Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kemoterapi adalah proses pengobatan yang menggunakan obat sitostatik dengan cara
penggunaannya melalui intravena yang berfungsi sebagai membunuh sel abnormal, selain
membunuh sel abnormal kemoterapi juga mematikan sel normal yang utama adalah sel yang
dapat membelah dengan waktu yang cepat seperti sel rambut, membrane mukosa, sumsum
tulang belakang, dan organ-organ reproduksi .
Kemoterapi memiliki efek yang tidak menyenangkan, seperti berkurangnya nafsu makan,
mual, muntah, diare, sehingga menyebabkan menurunnya performa pasien akibat dari kurang
energi protein. Menurut (Lestari et al., 2019) kurangnya energi protein dapat juga
menyebabkan penurunan kemampuan tubuh untuk mentoleransi obat didalam tubuh yang
dapat menyebabkan gangguan metabolisme yang berhubungan dengan kelemahan kekuatan
otot dan tenaga. Dari efek samping setelah dilakukannya kemoterapi, 45% pasien merasa jera
dan tidak ingin melakukan kemoterapi yang berikutnya. Selain menyerang fisik, kemoterapi
juga menyerang psikologis pasien seperti gelisah, cemas, sedih, hingga mengalami fase
berduka. Pernyataan tersebut juga dikatakan dan diuraikan oleh (Lestari et al., 2019) dan juga
menguraikan efek kemoterapi antara lain; mual, muntah, diare, konstipasi, alopesia, anemia,
penurunan nafsu makan, toksisitas kulit, kelelahan, penurunan berat badan, neuropati perifer,
perubahan rasa dan nyeri sedangkan efek psikologis diantaranya ansietas, depresi, kesedihan,
emosional, stres, rendahnya harga diri (self esteem) dan rasa menyerah, (Lestari et al., 2019)
Pasien kemoterapi, fase penerimaan diri sangatlah membutuhkan persiapan diri yang
kuat. Pasien kemoterapi melewati beberapa fase yang diawali dari perasaan menolak, marah,
tawar-menawar, depresi dan yang terakhir penerimaan. Fase penerimaan diri pasien kanker
ditandai dengan dimulainya pasien tersebut bisa menerima keadaan dirinya, pasien
mengharap kesembuhan penyakit pada dirinya yang sesuai dengan kemampuan dan kekuatan
diri. Perasaan yang terfokus pada rasa khawatir dan kehilangan perlahan mulai menghilang
dan berganti menjadi perasaan untuk berusaha melakukan yang terbaik untuk kesembuhan
dan mulai menerima dan menjalani kemoterapi. Selama menjalani tahapan berduka tersebut
diperlukan adaptasi perubahan yang terjadi untuk mempertahankan kondisi yang sehat, hal
ini diuraikan oleh yang menerapkan adaptasi Alligood dengan mempertahankan kehidupan
individu yang selalu berespon positif dalam menerima perubahan (Lestari et al., 2020).
Selain faktor psikologis ada beberapa faktor lain yang dapat mengakibatkan mempercepat
proses pengobatan, yaitu; kesejahteraan fisik, kesejahteraan social, serta kesejahteraan
spiritual (Rosyadi, Ani Yuniarti, 2019). Spiritualitas membuat individu menemukan dirinya,
sehingga kehidupan menjadi lebih bemakna hingga menemukan hikmah (Rosyadi, Ani
Yuniarti, 2019).
Hal ini dapat ditariknya sebuah kesimpulan bahwa tingginya kualitas spiritual pasien
maka akan semakin besar pengaruh kecepatan penyembuhan penyakit. Spiritualitas adalah
suatu yang khusus dan multimensional dari pengalaman hidup manusia dan juga salah satu
kekuatan yang besar dalam mencari makna kehidupan. Spiritual menjadi sangat penting
sewaktu individu dalam keadaan yang merasa nyawanya terancam (Wiksuarini et al., 2018).
Spiritualitas merupakan salah satu aspek dalam hidup manusia. Spiritualitas bersifat
individual yang bersumber dari diri individu yang mempunyai banyak latar belakang yang
berbeda yang didasari oleh cara pandang setiap individunya yang berbeda. Selain itu, faktor
yang menyebabkan pengertian spiritualitas yang berbeda juga dipengaruhi oleh budaya,
perkembangan, pengalaman hidup, dan persepsi dalam diri. Spiritual yang positif dapat
dijadikan sebagai mekanisme koping positif bagi proses penyembuhan kanker (Wiksuarini et
al., 2018).
Diagnosis dan pengobatan kanker dapat memunculkan perasaan yang buruk atau
masalah spiritual seperti marah kepada Tuhan, merasa doanya tidak pernah dikabulkan
terkabulkan (Wiksuarini et al., 2018). Adapun masalah yang lainnya yaitu tidak dapat
menerima keadaan dirinya saat ini dan adanya rasa takut akan kematian. Spiritual yang
rendah dikaitkan dengan kualitas hidup yang rendah (Rizka Fakultas Psikologi Universitas
Ahmad Dahlan, n.d.). Data yang diperoleh dari Global Burden of Cancer (GLOBOCAN)
yang dirilis oleh WHO menyebutkan data pasien kanker berjumlah 18,1 juta kasus dan 9,6
juta kematian di tahun 2018, kasus akan terus bertambah hingga lebih dari 13,1 juta kasus
pada tahun 2030 (Silaen, 2019). Riskesdas (2013) mendapatkan hasil bahwa sebagian
penduduk Indonesia menjalani pengobatan kanker dengan metode pembedahan sebesar
61,8%, metode kemoterapi 24,9%, dan metode penyinaran 17,3%. Kemoterapi lebih banyak
dilakukan oleh pasien perempuan dibandingkan oleh pasien laki-laki (Rizka Fakultas
Psikologi Universitas Ahmad Dahlan, n.d.).
Penelitian yang telah dilakukan oleh (Wiksuarini et al., 2018) menyatakan bahwa
tingkatan spiritualitas dapat mempengaruhi kondisi pasien kanker, penerimaan diri dan
koping yang baik disebabkan karena individu memiliki spiritualitas yang positif seperti
menganggap kekuatan terbesarnya adalah Tuhan yang menjadi sumber kekuatan pada
dirinya, Kanker merupakan salah satu penyakit terminal, penyakit terminal membutuhkan
spiritual yang lebih kuat untuk dapat menerima penyakit yang dideritanya.
Hasil studi penelitian yang peneliti lakukan mendapat informasi bahwasanya pasien
kemoterapi membutuhkan spiritual yang lebih dari pasien penyakit lainnya, karena pasien
kemoterapi merasa bahwa penyakit yang diderita sulit untuk sembuh dan akan selamanya
hingga akhir hayat. Pasien merasa lebih pasrah kepada Allah tentang kondisi kedepannya.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan September, peneliti mendapat
data jumlah kunjungan pasien yang sedang melakukan kemoterapi di Rumah Sakit Baladhika
Husada Jember berjumlah 2.653 pasien dengan berbagai jenis kanker, sedangkan untuk
pasien yang sedang melakukan kemoterapi 1 tahun awal berjumlah 125 pasien setiap bulan.
Peneliti mewawancarai 5 pasien yang melakukan kemoterapi mengenai bagaimana perasaan
saat mengetahui tentang kondisi dirinya dan perasaan saat mendengar diagnosis kanker yang
harus melakukan kemoterapi, bertanya tentang pendapat dirinya tentang penyakit tersebut,
bagaimana cara menghilangkan perasaan gelisah terhadap penyakit, bagaimana bayangan
pasien tentang kemoterapi sebelum menjalani, menanyakan tentang perasaan dan efek yang
muncul setelah melakukan kemoterapi pertama. Peneliti mendapat hasil wawancara dengan
pasien yang menjalani kemoterapi bahwa perasaan yang dialami pasien yaitu cemas dan
gelisah. Pasien mengurangi rasa cemas dan gelisah, pasien melakukan sholat dan berdoa
untuk meluapkan rasa cemas dan gelisah agar lebih tenang.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan memiliki peliang yang besar dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif terutama dalam memberikan asuhan
keperawatan untuk pemenuhan kebutuhan dasar pasien. Aspek spiritual tidak terlepas dari
asuhan keperawatan dari perawat kepada pasien, aspek spiritual merupakan aspek integral
antara perawat dan pasien.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi kemoterapi?


2. Apakah etiologi kemoterapi?
3. Apakah manifestasi klinis kemoterapi?
4. Apakah patofisiologi kemoterapi?
5. Bagaimana Web of Coution kemoterapi?
6. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang kemoterapi?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan medis dan non medis kemoterapi?
8. Apakah pencegahan primer, sekunder, tersier, dan terapi nutrisi kemoterapi?
9. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan kemoterapi?

1.3 Tujuan

1. Menegtahui definisi kemoterapi?


2. Mengetahui etiologi kemoterapi?
3. Mengetahui manifestasi klinis kemoterapi?
4. Mengetahui patofisiologi kemoterapi?
5. Mengetahui Web of Coution kemoterapi?
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang kemoterapi?
7. Mengetahui penatalaksanaan medis dan non medis kemoterapi?
8. Mengetahui pencegahan primer, sekunder, tersier, dan terapi nutrisi kemoterapi?
9. Mengetahui Asuhan Keperawatan kemoterapi?

Dapus : Lestari et.al. 2019. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai