ABSTRAK
Latar Belakang: Rifampisin merupakan obat anti tuberkulosis yang memiliki efek
nefrotoksik seperti penyakit acute tubulointerstitial nephritis dan tubular necrosis,. Hal
tersebut karena terjadi stres oksidatif dan reaksi inflamasi pada ginjal. Temulawak
mengandung kurkumin dan xanthorrhizol yang bermanfaat sebagai nefroprotektor,
antioksidan, dan antiinflamasi. Temulawak berpotensi mencegah kerusakan ginjal yang
disebabkan oleh rifampisin. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak temulawak
(Curcuma xanthorrhiza) dosis bertingkat terhadap gambaran mikroskopis ginjal pada mencit
balb/c jantan yang diinduksi rifampisin. Metode: Penelitian ini menggunakan Post Test Only
Control Group Design. Sampel sebanyak 25 ekor mencit balb/c jantan yang memenuhi
kriteria inklusi, diadaptasi selama 7 hari. Kelompok kontrol negatif (K(-)) yang hanya diberi
pakan standar, kontrol positif (K(+)) diberi per oral rifampisin 7mg/20grBB/hari. Kelompok I
diberi per oral rifampisin 7mg/20grBB/hari dan ekstrak temulawak 2mg/20grBB/hari.
Kelompok II diberi per oral rifampisin 7mg/20grBB/hari dan ekstrak temulawak
4mg/20grBB/hari. Kelompok III diberi per oral 7mg/20grBB/hari dan ekstrak temulawak
8mg/20grBB/hari. Perlakuan diberikan selama 14 hari. Pada hari ke 15, mencit diterminasi,
diambil organ ginjal, dan dilakukan pembuatan preparat histologi. Setiap preparat dibaca pada
5 lapangan pandang dan dinilai dengan menggunakan skor kerusakan ginjal oleh Poernomo
(1987). Hasil: Rerata kerusakan sel ginjal tertinggi pada kelompok kontrol positif. Uji
Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,000). Uji Mann Whitney
menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) antara K(+) dan K(-), serta K(+) dan I,II,III.
Simpulan: Pemberian ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dosis bertingkat
memperbaiki gambaran mikroskopis ginjal pada mencit balb/c jantan yang diinduksi
rifampisin.
Kata Kunci: ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza), sel ginjal, degenerasi hidropik,
perdarahan, peradangan, nekrosis sel, rifampisin
ABSTRACT
THE EFFECTS OF TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) EXTRACT IN
GRADUAL DOSAGE ON KIDNEY MICROSCOPIC APPEARANCE OF
RIFAMPICIN-INDUCED MALE BALB/C MICE
Background : Rifampicin is an anti tuberculosis drug that has nephrotoxic effects such as
acute tubulointerstitial nephritis and tubular necrosis. These occur because oxidative stress
and inflammation in the kidneys. Temulawak contains curcumin and xanthorrhizol which are
useful as nephroprotectors, antioxidants and anti-inflammatory. Temulawak has the potential
pengobatan yang ada sekarang menyentuh ginjal yang diinduksi rifampisin. Beberapa
12
lapisan dari masyarakat. Zat yang di antaranya adalah efek nefroprotektif
terkandung dalam tanaman sebagai thymoquinone dari jintan hitam (Nigella
pengobatan tradisional tidak berpengaruh sativa) dan juga kulit manggis (Garcina
terhadap fungsi normal organ tubuh, mangostana L). Sehingga, dari hal tersebut
namun memiliki efek yang baik untuk membuat penulis tertarik untuk
kesehatan dan berperan aktif dalam mengetahui efek nefroprotektif ginjal yang
13,14
perbaikan penyakit. diinduksi rifampisin, tetapi dengan
Tanaman-tanaman di Indonesia menggunakan tanaman lain yang banyak di
memiliki efek nefroprotektif yang poten, Indonesia yaitu temulawak.18,19
salah satunya adalah temulawak (Curcuma
xanthorrhiza).13 Temulawak adalah METODE PENELITIAN
15
tanaman asli Indonesia. Bagian dari Penelitian ini merupakan penelitian
temulawak yang berkhasiat sebagai obat True Experimental dengan dengan
adalah rimpangnya. Rimpang temulawak rancangan Post Test Only Control Group
mengandung banyak zat, contohnya seperti Design yang menggunakan hewan coba
pati, kurkumin, dan minyak atsiri.12 berupa mencit Balb/c jantan sebagai objek
Diketahui suatu zat bernama xanthorrhizol penelitian.dengan kriteria sebagai berikut:
merupakan suatu zat aktif yang diisolasi a. Kriteria inklusi :
dari minyak atsiri temulawak.15 Mencit strain Balb/c
Xanthorrhizol ini pada penelitian terbaru Jantan
13
memiliki efek protektif pada ginjal. Berat badan 20-25 gram
Xanthorrhizol juga merupakan komponen Usia 2-3 bulan
dari minyak atsiri yang hanya ditemukan Mencit dalam keadaan sehat
pada temulawak dan tidak dijumpai pada dan lincah
16
kurkuma yang lain. Sedangkan kurkumin b. Kriteria eksklusi :
merupakan zat aktif sebagai antioksidan Mati pada saat penelitian
yang fungsinya adalah menangkal radikal berlangsung.
bebas dan mencegah terjadinya stres Perilaku berubah (lemah dan
17
oksidatif. tidak aktif bergerak).
Penelitian-penelitian dilakukan
Seluruh sampel yang memenuhi
untuk menguji efek nefroprotektif pada kriteria inklusi, diadaptasi selama 7 hari,
dengan pemberian pakan dan air minum 28,8±4,698 gram, kelompok K(+)=
standar dan dirandomisasi menjadi 5 25,8±2,489 gram, kelompok I= 23,7±2,636
kelompok. Kelompok K(-) yang hanya gram, kelompok II= 24,3±1,643 gram, dan
diberi pakan dan minum standard, kelompok III= 23,6±2,382 gram. Pada uji
kelompok K(+) yang diberi pakan standard normalitas Saphiro-Wilk didapatkan
dan rifampisin 7mg/kgBB/hari, kelompok sebaran data pada kelompok tidak normal
perlakuan (I,II, dan III) yang diberi pakan dengan nilai kemaknaan p = 0,013 dan
standard, rifampisin 7mg/kgBB/hari, dan sebaran data pada skoring kerusakan sel
ekstrak temulawak dosis bertingkat ginjal tidak normal dengan nilai
2mg/kgBB/hari, 4mg/kgBB/hari, dan kemaknaan p = 0,000. Rerata kerusakan sel
8mg/kgBB/hari. Penelitian dilakukan ginjal kelompok K(-)= 1±0,00, kelompok
selama 14 hari. Pada akhir hari ke 15, K(+)= 4±0,00, kelompok I= 2±0,00,
hewan coba dimatikan dan diambil organ kelompok II= 2±0,00, dan kelompok III=
ginjalnya. Organ ginjal kemudian dibuat 1,4±0,547.
preparat histologi dan diamati dengan Tabel 1. Rerata, Standar Deviasi, dan Uji
mikroskop binokuler. Saphiro Wilk
Gambar 1. Gambaran Sel Ginjal Kelompok K(-) (HE, 400X). A = Tubulus Kontortus Proksimal, B =
Tubulus Kontortus Distal, C = Glomerulus
C
B
Gambar 2. Skor 1 pada Skoring Kerusakan Ginjal Kelompok K (-) (Degenerasi Hidropik =
Akumulasi Air dalam Vakuola Sel) (HE, 400X). A = Tubulus Kontortus Proksimal, B = Tubulus
Kontortus Distal, C = Adanya Degenerasi Hidropik di dalam Sel Tubulus Kontortus Proksimal.
B
C
Gambar 3. Skor 2 pada Skoring Kerusakan Ginjal Kelompok II (Adanya Perdarahan = Sebukan
Eritrosit) (HE,400X). A = Tubulus Kontortus Proksimal, B = Tubulus Kontortus Distal, C =
Perdarahan pada Sela-Sela Sel Tubulus.
A
C
Gambar 4. Skor 3 pada Skoring Kerusakan Ginjal Kelompok I (Adanya Peradangan = Sebukan Sel-
Sel Radang antar Sel) (HE,400X). A = Tubulus Kontortus Proksimal, B = Tubulus Kontortus Distal, C
= Adanya Peradangan.
C
A
D
D
Gambar 5. Skor 4 pada Skoring Kerusakan Ginjal Kelompok K (+) (Nekrosis Sel = Inti Sel Menyusut
dan Mengkerut, serta Berwarna Lebih Gelap) (HE,400X). A = Glomerulus dengan Adanya
Perdarahan, B = Tubulus Kontortus Proksimal, C = Tubulus Kontortus Distal, D = Adanya Nekrosis
Sel
PEMBAHASAN serta racun di dalam tubuh. Hal tersebut
Ginjal memiliki peran penting yang membuat ginjal, organ kedua setelah
sebagai pembuang zat-zat hasil metabolism hepar, yang menjadi sararan dari zat-zat
Reaksi inflamasi terjadi karena kelompok kontrol positif (K+) yang hanya
induksi rifampisin. Hal ini karena diberi rifampisin.
didapatkan tingginya kadar serum tumor Hal tersebut membuktikan
necrosis factor alpha (TNF-α). TNF-α kandungan xanthorhizol dan kurkumin
merupakan suatu mediator pro inflamasi temulawak yang dapat melindungi ginjal
penanda adanya reaksi inflamasi.25 Dari dari kerusakan. Xanthorhizol hanya
gambaran mikroskopis ginjal pada ditemukan pada temulawak yang
kelompok K(+) selain gambaran nekrosis merupakan zat yang protektif terhadap
sel, juga didapatkan gambaran peradangan ginjal. Xanthorrhizol memiliki efek
dan perdarahan. antiinflamasi, antioksidan, dan
Teori imunitas juga disebutkan nefroprotektif. Antiinflamasi yang
sebagai penyebab dari induksi rifampisin. ditunjukkan adalah xanthorrhizol menekan
Rifampisin dianggap antigen oleh tubuh aktivitas COX-1 dan iNOS dengan cara
sehingga tubuh akan menrespon dengan menghambat produksi Prostaglandin E2
membentuk antibodi. Antibodi ini akan (PGE2) dan Nitrit Oksida (NO).
berikatan dengan rifampisin dan Sedangkan, efek antioksidan yaitu
membentuk kompleks imun yang dapat menekan peroksidasi lipid yang diinduksi
mendestruksi sel-sel ginjal.9 oleh H202. Efek nefroprotektif ternyata
Hasil uji beda pada kelompok tidak hanya ditunjukkan oleh
kontrol positif (K+) yang diberi rifampisin xanthorrhizol, melainkan juga kurkumin.
dengan semua kelompok perlakuan Efek nefroprotektif yang dimaksud adalah
pemberian ekstrak temulawak, masing- menekan pembentukan NF-kB yang
masing menunjukkan perbedaan yang merupakan faktor transkripsi sejumlah
signifikan. Hasil penelitian ini gen penting dalam proses imunitas dan
menunjukkan adanya pengaruh pemberian inflamasi, salah satunya untuk
ekstrak temulawak dosis bertingkat membentuk TNF-α. 13,15,17,26,27
terhadap gambaran mikroskopis ginjal Hasil uji beda pada kelompok
mencit balb/c jantan yang diinduksi kontrol negatif (K-) dengan kelompok I,
rifampisin. Tingkat kerusakan lebih ringan kelompok II, dan kelompok III yang diberi
terdapat pada gambaran mikroskopis ginjal rifampisin dan ekstrak temulawak per oral
mencit balb/c yang diberi ekstrak dengan dosis bertingkat, menunjukkan
temulawak dibandingkan dengan hasil yang berbeda-beda. Uji kelompok K(-
12. Susanti DR. Pengaruh Pemberian pada Berbagai Ekotipe dan Kondisi
Ekstrak Etanol Temulawak (Curcuma lntensitas Cahaya Matahari yang
xanthorrhiza Roxb.) pada Gambaran Berbeda. Bul Penelitian Sistem
Histopatologi Ginjal Ayam Petelur. Kesehatan. 2009;12:49–54.
Fakultas Kedokteran Hewan. Institut 17. Rosidi A, Khomsan A, Setiawan B,
Pertanian Bogor; 2009. Available Riyadi H, Briawan D. Efikasi
from: http://repository.ipb.ac.id/ Pemberian Ekstrak Temulawak (
13. Sundararajan R, Bharampuram A, Curcuma xanthorrhiza Roxb ) dan
Koduru R. A Review on Multivitamin Mineral terhadap
Phytoconstituents for Penurunan Kadar Asam Laktat Atlet.
Nephroprotective Activity. 2013;61–70. Available from:
Pharmacophore. 2014;5(1):160–82. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/ind
Available from: ex.php/mgmi/article/view/3720
www.pharmacophorejournal.com/ 18. [Skripsi] Oktaria R. Efek Protektif
14. Glienke C, Pereira OL, Stringari D, Thymoquinone terhadap Gambaran
Fabris J, Kava-Cordeiro V, Galli- Histopatologi Ginjal Tikus Putih
Terasawa L, et al. Endophytic and (Rattus novergicus) Galur Sprague
Pathogenic Phyllosticta Species, with dawley yang Diinduksi Rifampisin.
Reference to Those Associated with Universitas Lampung; 2017. Available
Citrus Black Spot. Persoonia Mol from: http://digilib.unila.ac.id/25411/3
Phylogeny Evol Fungi. 2011;26:47– 19. Amalina HA, Muhartono FD. The
56. Influence Effect Kidney
15. Oon SF, Nallappan M, Tee TT, Histopathology of Mangosteen Rind
Shohaimi S, Kassim NK, Sa’ariwijaya (Garcina mangostana L.) 40%
MSF, et al. Xanthorrhizol: A Review of Ethanol Extract on Rifampicin in Male
Its Pharmacological Activities and Rat. 2014;Vol 3:91–9. Available from:
Anticancer Properties. Cancer Cell http://juke.kedokteran.unila.ac.id/
Int. 2015;15(1):1–15. Available from: 20. Bagus I, Winaya O, Udayana U.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/arti Histopatologi Ginjal Tikus Putih
cles/PMC4618344/ Akibat Pemberian Ekstrak Pegagan (
16. Kasiran. Pengujian Peningkatan Centella asiatica ) Peroral.
Kandungan Minyak Atsiri Temulawak 2013;5(2):71–8.
522
JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 509-522