Anda di halaman 1dari 13

 BERANDA

 BERITA
o
o
o
o
o
o
o
 LAYANAN
o
o
o
o
 MIMBAR AGAMA
o
o
o
o
o
o
 UNIT KERJA
o
o
o
o
 OPINI
 POJOK GUSMEN
 PROFIL
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
 GALERI
o
o
o












Hindu
Konsep Dasar Beragama Hindu

Konsep Dasar Beragama Hindu

 Tim Mimbar Hindu


 Senin, 15 November 2021 21:02 WIB
I Ketut Dira (Rohaniwan Hindu)




Om Swastyastu. Om Awighnam Astu Namo Sidham. Sebagai umat beragama yang mendapat
warisan dari leluhur, yaitu agama hindu, yang merupakan pegangan pokok dalam kehidupan,
dalam bersikap, berfikir, dan berbicara, menurut tata susila, sudah sepantasnyalah kita
mengetahui dan bisa menjalankan konsep konsep beragama sehingga tidak mudah terpapar
dengan ajaran ataupun aliran lain, yang bisa menyesatkan jalan hidup sebagai manusia.

Agar kita bisa mewarisi dan mempertahankan nilai luhur agama Hindu yang sudah mengakar di
Bali yang diwadahi dengan adat dan tradisi yang kuat, maka prinsip-prinsip dasar beragama
Hindu harus diketahui dan kuasai lalu diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Agama Hindu sangat bisa menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan. Agama Hindu
mengajarkan untuk menghargai budaya lokal.

Para umat sedharma. Konsep dasar agama yang harus kita gunakan sebagai landasan pokok
adalah  ajaran agama Hindu pada dasarnya memberikan tuntunan kepada pemeluknya tentang
tiga hal, yaitu: 1) hakikat kehidupan dalam agama hindu disebut Tatwa; 2) Tuntunan prilaku
sosial dalam kehidupan, dalam agama Hindu disebut Susila; dan 3)
Tatacara pelaksanaan ibadah dalam agama Hindu yang disebut Bhakti. Ini menjadi bagian dalam
pelaksanaan upacara yadnya dalam kehidupan beragama.

Dalam agama Hindu, ketiga tuntunan tersebut dirumuskan menjadi tiga kerangka dasar agama
Hindu. Tiga kerangka dasar tersebut adalah:

Tattwa (berkaitan dengan keyakinan atau srada), Susila (berkaitan dengan tata hubungan dan
prilaku baik dan buruk, benar dan salah, boleh dan tidak boleh), dan Acara (menyangkut bhakti
dalam upacara yadnya).

Dalam pelaksanaannya, tiga kerangka dasar agama Hindu ini menjadi satu kesatuan yang utuh.
Untuk memudahkan pemahaman, dapat  dinyatakan sebagai berikut. Pertama, dalam memahami
dan melaksanakan tatwa, patut bersusila dan berupacara. Kedua, dalam memahami dan
melaksanakan susila, patut bertattwa dan berupacara. Ketiga, dalam memahami dan
melaksanakan  upacara patut bertattwa dan bersusila

I. Tattwa (Filsafat)

Sebenarnya agama Hindu mempunyai kerangka dasar kebenaran yang sangat kokoh karena
masuk akal dan konseptual. Konsep pencarian kebenaran yang hakiki di dalam Hindu diuraikan
dalam ajaran filsafat yang disebut Tattwa. Tattwa dalam agama Hindu dapat diserap sepenuhnya
oleh pikiran manusia melalui beberapa cara dan pendekatan yang disebut Pramana.

Ada tiga cara penyerapan pokok yang disebut Tri Pramana. Pertama, Pretyaksa Premana. Yaitu,
cara mendapatkan ilmu pengetahuan  dengan melakukan pengamatan  langsung di tempat
kejadian. Kedua, Anumana Premana. Yaitu, cara mendapatkan ilmu pengetahuan dengan melihat
gejala – gejala yang ada. Ketiga, Agama Premana. Yaitu, cara mendapatkan ilmu pengetahuan
dengan jalan mempelajari kitab suci dan mendengarkan petunjuk – petunjuk dari orang yang
dapat dipercaya kebenarannya

Tri Pramana ini, menyebabkan akal budi dan pengertian manusia dapat menerima kebenaran
hakiki dalam Tattwa, sehingga berkembang menjadi keyakinan dan kepercayaan. Kepercayaan
dan keyakinan dalam Hindu disebut dengan Sradha. Dalam Hindu, Sradha disarikan menjadi
lima esensi, disebut Panca Sradha, yaitu:

1. Yakin dan percaya dengan Sang Hyang Widhi

2. Yakin dan percaya dengan adanya Atman

3. Yakin dan percaya dengan adanya  hokum karma phala

4. Yakin dan percaya dengan adanya / punarbawa

5. Yakin percaya dengn adanya moksa


Berbekal Panca Sradha yang diserap menggunakan Tri Pramana ini, perjalanan hidup seorang
Hindu menuju ke satu tujuan yang pasti. Yaitu, ke arah kesempurnaan lahir dan batin, Jagadhita
dan Moksa.

II. Susila/Etika

Istilah Susila terdiri dari dua suku kata: “Su” dan “Sila”. “Su” berarti baik, indah, harmonis.
“Sila” berarti perilaku, tata laku. Jadi Susila adalah tingkah laku manusia yang baik, terpancar
sebagai cermin obyektif kalbunya dalam mengadakan hubungan dengan lingkungannya.

Pengertian Susila menurut pandangan Agama Hindu adalah tingkah laku hubungan timbal balik
yang selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta (lingkungan) yang
berlandaskan atas korban suci (Yadnya), keikhlasan dan kasih sayang.

Pola hubungan tersebut adalah berprinsip pada ajaran Tat Twam Asi (Ia adalah engkau). Ajaran
ini mengandung makna bahwa hidup segala makhluk sama, menolong orang lain berarti
menolong diri sendiri, dan sebaliknya menyakiti orang lain berarti pula menyakiti diri sendiri.
Jiwa sosial demikian diresapi oleh sinar tuntunan kesucian Tuhan dan sama sekali bukan atas
dasar pamrih kebendaan.

Biasanya hambatan kita untuk menjalankan tata susila/etika adalah masih bersemayamnya
perbuatan jahat, baik dari luar maupun dari dalam. Dari luar ada sad ripu, sad atatayi, dan sapta
timira. Untuk menetralisir kejahatan ini, dengan ajaran Tri kaya parisuda yaitu tiga jenis
perbuatan yang merupakan landasan ajaran Etika Agama Hindu yang dipedomani oleh setiap
individu guna mencapai kesempurnaan dan kesucian hidupnya. Ketiganya adalah kayika,
wacika, manacika (berbuat yang baik, berkata yang baik, berpikir yang baik).

III. Acara/Upakara

Yadnya adalah suatu karya suci yang dilaksanakan dengan ikhlas karena getaran jiwa/rohani
dalam kehidupan ini berdasarkan dharma, sesuai ajaran sastra suci Hindu yang ada (Weda).
Yadnya dapat pula diartikan memuja, menghormati, berkorban, mengabdi, berbuat baik
(kebajikan), pemberian, dan penyerahan dengan penuh kerelaan (tulus ikhlas) berupa apa yang
dimiliki demi kesejahteraan serta kesempurnaan hidup bersama dan kemahamuliaan Sang Hyang
Widhi Wasa.

Di dalamnya terkandung nilai-nilai tentang asa tulus ikhlas dan kesucian serta rasa bakti dan
memuja (menghormati) Sang Hyang Widhi Wasa, Dewa, Bhatara, Leluhur, Negara dan Bangsa,
dan kemanusiaan.

Di dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan masing- masing menurut tempat


(desa), waktu (kala), dan keadaan (patra). Suatu ajaran dan Catur Weda yang merupakan sumber
ilmu pengetahuan suci dan kebenaran yang abadi.

Selain dari tri kerangka dasar agama Hindu, ada hal lain yang harus juga diperhatikan untuk
meyakinkan bahwa konsep dasar beragama sangat memegang peranan. Di antara konsep dasar
beragama itu adalah Satyam (Kebenaran), Dharma (Kebijakan), Seva (Pelayanan), Santih
(Kedamaian), Ahimsa (Tanpa kekerasan), dan Prema (Cinta-kasih).

Misi keagamaan dalam ajaran Hindu adalah menyampaikan nilai-nilai kebenaran yang bersifat
universal. Misalnya, etika hidup, moralitas, mewujudkan kesejahteraan dunia (Jagadhita),
pembebasan jiwa dari belenggu maya (Duniawi), dan untuk mencapai kedamaian abadi (Moksa) 

Semoga pelita dharma ini bisa menjadi pelita untuk menerangi diri, sehingga sisi gelap akan
menjadi terang.

I Ketut Dira (Rohaniwan Hindu)

Editor: Tim Mimbar Hindu     Fotografer: Istimewa

 Kehidupan
 Mimbar Hindu

TERKAIT
Akhir Zaman: Quo Vadis?

Minggu, 14 November 2021

Iman yang Berkemenangan

Minggu, 14 November 2021


Pahlawanku adalah Inspirasiku

Rabu, 10 November 2021


Merajut Kebersamaan dengan Belajar Tembang

Selasa, 9 November 2021


Punia Pandemi

Senin, 8 November 2021


Memberi dari Kekurangan

Minggu, 7 November 2021


Isra Mikraj, Salat, Agama, dan Kemanusiaan

Sabtu, 18 Februari 2023

Anda mungkin juga menyukai