Anda di halaman 1dari 5

Perkembangan dari Mekanisme : mengasetilisasi enzim prostaglandin H2

agregasi (semakin endoperokside sintase (PGHS) dan menghambat kerja


19 Mei 27 Mei Antiagregasi buruk atau tidak) enzim COX sehingga memberi efek analgesik dan anti
Asetosal po 80 mg 1 dd 1 inflamasi
2014 2014 platelet Efek samping : ulkus
peptikum, gangguan Alasan : karena dapat digunakan untuk mengurangi
hati, gangguan ginjal gejala demam dan efek analgesik

Tekanan darah Mekanisme : Menghambat penyerapan kembali


Edema karena natrium oleh sel tubuli ginjal sehingga meningkatkan
18 Mei iv 20 Mei Efek samping :
Furosemide 20 mg 1 dd 1 gangguan ekskresi natrium dan air melalui urin
2014 bolus 2014 gangguan elektrolit,
jantung
muntah, sakit kepala Alasan : karena pasien menderita hipertensi

19 Asetosal po 80 mg 1 dd 1 27 Meringankan rasa Perkembangan dari Mekanisme : mengasetilisasi enzim


sakit dan agregasi (semakin prostaglandin H2 endoperokside sintase
menurunkan buruk atau tidak) (PGHS) dan menghambat kerja enzim
demam COX sehingga memberi efek analgesik
Efek samping : dan anti inflamasi
Untuk sakit jantung ulkus peptikum,
gangguan hati, Alasan : karena dapat digunakan untuk
gangguan ginjal mengurangi gejala demam dan efek
analgesik

18 Furosemide iv bolus 20 mg 1 dd 1 20 Edema dan Tekanan darah Mekanisme : Menghambat penyerapan


hipertensi ringan kembali natrium oleh sel tubuli ginjal
sampai sedang Efek samping : sehingga meningkatkan ekskresi
gangguan elektrolit, natrium dan air melalui urin
muntah, sakit
kepala Alasan : karena pasien menderita
hipertensi

Hormon steroid yang dihasilkan oleh ketiga lapisan berbeda pada bagian korteks adrenal terdiri dari tiga macam, yaitu

a. mineralokortikoid
b. glukokortikoid
c. ketosteroid.

Perbedaan antara hormon glukokortikoid dengan mineralokortikoid sebagai berikut. Hormon glukokortikoid adalah steroid yang memiliki 21 atom karbon dengan
fungsi utama meningkatkan glukoneogenesis. Glukokortikoid pada manusia biasa disebut dengan kortisol yang dihasilkan pada zona fascikulata, dan zona glomerulosa.
Hormon glukokortikoid sedikit sekali disimpan di dalam sel korteks adrenal, karena hormon ini selalu dilepaskan ke dalam setelah selesai dibuat. Pelepasan
glukokortikoid terjadi dengan periodisitas yang diatur oleh irama diurnal pelepasan ACTH. Glukokortikoid plasma mulai meningkat sesudah tengah malam dan mencapai kadar
puncak plasma (kira-kira 15 mikrogram per desiliter) antara pukul 06.00 sampai pukul 08.00 pagi. Sesudah pukul 08.00 pagi sekresi glukokortikoid berangsur menurun
sebagaimana kadar plasma, dan mencapai titik terendah (kira-kira 6 mikrogram/ desiliter) antara pukul 18.00 dan tengah malam. Selama waktu ini glukokortikoid tidak
disekresi terus menerus, sekresi dalam jumlah besar terjadi pada pagi hari. Kecuali dalam keadaan stress irama diurnal dilampaui dan kadar glukokortikoid dalam plasma
dapat melebihi 25 mikrogram per desiliter. Pada titik ini kapasitas protein pengikat plasma utama meningkat dan globulin pengikat steroid dilampaui serta kadar glukokortikoid
plasma meningkat. Glukokortikoid beredar dalam plasma dalam bentuk terikat protein dan bentuk bebas. Protein pengikat utama plasma adalah Cortisol Binding Globulin
(CBG). CBG diproduksi dalam hati. Selama kehamilan dan keadaan lain dimana estrogen tinggi, terdapat peningkatan pada CBG dengan demikian kadar glukokortikoid
plasma juga tinggi. Kadar CBG dan glukokortikoid plasma menurun pada penyakit hati tertentu dan pada kehilangan protein dalam jumlah yang besar. CBG banyak mengikat
hormon jika glukokortikoid plasma dalam batas normal, apabila glukokortikoid sedikit mamaka CBG akan berikatan dengan albumin.
Sekresi glukokortikoid tergantung pada ACTH yang selanjutnya diatur oleh Corticotropin Releasing Hormone (CRH). Kadar glukokortikoid bebas yang
berlebihan melakukan control umpan balik negatif (penghambatan) cepat dan lambat pada hipofisa anterior, hipotalamus atau kedua-duanya. Respon
cepat kelihatan dengan diikuti tingginya kadar glukokortikoid selanjutnya timbul aksi glukokortikoid pada membran sel hipotalamus. Efek lambat tergantung
pada kadar absolute glukokortikoid dan diusahakan pada sel basofilik hipofisa anterior melalui penghambatan produksi mRNA proopiomelanokortin
(POMC). Sekresi glukokortikoid juga dipengaruhi oleh stress fisik dan emosional. Input dari nucleus amigdala menghambat respon ACTH terhadap stress emosional,
kekhawatiran, takut dan kecemasan sedangkan serabut spinotalamik dan formasi ini dapat melampaui kedua sistem umpan balik negatif dan irama diurnal. Kadar
glukokortikoid yang tinggi dapat menekan respon imun hospes. Glukokortikoid dapat membunuh limfosit dan menyebabkan involusi jaringan limfoid. Glukokortikoid
mempengaruhi respon proliferasi limfosit terhadap antigen dan sejumlah kecil terhadap mitogen. Hormon ini juga dapat mempengaruhi beberapa langkah lain dalam respon
imun termasuk pengolahan antigen oleh makrofag, produksi antibody oleh limfosit B, fungsi limfosit penekan dan penolong T, dan matabolisme antibodi. Kebanyakan efek ini
memerlukan glukokortikoid dalam kadar di atas fisiologik, misalnya dosis yang digunakan untuk mengobati penyakit autoimun dan menekan penolakan transplantasi.
Selanjutnya pada mineralokortikosteroid, kerja utama hormon ini adalah untuk meningkatkan retensi Na + dan ekskresi K+ serta H+ khususnya
dalam ginjal. Contoh hormon kelompok ini adalah Aldosteron, dibuat di zona glomerulosa. Sintesis Mineralokortikoid terjadi di zona
glomerulosa. Pregnenolon diubah menjadi progesteron oleh 2 enzim yaitu 3-hidroksisteroid dehidrogenase (3-OHSD) dan 5,4
isomerase.Progesteron mengalami hidroksilasi membentuk 11-deoksikortikosteron (DOC) yang merupakan mineralokortikoid aktif (yang
menahan ion Na+). Kemudian terjadi hidroksilasi berikutnya membentuk kortikosteron yang mempunyai aktivitas glukokortikoid dan
merupakan mineralokortikoid lemah. Kortikosteron diubah menjadi 18-hidroksikortikosteron dengan bantuan enzim 18-hidroksilase
(aldosteron sintase). 18-hidroksikortikosteron diubah menjadi aldosteron (konversi 18-alkohol menjadi aldehid). Aldosteron dengan cepat
akan dibersihkan dari plasma oleh hati, terjadi karena hormon ini kurang memiliki protein pembawa dalam plasma darah. Hati kemudian
membentuk tetrahidroaldosteron 3-glukoronida yang diekskresikan ke dalam urine. Mineralokortikoid memiliki efek merangsang transport
aktif Na+ oleh tubulus kontortus distal dan tubulus koligentes ginjal menyebabkan retensi Na +, meningkatkan sekresi K+, H+, dan NH4+
oleh ginjal, dan mempengaruhi transport ion di jaringan epitel lain termasuk kelenjar keringat, mukosa
intestinal, serta kelenjar saliva. Selain itu, Aldosteron mempengaruhi sintesis RNA dan protein yang diperlukan dalam produksi
berbagai produk gen spesifik.

Jenis homon korteks adrenal merupakan hormon steroid, yang dapat digolongkan
menjadi 3 kelompok hormon:

Mineralokortikoid Glukokortikoid Androgen


Sintesis - terjadi di zona glomerulosa - Memerlukan 3 enzim hidroksilase Prekursor androgen yang
- pregnenolon diubah menjadi pada posisi C17, C21 dan C11. dihasilkan oleh korteks adrenal
progesteron oleh 2 enzim yaitu Enzimnya adalah
3-hidroksisteroid dehidrogenase berturut-turut adalah 17a- dehidroepiandrosteron (DHEA)
(3-OHSD) dan 5,4 isomerase. hidroksilase, 21-hidroksilase dan - Produksi androgen adrenal
- progesteron mengalami 11b-hidroksilase. mengalami peningkatan yang
hidroksilasi membentuk 11- - 17a-hidroksilase merupakan enzim mencolok bila biosintesis
deoksikortikosteron (DOC) retikulum endoplasma halus yang glukokortikoid terhambat oleh
yang merupakan bekerja pada defisiensi salah satu enzim
mineralokortikoid aktif (yang progesteron atau lebih sering pada hidroksilase.
menahan ion Na ) + pregnenolon. - Sebagian besar DHEA akan
- terjadi hidroksilasi berikutnya - 17a-hidroksiprogesteron dimodifikasi secara cepat lewat
membentuk kortikosteron yang mengalami hidroksilasi sehingga penambahan sulfat
mempunyai aktivitas membentuk 11- dan sekitar separuh dari
glukokortikoid dan merupakan deoksikortisol modifikasi ini terjadi di dalam
mineralokortikoid lemah. - 11-deoksikortisol mengalami adrenal sedangkan sisanya
- Kortikosteron diubah menjadi hidroksilasi membentuk kortisol. di hati.
18-hidroksikortikosteron dengan 2|Page/rosiana_biokimi - DHEA sulfat merupakan unsur
bantuan enzim 18- a_hormon09 inaktif tetapi pengeluaran gugus
hidroksilase (aldosteron sintase) - 21-hidroksilase merupakan enzim sulfat akan
- 18-hidroksikortikosteron retikulum endoplasma halus mengakibatkan pengaktifan
diubah menjadi aldosteron sedangkan 11b- kembali.
(konversi 18-alkohol menjadi hidroksilase merupakan enzim - 3-OHSD dan 5,4 isomerase
aldehid) mitokondria. akan mengubah DHEA
androgen yang lemah
menjadi androstenedion yang
lebih poten.
- Reduksi androstenedion pada
posisi C17 menghasilkan
terbentuknya testosteron
(hanya sejumlah kecil)
Laju metabolisme Aldosteron dengan cepat akan - Kortisol dan metabolitnya - Androgen diekskresikan
dibersihkan dari plasma oleh membentuk sekitar 80% jumlah sebagai senyawa 17-keto- tetapi
hati, terjadi karena 17-hidroksikortikoid hati akan mengubah
hormon ini kurang memiliki dalam plasma (setengahnya sekitar 50% dari jumlah
protein pembawa dalam plasma beredar dalam plasma dalam testosteron tersebut menjadi
darah. bentuk metabolit dihidrodan androsteron dan etiokolanolon
- Hati kemudian membentuk tetrahidro-), 20% sisanya terdiri
tetrahidroaldosteron 3-glukoronida atas kortison dan 11-
yang diekskresikan deoksikortisol.
ke dalam urine. - Semua senyawa tersebut
dimodifikasi melalui proses
konjugasi dengan glukuronida
dan sebagian kecil dengan
sulfat.
- Modifikasi ini terutama terjadi
di hati dan membuat molekul
steroid yang bersifat
lipofilik bisa larut air dan dapat
diekskresikan.
- Pada manusia sebagian besar
steroid terkonjugasi yang
memasuki intestinum
lewat ekskresi bilier akan
diabsorbsi kembali melalui
sirkulasi enterohepatik.
- Sekitar 70% steroid
terkonjugasi akan diekskresikan
ke dalam urine, 20% keluar
dalam bentuk feses dan sisanya
keluar melalui kulit.

Anda mungkin juga menyukai