Abstract. The benefits of Pasien "PANDAI Program" (Patient with Acceptance and Action)
for patient are to help them internalize self-acceptance toward their condition, give them
peacefulness mentally, help them think of purposes in dealing with their illness, build a
commitment to change their life to be better, and implement this commitment as a process of
behavior change. The method used in this research was one group pretest-posttest design
with 3 participants as experimental group. Wilcoxon SignedRank was used in quantitative
analysis and supported by qualititave analysis using descriptive analysis. The result showed
no difference between pretest-posttest (z=-0.447; p>0.05) and also posttest-follow up (z=-1.342;
p>0.05). It indicated that Pasien PANDAI Program wasnn't effective to improve optimism in
patient with cancer.
Keywords: Pasien "PANDAI Program, acceptance and action, cancer, optimism
Abstrak. Program Pasien dengan Penerimaan dan Aksi (“Pasien PANDAI”) bertujuan agar
pasien dapat lebih menerima kondisinya, lebih mendapatkan ketenangan batin, dapat
menetapkan tujuan dalam menghadapi penyakitnya, membangun komitmen untuk
melakukan perubahan kearah yang lebih baik, dan melaksanakan perubahan perilaku secara
nyata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest design
dengan melibatkan tiga orang partisipan sebagai kelompok eksperimen. Analisa kuantitatif
menggunakan Wilcoxon Signed-Rank dan dilengkapi dengan analisa deskriptif. Hasil
menunjukkan tidak ada perubahan skor pretest-posttest (z=-0.447; p>0.05) dan juga saat
posttest-follow up (z=-1.342; p>0,05). Artinya, Program “Pasien PANDAI” tidak mampu
meningkatkan optimisme pasien kanker.
Kata kunci: Program “Pasien PANDAI”, penerimaan dan aksi, kanker, optimis
Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta optimis (Scheier & Carver, 1994). Sikap
menduduki peringkat pertama dari seluruh optimis membantu seseorang mengatasi
wilayah di Indonesia untuk jumlah kasus tekanan hidupnya, menurunkan risiko jatuh
kanker, yakni mencapai 4,1% per 1000 sakit (Scheier, dalam Taylor, 2009), mening-
jumlah kasus kanker di Indonesia. katkan penerimaan diri seseorang menjadi
Kanker merupakan penyakit berpoten- lebih positif (Chang, 2009), memiliki
si mematikan yang disebabkan oleh: (1) kemampuan lebih baik untuk bangkit dari
Faktor biologis seperti keturunan, hormon kesulitannya (Carver, Scheier, & Segers-
(Desen, 2008), usia (Kissane, Grabsch, trom, 2010) memungkinkan pengubahan
Clarke, Smith, & Love, 2006; Salonen, perilaku, meningkatkan kegigihan dalam
Kellokumpu-Lehtinen, Tarkka, Marja- melaksanakan pengobatan (Rajandram, et
Terttu, Koivisto, & Anna-Majja, 2011), dan al., 2011) karena pasien dapat menyesuai-
jenis kelamin (Jadoon, Munir, Shahzad, & kan diri dengan kondisi tubuhnya
Choudry, 2010). (2) Faktor lingkungan (Karademas, Karvelis, & Argyropoulou,
seperti pengaruh makanan, udara, zat 2007). Penelitian yang dilakukan Carver, et
kimia, dan paparan sinar matahari (Allison, al. (2010) pada pasien kanker hati
2001), dan (3) Faktor psikologis (Lane, Best, menemukan bahwa mereka yang memiliki
Hobbs, Ball, Hutchison, & Adam, 2002). optimisme tinggi ingin mengurangi kesu-
litan/tekanan hidupnya dengan melatih diri
Pasien kanker menjadi terganggu akti-
mengontrol dampak dari pengobatan.
vitasnya karena kondisi fisiknya menurun
Sebaliknya, pasien kanker yang memiliki
seperti lemah, lesu, mudah lelah, nyeri, dan
tingkat optimisme rendah cenderung
kehilangan nafsu makan (Luoma &
kurang mampu bertahan terhadap efek
Blomqvist, 2004; Lynch, Goodhart,
samping pengobatan (Allison, Guichard, &
Saunders, & O’Connor, 2011; Victoria, 2002).
Gilain, 2000; Harper, Schmidt, Beacham,
Selain itu juga mengalami keluhan psiko-
Salsman, Averill, & Graves, 2007) serta lebih
logis seperti cemas, sedih, marah, depresi,
rentan mengalami kecemasan dan depresi
dan frustrasi (Rajandram, Ho, Samman,
(Sucala & Tatar, 2010).
Chan, McGrath, & Zwahlen, 2011; Ussher,
Tim Wong, & Perz, 2010). Pengaruh tidak Terdapat bermacam-macam pengobat-
menyenangkan juga dirasakan pasien saat an kanker dari berbagai multidisiplin ilmu,
harus menjalani pengobatan yang lama, antara lain operasi bedah, radiotherapy, dan
ketidaknyamanan karena reaksi obat, dan kemoterapi (Alison, 2001). Proses pengo-
tingginya biaya pengobatan (Midtgaard, batan ini memfokuskan pada kesehatan
Stelter, Rorth, & Adamsen, 2007). Akibat- fisik pasien sehingga kesehatan psikologis/
nya, banyak pasien kanker yang tidak mental pasien terkadang menjadi terabai-
tuntas menjalani pengobatan, risikonya kan. Pada kenyataannya, kesehatan psikolo-
menyebabkan pengobatan dapat dikatakan gis sangat menunjang proses penyembuh-
gagal (Bosworth, 2008). an, seperti sikap optimisme pasien dalam
menjalani pengobatan. Penelitian Cuijpers,
Untuk mengatasi pengaruh kurang
Dekker, Hollon, dan Andersson (2009)
menyenangkan dari penyakit kanker, pa-
membuktikan bahwa psikoterapi pada
sien diharapkan memiliki sikap dan pemi-
pasien penyakit kronis menghasilkan nilai
kiran positif akan kesembuhan. Seseorang
lebih dibandingkan dengan hanya mem-
yang senantiasa memiliki cara pandang
berikan pengobatan secara medis (farma-
positif dan memiliki harapan akan masa
koterapi).
depan dapat dikatakan sebagai orang yang
Beberapa intervensi psikologis dilaku- optimis akan lebih dapat menerima kon-
kan dalam upaya membantu kesembuhan disinya dibandingkan mencoba lari dari
pasien kanker, misalnya CBT dan ACT. CBT kondisi sakitnya (Scheier & Carver, dalam
merupakan intervensi yang menekankan Snyder & Lopez, 2002). Penelitian mem-
proses pengubahan pola pikir efektif menu- buktikan sikap penerimaan terhadap
runkan depresi pasien kanker (Akechi, penyakit pada remaja cystic fibrosis (CF) atau
Okuyama, Morita, & Furukawa, 2013; diabetes memiliki hubungan positif dengan
Gielissen, Verhagen, Witjes, & Bleijenberg, kebahagiaan pasien (Casier, et al., 2013).
2006). Penelitian Feros, Lane, Ciarrochi, dan Selain penerimaan diri, proses memba-
Blackledge (2013) pada 45 pasien kanker ngun komitmen untuk melakukan perubah-
membuktikan bahwa ACT mampu mening- an ke arah yang lebih baik menjadi faktor
katkan kualitas hidup serta mengubah penunjang kesembuhan pasien karena
suasana hati dan distress pasien kanker. pasien memiliki tekad dan kesediaan
Peneliti melihat bahwa pasien kanker melakukan hal-hal yang dapat menunjang
tidak hanya ditekankan mengubah pola kesembuhannya. Penelitian membuktikan
pikirnya saja melainkan membutuhkan bahwa kesediaan pasien melakukan peru-
suatu sikap menerima pikiran dan perasaan bahan dan menjalani pengobatan secara
terhadap kondisi fisiknya yang sakit rutin muncul karena pengalaman pada
(Casier, Goubert, Gebhardt, Baets, Aken, & proses sebelumnya (Razali, Bee, & Gan,
Matthys, 2013), kesediaan melakukan peru- 2013).
bahan pola hidupnya yang dibuktikan Komitmen pasien untuk melakukan
dengan komitmen, serta melaksanakan perubahan ini tidak hanya terbatas pada
rencana perubahannya tersebut pada kon- sebuah kalimat yang diyakini pasien kanker
disi nyata (Bodenheimer, MacGregor, & saja, melainkan pasien kanker memiliki
Sharifi, 2005). tekad melakukan perubahan tersebut secara
Penelitian ini diberi nama Program nyata. Perubahan perilaku pada pasien
Pasien dengan Penerimaan dan Aksi kanker dalam pola hidupnya efektif dapat
(“Pasien PANDAI”). Program “Pasien mengatasi rasa mual dan muntah pada
PANDAI” disusun secara integratif dengan pasien kanker yang sedang menjalani
menggabungkan proses penerimaan, berko- kemoterapi, dapat mengurangi kecemasan
mitmen, dan melaksanakan perubahan dan tekanan yang disebabkan pengobatan,
yang telah direncanakan secara nyata. Pro- serta memberikan kenyamanan pasien
gram ini bermanfaat untuk pasien kanker dalam proses pengobatan (Redd, Montgo-
agar lebih menerima kondisinya, mendapat- mery, & DuHamel, 2001).
kan ketenangan batin, mampu menetapkan Program “Pasien PANDAI” dilakukan
tujuan dalam menghadapi penyakitnya, secara singkat, yakni empat tahap selama ±
membangun komitmen untuk melakukan dua minggu (selama 120 menit). Seperti
perubahan kearah yang lebih baik, dan program intervensi psikologis singkat yang
melaksanakan perubahan perilaku secara telah banyak dilakukan untuk pasien
nyata. kanker yaitu dilakukan sebanyak lima sesi
Sikap penerimaan diri pasien mampu (selama 90 menit) (Kuijer, Buunk, Jong,
mengarahkan pasien untuk berpikir positif Ybema, & Sanderman, 2004).
dalam memandang peristiwa yang tidak Program “Pasien PANDAI” didahului
menyenangkan dalam kehidupannya dengan tahap pembukaan program yang
(Hjelle & Zeigler, 1992). Pasien kanker yang bertujuan membangun rapport pasien
Tabel 4
Data Skor Optimisme
Skor Skor Skor
Subjek
Pretest Kategori Posttest Kategori Follow Up Kategori
SF 16 Sedang 14 Sedang 15 Sedang
SL 16 Sedang 17 Sedang 14 Sedang
EM 13 Sedang 16 Sedang 14 Sedang
menjadi penyebab hasil menjadi tidak program yang dilakukan dalam setting
signifikan karena datanya kurang ber- kelompok.
variasi. Penelitian Alonso, Lopez, Losada, Penelitian ini memiliki keterbatasan,
dan Gonzalez (2013) menyebutkan bahwa antara lain; (1) tidak adanya kelompok
menambah jumlah sampel dapat meng- kontrol sehingga tidak dapat digunakan
hasilkan penggambaran yang lebih baik sebagai perbandingan atas dampak perla-
karena sampel besar dapat menghilangkan kuan; (2) sedikitnya jumlah partisipan
outlier. penelitian disebabkan oleh sulitnya mencari
Hasil analisis visual menunjukkan SL partisipan yang sesuai dengan kriteria
dan EM mengalami peningkatkan optimis- inklusi; (3) memungkinkan munculnya
me. Peningkatan ini dipengaruhi dukungan retroactive history yaitu perubahan atau
keluarga dan kondisi fisik yang semakin pengaruh yang dialami partisipan diantara
membaik. Pasien lebih optimis dikarenakan waktu pemberian pretest dengan posttest
adanya dukungan dari lingkungan sosial- yang dapat mempengaruhi variabel
nya (Wimberly, Carver, & Antoni, 2008). dependen; (4) memungkinkan terjadinya
SF menunjukkan penurunan tingkat testing dikarenakan pengulangan pengu-
optimisme disebabkan oleh kondisi fisiknya kuran saat pretest dan posttest dengan alat
menurun, penundaan saat pengobatan, dan ukur yang sama dan dilakukan dalam
adanya permasalahan keluarga. Respons jangka waktu dekat membuat partisipan
terhadap tekanan psikologis dan kesehatan lebih mengenal tesnya sehingga performan
fisik berpengaruh pada optimisme (Carver, partisipan dapat meningkat, dan (5)
Scheier, & Segerstrom, 2010). instrumen yang digunakan banyak membu-
tuhkan kesediaan waktu serta kemampuan
Partisipan yang memperlihatkan hasil
kognitif partisipan sehingga beberapa
paling optimal adalah mereka yang paling
bagian dalam buku harian tidak sepenuh-
aktif dan memiliki daya penalaran baik
nya dapat diisi partisipan mengingat
karena dapat menghubungkan materi
kondisi fisik, usia, dan latar belakang
dengan kegiatan dalam kehidupan sehari-
partisipan yang memberatkan partisipan
hari. Keterlibatan aktif dan pengalaman
dalam mengisi buku harian setiap hari.
belajar partisipan dapat menjadi modal
terjadinya transfer belajar optimal karena
partisipan bukan hanya berperan sebagai Kesimpulan
pendengar pasif (Ramdhani, 2002).
Hasil penelitian menunjukkan Program
Ketiga partisipan merasakan manfaat “Pasien PANDAI” tidak terbukti dapat
materi yang didapatkan selama program, meningkatkan optimisme pasien kanker
misalnya relaksasi. Relaksasi berfungsi dari pretest-posttest dan posttest- follow up
sebagai keterampilan koping saat seseorang disebabkan rentang waktu pemberian pela-
mengalami tekanan, dapat mencegah bebe- tihan yang terlalu singkat, jumlah
rapa dampak negatif dari stres, dan me- partisipan yang sedikit, serta kondisi fisik
ningkatkan sistem imun penderita kanker partisipan yang sangat berpengaruh pada
(Smith, 2005). respons partisipan saat menerima pelatihan.
Kelancaran pelaksanaan Program Kelancaran pelaksanaan Program
“Pasien PANDAI” ini dipengaruhi beberapa “Pasien PANDAI” ini dipengaruhi bebe-
faktor, yakni modul yang telah diujicoba- rapa faktor, yakni modul yang telah
kan, kredibilitas fasilitator, dan pelaksanaan diujicobakan, kredibilitas fasilitator, dan