Anda di halaman 1dari 41

BAB II

GAMBARA UMUM DAN HASIL PENGKAJIAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit


1. Sejarah Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sawahlunto adalah Rumah Sakit Umum Daerah
Kelas C, ditetapkan dengan SK Menkes No. 481/Menkes/SK/V/97. RSUD Sawahlunto
mempunyai bangunan yang sebagian besar merupakan bangunan peninggalan Belanda.
Dan sesuai Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2016 tentang Pelestarian dan Pengelolaan
Cagar Budaya maka RSUD Sawahlunto termasuk dalam zona cagar budaya Kota
sawahlunto. RSUD Sawahlunto pernah menjadi Rumah Sakit Umum terbesar di
Sumatera Tengah dan sebagai rumah sakit tertua di Sumatera Barat. Didirikan tahun
1915 sebagai kelengkapan fasilitas tambang batu bara Ombilin. Pada saat ini RSUD
Sawahlunto sudah terakreditasi dari 5 pelayanan dasar. RSUD Sawahlunto merupakan
satu-satunya rumah sakit yang ada di Kota Sawahlunto dan merupakan rujukan bagi
Puskesmas yang ada di Kota Sawahlunto dan daerah daerah lain di sekitarnya.RSUD
Sawahlunto didirikan pada tahun 1915, merupakan RS Tipe C dengan SK Menkes
481/Menkes/SK/V/97. RSUD Sawahlunto terus mengembangkan diri baik dari segi
sarana fisik maupun peningkatan sumber daya manusia. Pada tanggal 1 Januari 2011
RSUD Sawah Lunto ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
RSUD Sawah Lunto merupakan salah satu lembaga teknis daerah yang ada di Kota
Madya Sawah Lunto dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kesehatan
dengan Akreditasi Rumah Sakit Predikat Madya pada tahun 2018.
2. Visi, Misi dan Motto RSUD Sawahlunto
a. Visi
Terwujudnya Rumah Sakit Berstandar Nasional
Makna yang terkandung dalam Visi RSUD sawahlunto adalah komitmen RSUD
sawahlunto untuk memberikan pelayanan yang berkualitas serta dapat
dipertanggung jawabkan dengan pengembangan jenis layanan yang dapat dijangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat.
b. Misi
Dalam rangka mencapai Visi yang telah ditetapkan, maka RSUD sawahlunto
menetapkan misinya sebagai berikut:
 Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berkualitas
 Mengembangkan kompetensi SDM Berstandar Nasional
 Terselenggaranya Manajemen berbasis Teknologi Informasi
c. Motto RSUD Sawahlunto
“Kesembuhan anda adalah tujuan kami, kepuasan anda adalah kebahagiaan
kami”
d. Nilai : 5S ” Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun, “

3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi RSUD Sawahlunto ditetapkan dengan Peraturan Walikota Sawahlunto


No.31 Tahun 2016 Tentang Susunan Organisasi. Struktur organisasi dan Tatakelola
RSUD Sawahlunto adalah sebagai berikut
4. Sumber daya Fisik
RSUD Sawahlunto mempunyai bangunan yang sebagian besar peninggalan zaman
Belanda dengan Luas 2,2 Ha. Dengan jenis layanan yang diberikan sebagai berikut :
Jenis Pelayanan
Jenis Pelayanan yang diberikan di RSUD Sawahlunto terdiri dari
a. Instalasi Gawat darurat
b. Instalasi Rawat jalan
 Poliklinik Umum
 Poliklinik Penyakit Dalam
 Poliklinik Bedah
 Poliklinik THT
 Poliklinik Neurologi
 Poliklinik Paru
 Poliklinik Gigi dan Mulut
 Poliklinik Anak
 Poliklinik Kulit Kelamin
 PoliklinikCemara ( khusus)
 Poliklinik kulit dan kelamin
 Poliklinik anak
 Poliklinik kebidanan
 Poliklinik jantung
 Poliklinik mata
c. Ruangan rawat inap Cendrawasih ( VIP)
d. Ruangan Rawat Inap Cempaka ( Interne)
e. Ruangan Rawat Inap Wijaya Kusuma ( Anak)
f. Ruangan Rawat Inap Melati ( Kebidanan )
g. Instalasi Rawat Intensif
h. Instalasi Bedah Sentral
i. Ruangan Rawat Inap Paru ( Covid)
j. Instalasi Penunjang dan Umum terdiri atas :
 Instalasi Gizi
 Instalasi Farmasi
 Instalasi Radiologi
 Instalasi Rehabilitasi Medik
 Instalasi Laboratorium Klinik
 Instalasi Hemodialisa
 Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit ( IPSRS)
 Instalasi Sterilisasi Sentral ( CSSD)
 Instalasi Loundry
5. Tempat tidur
Tabel 2.2 Jumlah Tempat Tidur RSUD Sawahlunto Tahun 2021
RUA NGA N JML TEMPA T TIDUR
VIP I II III JL H
CWH 10 10
INTERNE 1 2 5 8 16
K UL IT& K EL A MIN 0
PA RU 1 4 6 11
B EDA H 1 3 6 7 17
THT 0
MATA 0
A NA K 2 2 6 6 16
RA NA P JA NTUNG 2 4 4 10
GYN 0
OB S 2 4 3 6 15
B A B Y WK 2 2 4
B A B Y MEL ATI 0
ICU/CVCU 5 5
JUML A H 16 14 35 39 104

6. Sumber Daya Manusia


Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, RSUD Sawahlunto memiliki
tenaga sebanyak 453 orang dengan jumlah pegawai ASN sebanyak 256 orang dan
197 pegawai kontrak ( BLUD dan Kontrak Pemda).
Tabel 2.3 Keadaan Ketenagaan RSUD sawahlunto Tahun 2021

NO NAMA PNS HONOR JML


1 PEGAWAI EKSELON III DAN IV 14   14
2 DOKTER SPESIALIS 13 - 13
3 DOKTER UMUM 10 3 13
DOKTER GIGI SPESIALIS & DOKTER UMUM
4 4   4
GIGI
5 S2 1   1
6 S1 EKONOMI/AKUNTANSI 2 4 6
7 S1 KESEHATAN MASY 4 2 6
8 S1 LAINNYA 4 5 9
9 D3 MANAJEMEN RS 1 1 2

12 D3 lainnya 2 2
-
13 D1 lainnya 2 2
-
14 S2 KEPERAWATAN 1   1
15 S1 KEPERAWATAN/ PROFESI Nurs 31 12 43
16 D3 KEPERAWATAN Penata Anastesi 7   7
17 D3 KEPERAWATAN 59 30 89
18 D3 Perawat Gigi 2 1 3
19 D3 REFRAKSI OPTISI 2   2
20 D4 KEBIDANAN 8 1 9
21 D3 KEBIDANAN 14 12 26
22 APOTEKER 6 1 7
23 D3 FARMASI   6 7 13
24 SMF/SAA 2   2
25 S1 FISIOTERAPI 2   2
26 D3 FISIOTERAPI 3 3 6
27 D3 ROUNTGEN 7 2 9
28 S1 GIZI 2 1 3
29 S1 PARIWISATA (D3 Tata Boga) 1   1
30 D3 GIZI/AKZI 6 2 8
31 D4 Analis Kesehatan 1 1 2
32 D3 ANALIS KESEHATAN 13 1 14
33 D3 REKAM MEDIS 9 10 19
34 D3 KESLING/AKL 3 1 4
35 D3 ATEM 2 1 3
36 SLTA /SEDERAJAT 10 78 88
37 SMKK 1   1
38 SMP/Sederajat 2 8 10
39 SD/SEDERAJAT 1 5 6

    TOTAL 256 197 453


7. Penampilan Kinerja RSUD Sawahlunto
RSUD Sawahlunto memiliki indikator mutu pelayanan kesehatan yang digunakan
untuk menilai tingkat keberhasilan atau memberikan gambaran tentang keadaan
pelayanan di rumah sakit. Penilaian ini biasa dilihat dari berbagai segi, diantaranya
adalah tingkat pemanfaatan sarana pelayanan, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi
pelayanan. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan
rumah sakit diperlukan berbagai indikator. Selain itu agar informasi yang ada dapat
bermakna harus ada nilai parameter yang akan dipakai sebagai nilai banding antara
fakta dengan standar yang diinginkan.

Data yang dilihat adalah jumlah kunjungan pasien rawat inap dan rawat jalan di
RSUD Sawahlunto Semester I tahun 2021.

Tabel 2.4 Jumlah Pasien Pasien Rawat Inap RSUD Sawahlunto Januari s/d Juni
2021

NO BANGSAL JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI TOTAL


1 CWH 0 0 5 6 12 7 30
2 INTERNE 62 49 68 54 31 35 299
KULIT &
3
KELAMIN 0 0 0 0 0 0 0
4 PARU 49 23 28 34 23 27 184
5 BEDAH 42 49 33 27 14 46 211
6 THT 0 0 0 0 0 0 0
7 MATA 0 0 0 0 0 0 0
8 ANAK 17 20 19 15 9 11 91
9 RANAP JANTUNG 13 9 8 6 5 8 49
10 GYN 0 0 0 0 0 0 0
11 OBS 45 57 70 50 59 71 352
12 BABY WK 4 7 9 6 5 7 38
13 BABY MELATI 28 34 30 31 30 36 189
14 ICU/CVCU 2 10 10 11 12 7 52
JUMLAH 262 258 280 240 200 255 1315
Tabel 2.5 Jumlah Tempat Tidur Di Ruangan Rawat Inap Rsud Sawahlunto
Tahun 2021
NO RUANGAN JML TEMPAT TIDUR
VIP I II III JLH
1 C WH 10 10
2 INTERNE 1 2 5 8 16
3 KULIT&KELAMIN 0
4 PARU 1 4 6 11
5 BEDAH 1 3 6 7 17
6 THT 0
7 MATA 0
8 ANAK 2 2 6 6 16
9 RANAP JANTUNG 2 4 4 10
10 GYN 0
11 O BS 2 4 3 6 15
12 BABY WK 2 2 4
13 BABY MELATI 0
14 IC U/C VC U 5 5
JUMLAH 16 14 35 39 104

Tabel 2.5 Indikator Mutu layanan RSUD Sawahlunto tahun 2021


Jumlah
N Tempa BO LO BT ND
O BULAN t Tidur R S TOI O R GDR
104
JANUARI 8,54 3%
1 104 28% 4,24 2,45
FEBRUAR
8,54 3% 4%
2 I 104 28% 4,24 2,45
MARET
3 104 27% 4,16 8,72 2,61 3% 4%
APRIL
4 104 23% 4,00 9,49 2,43 2% 4%
MEI
5 104 21% 4,21 12,48 1,96 1% 5%
JUNI 9,73
6 104 22% 3,79 2,39 1% 3%
RATA-RATA
4 11 7
BULANAN 104 22% 1% 4%

Berdasarkan table di atas untuk Nilai BOR Rata Rata Bulanan Rumah Sakit
Sawah lunto Sebesar 22,%, Bed Occupancy Rate (BOR) adalah persentase pemakaian
tempat tidur pada waktu tertentu yang didefinisikan sebagai rasio jumlah hari perawatan
RS terhadap jumlah tempat tidur dikalikan dengan jumlah hari dalam satuan waktu,
Nilai Ideal parameter BOR antara 60-85% ( Depkes RI 2005) . Dalam hal ini Untuk
BOR Rumah Sakit memiliki nilai dibawah ideal.
Nilai Length Of Stay (LOS) Rata rata Bulanan Sebesar, 4 , AVLOS menurut
Depkes RI (2005) adalah rata- rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari
Depke RI (2005). Untuk Nilai Length Of Stay (LOS) rumah sakit dibawah rentang
Ideal.
Nilai BTO Rata rata Bulanan sebesar 7%, BTO menurut Depkes RI(2005) adalah
frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai
dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata- rata
dipakai 40-50 kali, dengan hal ini Rumah Sakit memiliki nilai kurang dari Ideal. Nilai
Turn Over Interval (TOI) Rata- Rata Bulanan Sebesar 11. Turn Over Interval ( TOI)
menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada
kisaran 1-3 hari. TOI yang diperoleh rumah sakit jauh dari Standar Depkes RI artinya
rata-rata kekosongan tempat tidur terjadi hingga terisi kembali dari semua rawat inap
adalah selama 13 hari.

Tabel 2.6 Indikator Keselamatan Pasien RSUD Sawahlunto trimester 1 tahun


2019
No Indikator Target Capaian
Nasional
1 Kepatuhan identifikasi 100 % 91.5%
pasien
2 Pelaksanaan komunikasi 100%
efektif
3 Kepatuhan pelabelan high 100 % 100%
allert
4 Kepatuhan penandaan 100 % 100 %
lokasi operasi
5 Kepatuhan hand hygine 100% 39,3%
6 Kepatuhan pencegahan 100% 85,2%
pasien jatuh
B. Gambaran Umum Seksi Keperawatan dan Ruangan Pilot Projek
a. Jumlah Ketenagaan
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi keperawatan, seksi pelayanan keperawatan
didukung oleh 180 tenaga Keperawatan yang memberikan pelayanan langsung
maupun tidak langsung.
Tabel 2. 7 Keadaan Ketenagaan Keperawatan RSUD Sawahlunto Tahun
berdasarkan pendidikan tahun 2021
NO JENJANG PENDIDIKAN ASN HONOR JUMLAH
1 S2 KEPERAWATAN 1 1
2 S1 KEPERAWATAN/ PROFESI Nurs 31 12 43
3 D3 KEPERAWATAN Penata Anastesi 7 7
4 D3 KEPERAWATAN 59 30 89
5 D3 Perawat Gigi 2 1 3
6 D3 REFRAKSI OPTISI 2 2
7 D4 KEBIDANAN 8 1 9
8 D3 KEBIDANAN 14 12 26
JUMLAH 180

Tabel 2.8 Komposisi Tenaga Keperawatan Dibawah Wewenang Seksi


Keperawatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSUD Sawahlunto
No Jenis Pelayanan Tugas Jumlah
1 Pelayanan Rawat Jalan
Langsung Poliklinik 22
Hemodialisa 8
OK 12
IGD / Ponek 24
Rawat Inap
Paru 14
Bedah 12
Interne 15
VIP /CW 17
Anak / WK 13
ICU 14
Kebidanan 13
2 Pelayanan Case Manager 2
Tidak langsung Komite PPI 2
Jumlah 168

Tabel 2. 9 Komposisi Tenaga Perawat Ruangan Pilot Projeck

Intern Beda Ana Kebidana Jumla


No Pendidikan e h k n h

1 S2 Kep 0   1 0 1

2 S1 Ners 5 6 2 0 13

3 D4 Keperawatan 0   0 0 0

4 D4 Kebidanan 0   2 7 9

5 D3 Keperawatan 10 6 8 8 32

6 D3 Kebidanan 0   0 0 0

  Jumlah 15 12 13 15 55

Tabel 2.10 Komposisi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Jenjang Karir


C. Analisis Hasil Pengkajian Manajemen RS dan Manajemen Pelayanan dan Asuhan
Keperawatan
Kegiatan pengkajian sampai dengan pengembangan perencanaan dilakukan
mulai dari tanggal 27 Sptember s/d 21 Oktober 2021. Data yang diperoleh menjadi
gambaran makro untuk dieksplorasi, dianalisis dan divalidasi sehingga dapat
diidentifikasi masalah dan kebutuhan manajemen keperawatan sehingga dapat
diidentifikasi masalah dan kebutuhan manajemen keperawatan diruangan. Pengkajian
yang dilakukan meliputi pendekatan aspek kepemimpinan dan manajemen keperawatan
dalam menyelesaikan perrmasalahan yang teridentifikasi yaitu keselamatan pasien.
Pengkajian yang dilakukan menggunakan metode wawancara, observasi, kuesioner dan
studi dokumentasi. Wawancara yang dilakukan yaitu terhadap kepala seksi
keperawatan, Komite Keperawatan, Komite PPI dan kepala ruangan rawat inap.
Kuesioner dan observasi dilakukan pada kepala ruangan dan seluruh perawat pelaksana
dan pasien yang dirawat di instalasi rawat inap. Dari hasil pengkajian diperoleh data
sebagai berikut:

1. Analisis Pengkajian Fungsi Manajemen dalam penerapan keselamatan pasien


a. Fungsi perencanaan (Planning)

Metode Data

Wawancara a) Kepala Seksi Keperawatan : sudah ada


perencanaan program kerja keperawatan tahunan
yang dibuat di bagian keperawatan. Salah satu
kegiatan adalah promosi keselamatan pasien.
Tetapi sejak pandemi pemikiran dan tenaga
keperawatan terfokus kepada penanggulangan
covid.
Saat akreditasi dilakukan pembuatan program
rencana strategik . rencana supervisi, pelatihan dan
telusur SKP
b) Kepala Ruangan: perencanaan di ruangan
berdasarkan perencanaan dari keperawatan. D
ruangan karu merencanakan ketenagaan yang
menyesuaikan dengan jumlah pasien dan beban
kerja sehingga tugas dan asuhan dapat maksimal.
Untuk perencanaan kebutuhan ruangan dalam
SKP spt gelang, atribut risiko jatuh dan pelatihan
di buat pertahun. Dan d ajukan ke bagian promkes.
Untuk 2 tahun ini belum ada pelatihan
keselamatan pasien. Sebagian besar staf belum
direncanakan pelatihan karena belum ada
unformasi.
c) Komite Keperawatan: komite belum memiliki
rencana kerja dalam promosi keselamatan pasien.
d) Pokja SKP : ada program SKP yang dibuat sesuai
panduan SNARS 1.1 yang menjadi acuan dalam
program keselamatan di RS

Kuesioner a) 60 % kepala ruangan memiliki perancanaan yang


baik, 40 % kurang baik
b) 77 % staf keperawatan di ruangan pilot projek
telah membuat perencanaan dalam pemberian
asuhan yang aman terutama dalam rencana harian
tiap shift.

Observasi - Regulasi Sasaran keselamatan pasien tersedia


dalam bentuk Regulasi : Kebijakan, Panduan,
SPO
- Ada program kerja pokja SKP
- Ada program kerja pengendalian infeksi IPCN /
PPI
Masalah Hanya 60 % kepala ruangan memiliki perancanaan
yang baik dalam program keselamatan pasien
2Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
Metode Data
Wawancara a) Informasi dari Kepala Seksi Keperawatan
Dalam promosi keselamatan pasien, keperawqatan
melaksanakan fungsi pengorganisasian dengan
adanya Struktur organisasi di ruangan rawat inap
sudah jelas dan dalam bentuk bagan. Metode
penugasan diruang rawat inap adalah metode
kombinasi tim-modifikasi dimana tiap tim
bertanggung jawab dalam pelaksnaan asuhan pasien
kelolaan, dengan metode ini pasien dapat diawasi dan
ada perawat penanggung jawab pasien.
b) Karu mengatakan membagi staf dalam tim asuhan
dan masing masing katim bertanggung jawab dalam
pelaksanaan asuhan. jumlah perawat disesuaikan
dengan kebutuhan ruangan berdasarkan jumlah
pasien dan ketergantungan pasien.
c) Karu membagi staf dengan mempertimbangkan
kebutuhan ruangan dalam pemberikan asuhan yang
aman dan berkualitas.
d) PP mengatakan karu memempatkan perawat sesuai
dengan keterampilan dan kompetensi .
e) Karu melakukan koordinasi baik dengan staf
ruangan maupun dengan ruangan lain dan unit terkait
f) Karu belum menyusun uraian tugas untuk perawat
pelaksana
Kuesioner 93 % proses pengorganisasian oleh perawat pelaksana
dalam pemberian asuhan yang aman di ruangan pilot
project sudah baik.
70 % staf berpersepsi Karu telah melaksanakan proses
pengorganisasian dengan baik

Observasi Hasil observasi penerapan prinsip-prinsip dasar dalam


pemberian asuhan yang aman sudah terlaksana,PPJA /
staf perawat mengetahui pasien kelolaan.
Kepala ruangan melaksanakan koordinasi dengan unit
unit terkait baik secara langsung maupun dengan telepon
apabila terjadi masalah terkait integrasi asuhan.
Pelaksanaan kerja sesuai dengan rentang kendali yang
dibuat karu pada saat prekonference
Masalah Hanya 70 % kepala ruangan yang melaksanakan fungsi
pengoorganisasian dengan baik

b. Fungsi Kepegawaian (Staffing)

Metode Data
Wawancara a) Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasi
keperawatan mengatakan recruitment tenaga
dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga di RS.
Menentukan ketenagaan berdasarkan beban kerja dan
kebutuhan keperawatan pasien dimana perencanaan
diminta sesuai kebutuhan ruangan.
b) Kasi keperawatan mengatakan setiap perawat baru
selalu di orientasikan ke ruangan dan di tempatkan di
berbagai ruangan, dan program rotasi perawat
dilakukan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
rumah sakit dan kompetensi perawat
c) Wawancara dengan Ketua Komite
Keperawatan :mengatakan bahwa setiap proses
rekruitmen melibatkan komite keperawatan, dimana
pelakanaan proses berdasarkan seleksi dan ujian
berbasis keselamatan pasien
d) Komite keperawatan terlibat dalam rekruitment
tenaga Perawat BLUD. Sebagai tim penilai dan pada
saat orientasi, penempayan dan uji kredensial.
e) Wawancara dengan karu mengatakan bahwa
kebutuhan perawat berdasarkan beban kerja. Tetapi
untuk masa pandemi kebutuhan lebih banyak di
ruangan covid, sehingga sering terjadi rotasi yang
tidak terencana.
Kuesioner 79 % karu telah melaksanakan proses stafing dengan
baik

Observasi Karu melakukan orientasi terhadap mahasiswa


keperawatan
Mengorientasikan ruangan, pasien
Dalam proses orientasi belum menekenkan pada
keselamatan pasien
PPI melaksanakan program orientasi pencegahan infeksi
pada staf baru/ mahasiswa.
Masalah

c. Fungsi pengarahan ( directing)

1) Pengarahan
Metode Data
Wawancara Wawancara dengan Kasi : Dalam hal pertemuan rutin
dengan ruangan dilakukan secara terencana dan juga
berdasarkan kasus. Sejak pandemi pertemuan rutin
jarang dilaksanakan tetapi tetap ada jika ada kasus dan
jika ada hal yang penting mengenai pelayanan
keperawatan yang harus di diskusikan dengan ruangan.
Kepala ruangan
Kepala ruangan selalu megkomunikasikan dan selalu
menfasilitasi jalan kegiatan asuhan diruangan dengan
mengarahkan tim keperawatan dan memberikan instruksi
yang jelas. Kepala ruangan memantau anggota dalam
pelaksanaan tugas. Kepala ruangan mengatakan pelatihan
mengenai keselamatan pasien belum ada terlaksana.
PP mengatakan karu memberikan pengarahan dengan
baik saat preconferen, dan ada memotivasi staf dalam
melakukan asuhan aman yang sesuai SPO
Kuesioner 71 % Pelaksanaan pengarahan karu sudah baik
Observasi -karu memberikan motivasi saat prekonferen
Karu berkomunikasi dengan baik dan jelas
Komnikasi dengan staf 2 arah

Masalah Hanya 71% pelaksanaan pengarahan sudah baik oleh


karu

2) Supervisi
Metode Data
Wawancara a) Informasi Kepala Seksi Keperawatan bahwa kegiatan
suprvisi dilakukan melalui pengawasan secara
langsung ataupun tidak langsung tetapi belum
memprioritaskan dan belum ada materi mengenai
keselamatan pasien. Pedoman supervisi belum ada.
Sistem supervise oleh kasi keperawatan dilakukan ke
ruangan. Semenjak pandemi covid -19 supervisi oleh
kasi keperawatan sangat jarangdilaksanakan.
b) Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan
kegiatan supervisi yang dilakukan belum terjadwal
dan kadang dilakukan kadang tidak. Kepala ruangan
belum melakukan supervisi terjadual dan terstruktur
dan belum optimal dan terstruktur memberikan
umpan balik saat melakukan supervisi, panduan dan
instrumen supervisi yang khusus untuk keselamatan
pasien belum tersedia di ruangan. Karu belum
mengerti bagaimana menlakukan supervisi yang baik
c) Karu mengawasi dan memberikan bimbingan pada
saat tidak ditentukan tetapi selalu mengawasi dan
melakukan evaluasi kerja staf secara langsung
d) Karu mengatakan belum mendokumentasikan hasil
supervisi dan tindaklanjutnya
Kuesioner a) 50% kepela ruangan menyatakan jarang melakukan
bimbingan dengan supervisi karu yang terjadwal. k
b) dan 65 % perawat menyatakan kepala ruangan belum
melakukan bimbingan dan supervisi dalam
implementasi sasaran keselamatan pasien.
c) 40% pp mengatakan belum bekerja dengan tenang
karena belum terlaksananya bimbingan dan supervisi
dari karu
Observasi Belum ada dokumen tertulis hasil kegiatan supervisi dan
belum adanya instrumen pelaksanaan supervisi dalam
implementasi keselamatan pasien.
Masalah 50 % karu belum melaksanakan supervisi

d. Fungsi pengendalian (controling)


1) Mutu dan keselamatan pasien

Metode Data
Wawancara a) Informasi dari Kepala Seksi Keperawatan bahwa
pengendalian mutu dan keselamatan pasien dibawah
koordinasi Komite Mutu dan Keselamatan pasien.
b) Hasil wawancara dengan tim PMKP didapatakan
informasi bahwa tim PMKP membuat laporan mutu
setiap semester dan dilaporkan kepada Direktur.
Untuk tahun 2020 dan tahun 2021 pelaporan tidak
berjalan dengan baik. Disebabkan karena jarang
dilakukan evaluasi dan koordinasi pasca pelaporan
dan pelaporan dari PIC yang dilakukan pengawasan
saat pengembalianya.
c) Wawancara dengan kepala ruangan menyatakan
bahwa ruangan melakukan penjaminan mutu dengan
bekerja sesuai standar yang telah ditetapkan.
Kepala ruangan belum melakukan penilaian kinerja
staf berdasarkan bagaimana keterampilan staf dalam
penerapan keselamatan pasien.
d). Wawancara denga komite PMKP menyatakan
bahwa laporan mutu memang sudah tidak terlaksana
selama 2 tahun. Hal ini disebabkan karena
menurunnya kepatuhan dalam merekap laporan dan
melaporkan indikator berdasarkan waktu yang telah
disepakati.
Kuesioner a) Hal ini didukung oleh data kuesioner dimana
sebanyak 75 % kepala ruangan membahas insiden
keselamatan. Dan apa apa saja hambatan yang
ditemui.
b) 52% staf mengatakan kepala ruangan belum
melakukan penilaian evaluasi program keselamatan
pasien dan membahas dalam pertemuan secara
berkala dan belum dilakukan dokumentasi dan hasil
nilai yang keluar
c) 10 % perawat mengatakan tidak ada evaluasi kinerja
d) Dan 23 % mengatakan tidak ada audit keselamatan
pasien yang ditindak lanjuti dan bimbinganya.

Observasi Belum dilakukan penilaian keterampilan keselamatan


pasien oleh kepala ruangan.
Masih ada staf yang belum melaksanakan standar SPO
dalam melakukan asuhan yang aman untuk pasien.
Belum tersedianya panduan dan form dalam menilai
keterampilan staf dalam promosi keselamatan pasien
Masalah a) Pelaksanaan kontroling yang baru 71 %

e. Telusur sasaran keselamatan pasien


1). Identifikasi pasien

Metode Data

a). RS telah menetapkan regulasi mengenai identifikasi


Regulasi pasien dengan nama, tanggal lahir dan nomor rekam
medis

a) ada identitas pasien di rekam medis pasien


Dokumentasi b) ada identitas pasien di mskanan pasien, di
spesimen pemeriksaan laboratorium pasien
c) laporan PMKP semester I tahun 2019 menilai
kepatuhan staf dalam melaksanakan identifikasi
pasien adalah 91,5 %.

8 dari 10 Pasien sudah menggunakan gelang


Observasi identifikasi. 2 pasien gelangnya lepas, tetapi tidak
dipakaikan lagi.
2 Petugas tidak melakukan identifikasi sesuai prosedur
sebelum tindakan

a) Wawancara dengan kepala ruangan:


Wawancara staf perawat selalu melakukan identifikasi tetapi
kadang belum sesuai sekali dengan SPO
Pelaporan mutu mengenai identifikasi belum
terlaksana secara kontiniu dan 2 tahun terakhir
belum ada evaluasi
Sejak pendemi staf cenderung mengurangi
waktu komunikasi dengan pasien
b) Wawancara dengan pp
PP mengatakan melakukan identifikasi dengan
mengkonfirmasi nama psasien, terkadang tanpa
konfirmasi melihat gelang
Pp mengatakan tidak selalu mengidentifikasi
pasien karena sudah hapal dengan pasien
c) Wawancara dengan komite keperawatan
Penilaian keterampilan dan penilaian kinerja
berbasis keselamatan pasien belum ada
terlaksana.
d) Wawancara dengan tim PMKP
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta
dokumentasi dan pelaporan tidak terlaksana
sejak penundaan akreditasi.
e) Wawancara dengan pasien
9 dari 10 pasien mengatakan tidak tahu
kegunaan gelang dan warna
7 dari 10 pasien mengaku petugas tidak melihat
gelang identifikasi sebelum pemberian obat
atau sebelum tindakan dan saat pemberian
makanan.
a. Petugas mampu untuk melakukan identifikasi secara
Simulasi verbal dan visual
b. Petugas tahu dan mampu menjelaskan tahap
identifikasi

Masalah a. Pelaksanaan kepatuhan identifikasi pasien yang


masih rendah dengan skor 5 ( 50%)

2). Melakukan komunikasi efektif

Metode Data

a). RS telah menetapkan regulasi mengenai pelaksanaan


Regulasi komunikasi efektif antar profesional pemberi asuhan

a. Indikator pelaksanaan komunikasi nilai kritis


Dokumentasi semester II tahun 2018 sudah mencapai standar
nasional (100 %)
b. Sudah pernah dilakukan pelatihan komunikasi
efektif tahun 2019 oleh mahasiswa residensi
c. Ada bukti komunikasi pelaporan nilai kritis direkam
medis pasien lengkap dengan tandatangan pelapor
dan penerima
d. Ada bukti serah terima pasien / form tranfer pasien
yang ditandatangani
e. Ada laporan perawat tiap shift.
b. Ada bukti komunikasi pelaporan nilai kritis direkam
Observasi medis pasien lengkap dengan tandatangan pelapor
dan penerima
c. Perawat / bidan melaksanakan serah terima pasien
dan ada form tranfer pasien yang ditandatangani
d. Ada laporan perawat tiap shift
e. Ada pelaksanaan handover tiap shift
c. Wawancara dengan kepala ruangan:
Wawancara Perawat selalu melaksanakan komunikasi
efektif saat serah terima “ handover” baik setiap
pergantian dinas maupun saat menerima pasien
atau menyerahkan pasien dan jika ada nilai
kritis
Ada dilakukan dokumentasi untuk komunikasi
SBAR

Simulasi

Masalah Potensial pelaksanaan komunikasi efektif


3). Keamanan terhadap obat yang perlu diwaspadai

Metode Data

a). RS telah menetapkan regulasi mengenai obat yang


Regulasi perlu diwaspadai

a. Indikator pelaksanaan pelabelan obat tahun 2019


Dokumentasi sudah 100 %
b. Ada label high alert dan norum
Observasi

a. Wawancara dengan kepala ruangan:


Wawancara Obat obat high alert dan norum serta elektrolit
konsentrasi tinggi di simpan di depo farmasi rawat
inap
Permintaan obat dengan menggunakan kartu intruksi
obat.
-
Simulasi

Masalah Potensial peningkatan keamanan obat yang perlu


diwaspadai

4). Prosedur tepat lokasi, tepat pasien dan tepat prosedur operasi

Metode Data
a). RS telah menetapkan regulasi mengenai penandaan
Regulasi lokasi operasi

a. Indikator pelaksanaan penandaan lokasi operasi


Dokumentasi tahun 2019 100 %
b. Penandaan lokasi menggunakan tanda ceklist
c. Ada form surgical safety cheklist yang diisi oleh
DPJP dan Dokter anastesi

Dari 8 pasien rencana semua pasien belum ada ditandai


Observasi lokasi operasiform penandaan belum diisi pada pasien
pre operasi
Form penandaan ada diisi pada pasien post operasi
a. kepala ruangan mengatakan penandaan dilakukan
Wawancara oleh DPJP
b. Dpjp melakukan penandaan di ruangan rawat atau di
ruangan Operasi sebelum pasien dilakukan tindakan.
Simulasi -
Masalah Belum optimalnya Pelaksanaan penandaan operasi
sesuai prosedur

5). Pencegahan infeksi terkait pelayanan kesehatan

Metode Data
Regulasi a). RS telah menetapkan regulasi mengenai hand hygine
Dokumentasi a. Ada bukti pelaksanaan progra kebersihan tangan
di Komite PPI
b. Laporan PMKP trimester 1 tahun 2019
didapatkan data kepatuhan hand hygine petugas
39,4 %
c. Laporan PPI rekapitulasi kepatuhan hand
hygine triwulan 1 71,4 %
Observasi a. Fasilitas cuci tangan cukup lengkap wastafel,
handwash tersedia di hampir tiap tempat tidur
pasien dan disetiap pintu masuk kamar pasien.
b. 5 dari 10 patugas tidak mencuci tangan sebelum
kontak dengan pasien
c. Semua petugas mencuci tangan setelah kontak
dengan pasien
d. IPCN melakukan audit secara berkala

a. IPCN kepatuhan petugas mencuci tangan belum


Wawancara penuh, ada petugas yang mencuci tangan dilapisi
handscoon.
b. Kepala ruangan mengatakan petugas melakukan
cuci tangan pada 5 moment cuci tangan, tetapi
kecendrungan mencuci tangan pada saat setelah
kontak dengan pasien.
c. Staf mengatakan berusaha melakukan cuci
tangan tiap moment cuci tangan, tetapi kadang
lupa pada saat sebelum kontak dengan pasien
karena terburu – buru.
Simulasi Semua perawat bisa melakukan 6 langkah cuci tangan
Semua petugas tahu 5 moment cuci tangan
Masalah Rendahnya kepatuhan petugas dalam mencegah risiko
infeksi dengan handhigyne dengan skor 6,8 dari 10 skor
maksimal ( 68%)

6). Pencegahan risiko jatuh

Metode Data
RS telah menetapkan regulasi mengenai pencegahan
Regulasi pasien jatuh
a. Indikator kepatuhan patugas dalam pencegahan
Dokumentasi pasien jatuh pada pelaporan PMKP semester 1 tahun
2019 belum mencapai target nasional 85,2%
a. Belum ada form pencegahan ( rapid asesment)
jatuh untuk pasien IGD
b. Ada bukti form asesment awal risiko jatuh untuk
rekam medis rawat inap
c. Ada form asesment lanjutan untuk rawat inap
d. Dan ada bukti langkah pencegahan risiko jatuh
pencegahan jatuh untuk rawat inap
- Gelang risiko jatuh ada tersedia
Observasi - Penandaan risiko jatuh ada tersedia
- Pasien ada pakai rel tempat tidur
- Belum ada form penilaian keterampilan dalam
pencegahan jatuh
- Monitoring dan evaluasi yang tidak kontiniu
a. Kepala ruangan
Wawancara Pelaksanaan dokumentasi risiko jatuh ada
dilakukan. Tetapi petugas belum melakukan
intervensi dengan penandaan gelang, pemakaian
tanda jatuh dan edukasi jatuh pada pasien.
b. Staf
Staf mengatakan ada melakukan asesmen risiko
jatuh
Penandaan gelang dan tanda risko jatuh tidak
tersedia di ruangan
Staf mengisi rekam medis tanpa bertanya kepada
pasien mengenai riwayat jatuh
c. Tim PMKP
Pelaksanaan pelaporan evaluasi dan monitoring
tidak ada tahun 2020 / 2021
d. Ketua Komite keperawatan
Pelaksanaan asesmnet risiko jatuh tidak
dilaksanakan sesuai prosedur
S Dari 8 perawat, 6 orang mampu melakukan asesment
Simulasi risiko jatuh
Dari 8 perawat hanya 2 yang mampu melakukan
implementasi pencegahan jatuh
Masalah a. Rendahnya kepatuhan petugas dalam pencegahan
risiko jatuh dengan Skor 6 dari 10 skor maksimal
( 6%)
D. Tahapan Pemecahan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Hasil analisis SWOT, meliputi:

Tabel 2.9: Analisa SWOT Pemecahan masalah

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL


KOMPONEN Strength Weakness Opportunity Threat
(kekuatan) (kelemahan) (peluang) (ancaman)
Man Power  Adanya tenaga yang  Belum terpenuhinya  Merupakan rumah  Makin tingginya
kompeten dan profesional pelatihan khusus sakit dengan tuntutan
dengan pengalaman keselamatan pasien beberapa pelayanan masyarakat
profesional.  Belum optimal unggulan sesuai terhadap kualitas
 Jumlah tenaga perawat yang pengembangan jenjang dengan kebutuhan pelayanan
sudah mencukupi. karir dan komite dan permintaan kesehatan yang
 Adanya tenaga keperawatan keperawatan masyarakat di bermutu
spesialistik dan ners 21 %  Belum optimal system sawahlunto  Ancaman sosial
yang berpengalaman dan penilaian kinerja staf  Digunakannya rumah media
 Terdapat system orientasi perawat dalam sakit sebagai lahan
perawat baru diruangan penilaian keterampilan praktek oleh berbagai
 Adanya kesempatan dalam spo skp institusi pendidikan
melanjutkan pendidikan  Belum optimalnya kesehatan yang

 Pertemuan staf perawat reward dan berada di wilayah


ruangan dilaksanakan 1 bulan punishment. Sumbar dan
sekali  Belum optimal sekitarnya
 Pelatihan yang dilakukan bagi supervisi dan belum  Melayani pasien
tenaga perawat diruangan ada audit keperawatan. dengan asuransi
dengan melaksanakan in kesehatan dan
house training kontrak dengan
beberapa perusahaan.

Methode  Terdapat visi, misi dan  Visi, misi, rumah sakit  Adanya kegiatan  Adanya pelayanan
filosofi rumah sakit dan belum terpajang di residensi alternative seperti :
islami. ruang rawat jalan kepemimpinan dan home care, praktek
 Mempunyai standar asuhan sehingga belum manajemen mandiri,
keperawatan (SAK) dan menjadi acuan dalam keperawatan. perawat/bidan, dll.
Standar Operasional Prosedur pemberian pelayanan  Kompetotor rumah
(SOP) asuhan keperawatan sakit daerah di
 Sudah terdapat sturktur  SAK masih dalam batusangkar dan
organisasi rumah sakit, revisi Struktur solok serta RS
struktur organisasi bidang organisasi bidang suasta
keperawatan dan strukrur keperawatan belum  Meningkatnya
organisasi masing-masing terpasang. kesadaran
ruangan menyesuaikan  penerapannya masih masyarakat
dengan rumah sakit. situasional tentang tanggung
 Menggunakan system  Penerapan system jawab dan
pendelegesaian praktik kewenangan klinis tanggung gugat.
 Fungsi kendali mutu belum maksimal
dilaksanakan oleh komite  Belum ada system
mutu supervise dan belum
pernah dilakukan audit
keperawatan.
 perawat pelaksana
menyatakan bahwa
mereka merasakan
manfaat dimotivasi
oleh atasan, hanya saja
mereka jarang
menerimanya

Material  Gedung dan lahan milik  Kebutuhan logistic
pemko didukung manajemen
 Tersedianya kebutuhan
logistic yang ada diruangan
rawatan
 Akses yang cepat dan mudah
dijangkau
Money  Sumber dana dari Pemerintah   Terdapatnya  Sistem
Kota, Kemenkes kebijakan untuk pengawasan dalam
 Adanya insentif bagi seluruh melayani pasieni budgeting dan
karyawan di RS BPJS dan IKS penggangaran
dengan perusahaan.
Machine  Sudah terdapat SIM dan  Belum ada SIM Kep
website RS sebagai dalam penungjang  Lengkapnya sarana
dokumentasi data pasien dalam pelaksanaan dan prasarana untuk
dokumentasi asuhan pemeriksaan
keperawatan penunjang.
Measuament  Akreditasi rumah sakit sudah  Rendahnya Skor  Perubahan tentang
mencapai Tingkat UTAMA sasaran keselamatan pelaksanaan
dan dalam proses pencapaian pasien kebijakan
PARIPURNA  Hand Hygine 6,8% Akreditasi
 Lingkungan yang cukup  Identifikasi pasien 5%  Lokasi wilayah
nyaman dan tenang  Pencegahan jatuh 6% sumatera barat

 Perawat mengatakan yang merupakan

bahwa sistem daerah rawan

akreditasi belum bencana

diterapkan secara
konsisten oleh ruangan
 Belum ada SIM Kep
2. Daftar Masalah

Tabel 2.10: Daftar Masalah Keperawatan Dalam Fungsi Manajemen Ruangan

Fungsi
No Masalah
Manajemen

1 2 3

1. Perencanaan Hanya 60 % kepala ruangan memiliki perancanaan yang


baik dalam program keselamatan pasien
(Planning)

2. Pengorganisasian Hanya 70 % kepala ruangan yang melaksanakan fungsi


pengoorganisasian dengan baik dalam program keselamatan
(Organizing)
pasien
3 Kepegawaian Hanya 79 % kepala ruangan yang melaksanakan fungsi
staffing dengan baik untuk promosi keselamatan pasien
(Staffing)

4. Pengarahan Hanya 71 % kepala ruangan yang melaksanakan fungsi


pengarahan dengan baik dalam implementasi keselamatan
(Actuating/
pasien
Directing)
52% kepala ruangan belum melakukan penilaian evaluasi
program keselamatan pasien
5. Pengendalian Hanya 71 % kepala ruangan yang melaksanakan fungsi
pengendalian dengan baik dalam evaluasi keselamatan
(Controlling)
pasien
Hanya 50% kepala ruangan yang melakukan bimbingan
dengan supervisi karu yang terjadwal

No Sasaran Keselamatan Pasien Masalah

1. Identifikasi Pasien  Skor pelaksanaan implemantasi proses


identifikasi pasien 5 dari 10 skor
maksimal ( 50%)

2. Komunikasi Efektif  - Potensial pelaksanaan komunikasi


efektif

3 Keamanan obat yang perlu  Potensial peningkatan keamanan


diwaspadai obat yang perlu diwaspadai

4. Penandaan tepat lokasi tepat  Belum optimalnya Pelaksanaan


pasien dan tepat penandaan operasi sesuai prosedur

5 Penncegah risiko infeksi dengan  Rendahnya kepatuhan petugas dalam


handhygine mencegah risiko infeksi dengan
handhygine dengan Skor terpenuhi
sebagian 6,8 dari 10 skor maksimal
( 68%)

6. Pencegahan risiko jatuh  Rendahnya kepatuhan petugas dalam


pencegahan risiko jatuh dengan skor 6
dari 10 skor maksimal ( 60%)

3. Prioritas Masalah
Setelah masalah teridentifikasi, maka proses selanjutnya adalah memprioritaskan masalah
yang akan menjadi fokus, target/perhatian untuk dilakukan implementasi selama kegiatan
residensi. Untuk penentuan masalah yang menjadi prioritas dilakukan penghitungan
dengan pembobotan pada setiap masalah yang ditemukan dengan metode Problem
Solving for Better Health (PSBH)/Problem Solving for Better Nursing (PSBN).
Pendekatan PSBH/PSBN pertama kali diperkenalkan oleh DR. Barry Smith, seorang
dokter ahli bedah otak dari Bostom University School of Public Health USA yang
didefinisikan sebagai pendekatan untuk mengatasi berbagai masalah di rumah sakit
dengan cara yang mudah dan menarik (Smith, Fitzpatrick & Hoyt Hudson, 2009).
Proses memprioritaskan masalah dalam PSBH/PSBN akan dilakukan dengan
pembobotan yang memperhatikan aspek sebagai berikut :
1. Magnitude (Mg) yaitu kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah.
2. Severity (Sv) yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan.
3. Manageability (Mn) yaitu dilihat dari kemungkinan masalah dapat dipecahkan.
4. Nursing concent (Nc) yaitu melibatkan perhatian dan pertimbangan perawat.
5. Affordability (Af) yaitu ketersediaan sumber daya.

Aspek-aspek di atas dapat diukur dengan cara yaitu :


1. Magnitude (Mg)/prevalensi masalah yaitu apabila masalah tersebut lebih banyak
ditemukan.
2. Severity (Sv)/akibat yang ditimbulakn yaitu apabila akibat yang ditimbulkan suatu
masalah lebih serius.
3. Manageability (Mn)/bisa dipecahkan yaitu apabila masalah yang ada diyakini dapat
terpecahkan (menemukan solusi).
4. Nursing concent (Nc)/keterlibatan perawat yaitu jika masalah tersebut akan selalu
melibatkan dan memerlukan pertimbangan perawat.
5. Affordability (Af)/ketersediaan sumber daya yaitu adanya sumber daya yang
mencakup dana, sarana dan tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah
Rentang nilai dalam PSBH/PSBN adalah sebagai berikut :
Sangat Penting :5
Penting :4
Cukup Penting :3
Kurang Penting :2
Sangat Kurang Penting :1

Urutan prioritas masalah dilakukan dengan melihat jumlah nilai/skor paling besar.
Skor akhir dirumuskan dengan cara : Mg x Sv x Mn x Nc x Af. Adapun prioritas
masalah dengan PSBH/PSBN dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 2.11: Prioritas Masalah Keperawatan
N Prioritas
Masalah
o Mg Sv Mn Nc Af Total
1 Hanya 60 % kepala ruangan memiliki 4 4 5 4 5 1600
perancanaan yang baik dalam program
keselamatan pasien

2 Hanya 70 % kepala ruangan yang melaksanakan 5 4 5 4 5 2000


fungsi pengoorganisasian dengan baik dalam
promosi keselamatan pasien
3 Hanya 79 % kepala ruangan yang melaksanakan 5 4 5 4 5 2000
fungsi staffing dengan baik dalam implementasi
keselamatan pasien
4 Hanya 71 % kepala ruangan yang melaksanakan 5 5 4 5 4 2000
fungsi pengarahan dengan baik dalam
implementasi keselamatan pasien
5 Hanya 50% kepela ruangan yang melakukan 5 5 4 5 5 2500
bimbingan dengan supervisi yang terjadwal
6 Skor pelaksanaan implemantasi proses 5 5 5 5 5 3125
identifikasi pasien 5 dari 10 skor maksimal

Atau ( 50%) teroenuhi dari 100%

7 Rendahnya implementasi mencegah risiko 5 5 5 5 3125


infeksi dengan handhygine dengan Skor
terpenuhi sebagian 6,8 dari 10 skor maksimal

Atau skor ( 68%)

8 Rendahnya implementasi pencegahan risiko 4 5 5 5 5 2500


jatuh dengan skor 6 dari 10 skor maksimal atau
skor hanya ( 60%)

4. Prioritas Masalah
a. Skor pelaksanaan implemantasi proses identifikasi pasien 5 dari 10 skor maksimal
Atau ( 50%) terpenuhi
b. Rendahnya implementasi mencegah risiko infeksi dengan handhygine dengan
Skor terpenuhi sebagian 6,8 dari 10 skor maksimal Atau skor ( 68%) terpenuhi
c. Rendahnya implementasi pencegahan risiko jatuh dengan skor 6 dari 10 skor
maksimal atau skor hanya ( 60%) terpenuhi
d. 50% kepela ruangan belum melakukan bimbingan dengan supervisi karu yang
terjadwal
Identifikasi penyebab dengan fish bone analize
Diagram I
Fishbone Analyze Kepatuhan pencegahan infeksi dengan handhygine di RSUD sawah lunto

Material Ketersediaan fasilitas Man


cuci tangan

Pengawasan dan supervisi


belum terlaksana secara
efektif
Kesadaran, kepatuhan
dan motivasi perawat
Lembar form supervisi yang masih dan
belum tersedia pengetahuan rendah a. Skor pelaksanaan implemantasi
tentang pentingnya
handhygine proses identifikasi pasien 5 dari 10
skor maksimal Atau ( 50%)
terpenuhi
Adanya tuntutan yang Audit dari penjamin mutu
tinggi masyarakat terhadap masih belum optimal
pelayanan
PENILAIAN keterampilan staf
Instrumen dan SPO belum
tersosialisasi dengan baik

Peningkatan status
akreditasi
Methode

Market
Identifikasi penyebab dengan fish bone analize
Diagram II
Fishbone Analyze Kepatuhan hand hygine

Material Ketersediaan gelang Man


pasien
Pe;atihan dan inhouse
training belum 100 %
Pengawasan dan
supervisi belum
terlaksana
Kesadaran, kepatuhan
dan motivasi perawat
Lembar form supervisi yang masih dan Implementasi handhygine dengan
belum tersedia pengetahuan rendah
tentang pentingnya
Skor terpenuhi sebagian 6,8 dari 10
identifikasi skor maksimal Atau skor ( 68%)
terpenuhi

Adanya tuntutan yang Audit dari penjamin mutu


tinggi masyarakat terhadap masih belum optimal
pelayanan
Instrumen dan SPO identifikasi
pasien belum tersosialisasi
dengan baik

Peningkatan status
akreditasi
Methode

Market
Identifikasi penyebab dengan fish bone analize
Diagram III
Fishbone Analyze implementasi risiko jatuh

Material Ketersediaan gelang Man


dan penandaan risiko
jatuh
Pelatihan dan inhouse
training belum 100 % Pengawasan dan
supervisi belum
terlaksana
Kesadaran, kepatuhan
dan motivasi perawat
Lembar form supervisi yang masih dan
belum optimal pengetahuan rendah
digunakan tentang pentingnya
pencegahan jatuh pencegahan risiko jatuh dengan
skor 6 dari 10 skor maksimal
atau skor hanya ( 60%)
terpenuhi
Adanya tuntutan yang Penilaian keterampilan yang
tinggi masyarakat terhadap belum terlaksana
pelayanan
Audit dari penjamin mutu Instrumen dan SPO belum
masih belum optimal tersosialisasi dengan baik

Peningkatan status
akreditasi
Methode

Market
Identifikasi penyebab dengan fish bone analize
Diagram IV
Fishbone Analyze pelaksanaan pengendalian dalam evaluasi keselamatan pasien

Material Belum adanya regulasi Man


dan juknis supervisi
SKP

Belum ada penilaian


keterampilan
Motivasi yang rendah

Lembar form supervisi Tidak ada pengetahuan b. Hanya 50% kepala ruangan
belum optimal
digunakan yang melakukan bimbingan
dengan supervisi yang
terjadwal

Adanya tuntutan yang Penilaian keterampilan yang


tinggi masyarakat terhadap belum terlaksana
pelayanan
Audit dari penjamin mutu Instrumen dan SPO belum ada
masih belum optimal

Peningkatan status
akreditasi
Methode

Market

Anda mungkin juga menyukai