Anda di halaman 1dari 33

PROGRAM SURVEILANCE KECACINGAN

DINAS KESEHATAN DKI JAKARTA TAHUN 2016


 Diagnosis infeksi parasit di laboratorium :
◦ Pengambilan spesimen yang tepat

Diagnosis tepat
 Tinja terdiri dari:
◦ sisa makanan yang tidak dapat dicerna
◦ pigmen dan garam empedu
◦ Sekresi intestinal termasuk mukus
◦ Lekosit yang migrasi dari aliran darah
◦ Epitel
◦ Bakteri
◦ Material anorganik terutama kalsium dan fosfat
◦ Makanan yang tidak tercerna (dalam jumlah yang sangat
kecil)
◦ Gas
 Pada dinding pot :
 Label putih
 Data :
1. Nama siswa
2. Nama sekolah
3. No. Urut absensi
 Terangkan cara penampungan dan apa yang
akan diperiksa
 Penderita diminta untuk defekasi pada
penampung feses yang sudah disediakan
 Jangan kencing di tempat penampungan
 Jangan meletakkan kertas toilet pada
penampung karena akan berpengaruh
terhadap hasil
1. Pot wadah faeces harus kering, bersih, bebas urin
2. Jumlah sampel yang dibutuhkan :
 Minimal 20-30 gram tinja padat atau
 2-3 sendok makan tinja cair
3. Bila dijumpai lendir atau darah maka sampel
diambil dari tempat tersebut karena parasit
biasanya terdapat disitu
4. Tidak boleh menggunakan feses yang ditampung
di kloset.
5. Lama tinja di perjalanan sampai mencapai lab :
1-2 jam setelah dikeluarkan penderita
1. Siapkan pot faeces yang sudah diberi label
2. Cuci tangan
3. Usahakan untuk buang air kecil terlebih
dahulu sebelum melakukan defekasi,
kemudian siram (flush)
4. Pastikan tidak ada lagi urin di dalam kloset
5. Letakkan kertas toilet/plastik bersih ke
dalam kloset untuk menampung faeces.
6. Ambil sedikit bagian dari faeces tersebut
dengan menggunakan sendok yang tersedia
ke dalam pot.
7. Pastikan faeces tidak terkontaminasi dengan
air.
8. Tutup pot tersebut dengan rapat
9. Masukkan ke dalam kantong plastik
10. Serahkan kepada petugas sesegera mungkin
(kurang dari 2 jam)
 Melakukan pemeriksaan mikroskopis telur
cacing dengan metode Kato Katz
 Sample harus kurang dari 2 jam
 Jika lebih harus disimpan di dalam
refrigerator (suhu 2-80C)
Alat dan bahan
1. Selofan dengan ukuran 2,5 x 3 cm
2. Larutan Kato(stok) atau larutan gliserin-
malachite green;
100 ml akaudes, 100 ml gliserin, 1 ml
larutan Malachite Green 3%
3. Selaofan direndam dalam larutan Kato
selama 24 jam sebelum digunakan.
4. Kawat kasa berukuran 3x4 cm
5. Kertas karton dengan ketebalan 3x4 cm
yang di bagian tengah dilubangi.
6.Tutup botol karet.
7. Kertas saring dan kertas berminyak
8. Lidi
9. Tinja
10. Kaca benda
N=Telur yang ditemukan x 1000 mg/50 mg
 1. Teknik Kato-Katz tidak dapat dilakukan
pada pasien yang mengalami diare.
2. Memerlukan tinja yang banyak (sebesar
ibu jari).
3. Tinja yang kering akibat penyimpanan
terlalu lama, maka tinja tsb. tidak dapat
dilakukan pemeriksaan.
 4. Pengeringan sediaan yang terlalu lama
(lebih dari 30 menit) sulit menemukan
telur cacing tambang.
5. Sediaan terlalu tebal.
 1. Cara kerja sederhana.
 2. Alat dan bahan mudah diperoleh.
 3. Tidak memakan waktu yang terlalu
lama.
4. Sensitivitas dan spesifiksitas tinggi.
5. Dapat menghitung angka prevalensi,
insiden, dan intensitas infeksi.

Anda mungkin juga menyukai