas line-up. Japan: Bridgestone
isolator. Rasio tulangan balok pada Corporation.
gedung yang memakai base isolator Fah, Chen Wai. 1999. Structural Engineering
terduksi sebesar 27,27%. Handbook : Earthquake Engineering.

Dengan penulisan tugas akhir ini dapat California : CRC Press LLC.

dijadikan sebagai literatur dalam Harlien, dkk. 2012. Pengembangan Sistem

mendisain struktur bangunan tahan gempa Isolasi Seismik pada Struktur

menggunakan base isolator di Indonesia. Bangunan yang Dikenai Beban

Akan tetapi untuk perbaikan dan Gempa sebagai Sousi untuk


Membatasi Respon Struktur. Jurnal SNI 2847. 2013. Persyaratan beton struktural
Teknik Sipil: Vol. 19 No. 1. untuk bangunan gedung. Indonesia:
Hayati, Bismi. 2015. Perencanaan Dimensi BSN
Base Isolator Tipe Elastomeric Rubber StIRRRD. 2015. Base Isolation Training.
Bearing untuk Rumah Sakit Umum Padang: Bahan Ajar tidak diterbitkan.
Daerah di Kota Padang. Universitas Teruna dan Singarimbun. 2010. Analisis
Bung Hatta: Tugas Akhir tidak Response Bangunan ICT Universitas
diterbitkan. SYIAH Kuala yang Memakai Slider
Iskandarsyah, Helmy. 2009. Analisis Respon Isolator Akibat Gaya Gempa. Banda
Spektrum pada Bangunan Yang Aceh: Jurnal tidak diterbitkan.
Menggunakan Yielding Damper
Akibat Gaya Gempa. Medan : Tugas
Akhir tidak diterbitkan.
Ismail, Febrian Anas. 2012. Pengaruh
Penggunaan Seismic Base Isolation
System Terhadap Respons Struktur
Gedung Hotel Ibis Padang. Padang :
Jurnal Teknik Sipil Volume 8 No. 1.
Kelly, Trevor E. 2001. Base Isolation of
Structures: Design Guidelines. New
Zealand: Holmes Consulting.
Muliadi. 2014. Analisis Respon Bangunan
Menggunakan Base Isolator Sebagai
Pereduksi Beban Gempa Di Wilayah
Gempa Kuat. Banda Aceh : Jurnal
Teknik Sipil Volume 3 No. 2.
Naeim and Kelly. 1999. Design of Seismic
Isolated Structures: From Theory to
Practice. California: John Wiley &
Sons.
SNI 1726. 2012. Tata cara perencanaan
ketahanan gempa untuk struktur
bangunan gedung dan non gedung.
Indonesia: BSN

Anda mungkin juga menyukai