3. Struktur Organisasi
12 D3 lainnya 2 2
-
13 D1 lainnya 2 2
-
14 S2 KEPERAWATAN 1 1
15 S1 KEPERAWATAN/ PROFESI Nurs 31 12 43
16 D3 KEPERAWATAN Penata Anastesi 7 7
17 D3 KEPERAWATAN 59 30 89
18 D3 Perawat Gigi 2 1 3
19 D3 REFRAKSI OPTISI 2 2
20 D4 KEBIDANAN 8 1 9
21 D3 KEBIDANAN 14 12 26
22 APOTEKER 6 1 7
23 D3 FARMASI 6 7 13
24 SMF/SAA 2 2
25 S1 FISIOTERAPI 2 2
26 D3 FISIOTERAPI 3 3 6
27 D3 ROUNTGEN 7 2 9
28 S1 GIZI 2 1 3
29 S1 PARIWISATA (D3 Tata Boga) 1 1
30 D3 GIZI/AKZI 6 2 8
31 D4 Analis Kesehatan 1 1 2
32 D3 ANALIS KESEHATAN 13 1 14
33 D3 REKAM MEDIS 9 10 19
34 D3 KESLING/AKL 3 1 4
35 D3 ATEM 2 1 3
36 SLTA /SEDERAJAT 10 78 88
37 SMKK 1 1
38 SMP/Sederajat 2 8 10
39 SD/SEDERAJAT 1 5 6
Data yang dilihat adalah jumlah kunjungan pasien rawat inap dan rawat jalan di
RSUD Sawahlunto Semester I tahun 2021.
Tabel 2.4 Jumlah Pasien Pasien Rawat Inap RSUD Sawahlunto Januari s/d Juni
2021
Berdasarkan table di atas untuk Nilai BOR Rata Rata Bulanan Rumah Sakit
Sawah lunto Sebesar 22,%, Bed Occupancy Rate (BOR) adalah persentase pemakaian
tempat tidur pada waktu tertentu yang didefinisikan sebagai rasio jumlah hari perawatan
RS terhadap jumlah tempat tidur dikalikan dengan jumlah hari dalam satuan waktu,
Nilai Ideal parameter BOR antara 60-85% ( Depkes RI 2005) . Dalam hal ini Untuk
BOR Rumah Sakit memiliki nilai dibawah ideal.
Nilai Length Of Stay (LOS) Rata rata Bulanan Sebesar, 4 , AVLOS menurut
Depkes RI (2005) adalah rata- rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari
Depke RI (2005). Untuk Nilai Length Of Stay (LOS) rumah sakit dibawah rentang
Ideal.
Nilai BTO Rata rata Bulanan sebesar 7%, BTO menurut Depkes RI(2005) adalah
frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai
dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata- rata
dipakai 40-50 kali, dengan hal ini Rumah Sakit memiliki nilai kurang dari Ideal. Nilai
Turn Over Interval (TOI) Rata- Rata Bulanan Sebesar 11. Turn Over Interval ( TOI)
menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada
kisaran 1-3 hari. TOI yang diperoleh rumah sakit jauh dari Standar Depkes RI artinya
rata-rata kekosongan tempat tidur terjadi hingga terisi kembali dari semua rawat inap
adalah selama 13 hari.
1 S2 Kep 0 1 0 1
2 S1 Ners 5 6 2 0 13
3 D4 Keperawatan 0 0 0 0
4 D4 Kebidanan 0 2 7 9
5 D3 Keperawatan 10 6 8 8 32
6 D3 Kebidanan 0 0 0 0
Jumlah 15 12 13 15 55
Metode Data
Metode Data
Wawancara a) Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasi
keperawatan mengatakan recruitment tenaga
dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga di RS.
Menentukan ketenagaan berdasarkan beban kerja dan
kebutuhan keperawatan pasien dimana perencanaan
diminta sesuai kebutuhan ruangan.
b) Kasi keperawatan mengatakan setiap perawat baru
selalu di orientasikan ke ruangan dan di tempatkan di
berbagai ruangan, dan program rotasi perawat
dilakukan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
rumah sakit dan kompetensi perawat
c) Wawancara dengan Ketua Komite
Keperawatan :mengatakan bahwa setiap proses
rekruitmen melibatkan komite keperawatan, dimana
pelakanaan proses berdasarkan seleksi dan ujian
berbasis keselamatan pasien
d) Komite keperawatan terlibat dalam rekruitment
tenaga Perawat BLUD. Sebagai tim penilai dan pada
saat orientasi, penempayan dan uji kredensial.
e) Wawancara dengan karu mengatakan bahwa
kebutuhan perawat berdasarkan beban kerja. Tetapi
untuk masa pandemi kebutuhan lebih banyak di
ruangan covid, sehingga sering terjadi rotasi yang
tidak terencana.
Kuesioner 79 % karu telah melaksanakan proses stafing dengan
baik
1) Pengarahan
Metode Data
Wawancara Wawancara dengan Kasi : Dalam hal pertemuan rutin
dengan ruangan dilakukan secara terencana dan juga
berdasarkan kasus. Sejak pandemi pertemuan rutin
jarang dilaksanakan tetapi tetap ada jika ada kasus dan
jika ada hal yang penting mengenai pelayanan
keperawatan yang harus di diskusikan dengan ruangan.
Kepala ruangan
Kepala ruangan selalu megkomunikasikan dan selalu
menfasilitasi jalan kegiatan asuhan diruangan dengan
mengarahkan tim keperawatan dan memberikan instruksi
yang jelas. Kepala ruangan memantau anggota dalam
pelaksanaan tugas. Kepala ruangan mengatakan pelatihan
mengenai keselamatan pasien belum ada terlaksana.
PP mengatakan karu memberikan pengarahan dengan
baik saat preconferen, dan ada memotivasi staf dalam
melakukan asuhan aman yang sesuai SPO
Kuesioner 71 % Pelaksanaan pengarahan karu sudah baik
Observasi -karu memberikan motivasi saat prekonferen
Karu berkomunikasi dengan baik dan jelas
Komnikasi dengan staf 2 arah
2) Supervisi
Metode Data
Wawancara a) Informasi Kepala Seksi Keperawatan bahwa kegiatan
suprvisi dilakukan melalui pengawasan secara
langsung ataupun tidak langsung tetapi belum
memprioritaskan dan belum ada materi mengenai
keselamatan pasien. Pedoman supervisi belum ada.
Sistem supervise oleh kasi keperawatan dilakukan ke
ruangan. Semenjak pandemi covid -19 supervisi oleh
kasi keperawatan sangat jarangdilaksanakan.
b) Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan
kegiatan supervisi yang dilakukan belum terjadwal
dan kadang dilakukan kadang tidak. Kepala ruangan
belum melakukan supervisi terjadual dan terstruktur
dan belum optimal dan terstruktur memberikan
umpan balik saat melakukan supervisi, panduan dan
instrumen supervisi yang khusus untuk keselamatan
pasien belum tersedia di ruangan. Karu belum
mengerti bagaimana menlakukan supervisi yang baik
c) Karu mengawasi dan memberikan bimbingan pada
saat tidak ditentukan tetapi selalu mengawasi dan
melakukan evaluasi kerja staf secara langsung
d) Karu mengatakan belum mendokumentasikan hasil
supervisi dan tindaklanjutnya
Kuesioner a) 50% kepela ruangan menyatakan jarang melakukan
bimbingan dengan supervisi karu yang terjadwal. k
b) dan 65 % perawat menyatakan kepala ruangan belum
melakukan bimbingan dan supervisi dalam
implementasi sasaran keselamatan pasien.
c) 40% pp mengatakan belum bekerja dengan tenang
karena belum terlaksananya bimbingan dan supervisi
dari karu
Observasi Belum ada dokumen tertulis hasil kegiatan supervisi dan
belum adanya instrumen pelaksanaan supervisi dalam
implementasi keselamatan pasien.
Masalah 50 % karu belum melaksanakan supervisi
Metode Data
Wawancara a) Informasi dari Kepala Seksi Keperawatan bahwa
pengendalian mutu dan keselamatan pasien dibawah
koordinasi Komite Mutu dan Keselamatan pasien.
b) Hasil wawancara dengan tim PMKP didapatakan
informasi bahwa tim PMKP membuat laporan mutu
setiap semester dan dilaporkan kepada Direktur.
Untuk tahun 2020 dan tahun 2021 pelaporan tidak
berjalan dengan baik. Disebabkan karena jarang
dilakukan evaluasi dan koordinasi pasca pelaporan
dan pelaporan dari PIC yang dilakukan pengawasan
saat pengembalianya.
c) Wawancara dengan kepala ruangan menyatakan
bahwa ruangan melakukan penjaminan mutu dengan
bekerja sesuai standar yang telah ditetapkan.
Kepala ruangan belum melakukan penilaian kinerja
staf berdasarkan bagaimana keterampilan staf dalam
penerapan keselamatan pasien.
d). Wawancara denga komite PMKP menyatakan
bahwa laporan mutu memang sudah tidak terlaksana
selama 2 tahun. Hal ini disebabkan karena
menurunnya kepatuhan dalam merekap laporan dan
melaporkan indikator berdasarkan waktu yang telah
disepakati.
Kuesioner a) Hal ini didukung oleh data kuesioner dimana
sebanyak 75 % kepala ruangan membahas insiden
keselamatan. Dan apa apa saja hambatan yang
ditemui.
b) 52% staf mengatakan kepala ruangan belum
melakukan penilaian evaluasi program keselamatan
pasien dan membahas dalam pertemuan secara
berkala dan belum dilakukan dokumentasi dan hasil
nilai yang keluar
c) 10 % perawat mengatakan tidak ada evaluasi kinerja
d) Dan 23 % mengatakan tidak ada audit keselamatan
pasien yang ditindak lanjuti dan bimbinganya.
Metode Data
Metode Data
Simulasi
Metode Data
4). Prosedur tepat lokasi, tepat pasien dan tepat prosedur operasi
Metode Data
a). RS telah menetapkan regulasi mengenai penandaan
Regulasi lokasi operasi
Metode Data
Regulasi a). RS telah menetapkan regulasi mengenai hand hygine
Dokumentasi a. Ada bukti pelaksanaan progra kebersihan tangan
di Komite PPI
b. Laporan PMKP trimester 1 tahun 2019
didapatkan data kepatuhan hand hygine petugas
39,4 %
c. Laporan PPI rekapitulasi kepatuhan hand
hygine triwulan 1 71,4 %
Observasi a. Fasilitas cuci tangan cukup lengkap wastafel,
handwash tersedia di hampir tiap tempat tidur
pasien dan disetiap pintu masuk kamar pasien.
b. 5 dari 10 patugas tidak mencuci tangan sebelum
kontak dengan pasien
c. Semua petugas mencuci tangan setelah kontak
dengan pasien
d. IPCN melakukan audit secara berkala
Metode Data
RS telah menetapkan regulasi mengenai pencegahan
Regulasi pasien jatuh
a. Indikator kepatuhan patugas dalam pencegahan
Dokumentasi pasien jatuh pada pelaporan PMKP semester 1 tahun
2019 belum mencapai target nasional 85,2%
a. Belum ada form pencegahan ( rapid asesment)
jatuh untuk pasien IGD
b. Ada bukti form asesment awal risiko jatuh untuk
rekam medis rawat inap
c. Ada form asesment lanjutan untuk rawat inap
d. Dan ada bukti langkah pencegahan risiko jatuh
pencegahan jatuh untuk rawat inap
- Gelang risiko jatuh ada tersedia
Observasi - Penandaan risiko jatuh ada tersedia
- Pasien ada pakai rel tempat tidur
- Belum ada form penilaian keterampilan dalam
pencegahan jatuh
- Monitoring dan evaluasi yang tidak kontiniu
a. Kepala ruangan
Wawancara Pelaksanaan dokumentasi risiko jatuh ada
dilakukan. Tetapi petugas belum melakukan
intervensi dengan penandaan gelang, pemakaian
tanda jatuh dan edukasi jatuh pada pasien.
b. Staf
Staf mengatakan ada melakukan asesmen risiko
jatuh
Penandaan gelang dan tanda risko jatuh tidak
tersedia di ruangan
Staf mengisi rekam medis tanpa bertanya kepada
pasien mengenai riwayat jatuh
c. Tim PMKP
Pelaksanaan pelaporan evaluasi dan monitoring
tidak ada tahun 2020 / 2021
d. Ketua Komite keperawatan
Pelaksanaan asesmnet risiko jatuh tidak
dilaksanakan sesuai prosedur
S Dari 8 perawat, 6 orang mampu melakukan asesment
Simulasi risiko jatuh
Dari 8 perawat hanya 2 yang mampu melakukan
implementasi pencegahan jatuh
Masalah a. Rendahnya kepatuhan petugas dalam pencegahan
risiko jatuh dengan Skor 6 dari 10 skor maksimal
( 6%)
D. Tahapan Pemecahan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Hasil analisis SWOT, meliputi:
Methode Terdapat visi, misi dan Visi, misi, rumah sakit Adanya kegiatan Adanya pelayanan
filosofi rumah sakit dan belum terpajang di residensi alternative seperti :
islami. ruang rawat jalan kepemimpinan dan home care, praktek
Mempunyai standar asuhan sehingga belum manajemen mandiri,
keperawatan (SAK) dan menjadi acuan dalam keperawatan. perawat/bidan, dll.
Standar Operasional Prosedur pemberian pelayanan Kompetotor rumah
(SOP) asuhan keperawatan sakit daerah di
Sudah terdapat sturktur SAK masih dalam batusangkar dan
organisasi rumah sakit, revisi Struktur solok serta RS
struktur organisasi bidang organisasi bidang suasta
keperawatan dan strukrur keperawatan belum Meningkatnya
organisasi masing-masing terpasang. kesadaran
ruangan menyesuaikan penerapannya masih masyarakat
dengan rumah sakit. situasional tentang tanggung
Menggunakan system Penerapan system jawab dan
pendelegesaian praktik kewenangan klinis tanggung gugat.
Fungsi kendali mutu belum maksimal
dilaksanakan oleh komite Belum ada system
mutu supervise dan belum
pernah dilakukan audit
keperawatan.
perawat pelaksana
menyatakan bahwa
mereka merasakan
manfaat dimotivasi
oleh atasan, hanya saja
mereka jarang
menerimanya
Material Gedung dan lahan milik Kebutuhan logistic
pemko didukung manajemen
Tersedianya kebutuhan
logistic yang ada diruangan
rawatan
Akses yang cepat dan mudah
dijangkau
Money Sumber dana dari Pemerintah Terdapatnya Sistem
Kota, Kemenkes kebijakan untuk pengawasan dalam
Adanya insentif bagi seluruh melayani pasieni budgeting dan
karyawan di RS BPJS dan IKS penggangaran
dengan perusahaan.
Machine Sudah terdapat SIM dan Belum ada SIM Kep
website RS sebagai dalam penungjang Lengkapnya sarana
dokumentasi data pasien dalam pelaksanaan dan prasarana untuk
dokumentasi asuhan pemeriksaan
keperawatan penunjang.
Measuament Akreditasi rumah sakit sudah Rendahnya Skor Perubahan tentang
mencapai Tingkat UTAMA sasaran keselamatan pelaksanaan
dan dalam proses pencapaian pasien kebijakan
PARIPURNA Hand Hygine 6,8% Akreditasi
Lingkungan yang cukup Identifikasi pasien 5% Lokasi wilayah
nyaman dan tenang Pencegahan jatuh 6% sumatera barat
diterapkan secara
konsisten oleh ruangan
Belum ada SIM Kep
2. Daftar Masalah
Fungsi
No Masalah
Manajemen
1 2 3
3. Prioritas Masalah
Setelah masalah teridentifikasi, maka proses selanjutnya adalah memprioritaskan masalah
yang akan menjadi fokus, target/perhatian untuk dilakukan implementasi selama kegiatan
residensi. Untuk penentuan masalah yang menjadi prioritas dilakukan penghitungan
dengan pembobotan pada setiap masalah yang ditemukan dengan metode Problem
Solving for Better Health (PSBH)/Problem Solving for Better Nursing (PSBN).
Pendekatan PSBH/PSBN pertama kali diperkenalkan oleh DR. Barry Smith, seorang
dokter ahli bedah otak dari Bostom University School of Public Health USA yang
didefinisikan sebagai pendekatan untuk mengatasi berbagai masalah di rumah sakit
dengan cara yang mudah dan menarik (Smith, Fitzpatrick & Hoyt Hudson, 2009).
Proses memprioritaskan masalah dalam PSBH/PSBN akan dilakukan dengan
pembobotan yang memperhatikan aspek sebagai berikut :
1. Magnitude (Mg) yaitu kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah.
2. Severity (Sv) yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan.
3. Manageability (Mn) yaitu dilihat dari kemungkinan masalah dapat dipecahkan.
4. Nursing concent (Nc) yaitu melibatkan perhatian dan pertimbangan perawat.
5. Affordability (Af) yaitu ketersediaan sumber daya.
Urutan prioritas masalah dilakukan dengan melihat jumlah nilai/skor paling besar.
Skor akhir dirumuskan dengan cara : Mg x Sv x Mn x Nc x Af. Adapun prioritas
masalah dengan PSBH/PSBN dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 2.11: Prioritas Masalah Keperawatan
N Prioritas
Masalah
o Mg Sv Mn Nc Af Total
1 Hanya 60 % kepala ruangan memiliki 4 4 5 4 5 1600
perancanaan yang baik dalam program
keselamatan pasien
4. Prioritas Masalah
a. Skor pelaksanaan implemantasi proses identifikasi pasien 5 dari 10 skor maksimal
Atau ( 50%) terpenuhi
b. Rendahnya implementasi mencegah risiko infeksi dengan handhygine dengan
Skor terpenuhi sebagian 6,8 dari 10 skor maksimal Atau skor ( 68%) terpenuhi
c. Rendahnya implementasi pencegahan risiko jatuh dengan skor 6 dari 10 skor
maksimal atau skor hanya ( 60%) terpenuhi
d. 50% kepela ruangan belum melakukan bimbingan dengan supervisi karu yang
terjadwal
Identifikasi penyebab dengan fish bone analize
Diagram I
Fishbone Analyze Kepatuhan pencegahan infeksi dengan handhygine di RSUD sawah lunto
Peningkatan status
akreditasi
Methode
Market
Identifikasi penyebab dengan fish bone analize
Diagram II
Fishbone Analyze Kepatuhan hand hygine
Peningkatan status
akreditasi
Methode
Market
Identifikasi penyebab dengan fish bone analize
Diagram III
Fishbone Analyze implementasi risiko jatuh
Peningkatan status
akreditasi
Methode
Market
Identifikasi penyebab dengan fish bone analize
Diagram IV
Fishbone Analyze pelaksanaan pengendalian dalam evaluasi keselamatan pasien
Lembar form supervisi Tidak ada pengetahuan b. Hanya 50% kepala ruangan
belum optimal
digunakan yang melakukan bimbingan
dengan supervisi yang
terjadwal
Peningkatan status
akreditasi
Methode
Market