Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PRAKTIKUM COMPOUNDING DISPENSING

“MONITORING EFEK SAMPING OBAT”


TBC DAN DIABETES PADA KEHAMILAN

Dosen Pengampu :

GANET EKO PRAMUKANTORO M.Si., Apt

Disusun Oleh :

KELOMPOK B_5

1. RAHAYU SETYOWATI (1820364056)

PROGRAM PROFESI APOTEKER XXXVI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

I. DEFINISI MESO
Monitoring Efek Samping Obat adalah program pemantauan keamanan obat sesudah
beredar (pasca-pemasaran). Program ini dilakukan secara berkesinambungan untuk
mendukung upaya jaminan atas keamanan obat, sejalan pelaksanaan evaluasi aspek
efikasi, MESO oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih bersifat sukarela (voluntary
reporting ) dengan menggunakan formulir pelaporan ESO berwarna kuning, yang dikenal
sebagai Form Kuning. Monitoring tersebut dilakukan terhadap seluruh obat yang beredar
dan digunakan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia.
Aktifitas monitoring ESO dan juga pelaporannya oleh sejawat tenaga kesehatan
sebagai healthcare provider merupakan suatu tool yang dapat digunakan untuk
mendeteksi kemungkinan terjadinya ESO yang serius dan jarang terjadi (rare). keamanan
dan mutu sebelum suatu obat diberikan ijin edar (pra-pemasaran).
II. TUJUAN MESO
 Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal sekali yang baru saja
ditemukan
 Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi
timbulnya ESO atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya reaksi ESO.
 Memberi umpan balik adanya interaksi pada petugas kesehatan
 Membuat peraturan yang sesuai
 Memberi peringatan pada umum bila dibutuhkan
 Membuat data esensial yang tersedia sesuai sistem yang dipakai WHO
III. PEMANTAUAN DAN PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT (ESO)
MESO oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih bersifat sukarela (voluntary
reporting) dengan menggunakan formulir pelaporan ESO berwarna kuning, yang dikenal
sebagai Form Kuning (Lampiran 1). Monitoring tersebut dilakukan terhadap seluruh obat
beredar dan digunakan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Aktifitasmonitoring
ESO dan juga pelaporannya oleh sejawat tenaga kesehatan sebagai healthcare provider
merupakan suatu tool yang dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya
ESO yang serius dan jarang terjadi (rare).
IV. PETUGAS YANG TERLIBAT DALAM MELAKUKAN MESO
Tim Meso dalam PFT adalah :
1. Para Klinisi Terkait
2. Ahli Farmakologi
3. Apoteker
4. Perawat
V. SIAPA YANG MELAPORKAN MESO
Tenaga kesehatan, dapat meliputi:
a. Dokter
b. Dokter spesialis
c. Dokter gigi
d. Apoteker
e. Bidan
f. Perawat
g. Tenaga kesehatan lain.

VI. MENGAPA PERLU MESO


Pemantauan keamanan obat sesudah beredar masih perlu dilakukan karena penelitian
atau ijin yang dilakukan sebelum obat diedarkan, baik uji preklinik maupun uji klinik
belum sepenuhnya dapat mengungkapkan efek samping obat (ESO) utamanya efek
samping yang jarang terjadi ataupun yang timbul setelah penggunaan obat untuk jangka
waktu lama. Disamping itu pada uji klinik seringkali tidak melibatkan penggunaan obat
yang termasuk kelompok anak-anak, wanita hamil, wanita menyusui atau usia lanjt.
Maka perhatian terhadap reaksi yang tidak diinginkan selama pemakaian sangat perlu
dipantau secara sistemik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.Tuberkolosis

A Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteriMikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri
basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.
Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh
manusia.
B. Penyebab TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.
Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan
menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan
cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran
limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan ini
disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.
Ø Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin
dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari
banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh
(imunitasseluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat
menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian ada beberapa kuman
akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya
tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa
bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
Tuberkulosis Pasca Primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah
infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau
status gizi buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang
luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

C. Cara Penularan TBC


Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada
anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini
bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi
banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat
menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh
seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan
lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaianreaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui
pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya
menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-
bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan
fotorontgen.
D Gejala penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi 2, yaitu gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa
secara klinik.
1. Gejala Sistemik/Utama
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam.
a. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala Khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru -paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
"mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak–anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang – kejang.

E. Cara Pencegahan TBC


Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;
a. Menyembuhkan penderita.
b. Mencegah kematian.
c. Mencegah kekambuhan.
d. Menurunkan tingkat penularan.
Cara-cara pencegahan TBC sebagai berikut;
a) Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3
minggu, merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa kepuskesmas
atau ke rumah sakit.
b) Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.
c) Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur
darah segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
d) Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh
penderita.
e) Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin
BCG. Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat bagus.

F. Pengobatan TBC
1. Jenis Obat
Ø Isoniasid
Ø Rifampicin
Ø Pirasinamid
Ø Streptomicin
2. Prinsip Obat
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap
intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya pada saat perut
kosong. Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman TB akan
berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap yaitu:
a) Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari selama 2 - 3
bulan.
b) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali seminggu selama
4 – 5 bulan.
BAB III
PEMBAHASAN

Kasus 5
Anda adalah apoteker di Apotik Hasna yang akan melakukan monitoring efek
samping obat ke rumah pasien (home care pharmacy). Pasien adalah seorang usia 29
tahun yang sedang hamil 5 bulan dan sedang menjalani pengobatan TBC pada hari ke-
6. Riwayat pasien mempunyai kadar gula darah tinggiyaitu 360 mg/dL, sering
mengeluhkan batuk tidak berhenti pada waktu pagi hari menjelang subuh.
Tugas:
1. Tetapkan dan tulislah rencana monitoring efikasi dan keamanan dengan menggunakan
data yang tersedia.
2. Komunikasikan dengan pasien.

A.RESEP
B. ANALISIS OBAT

1. Skrining Administrasi

Nama, Izin Praktik, Alamat Dokter


NamaDokter Ada: dr.Indra Suyono
IzinPraktikDokter Ada: SIP : 120/11/1179/DU/2011
AlamatdanNomorTelp.Dokter Ada: Jl. Yos Sudarso No 20Telp (0271)189012
Inscriptio (Tanggal Penulisan Resep)
Tgl. Penulisan Resep Ada : Surakarta, 20 Agustus 2018

Invocation (Tanda R/)


Tanda R/ pada tiap resep Ada: dalam resep ada 6 tanda R/ untuk 6 obat
Prasecriptio (Nama setiap obat dan komposisi)
Nama setiap obat, jumlah dan Ada : Setiap R/ mengandung nama obat dan cara
cara pembuatannya. pembuatannya
Signatura (Aturan Pakai)
AturanPakai Ada:
Subscriptio
Paraf Dokter Ada: dalam resep di bawah Signatura
Identitas Pasien
Nama dan Jenis Kelamin Pasien Nama Ada Ny.Risa Jenis kelamin : perempuan
Umur Pasien Ada : 29 tahun
Alamat dan Nomor Telp. Pasien Lojiwetan no 10, tidak ada nomor telp pasien
Kesimpulan :
Resep tidak lengkap karena tidak mencantumkan informasi mengenai nomor telp
Cara pengatasan nomor telpon dapat ditanyakan langsung kepada pasien/keluarga pasien.

2. Skrining Farmasetis dan Skrining Klinis

1. Ferosfat

 Indikasi : Membantu memenuhi kebutuhan zat besi, Vitamin B12, Vitamin


C, asam folat, & mineral lain, untuk ibu hamil & menyusui, serta pada lanjut usia.
 Komposisi : Fe pyrophosphate (microencapsulated) 175 mg, manganese sulfate
100 mcg, copper sulfate 100 mcg, Vitamin C 50 mg, folic acid 0.5 mg, Vitamin
B12 7.5 mcg.
 Kontraindikasi : belum ditemukan atau belum ada kondisi apapun yang dapat
menimbulkan kontraindikasi yang mebahayakan bagi para penggunanya.
 Efek samping : Mual, Muntah, Diare,Syok,Halusinasi, Kejang, Penyakit
ginjal akut, diare, sembelit, dan gangguan pencernaan lainnya.
 Dosis obat : Ferospat dapat diberikan pada ibu hamil dan menyusui dengan dosis
1x sehari sesudah makan. Atau bisa juga dicampurkan dengan makanan dan
minuman.

3. Amadiab

 Indikasi : Kegunaan Amadiab adalah untuk pengobatan diabetes mellitus tipe 2


 Komposisi : Glimepiride 3 mg
 Kontraindikasi : kontraindikasikan untuk penderita gangguan ginjal berat atau
gangguan hati berat.
 Efek samping : Hati-hati dengan resiko terjadinya hipoglikemia (kadar gula darah
yang terlalu rendah), terutama jika digunakan untuk jangka waktu lama dan dengan
dosis yang lebih tinggi
 Interaksi obat : Diberikan bersamaan dengan obat rifampisin akan menurunkan
dosis obat golongan sulfonil urea sehingga dosis perlu ditingkatkan

4. Isoniazid

 Indikasi : Mengobati tbc, Kategori C: Studi pada binatang percobaan


memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi
terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat
yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
 Efek samping : gangguan hati, neuropati perifer yang ditandai dengan kesemutan,
serta rasa nyeri dan terbakar di jari tangan atau kaki.
 Interaksi obat : Meningkatkan risiko neuropati perifer, jika digunakan dengan
stavudine.
 Dosis : 5 mg/kgBB hingga 300 mg per hari, sekali sehari, Isoniazid sebaiknya
dikonsumsi ketika perut dalam keadaan kosong, yaitu 1 jam sebelum makan atau 2
jam setelah makan.
 Peringatan : Lakukan pemeriksaan fungsi hati secara rutin selama menggunakan
isoniazid, sehingga dokter bisa mengetahui secara dini bila terjadi gangguan fungsi hati.

5. Rimfampicin

 Indikasi : mengobati TBC, Kategori C: Studi pada binatang percobaan


memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi
terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat
yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.Pada ibu menyusui,
rifampicin dapat diserap ke dalam ASI dan dicurigai dapat berisiko menimbulkan
tumor pada anak. Obat ini tidak boleh digunakan selama menyusui, diskusikan
mengenai risiko dan manfaatnya kepada dokter
 Efek samping : Rifampicin dapat merubah urine, tinja, air liur, dahak, dan
keringat menjadi berwarna oranye atau coklat kemerahan. Efek ini akan hilang bila
penderita menghentikan konsumsi.
 Interaksi obat : Meningkatkan risiko kerusakan hati jika digunakan bersama
dengan obat ritonavir dan isoniazid.
 Dosis : Dewasa: 8-12 mg/kgBB per hari. Obat ini sebaiknya dikonsumsi saat perut
kosong, yaitu 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Bagi Anda yang
lupa mengonsumsi rifampicin, disarankan untuk segera melakukannya begitu
teringat, jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika
sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.

6. Pyrazinamid
 Indikasi : mengobati TBC, Kategori C: Studi pada binatang percobaan
memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi
terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat
yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.Pyrazinamide bisa diserap
ke dalam ASI dalam kadar yang rendah. Wanita menyusui disarankan untuk
berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter sebelum menggunakan obat ini
 Efek samping : efek samping yang umumnya terjadi setelah mengonsumsi
pyrazinamide adalah kelelahan dan sakit perut. Efek samping biasanya dapat
mereda dengan sendirinya, seiring adaptasi tubuh terhadap penggunaan obat.
 Interaksi obat : Memperkuat efek racun terhadap organ hati, jika digunakan
dengan rifampicin.
 Dosis : Bagi yang memiliki berat badan kurang dari 50 kg, dosis yang digunakan
adalah 2 gram, sebanyak 3 kali dalam seminggu.Bagi yang memiliki berat badan
50 kg atau lebih, dosis yang digunakan adalah 2,5 gram, sebanyak 3 kali dalam
seminggu.
7. Lacoldin

 Indikasi : Meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat,
& bersin-bersin yang disertai batuk
 Kontraindikasi : Gangguan jantung, DM, gangguan fungsi hati berat. Sensitif
terhadap obat simpatomimetik lain. Hipertensi berat. Mendapat obat antidepresan
MAOI
 Efek samping : Mengantuk, gangguan perncernaan,
 gangguan psikomotor, takikardi, aritmia, mulut kering, palpitasi, retensi urin.
Kerusakan hati (dosis besar, terapi jangka panjang).
 Interaksi obat : Dg penghambat MAO dapat menyebabkan krisis hipertensi.
 Dosis : Per tab Paracetamol 500 mg, phenylpropanolamine HCl 12.5
mg, dextromethorphan HBr 15 mg, chlorpheniramine maleate 2 mg. Per 5 mL
sirParacetamol 250 mg, phenylpropanolamine HCl 6 mg, dextromethorphan HBr
7.5 mg, chlorpheniramine maleate 1 mg
3. Rencana monitoring efikasi dan keamanan obat
Rencana monitoring efikasi dan keamanan pengobatan yang dapat dilakukan oleh
apoteker kepada pasien dengan sistem home care pharmacay dilakukan dengan tahap:
1. Menentukan pasien yang layak untuk di monitoring pasca pemberian obat
2. Pengumpulkan data pasien dengan lengkap
3. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien terkait dengan program MESO yang
akan dilakukan kepada pasien untuk memperoleh persetujuan pasien dan keluarga
pasien.
4. Menentukan jadwal dilakukan program MESO dengan hal-hal yang dimonitoring
ialah:
 Efikasi obat yang ditentukan oleh kepatuhan pasien mengkonsumsi obat dan
menjaga gaya hidup
 Pengobatan dikatakan efektif jika meminimalisasi efek samping penggunaan obat
dan gula darah pasien dapat mencapai target kadar glukosa normal.

4. Percakapan Pasien dengan Apoteker


Pada suatu sore disebuah perumahan seorang apoteker berkunjung kerumah salah satu
pasien untuk melakukan home care pharmacy. Apoteker tersebut sudah membuat janji
dengan keluarga pasien untuk melakukan visit home care. Setelah sampai di rumah pasien
terjadi percakapan antara pasien dan Apoteker
“Apoteker mengetuk pintu rumah pasien, tok tok tok”
Apoteker : “Assalamualaikum mas”
K.Pasien : “Waalaikumsalam, silahkan masuk Bu”
Apoteker : “sebelumnya perkenalkan saya Rahayu Apoteker di Apotik Hasna, yang akan
melakukan monitoring efek samping obat terhadap Bu Risa ”
K.Pasien : “Oh iya,..Silahkan duduk dulu bu, saya panggilkan bu saya dulu”
Apoteker : “iya terimakasih mas”
(anak pasien memanggil Bu Risa)
Apoteker : “ Bagaimana kabarnya Bu Risa?”
Pasien : “Alhamdulillah sudah lebih baik Bu”
Apoteker : “Baiklah Bu, seperti yang saya jelaskan waktu bapak di apotek bahwa
kedatangan saya ke sini yaitu untuk melakukan pelayanan monitoring dari efek samping
obat yang sedang bapak gunakan saat ini. Gunanya yaitu supaya kita dapat tau apakah ada
efek yang membahayakan atau tidak saat bu menggunakan obat tersebut. apakah obat
tersebut bekerja dengan tepat atau tidak.”
Pasien : “Oh begitu ya bu”
Apoteker : “kemarin bu dapat obat ferosfat, amadiab, isoniazid, rifampisin, pyrazinamid
sama lacoldin ya bu?
Pasien : “Iya bener bu saya mendapatkan obat itu”
Apoteker : “Baik bu, setelah minum obat apakah ada keluhan lain bu?”
Pasien : “Ini saya habis minum obat rifampisisn ketika saya buang air kecil urin saya
berwarna kemerahan ya bu, dan saya belakangan ini mengalami kesemutan ya bu?”
Apoteker : “ ya bu jadi penggunaaan rifampicin sendiri memang memiliki efek samping
urin bewarna kemerahan, ibu tidak perlu khawatir untuk efek samping nya.
Kesemutannya itu karena penggunaan obat isoniazid nya bu. ibu.kira-kira kesemutannya
sering atau tidak bu?”
Pasien : “tidak terlalu sering bu
Apoteker : “oh begitu ya bu jadi dari 6 obat yang bu dapat itu semuanya aman bu untuk
ibu hamil, yang masih dalam kategori C bu.
Pasien : “oh begitu ya bu”
Apoteker : “iya bu, menurut pemeriksaan dokter bu juga dulu punya riwayat diabetes ya
bu?
Pasien : “iya bu”
Apoteker : “jadi untuk pengobatan diabetes nya bu mendapat obat amadiab dan
memiliki efek samping hipoglikemi bu. Biasanya jika terjadi hipoglikemi ibu akan
merasakan seperti pusing seperti hendak pingsan, berkeringat dingin dan badan terasa
lemas bu”
Pasien : “oh begitu iya bu”
Apoteker : “iya bu, jadi jika ibu mengalami gejala seperti yang saya informasikan tadi
ibu dapat langung mengkonsumsi madu satu sendok atau jika tidak ada ibu bisa memakan
yang mengandung gula seperti permen bu”
Pasien : “ iya bu”
Apoteker : “Bu istirahat yang cukupya, dan rutin untuk meminum obat TBC nya jangan
sampai lupa dan cek rutin kadar gula nya ya bu minimal 3 bulan sekali.
Pasien “ iya Bu”
Apoteker : “oh iya bu boleh saya minta tanda tangan bu dulu di buku kunjungan ini,
sebagai bukti kunjungan saya”
Pasien : “iya bu,boleh”
Apoteker : “Ada yang mau ditanyakan lagi bu?”
Pasien : “tidak bu”
Apoteker : “Kalo tidak ada saya permisi dulu ya bu dan terimakasih atas waktunya,
semoga cepat sembuh ya bu dan lahirannya lancar”
Pasien : “ iya sama-sama bu terimaksih atas home visitnya”
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena adanya bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah penularan penyakit ini sebaiknya harus
menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-
benar segera ditangani dengan cepat.
Kehamilan tidak mempengaruhi manifestasi klinis dan progesivitas penyakit bila diterapi
dengan regimen yang tepat dan adekuat. Pemberian regimen yang tepat dan adekuat ini
akan memperbaiki kualitas hidup ibu, mengurangi efek samping obat-obat tuberkulosis
terhadap janin dan mencegah infeksi yang terjadi pada bayi yang baru lahir.
B. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang
dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum obat
secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri ke
klinik/puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA

ISO. 2016.ISO Farmakoterapi Indonesia Informasi Spesialite Obat, Volume


50.Jakarta: Penerbit PT. ISFI

Meiyanti 2007. Penatalaksanaan Tuberculosis Pada Kehamilan. Universa Medicina.


Vol 26 No 3

Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai