Anda di halaman 1dari 4

30

Hilang Ditelan Bumi


Oleh: Rifky Hermawan

Pagi itu matahari bersinar cukup terang menyinari bumi. Ayam-ayam berkokok seakan
menandakan dimulainya aktivitas kembali. Hari ini adalah hari penetuan bagi Luthfi karena telah
tiba pengumuman kelulusan di sekolahnya. Luthfi sedang kebingungan memikirkan masa
depannya setelah lulus sekolah dia mau melanjutkan kuliah atau langsung bekerja. Jika dia
melanjutkan kuliah, dia membutuhkan dana yang tidak sedikit, tetapi jika dia bekerja itu akan
menambah penghasilan orangtuanya. Setelah lama memikirkan itu akhirnya Luthfi bergegas
mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, luthfi menghampiri papan informasi yang sudah ditempeli


kertas nama siswa yang lulus. Tak disangka, dia lulus dengan nilai tertinggi padahal sehari-hari
setiap pulang sekolah dia selalu membantu ibunya berjualan pecel dan tidak sempat mengikuti
les bimbel seperti teman-temannya. Tak lama Luthfi melihat Rama sedang duduk di bawah
pohon, kemudian dia mendatangi Rama dan duduk bersamanya. Rama bercerita kepada Luthfi
bahwa dia akan berkuliah di luar negeri. Rama ini adalah sahabat Luthfi dari kecil yang selama
12 tahun selalu satu sekolah dengannya karena jarak rumah mereka yang tidak terlalu jauh.
Mendengar cerita bahwa Rama akan berkuliah di luar negeri, Luthfi langsung terkejut.
Masalahnya, sahabat yang selalu bersama Luthfi kini akan berada sangat jauh darinya.
Rama sendiri masih bimbang untuk mengambil keputusan antara berkuliah di luar negeri atau
berkuliah di Indonesia saja. Keputusan itu harus dipikirkan matang-matang oleh Rama agar tidak
menyesal di kemudian hari.

Setelah berbincang tentang masa depan, Rama mengajak Luthfi untuk bermain di
rumahnya. Luthfi pun langsung mengiyakan ajakan tersebut tanpa memikirkan bahwa dia telah
melupakan rutinitasnya yaitu membantu ibunya berjualan pecel. Dengan mengendarai motor
vespa, mereka berdua langsung menuju ke rumah Rama. Ketika dalam perjalanan, mereka
melihat seorang ibu tua sedang beristirahat di sebuah warung kecil.
Luthfi pun berkata kepada Rama “Ram, coba lihat ibu tua di warung kecil itu!”.

“Iya aku melihatnya, memangnya kenapa?” jawab Rama.

“Ayo kita hampiri dia!” ucap Luthfi.

Mereka berdua pun menghampirinya dan bertanya kepada ibu tua tersebut.

“Permisi bu, sedang apa disini?” tanya Luthfi.

Ibu itu menjawab “Sedang beristirahat nak”.

Kemudian Rama melihat sebuah tampah yang ditutupi daun pisang didekat ibu tua,
karena penasaran dia mencoba mencari tahu dibalik daun pisang itu.

“Itu apa ya bu yang ditutupi daun pisang?” tanya Rama dengan sangat penasaran.

“Ini gorengan nak, silahkan dibeli harga satunya 500 rupiah saja” jawab ibu tua tersebut.

Berhubung Luthfi dan Rama sedang lapar maka mereka berdua membeli gorengan ibu
tua itu. Mereka berdua merasa kasihan kepada ibu tua itu karena gorengannya masih utuh dan
belum ada yang membelinya. Sambil asyik memakan gorengan, Luthfi dan Rama bertanya lagi
kepada ibu tua itu karena masih penasaran.

“Ibu kok masih mau berjualan? kenapa tidak istirahat saja dirumah?” tanya Luthfi.

Ibu tua pun menjawab “Habisnya saya butuh uang nak untuk biaya pengobatan suami saya”.

Lalu Rama ikut bertanya “Sakit apa bu suaminya?”.


“Leukimia nak” jawab ibu tua dengan raut wajah yang seketika murung.

Kemudian Luthfi bertanya “Memangnya anak ibu tidak ada yang membantu?”.

Ibu tua menjawab “Anak saya tidak tahu pergi kemana, waktu itu saya sedang tidur malam dan
anak saya pergi dengan membawa pakaiannya dan meninggalkan surat yang berisi bahwa dia
pergi merantau. Sejak saat itulah anak saya tidak pernah kembali ke rumah, kabar anak saya pun
bagaikan hilang ditelan bumi. Entah dimana dia sekarang, hidup atau mati pun saya tidak tahu”.

Mendengar cerita tadi Luthfi langsung berkata dalam hati “Berat sekali cobaan ibu tua ini, sudah
ditinggal anaknya merantau, ditambah lagi dengan suaminya yang sedang sakit”.

Setelah berbincang dengan ibu tua, mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju rumah
Rama. Tibalah mereka di rumah Rama, kebetulan orangtua Rama sedang pergi ke luar kota jadi
dia hanya berdua dengan kakaknya. Kemudian Rama menyuruh Luthfi untuk masuk dan menuju
kamar. Lalu Luthfi pun masuk dengan membawa tasnya menuju ke kamar Rama. Di dalam
kamar, Luthfi melihat sebuah PS 4 Pro di bawah meja televisi.

Kemudian Luthfi bertanya kepada Rama “Ram, apakah itu PS 4 Pro?”.

“Iya benar itu PS 4 Pro, kamu mau memainkannya?” ucap Rama.

“Tentu saja aku mau, aku belum pernah memainkannya selama hidupku” jawab Luthfi.

Mereka berdua pun bermain PS 4 Pro bersama sampai lupa waktu, tanpa sadar di luar
sedang hujan deras. Lalu hari pun sudah sore, tetapi hujan belum juga reda. Tidak
memungkinkan apabila luthfi memaksakan diri pulang ke rumahnya, oleh karena itu Luthfi
memutuskan untuk menginap di rumah Rama. Dan pada akhirnya mereka pun menikmati malam
ditemani rintikan hujan dan gemuruh suara petir yang kilatan cahayanya melebihi kecepatan
suara.
Tentang penulis

Rifky Hermawan, anak kedua dari dua bersaudara yang lahir di Bekasi pada tanggal 24 Februari
2002 dari pasangan Wakidi dan Marsiyah. Saya memulai pendidikan pertama kali di TK
Attaqwa 05 kemudian lanjut bersekolah di SDN Jatisari 2, lalu di SMPN 24 Bekasi, dan
sekarang menjadi siswa kelas XI jurusan IPA di SMAN 16 Bekasi. Hobi saya bermain voli, moto
hidup saya “hargai orang lain jika anda ingin dihargai”, dan cita-cita saya menjadi pegawai
negeri yang profesional.

Hubungi saya melalui :


E-mail : rifkyhermawan95@gmail.com
Instagram : Riifkyh
Line : Rifky-hermawan

Anda mungkin juga menyukai