Anda di halaman 1dari 16

STUDI KASUS FARMASI KOMUNITAS

MESO

Dosen Pengampu :
apt. Siti Aisyah, M.Sc

Disusun Oleh :
Gregy Brownmeus 2220434912

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Kemenkes Republik Indonesia tahun 2014 mengatakan bahwa Tuberkulosis merupakan
suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis yang menular
melalui percikan dahak. Tuberkulosis bukan penyakit keturunan dan dapat disembuhkan dengan
pengobatan teratur, sebagian besar tuberkulosis menyerang paru tetapi bisa juga organ tubuh
lainnya.
WHO (World Health Organization) menyatakan pada tahun 2011 jumlah kasus
tuberkulosis disebagian besar negara maju hanya 10-20 kasus tuberkulosis paru per 100.000
penduduk, sekitar 1,9 miliyar manusia atau sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi
tuberkulosis di tahun 2013 kasus tuberkulosis paru meningkat terdapat 450.000 kasus kematian
dan berdasarkan informasi dari bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Kemenkes RI
tahun 2016, Negara Indonesia memiliki catatan kasus penyakit Tuberkulosis dilihat dari jenis
kelamin, tingkat kejadian tuberkulosis tertinggi berada pada beberapa provinsi di Indonesia.
Posisi pertama diduduki oleh provinsi Jawa Barat dengan jumlah kasus tuberkulosis paru
sebanyak 23.774 orang.
DM didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi
etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin
dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas
atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes2008).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi MESO
Efek Samping Obat / ESO (Adverse Drug Reactions/ADR) adalah respon terhadap suatu
obat yang merugikan dan tidak diinginkan serta terjadi pada dosis yang biasanya digunakan pada
manusia untuk pencegahan, diagnosis, terapi penyakit atau untuk modifikasi fungsi fisiologis
(BPOM RI 2012).
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) adalah kegiatan pemantauan dan pelaporan efek
samping obat yang dilakukan oleh tenaga kesehatan secara sukarela (voluntary reporting) dengan
menggunakan formulir pelaporan ESO berwarna kuning, yang dikenal sebagai form kuning.
Monitoring dilakukan terhadap seluruh obat yang beredar dan digunakan dalam pelayanan
kesehatan di Indonesia. Aktifitas monitoring ESO dan juga pelaporannya yang dilakukan oleh
sejawat tenaga kesehatan sebagai healthcare provider merupakan suatu alat yang dapat
digunakan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya ESO yang serius dan jarang terjadi
(BPOM RI 2012).
Tujuan MESO adalah untuk sedini mungkin memperoleh informasi baru mengenai efek
samping obat, tingkat kegawatan, frekuensi kejadiannya, sehingga dapat segera dilakukan tindak
lanjut yang diperlukan, seperti penarikan obat yang bersangkutan dari peredaran; pembatasan
penggunaan obat, misalnya perubahan golongan obat; pembatasan indikasi; perubahan
penandaan; dan tindakan lain yang dianggap perlu untuk pengamanan atau penyesuaian
penggunaan obat (Sirait 2001).
B. Definisi TBC
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobakterium Tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet (dahak) orang yang telah
terinfeksi basil tuberculosis, gejala utama penderita tuberculosis yaitu mengalami batuk selama 2
minggu atau lebih, batuk disertai dengan gejala tambahan yaitu dahak, dahak yang bercampur
darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam lebih dari 1 bulan (Kementrian Kesehatan
RI 2014).
C. Patofisiologi dan Cara Penularan TBC
Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil organ tubuh
lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal ini
dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis. Sehingga disebut sebagai Basil Tahan
Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman dapat
dormant (tertidur sampai beberapa tahun). TB timbul berdasarkan kemampuannya untuk
memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit.
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Jadi penularan TB tidak
terjadi melalui perlengkapan makan, baju, dan perlengkapan tidur.
Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TB
tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui system peredaran darah,
sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.
Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap
tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Secara klinis, TB dapat terjadi melalui infeksi primer dan paska primer. Infeksi primer
terjadi saat seseorang terkena kuman TB untuk pertama kalinya. Setelah terjadi infeksi melalui
saluran pernafasan, di dalam alveoli (gelembung paru) terjadi peradangan. Hal ini disebabkan
oleh kuman TB yang berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru. Waktu terjadinya
infeksi hingga pembentukan komplek primer adalah sekitar 4-6 minggu.
Kelanjutan infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan respon daya
tahan tubuh dapat menghentikan perkembangan kuman TB dengan cara menyelubungi kuman
dengan jaringan pengikat. Ada beberapa kuman yang menetap sebagai “persister” atau
“dormant”, sehingga daya tahan tubuh tidak dapat menghentikan perkembangbiakan kuman,
akibatnya yang bersangkutan akan menjadi penderita TB dalam beberapa bulan. Pada infeksi
primer ini biasanya menjadi abses (terselubung) dan berlangsung tanpa gejala, hanya batuk dan
nafas berbunyi. Tetapi pada orang-orang dengan sistem imun lemah dapat timbul radang paru
hebat, ciri-cirinya batuk kronik dan bersifat sangat menular. Masa inkubasi sekitar 6 bulan.
Infeksi paska primer terjadi setelah beberapa bulan atau tahun setelah infeksi primer. Ciri
khas TB paska primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi
pleura. Seseorang yang terinfeksi kuman TB belum tentu sakit atau tidak menularkan kuman TB.
D. Diabetes Mellitus
Penatalaksanaan TB dan DM obat lini pertama : Rifampisin, Isoniazide, Pirazinamide,
etambutol, streptomisisn kecuali OAT sulfonilurea kerena dpat mengurangi efektivitas OAT. Di
monitoring ketat pada pasien TB dan DM terjadi penurunan sistem imun sehingga kadar glukosa
darah tinggi. Infeksi apapun itu (TBC) akan sulit sembuh maka sangat berbahaya bila TBC tidak
sembuh sehingga pada kasus TB dan DM harus menstabilkan kadar glukosa darah. Monitoring
kadar gula darah dengan menggunakan OAT yang efektivitasnya baik.
E. Terapi Non-Farmakologi

 Kegiatan pemberian konseling, edukasi kesehatan, dan motivasi pada pasien TB MDR
(Multi Drug Resistant) dan anggota keluarga mereka tentang penyakit dan perlunya
pengobatan teratur sampai selesai adalah sangat penting.
 Dukungan psikososial kepada pasien TB MDR untuk tercapainya keberhasilan pengobatan.
 Penyuluhan khusus juga diberikan kepada pasien mengenai etika batuk / higiene respirasi
(menutup mulut dengan tangan ketika batuk atau bersin, atau lebih disarankan
menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun setelah batuk atau bersin)
 Mengkonsumsi makanan yang bergizi
 Tinggal dilingkungan yang sehat

F. Penjelasan Tentang Obat


1. Ferofat

 Indikasi
Vitamin yang dapat digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan zat besi dan mineral,
kekurangan vitamin B kompleks, kebutuhan asam folat yang biasanya dibutuhkan pada ibu
hamil dan dan menyusui.
 Komposisi
Fe pyrophosphate (microencapsulated) 175 mg, manganese sul 100 mcg, copper sulfate
100 mcg, Vitamin C 50 mg, folic acid 0.5 mg, Vita B12 7.5 mcg.
 Dosis : Ferospat dapat diberikan pada ibu hamil dan menyusui denga 1x sehari sesudah
makan. Atau bisa juga dicampurkan dengan makan minuman.
 Efek samping : Mual, Muntah, Diare,Syok,Halusinasi, Kejang, Penyakit ginjal akut,
diare, sembelit, dan gangguan pencernaan lainnya.
2. Amadiab

 Indikasi
Diabetes Melitus Tipe 2
 Komposisi
Glimiperide
 Dosis
Dosis awal: 1-2 mg, satu kali sehari - Dosis pemeliharaan: 1-4 mg, satu kali sehari,
dosis maksimum 8 mg, satu kali sehari. - Pada saat pemberian telah mencapai dosis 2
mg maka kenaikan dosis tidak boleh melebihi 2 mg dengan interval 1-2 minggu
tergantung dari respon gula darah. Sebelum makan.
 Efek samping
Hipoglikemia, gangguan penurunan penglihatan sementara, gangguan sal.pencernaan,
gangguan hati, thrombopenia, leukopenia & anemia hemolitik; gatal-gatal, urtikaria.

3. Isoniazid

 Indikasi
Anti TBC
 Komposisi
Isoniazid 300 mg
 Dosis
Dewasa: 5 mg/kgBB hingga 300 mg/hari sebagai dosis tunggal, atau 15 mg/kgBB
hingga 900 mg/hari, 2 atau 3 kali seminggu.
 Efek samping
Gangguan hati, neuropati perifer yang ditandai dengan kese serta rasa nyeri dan terbakar
di jari tangan atau kaki.
4. Rifampisin

 Indikasi
Anti TBC
 Komposisi
Rifampisin
 Dosis
Tuberkulosa : Dewasa 450-600 mg sekali sehari dikombinasi dengan obat
antituberkulosis lain, Anak berumur 12 tahun ke bawah : 10-20 mg/kg berat badan
sekali sehari.
 Efek samping
Urin bewarna merah, emerahan pada wajah dan gatal, ruam, mual, muntah, diare, flu.
5. Pirazinamid

 Indikasi
Anti TBC
 Komposisi
Pirazinamid
 Dosis
20-35 mg / kg / hari. Maks: 3 g sehari. Dewasa> 60 kg 1.500 mg sehari, 40-60 kg 1.000
mg sehari, <40 kg 750 mg sehari. Semua dosis diberikan dalam 3 kali sehari.
 Efek samping
Hepatotoksisitas, termasuk demam anoreksia, asam urat, gagal hati; mual, muntah,
artralgia, anemia, urtikaria.
6. Lacoldin

 Indikasi
Meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersu & bersin-bersin yang
disertai batuk.
 Komposisi
Paracetamol 500 mg, phenylpropanolamine HCl 12.5 mg, dextromethorphan HBr 15
mg, chlorpheniramine maleate 2 mg
 Dosis
Dewasa dan anak > 12 tahun : 3 x sehari 1 tablet, anak : 6-12 tahun 3 x sehari 1/2 tablet.
 Efek samping
Mengantuk, gangguan perncernaan, mulut kering.
BAB III

KASUS 5

Anda apoteker di apotek Hasna yang akan melakukan monitoring efek samping obat ke
rumah pasien (Home care pharmacy). Pasien adalah seorang perempuan usia 29 tahun, yang
sedang hamil 5 bulan dan sedang menjalani pengobatan TBC pada hari ke 6. Riwayat pasien
mempunyai kadar gula tinggi 360 mg/dL, sering mengeluhkan batuk tidak berhenti pada waktu
pagi hari menjelang subuh.
Tugas :
1. Tetapkan dan tulislah rencana monitoring efikasi dan keamanan dengan menggunakan data
yang tersedia!
2. Komunikasian dengan pasien!
1. Dialog MESO
Apoteker : “Selamat siang ibu, permisi”
Pasien : “Iya pagi pak, silahkan masuk”
Apoteker : “Iya bu, terimakasih ibu. Maaf sebelumnya bu perkenalkan nama saya Gregy
Brownmeus, Apoteker yang bekerja di apotek bro Farma ”
Pasien : “Oh iya pak. Ada apa ya pak?”
Apotker : “Mohon maaf sebelumnya, apakah ini benar dengan ibu Risa, pasien dokter
Indra Suyono?”
Pasien : “Iya pak benar, saya ibu Risa, pasiennya dokter Indra”
Apoteker : “Baik bu, jadi kedatangan saya kemari melakukan Home Care Pharmacy untuk
memonitoring efek samping obat dari penggunaan obat yang selama ini ibu konsumsi”
Pasien : “ooh iya pak”
Apoteker : “Diagnosis dokter, ibu Risa sedang hamil 5 bulan mengalami TBC dan kadar
gula darahnya tinggi ya bu?
Pasien : “Iya pak benar”
Apoteker :”Kemarin bu dapat obat ferosfat, amadiab, isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan
lacoldin ya bu?
Pasien :”Iya benar pak saya mendapatkan obat itu”
Apoteker : “Baik bu, apakah ibu sudah rutin minum obat tersebut sesuai aturan pakai yang
sudah dianjurkan?”
Pasien : “ Sudah pakk”
Apoteker :” Baik bu, apakah ada keluhan setelah minum obat tersebut?”
Pasien :” Iya pak, saya itu setelah minum obat ini rasanya mudah mengantuk, kesemutan
dan ketika saya buang air kecil urin saya bewarna merah itu kenapa ya pak?”
Apoteker : “Baik bu, keluhan yang ibu sampaikan tadi itu karena efek samping penggunaan
obat. Mudah mengantuk efek samping dari lacoldin, kesemutan efek samping dari isoniazid,
dan urin berwarna merah efek samping dari rifampisin. Apakah ibu sering mengalami efek
samping tersebut?”
Pasien : “Oh begitu ya. Kebetulan tidak terlalu sering kok pak”
Apoteker : “Baik bu, tidak perlu khawatir ya bu jika tidak terlalu sering namun jika terlalu
sering ibu bisa konsultasikan dengan dokter.”
Pasien : “ooh iya pak”
Apoteker : “Baik bu, untuk obat TBCnya jangan sampai terlupa ya bu”
Pasien :”Baik pak”
Apoteker :” Iya bu, selain itu kadar gula darah ibu juga tinggi ya bu?”
Pasien :” Iya pak, kemarin kata dokter kadar gula darah saya 360 mg/dl”
Apoteker :” oh iya bu, disini ibu sudah mendapatkan obat amadiab supaya kadar gula darah
ibu kembali normal, untuk efek sampingnya bisa mengalami gangguan saluran pencernaan
seperti mual, muntah dan hipoglikemia itu kadar gula darah ibu dibawah nilai normal.
Sebaiknya ibu Risa selalu rutin periksa kadar gula darah 1 bulan sekali ya bu dan
menghindari makanan yang manis-manis dulu”
Pasien : “iya pak”
Apoteker : “ Baik bu, apakah ada yang ingin ditanyakan lagi?”
Pasien : “Tidak pak”
Apoteker :“Baik bu, sekian kunjungan dari saya, semoga lekas sembuh jangan lupa istirahat
yang cukup ya bu.. terimakasih atas waktunya.”
Pasien :”Ya pak sama-sama terimakasih juga atas kunjungannya”
2. Formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Nama Apotek : Apotek Bro Farma
Alamat : mojosongo no. 10
Kabupaten/Kota : Solo
Provinsi : Jawa Tengah
Triwulan/Tahun : 2022

Informasi Pasien Informasi Obat KTD/ESO

No
Obat Pemberian
Nama Bentuk No yang Nama
Obat Sediaan Bets digun Riwayat Pelapor
Nama/ Jenis Umur akan KTD/ESO
Inisial Kelamin bersa Ca Dosis/ Tang Tang Desk ripsi Tgl Tgl Kesud yang pernah
pasien maan ra Waktu gal gal Mula Akhir ahan dialami
Mula Akhir

1. Ny. Risa Perempuan 29 th Ferosfat Tab NK995 - Oral 1x1mala 20/08/18 Pasien hamil 5 29/03/202 - - Riwayat apt.Gregy
Amadiab Tab NY097 Oral m u.c bulan TBC 2 mempunyai Browmeus,
Isoniazid Tab NG908 Oral 1x1 pagi dengan kadar gula S. Farm
Rifampisin Tab NN009 Oral d.c riwayat kadar darah tinggi
Pirazinamid Tab NL009 Oral 1x1 gula darah 360 mg/dl
Lacoldin Tab NT007 Oral malam 360mg/dl
1x1 siang sering
1x1 pagi megeluhkan
3x1 batuk tidak
berhenti

solo, 29 maret 2022

apt. Gregy Brownmeu, S. Farm


DOKUMENTASI PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH
(HOME PHARMACY CARE)
Nama pasien : Ny. Risa
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 29 tahun
Alamat : Lojiwetan no. 10
No. Telp :-
No. Tanggal kunjungan Catatan Pelayanan Apoteker
1. 29/03/2022 Mengalami TBC dan riwayat kadar gula darah tinggi
360 mg/dl
Efek samping obat yang terjadi :
- Lacoldin menyebabkan mengantuk
- Isoniazid menyebabkan kesemutan
- Rifampisin menyebabkan urin bewarna merah
Jadi, efek samping obat tersebut dapat disarankan untuk
istirahat yang cukup, kesemutan bisa disarankan
dengan vitamin B6, dan urin bewarna merah perlu
dilakukan penjelasan efek samping pada pasien

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) untuk pasien Ny. Risa (29 tahun) :
1. Monitoring kadar gula darah pasien agar dalam batas normal
2. Monitoring efek samping ferosfat yaitu mual, muntah
3. Monitoring efek samping amadiab (antidiabetes) yaitu mual-muntah, hipoglikemia
4. Monitoring efek samping obat INH yaitu kesemutan,
5. Monitoring efek samping rifampisin yaitu urin berwarna merah
6. Monitoring efek samping pirazinamid yaitu anoreksia, asam urat, mual, muntah
7. Monitoring efek samping lacoldin yaitu mengantuk, gangguan perncernaan, mulut kering
DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI2012. Pedoman Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Bagi Tenaga
Kesehatan.Jakarta: Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik Dan PKRT Badan
POM RI.
Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kepmenkes RI dan IAI2011. Pedoman Cara
Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB).
KEMENKES RI2014. Survei Prevalensi TBC. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Sirait, Midian2001. Tiga Dimensi Farmasi, Ilmu Teknologi, Pelayanan Kesehatan, dan Potensi
Ekonomi. Jakarta: Institut Darma Mahardika.

Anda mungkin juga menyukai