Anda di halaman 1dari 18

FARMAKOLOGI

MAKALAH
PRINSIP PEMBERIAN OBAT KEMOTERAPI

Disusun oleh :
KELOMPOK 7
Christian L M
Tumatar : 711430121020
Alicia I A
Nicodemus : 7114301004
Taula G S Siregar
: 7114301031
Nis Enumbi
: 7114301037
Rahel N Noriwari : 7114301041

Dosen Pengajar : NS.MONICA S TANDIAYUK , M.Kes

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami mengharapkan kiranya makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk dan pedoman bagi pembaca untuk
menambah pengetahuan
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang.Oleh karena itu, kami berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemoterapi adalah proses pengobatan yang menggunakan obat sitostatik dengan cara
penggunaannya melalui intravena yang berfungsi sebagai membunuh sel abnormal, selain
membunuh sel abnormal kemoterapi juga mematikan sel normal yang utama adalah sel yang
dapat membelah dengan waktu yang cepat seperti sel rambut, membrane mukosa, sumsum
tulang belakang, dan organ-organ reproduksi (Lestari et al., 2020). Kemoterapi memiliki
efek yang tidak menyenangkan, seperti berkurangnya nafsu makan, mual, muntah, diare,
sehingga menyebabkan menurunnya performa pasien akibat dari kurang energi protein.
Menurut (Lestari et al., 2020) kurangnya energi protein dapat juga menyebabkan penurunan
kemampuan tubuh untuk mentoleransi obat didalam tubuh yang dapat menyebabkan
gangguan metabolisme yang berhubungan dengan kelemahan kekuatan otot dan tenaga. Dari
efek samping setelah dilakukannya kemoterapi, 45% pasien merasa jera dan tidak ingin
melakukan kemoterapi yang berikutnya.
Selain menyerang fisik, kemoterapi juga menyerang psikologis pasien seperti gelisah, cemas,
sedih, hingga mengalami fase berduka. Pernyataan tersebut juga dikatakan dan diuraikan oleh
(Lestari et al., 2020) dan juga menguraikan efek kemoterapi antara lain; mual, muntah, diare,
konstipasi, alopesia, anemia, penurunan nafsu makan, toksisitas kulit, kelelahan, penurunan
berat badan, neuropati perifer, perubahan rasa dan nyeri sedangkan efek psikologis
diantaranya ansietas, depresi, kesedihan, emosional, stres, rendahnya harga diri (self esteem)
dan rasa menyerah, (Lestari et al., 2020)

yang menyatakan bahwa stres sebagai salah satu efek psikologis merupakan faktor pemicu
yang dapat memperburuk berbagai penyakit dan kondisi patologis, selain itu juga memiliki
efek yang dapat menurunkan kekebalan tubuh akibat dari menurunnya aktivitas sel sitotoksit
sel limfosit T sebagai sel pembunuh alami yang dapat meningkatkan pertumbuhan sel ganas
pada penderita kanker, ketidakstabilan genetik, dan ekspansi tumor yang dapat memperburuk
kondisi pasien
Fase penerimaan ini merupakan tahapan ke-5 dari tahap berduka. Pasien kemoterapi, fase
penerimaan diri sangatlah membutuhkan persiapan diri yang kuat. Pasien kemoterapi
melewati beberapa fase yang diawali dari perasaan menolak, marah, tawar-menawar, depresi
dan yang terakhir penerimaan. Fase penerimaan diri pasien kanker ditandai dengan
dimulainya pasien tersebut bisa menerima keadaan dirinya, pasien mengharap kesembuhan
penyakit pada dirinya yang sesuai dengan kemampuan dan kekuatan diri. Perasaan yang
terfokus pada rasa khawatir dan kehilangan perlahan mulai menghilang dan berganti menjadi
perasaan untuk berusaha melakukan yang terbaik untuk kesembuhan dan mulai menerima
dan menjalani kemoterapi. Selama menjalani tahapan berduka tersebut diperlukan adaptasi
perubahan yang terjadi untuk mempertahankan kondisi yang sehat, hal ini diuraikan oleh
yang menerapkan adaptasi Alligood dengan mempertahankan kehidupan individu yang selalu
berespon positif dalam menerima perubahan (Lestari et al., 2020).
Selain faktor psikologis ada beberapa faktor lain yang dapat mengakibatkan mempercepat
proses pengobatan, yaitu; kesejahteraan fisik, kesejahteraan social, serta kesejahteraan
spiritual (Rosyadi, Ani Yuniarti,
2019). Spiritualitas membuat individu menemukan dirinya, sehingga
kehidupan menjadi lebih bemakna hingga menemukan hikmah (Rosyadi, Ani Yuniarti,
2019). Hal ini dapat ditariknya sebuah kesimpulan bahwa tingginya kualitas spiritual pasien
maka akan semakin besar pengaruh kecepatan penyembuhan penyakit.
Spiritualitas adalah suatu yang khusus dan multimensional dari pengalaman hidup manusia
dan juga salah satu kekuatan yang besar dalam mencari makna kehidupan. Spiritual menjadi
sangat penting sewaktu individu dalam keadaan yang merasa nyawanya terancam
(Wiksuarini et al., 2018). Spiritualitas merupakan salah satu aspek dalam hidup manusia.
Spiritualitas bersifat individual yang bersumber dari diri individu yang mempunyai banyak
latar belakang yang berbeda yang didasari oleh cara pandang setiap individunya yang
berbeda. Selain itu, faktor yang menyebabkan pengertian spiritualitas yang berbeda juga
dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup, dan persepsi dalam diri.
Spiritual yang positif dapat dijadikan sebagai mekanisme koping positif bagi proses
penyembuhan kanker (Wiksuarini et al., 2018). Diagnosis dan pengobatan kanker dapat
memunculkan perasaan yang buruk atau masalah spiritual seperti marah kepada Tuhan,
merasa doanya tidak pernah dikabulkan terkabulkan (Wiksuarini et al., 2018). Adapun
masalah yang lainnya yaitu tidak dapat menerima keadaan dirinya saat ini dan adanya rasa
takut akan kematian. Spiritual yang rendah dikaitkan dengan kualitas hidup yang rendah
(Rizka Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan, n.d.).
Data yang diperoleh dari Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) yang dirilis oleh WHO
menyebutkan data pasien kanker berjumlah 18,1 juta kasus dan 9,6 juta kematian di tahun
2018, kasus akan terus bertambah hingga lebih

dari 13,1 juta kasus pada tahun 2030 (Silaen, 2019). Riskesdas (2013) mendapatkan hasil
bahwa sebagian penduduk Indonesia menjalani pengobatan kanker dengan metode
pembedahan sebesar 61,8%, metode kemoterapi 24,9%, dan metode penyinaran 17,3%.
Kemoterapi lebih banyak dilakukan oleh pasien perempuan dibandingkan oleh pasien laki-
laki (Rizka Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan, n.d.).
Penelitian yang telah dilakukan oleh (Wiksuarini et al., 2018) menyatakan bahwa tingkatan
spiritualitas dapat mempengaruhi kondisi pasien kanker, penerimaan diri dan koping yang
baik disebabkan karena individu memiliki spiritualitas yang positif seperti menganggap
kekuatan terbesarnya adalah Tuhan yang menjadi sumber kekuatan pada dirinya, Kanker
merupakan salah satu penyakit terminal, penyakit terminal membutuhkan spiritual yang lebih
kuat untuk dapat menerima penyakit yang dideritanya. Hasil studi penelitian yang peneliti
lakukan mendapat informasi bahwasanya pasien kemoterapi membutuhkan spiritual yang
lebih dari pasien penyakit lainnya, karena pasien kemoterapi merasa bahwa penyakit yang
diderita sulit untuk sembuh dan akan selamanya hingga akhir hayat. Pasien merasa lebih
pasrah kepada Allah tentang kondisi kedepannya.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan September, peneliti mendapat
data jumlah kunjungan pasien yang sedang melakukan kemoterapi di Rumah Sakit Baladhika
Husada Jember berjumlah 2.653 pasien dengan berbagai jenis kanker, sedangkan untuk
pasien yang sedang melakukan kemoterapi 1 tahun awal berjumlah 125 pasien setiap bulan.
Peneliti mewawancarai 5 pasien yang melakukan kemoterapi mengenai bagaimana perasaan
saat mengetahui tentang kondisi dirinya dan perasaan saat mendengar diagnosis kanker yang
harus melakukan kemoterapi, bertanya tentang pendapatdirinya tentang penyakit tersebut,
bagaimana cara menghilangkan perasaan gelisah terhadap penyakit, bagaimana bayangan
pasien tentang kemoterapi sebelum menjalani, menanyakan tentang perasaan dan efek yang
muncul setelah melakukan kemoterapi pertama. Peneliti mendapat hasil wawancara dengan
pasien yang menjalani kemoterapi bahwa perasaan yang dialami pasien yaitu cemas dan
gelisah. Pasien mengurangi rasa cemas dan gelisah, pasien melakukan sholat dan berdoa
untuk meluapkan rasa cemas dan gelisah agar lebih tenang.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan memiliki peliang yang besar dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang komprehensif terutama dalam memberikan asuhan keperawatan
untuk pemenuhan kebutuhan dasar pasien. Aspek spiritual tidak terlepas dari asuhan
keperawatan dari perawat kepada pasien, aspek spiritual merupakan aspek integral antara
perawat dan pasien sehingga membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul
“Pengaruh Kualitas Spiritual Terhadap Fase Penerimaaan Pada Pasien
Kemoterapi Di Rumah Sakit Baladhika Husada Jember” yang bertempat di ruang Flamboyan
RS Baladhika Husada Jember.
B. Rumusan Masalah
1. Pernyataan Masalah
Pasien kemoterapi yg memiliki kualitas spiritual yang baik akan lebih cepat menerima dirinya
dibandingkan dengan pasien yang memiliki
kualitas spiritualitas yang rendah. Selain itu, kualitas spiritual yang rendah juga dikaitkan
dengan kalitas hidup yang rendah. RS Baladhika Husada mendapat pasien yang melakukan
kemoterapi pertama berjumlah 125
orang.
2. Pertanyaan Masalah
a. Bagaimana kualitas spiritual pasien yang menjalani kemoterapi di RS Baladhika Husada?
b. Bagaimana fase penerimaan diri pasien kemoterapi di RS Baladhika Husada Jember ?
c. Apakah ada pengaruh kualitas spiritual terhadap fase penerimaan diri pasien kemoterapi di
RS Baladhika Husada Jember ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh kualitas spiritual pada fase penerimaan diri pasien kemoterapi di RS
Baladhika Husada Jember.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kualitas spiritual pasien kemoterapi di RS Baladhika
Husada Jember
b. Mengidentifikasi penerimaan diri pasien kemoterapi di RS Baladhika
Husada Jember
c. Menelaah adanya pengaruh kualitas spiritual pasien dengan penerimaan pasien kemoterapi
di RS Baladhika Husada Jember
D. Manfaat Penelitian
1. Layanan kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan untuk semakin baik lagi yaitu dengan
mengaplikasikan aspek spiritual dalam perawatan yang dilakukan oleh perawat.
2. Tenaga Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat sebagai acuan bahwasanya perawat dan juga tenaga medis lainnya
juga dapat ikut andil dalam pemberian spiritualitas kepada pasien.
3. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi pendidikan keperawatan untuk
menyusun askep spiritual di asuhan keperawatan
spiritual terutama spiritual.
4. Pasien yang Menjalani Kemoterapi
Diharapkan menjadi motivasi pasien yang sedang menjalani kemoterapi agar lebih
meningkatkat kualitas spiritual yang bertujuan untuk mempercepat peningkatan kesembuhan.
BAB II
A. Kemoterapi
1. Definisi kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Tidak
seperti radiasi atau operasi yang bersifat local, kemoterapi merupakan terapi
sistemik, yang berarti obat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai
sel kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain (Rasjidi,
2007).
Obat-obat anti kaker ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal (active
single agents), tetapi kebanyakan berupa kombinasi karena dapat lebih
meningkatkan potensi sitotoksik terhadap sel kanker. Selain itu sel-sel yang
resisten terhadap salah satu obat mungkin sensitif terhadap obat lainnya

2. Tujuan penggunaan kemoterapi


a. Terapi adjuvant :
kemoterapi yang diberikan sesudah operasi, dapat sendiri atau
bersamaan dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang
telah bermetastase.
b. Terapi neodjuvan :
kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan massa
tumor, biasanya dikombinasi dengan radioterapi.
c. Kemoterapi primer:
digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang kemungkinan
kecil untuk diobati, dan kemoterapi digunakan hanya untuk mengontrol
gejalanya.
d. Kemoterapi induksi:
digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi berikutnya.
e. Kemoterapi kombinasi:
mengunakan 2 atau lebih agen kemoterapi (Rasjidi, 2007).
Siklus sel secara sederhana dibagi menjadi 5 tahap yaitu:
3. Cara pemberian kemoterapi
a. Pemberian per oral
Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral,
diantaranya adalah chlorambucil dan etoposide (vp-16)
b. Pemberian secara intra-muskulus:
Pemberian dengan cara ini relative lebih mudah dan sebaiknya suntikan
tidak diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian dua-tiga kali
berturut-turut yang dapat diberikan secara intra-muskulus antara lain
bleomicin dan methotrexate.
c. Pemberian secara intravena
Pemberian secara intravena dapat dengan bolus perlahan-lahan atau
diberikan secara infuse (drip). Cara ini merupakan cara pemberian
kemoterapi yang paling umum dan banyak digunakan .
d. Pemberian secara intra-arteri
Pemberian intra-arteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana yang
cukup banyak antara lain alat radiologi diagnostic, mesin, atau alat filter,
serta memerlukan keterampilan tersendiri.

4. Cara kerja kemoterapi


Suatu sel normal akan berkembang mengikuti siklus pembelahan sel yang
teratur. Beberapa sel akan membelah diri dan membentuk sel baru dan sel yang
lain akan mati. Sel yang abnormal akan membelah diri dan berkembang secara
tidak terkontrol, yang pada akhirnya akan terjadi suatu masa yang dikenal
sebagai tumor (Rasjidi, 2007).
1. Fase G0, dikenal juga sebagai fase istirahat Ketika ada sinyal untuk
berkembang, sel ini akan memasuki fase G1.
2. Fase G1, pada fase ini sel siap untuk membelah diri yang diperantarai oleh
beberapa protein penting untuk bereproduksi. Fase ini berlangsung 18-30
jam.
3. Fase S, disebut sebagai fase sintesis. Pada fase ini DNA sel akan di kopi.
Fase ini berlangsung selama 18-20 jam.
4. Fase G2, sintesis protein terus berlanjut. Fase ini berlansung 2-10 jam.
5. Fase M. sel dibagi menjadi 2 sel baru. Fase ini berlangsung 30-60 menit.
Siklus sel sangat penting dalam kemoterapi sebab obat kemoterapi
mempunyai target dan efek merusak yang berbeda bergantung pada siklus
selnya. Obat kemoterapi aktif pada saat sel sedang bereproduksi ( bukan pada
fase G0 ), sehingga sel tumor yang aktif merupakan target utama dari
kemoterapi namun, oleh karena itu sel yang sehat juga bereproduksi, maka tidak
tertutup kemungkinan mereka juga akan terpengaruh oleh kemoterapi, yang
akan muncul sebagai efek samping obat (Rasjidi, 2007).

5. Efek samping kemoterapi


Efek samping dari kemoterapi meliputi, anemia, trombositopenia,
leucopenia, mual dan muntah, alopesia (rambut rontok), stomatitis, reaksialergi,
neurotoksik, dan ekstravasasi (keluarnya obat vesikan atau iritan ke jaringan
subkutan yang berakibat timbulnya rasa nyeri, nekrosis jaringan, dan ulserasi
jaringan) (Rasjidi, 2007).

A. Efek kemoterapi secara fisik.


Kemoterapi memiliki dampak dalam berbagai bidang kehidupan antara
lain dampak terhadap fisik dan psikologis kemoterapi memberikan efek
nyata kepada fisik pasien, setiap orang memiliki variasi yang berbeda dalam
merespon obat kemoterapi, efek fisik yang tidak diberikan penanganan yang
baik dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien, adapun dampak fisik
kemoterapi adalah sebagai beriku (Ambarwati, 2014).

a. Mual dan muntah


b. Konstipasi
c. Neuropati perifer
d. Toksisitas kulit
e. Kerontokan rambut (alopecia)
f. Penurunan berat badan
g. Kelelahan (fatigue)
h. Penurunan nafsu makan
i. Perubahan rasa dan nyeri.

B. Efek Samping Psikologi


Wijayanti (2007) menyebutkan beberapa dampak psikologis pasien kanker
diantaranya sebagai berikut:
a. Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah kondisi psikologis yang disebabkan oleh
gangguan motivasi, proses kognisi, dan emosi sebagai hasil pengalaman di
luar kontrol organisme. Ketidakberdayaan pada penderita kanker bisa
terjadi karena proses kognitif pada penderita yang berupa pikiran bahwa
usahanya selama ini untuk memperpanjang hidupnya atau mendapatkan
kesembuhan, ternyata menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan
(perasaan mual, rambut rontok, diare kronis, kulit menghitam, pusing, dan
kehilangan energi). Efek samping yang tidak diinginkan ini dapat muncul
berupa proses emosi dimana penderita tersebut merasa bahwa mereka
hanya dijadikan sebagai objek uji coba dokter. Proses kognisi dan emosi
inilah seorang penderita melakukan suatu reaksi penolakan sebagai
gangguan dalam hal motivasi. Munculnya ketidak berdayaan ini mampu
menimbulkan suatu bentuk tingkah laku yang dapat dilihat oleh semua
orang (overt behavior). Bentuk tingkah laku ini bisa seperti marah dan
seolah mencoba mengontrol lingkungan untuk menerima keberadaan

mereka. Ketidakberdayaan dapat meyebabkan penderita kanker mengalami


dampak psikologis lain yaitu depresi (Wijayanti, 2007).
b. Kecemasan
Kecemasan adalah keadaan psikologis yang disebabkan oleh adanya
rasa khawatir yang terus-menerus ditimbulkan oleh adanya inner conflict.
Dampak kecemasan yang muncul pada penderita kanker adalah berupa rasa
takut bahwa usianya akan singkat (berkaitan dengan inner conflict). Inner
conflict berupa kegiatan untuk menjalani pengobatan agar bisa sembuh tetapi
tidak mau menerima adanya risiko bagi penampilannya. Risiko disini dapat
berupa rambut rontok dan kulit menghitam akibat kemoterapi, atau hilangnya
payudara akibat operasi. Kecemasan dapat digolongkan dalam bentuk covert
behavior, karena merupakan keadaan yang ditimbulkan dari proses inner
conflict. Kecemasan dapat pula muncul sebagai reaksi terhadap diagnosis
penyakit parah yang dideritanya. Sebagai seseorang yang awalnya merasa
dirinya sehat, tiba-tiba diberitahu bahwa dirinya mengidap penyakit yang
tidak dapat disembuhkan, tentu saja muncul penolakan yang berupa
ketidakpercayaan terhadap diagnosa. Penolakan yang penuh kecemasan ini
terjadi karena mungkin ia memiliki banyak rencana akan masa depan, ada
harapan pada kemajuan kesehatannya, dan itu seolah terhempas.
c. Rasa malu
Rasa malu merupakan suatu keadaan emosi yang kompleks karena mencakup
perasaan diri yang negatif. Perasaan malu pada penderita kanker muncul
karena ada perasaan dimana ia memiliki mutu kesehatan yang rendah dan
kerusakan dalam organ.
d. Harga diri
Sebagai penderita penyakit terminal seperti kanker, disebutkan bahwa pada
diri penderita mengalami perubahan dalam konsep diri. Harga diri
merupakan bagian dari konsep diri, maka bila konsep diri menurun diartikan
bahwa harga dirinya juga menurun. Terjadinya penurunan harga diri sejalan

dengan memburuknya kondisi fisik, yaitu pasien tidak dapat merawat diri
sendiri dan sulit menampilkan diri secara efektif. Ancaman paling berat pada
psikologisnya adalah kehilangan harga diri. Penurunan dan kehilangan harga
diri ini merupakan reaksi emosi yang muncul pada perasaan penderita
kanker.
e. Stres
Stres yang muncul sebagai dampak pada penderita kanker memfokuskan
pada reaksi seseorang terhadap stressor. Stressor dalam hal ini adalah
penyakit kanker. Stres yang muncul ini merupakan bentuk manifestasi
perilaku yang tidak muncul dalam perilaku yang nampak (covert behavior).
Stres ini dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah dukungan
sosial. Dukungan sosial sangat berguna untuk menjaga kesehatan seseorang
dalam keadaan stres.
f. Depresi
Depresi adalah satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus
asa, dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri. Salah satu akibat dari
kecemasan yang berupa usianya akan singkat, menjadikan perasaan putus asa
dalam diri penderita kanker. Ketidakberdayaan yang menjadi dampak
psikologis memicu timbulnya perasaan depresi. Penderita kanker payudara
umumnya mengalami depresi dan hal ini tampak nyata terutama disebabkan
karena rasa nyeri yang tidak teratasi dengan gejala sebagai berikut: Penurunan
gairah hidup, perasaan menarik diri, ketidak kemampuan, dan gangguan
harga diri.Somatis berupa berat badan menurun drastis dan insomnia. Rasa
lelah dan tidak memiliki daya kekuatan.
g. Amarah
Seseorang yang mengalami reaksi fisiologis, dapat muncul suatu ekspresi
emosional tidak sengaja yang disebabkan oleh kejadian yang tidak
menyenangkan dan disebut sebagai amarah. Semua suasana sensori ini dapat
berpadu dalam pikiran orang dan membentuk suatu reaksi yang disebut
marah. Reaksi amarah yang muncul ini tentu saja dapat terjadi pada penderita
kanker, karena suatu penyakit merupakan suatu hal yang tidak
menyenangkan. Munculnya reaksi marah pada penderita kanker dapat muncul
karena perasaan bahwa banyak kegiatan hariannya yang diinterupsi oleh
penyakit yang membuatnya tidak berdaya. Reaksi marah yang muncul bisa
berupa reaksi motorik (overt behavior) seperti tangan mengepal, perubahan
raut muka seperti alis mengkerut.

C. Efek samping Kemoterpi dipengaruh oleh :


a. Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ
tubuh tertentu.
b. Dosis.
c. Jadwal pemberian.
d. pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).
e. Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas
pada organ tertentu

B. Kualitas hidup
1. Pengertian kualitas hidup
Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai
posisi mereka dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan system nilai di
mana mereka hidup dan dalam kaitannya dengan tujuan, harapan standar
dan perhatian mereka (Nursalam, 2013).

Definisi ini mencerminkan pandangan bahwa kualitas hidup mengacu


pada evaluasi subjektif yang tertanam dalam konteks budaya, sosial, dan
lingkungan karena definisi kualitas hidup terfokus pada kualitas hidup yang
“diterima” responden, definisi ini tidak diharapkan untuk menyediakan cara
untuk mengukur gejala, penyakit atau kondisi dengan pola terperinci,
melainkan efek dari penyakit dan intervensi kesehatan terhadap kualitas
hidup. Dengan demikian, kualitas hidup tidak dapat disamakan hanya
dengan istilah status kesehatan, gaya hidup, kepuasan hidup, kondisi mental
atau kesejahteraan (Nursalam, 2013).
Pengertian kualitas hidup. Kualitas hidup merupakan ukuran
konseptual atau operasional yang sering digunakan dalam situasi penyakit
kronik sebagai cara untuk menilai dampak dari terapi pada pasien,
kemampuan seseorang untuk secara mandiri dalam melakukan kegiatan
sehari-hari (Hartono, 2009).
Kualitas hidup menjadi istilah yang umum untuk menyatakan setatus
kesehatan , kendati istilah ini juga memiliki makna khusus yang
memungkinkan penentuan rangking penduduk menurut aspek objektif
maupun subjektif pada status kesehatan. Kualita hidup yang berkaitan
dengan kesehatan health-related quality of life (HQL) mencakup
keterbatasan fungsional yang bersifat fisik maupun mental, dan ekspresi
positif kesejahteraan fisik, mental, serta spiritual. HQL dapat digunakan
sebagai sebuah ukuran integrative yang menyatukan mortalitas dan
morbidilitas, serta merupakan indeks berbagai unsure yang meliputi
kematian, morbidilitas, keterbatasan fungsional, serta keadaan sehat
sejahtera (well-being) (Micheal J.Gibney, 2009)

2. Kualitas hidup terkait kesehatan


Kualitas hidup seringkali diartikan sebagai kompenen kebahagiaan dan
kepuasan terhadap kehidupan. Akan tetapi pengertian kualitas hidup tersebut
seringkali bermakna berbeda pada setiap orang karena mempunyai banyaksekali factor yang
mempengaruhi seperti keuangan, keamanan, atau
kesehatan untuk itulah digunakan sebuah istilah kualitas hidup terksit
kesehatan dalam bidang kesehatan (Fayers & Machin, 2007).
Pengertian kualitas hidup terkait dengan kesehatan juga sangat
bervariasi antar banyak peneliti dan definisi menutut WHO, sehat bukan
hanya terbatas dari penyakit, akan tetapi juga berarti sehat fisik, mental,
maupun social. Seseorang yang sehat akan mempunyai kualitas hidup yang
baik begitu pula kualitas hidup yang baik tentu saja akan menunjang
kesehatn (Harmaini, 2006).
Menurut WHO dalam (Nursalam, 2013). Ada empat domain yang
dijadikan parameter untuk mengetahui kualitas hidup. Setiap domain
dijabarkan dalam beberapa aspek yaitu:
1) Domain kesehatan fisik, yang dijabarkan dalam beberapa aspek, sebagai
berikut:
a. Kegiatan sehari-hari
b. Ketergantungan pada bahan obat dan bantuan medis
c. Mobilitas
d. Rasa sakit dan ketidaknyamanan
e. Tidur dan istirahat
f. Kapasitas kerga
2) Domain psikologis, yang dijabarkan dalam beberapa aspek, sebagai
berikut:
a. Bentuk dan tampilan tubuh
b. Perasaan negatif
c. Perasaan positif
d. Penghargaan diri
e. Spiritualitas agama atau keyakinan pribadi
f. Berfikir, belajar, memori dan konsentrasi

3) Domain hubungan sosial, yang dijabarkan dalam beberapa aspek sebagai


berikut:
a. Hubungan pribadi
b. Dukungan sosial
c. Aktivitas seksual
4) Domain lingkungan yang dijabarkan dalam beberapa aspek, sebagai
berikut:
a. Sumber daya keuangan
b. Kesehatan, keamanan, dan kenyamanan fisik
c. Kesehatan dan kepedulian sosial
d. Lingkungan rumah
e. Peluang untuk memperoleh informasi dan keterampilan baru
f. Partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi dan keterampilan baru
g. Lingkuangan fisik (polusi atau kebisingan atau lintas atau iklim
h. Transportasi

3. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup


Berbagai penelitian mengenai kualitas hidup menemukan beberapa factorfaktor lain yang
mempengaruhi kualitas hidup. Berikut beberapa factor yang
mempengaruhi kualitas hidup:
a. Usia
Menurut (Indonesia nursing, 2008). usia berpengaruh terhadap cara pandang
seseorang dalam kehidupan, masa depan dan pengambilan keputusan.
Pasien yang termasuk usia produktif merasa terpacu untuk sembuh karena
masih mempunyai harapan hidup yang tinggi dan sebagai tulang punggung
keluarga. Pasien yang termasuk lanjut usia akan menyerahkan keputusan
pada keluarga atau anak-anaknya. Usia berkaitan dengan prognose penyakit
dan harapan hidup mereka yang berusia diatas 55 tahun,
[18/1 23.21] aliciaaaaa: b. Jenis kelamin
Menurut penelitian dari (Nofitri, 2009). Ada perbedaan antara kualitas hidup
antara laki-laki dan perempuan, dimana kualitas hidup laki-laki cenderung
lebih baik daripada kualitas hidup perempuan.
c. Pendidikan
De Goes (2004) mengatakan bahwa tingkat pendidikan adalah salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup subjektif. Penelitian yang
dilakukan oleh wahl, astrid, rusteun, hanested (2004) menemukan bahwa
kualitas hidup akan meningkat reiring dengan lebih tingginya tingkat
pendidikan yang didapatkan oleh individu. Penelitian yang dilakukan oleh
noghani, asghapur, safa (2007) dalam menemukan adanya pengaruh positif
dari pendidikan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.
d. Status pernikahan
De Gees (2004) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara
individu yang tidak menikah, individu bercerai maupun janda, dan individu
yang menikah atau kohabitasi. Penelitian empiris di amerika secara umum
menunjukan bahwa individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang
lebih tinggi.
e. Lama menderita kanker
Menurut WHO (2010) Kesehatan merupakan sebuah kondisi yang setabil
atau normal dalam system koordinasi jiwa dan raga manusia maupun
mahluk hidup yang lain. Kesetabilan pada koordinasi organ-organ pada
tubuh manusia atau mahluk hidup lainya dapat berpengaruh pada kesehatan
jasmaninya. Sementara itu kesehatan rohani merupakan kesehatan jiwa pada
manusia atau mahluk hidup lainnya yang memiliki akal dan pikiran, agar
dapat mengkoordinasikan hati dan pikiran guna memperoleh rasa nyaman.
Saat ini perlu diperhatiakan dalam kesehatan masyarakat, karena lama
menderita kanker dapat menyebabkan komplikasi yang lebih berat apabila
tidak segera ditangani.
D. Kerangka konsep
Kerangka konsep menjelaskan secara teoritis antar variabel yang diteliti, selanjutnya
akan dirumuskan ke dalam paradigma penelitian (Notoatmodjo, 2010).
C. Variabel penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki kelompok yang lain (Notoatmodjo,
2010).
1. Variabel bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas adalah variable yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya
perubahan pada varibel lain. Dengan kata lain, perubahan pada variable ini
diasumsikan akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada variable lain
(Widoyoko, 2012). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah kualitashidup pasien
kanker yang menjalani kemoterapi.
[18/1 23.21] aliciaaaaa: C. Kerangka teori
( Sumber : Rasjidi (2007), Nurrsalam (2013), WHOQOL (2004), Ambarwati (2014) ).
Efek samping kemoterapi.
1. Secara fisik
1) Anemia
2) Trombositopenia
3) Leucopenia
4) Mual & muntah
5) Alopesia
6) Stomatitis
7) Reaksi alergi
8) Neurotoksik
Efek samping kemoterapi
2. secara psikis.
1. Ketidakberdayaan
2. Kecemasan
3. Rasa malu
4. Harga diri
5. Stress
6. Depresi
7. Amarah Pengobatan yang diberikan pada pasien kanker diantaranya adalah:
1. Pembedahan
2. Radioterapi
3. Kemoterapi
4. Terapi hormonal.
Kualitas hidup
1. Dimensi Fisik
2. Dimensi Psikologis
3. Dimensi hubungan sosial
4. Dimensi hubungan lingkungan

Anda mungkin juga menyukai