Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN PROGRAM

PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA


_______________________

RSIA PERMATA DALIMA

Bumi Serpong Damai Sektor 1 – 2 Blok UA 26 – 27 Rawa Buntu Kec.


Serpong Tangerang Selatan Telp. 021 – 538 0375
www.rspermata.co.id

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmat Nya, sehingga
tersusunlah buku pedoman Program Pengendalian Resistensi Antimikroba RSIA Permata
Dalima Serpong.

Saat ini kebutuhan akan standar pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting,
khususnya di Instalasi Farmasi, pedoman ini akan menjadi acuan bagi petugas untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan batasan dan tanggung
jawab masing – masing. Disamping itu, dalam rangka meningkatkan mutu rumah sakit dan
melaksanakan visi dan misinya, diperlukan Pedoman Program Pengendalian Resistensi
Antimikroba agar senantiasa dapat menjaga mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien.

Pedoman ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan saran dari
berbagai pihak sangat kami harapkan untuk revisi dikemudian hari.

Direktur
RSIA Permata Dalima Serpong

drg M. Tryanza Maulana,MM,MARS

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba ii
Mengesahkan,

LEMBAR PENGESAHAN

Mengesahkan,

PEDOMAN PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA

RSIA PERMATA DALIMA SERPONG

Sebagai acuan yang digunakan dalam melaksanakan seluruh kegiatan

Penggunaan Antibiotik di RSIA Permata Dalima Serpong

Tangerang Selatan, Maret 2022

Direktur

RSIA Permata Dalima Serpong

drg M. Tryanza Maulana,MM,MARS

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba iii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ……………………………………………………………………………….1
B. TUJUAN ……………….……………………………………………………………………….2
BAB II GAMBARAN UMUM RSIA PERMATA DALIMA …………………….................................3
A. Sejarah RSIA Permata Dalima ……………………………………………………………...3
B. Tugas Pokok dan Fungsi RSIA Permata Dalima …………………………………………….3
BAB III VISI, MISI, FALSAFAH, LANDASAN NILAI, TUJUAN RSIA PUTRA DALIMA …………5
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI RSIA PERMATA DALIMA ……………………………………6
BAB V PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA …………………………..8
A. STRUKTUR ORGANISASI PPRA ……………………………………………………………..9
B. TUGAS POKOK TIM ……………………………………………………………………………...10
C. KONSEP TATA HUBUNGAN KERJA PPRA …………………………………………...12
D. RANCANGAN ANGGARAN BIAYA PPRA ……………………………………………………13
BAB VI PEDOMAN PELAKSANAAN PPRA DI RSIA PERMATA DALIMA …………………15
A. Kebijakan Penggunaan Antibiotik di RSIA Permata Dalima ………………………….19
B. Panduan Alur Pelayanan Pasien Infeksi ……………………………………………………21
C. Pedoman Penanganan Kejadian Luar Biasa di RSIA Permata Dalima …………………24
D. Pemeriksaan Mikrobiologi, Pelaporan Pola Mikroba dan Kepekaannya ………..25
E. Panduan Monitoring & Evaluasi PPRA RSIA Permata Dalima …………………………26
F. Panduan Laporan PPRA Kepada Direktur …………………………………………..30
BAB VII PENUTUP ………………………………………………………………………………………31

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting,
khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah tersebut
adalah antimikroba antara lain antibakteri/antibiotik, antijamur, antivirus, dan antiprotozoa. Antibiotik
merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara
lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. Pada penelitian kualitas
penggunaan antibiotik di berbagai bagian rumah sakit ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak
didasarkan pada indikasi (Hadi, 2009).
Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan
merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Selain
berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan
sosial yang sangat tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit, tetapi lambat laun
juga berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya Streptococcus pneumonia (SP),
Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli.
Beberapa kuman resistensi antibiotik sudah banyak ditemukan di seluruh dunia, yaitu
Methicilin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), Vancomycin-Resistant Enterococci (VRE),
Penicilin Resistant Pneumococci, Klebsiella pneumoniae yang menghasilkan Extended-Spectrum
Beta Lactam (ESBL), Carbapenem-Resistant Acinobacter baumannii dan Multiresistenan
Mycobacterium Tuberculosis (Guzman-Blanco et al. 2000; Stevenson et al. 2005).
Kuman resisten antibiotik tersebut terjadi akibat penggunaan antibiotik yang tidak bijak dan
penerapan kewaspadaan standar (standard precaution) yang tidak benar di fasilitas pelayanan
kesehatan. Untuk mengoptimalkan penggunaan dan mencegah resistensi antibiotik. Maka perlu
disusun Pedoman Penggunaan dan Pengendalian Resistensi Antibiotik di RSIA Permata Dalima
sebagai acuan dalam penerapan penggunaan antimikroba secara bijak.

B. TUJUAN

Pedoman ini dimaksudkan untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan program pengendalian
resistensi antimikroba di RSIA Permata Dalima. Agar berlangsung secara baku, berkesinambungan,
terukur, dan dapat dievaluasi.

BAB II

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 5
GAMBARAN UMUM RSIA PERMATA DALIMA

A. Sejarah Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Dalima

Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Dalima Serpong dikelola oleh PT. Permata Dalima
Serpong. Nama Dalima diambil dari nama ibunda Dr. M. Taufik Ch SpOG selaku direktur yaitu Ny.
Dalima sedangkan lambang titik 3 diatas huruf a pada kata dalima adalah melambangkan jumlah
putra dari Ny. Dalima yang berjumlah 3 orang. Berawal dari Rumah Bersalin “Permata Dalima
Serpong” yang didirikan pada tanggal 9 September 1993.

Pada tahun 2003 berkembang menjadi RSIA Permata Dalima Serpong. RSIA Permata
Dalima Serpong berdiri diatas tanah seluas 340 M² yang terdiri dari 3 lantai seluas 833,5 M².
Dilantai satu terdapat poliklinik, ruang rawat inap, ruang bayi sehat, ruang bersalin, UGD, ruang
farmasi, ruang radiologi, musholla, medical record. Dilantai dua terdapat ruang rawat inap,
poliklinik, ruang akupunktur, Farmasi, kamar operasi, ruang senam hamil, ruang kantor. Dilantai
tiga terdapat dapur, laundry dan ruang kantor.

Ada sekitar 49 tenaga medis yang dimiliki oleh RSIA Permata Dalima Serpong, terdiri dari 17
Dokter, 9 Bidan, 7 Perawat dan 13 tenaga penunjang medis. Selain Spesialis Kebidanan dan anak,
bedah, gigi dan penyakit dalam, laktasi, akupunktur. Sementara di luar tenaga medis tercatat
berjumlah 40 orang. RSIA Permata Dalima Serpong beralamat di BSD Sektor 1.2 Blok UA No 26/27
Rawa Buntu, Kec, Serpong, Kota Tangerang Selatan. RSIA Permata Dalima Serpong memiliki
lokasi yang strategis baik dari segi demografi maupun ekonomi, hal ini terlihat bahwa lingkungan
sekitar Rumah Sakit ini merupakan daerah perumahan padat penduduk, mudah dijangkau dengan
kendaraan pribadi maupun tradisi umum dari berbagai arah.

Dalam penyelenggaraan layanan kesehatan RSIA Permata Dalima Serpong sudah


bekerjasama dengan penyediaan layanan asuransi swasta baik untuk layanan rawat jalan maupun
rawat inap. RSIA Permata Dalima Serpong terus menerus berusaha untuk menyelenggarakan
layanan Kesehatan yang paripurna meliputi pencegahan, pengobatan, penyuluhan dan
peningkatan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu.

Pada tanggal 1 September 2021 pengelolaan manajemen dan operasional RSIA Permata
Dalima Serpong dibawah kendali PT. Permata Dalima Serpong dalam Akta Notaris Nomor 09
tanggal 29 Juli 2021.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 6
BAB III

VISI, MISI, MOTTO, FALSAFAH, TUJUAN RS DAN NILAI-NILAI

2.1 Visi Rumah Sakit

Visi Rumah Sakit adalah Menjadikan Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Dalima Serpong
sebagai rumah sakit modern pilihan masyarakat kota Tangerang Selatan yang memberikan
pelayanan kesehatan paripurna berdasarkan etika, cinta dan kasih sayang, serta berkeimanan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2.2. Misi Rumah Sakit

Misi Rumah Sakit adalah melaksanakan pelayanan medis dan non medis yang bermutu
dan mengutamakan keselamatan sesuai regulasi untuk memberikan kepuasan pasien
dengan tenaga profesional, peralatan berteknologi tinggi, menjunjung tinggi nilai-nilai
kejujuran, kerja keras, kemanusiaan, serta ditunjang manajemen yang efektif dan efisien.

2.3. Motto Rumah Sakit

“Melayani dengan SENYUM (Santun, Empati, Nyaman, Yakin, Unggul, Modern)”

2.4. Falsafah Rumah Sakit


Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Dalima Serpong yakin mengenai arti penting pasien,
karyawan dan pelayanan yang ramah dan menyenangkan serta mengutamakan kerjasama tim
adalah hal utama dan mendasar bagi pertumbuhan dan perkembangan rumah sakit dalam
mencapai tujuan yaitu mewujudkan kesejahteraan bagi semua pihak dengan prinsip keadilan
dan kekeluargaan.

2.5. Tujuan
1. Terwujudnya visi dan misi dengan menekankan pada upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan kepada pasien serta menerapkan standar akreditasi nasional khususnya
standar keselamatan pasien lebih terjamin dan terlindungi.
2. Memberikan arahkebijakan 5 tahun kedepan sebagai pedoman strategis dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan di RSIA Permata Dalima Serpong yang selaras dengan
visi danmisi rumah sakit.
3. Sebagai acuan oleh para pengambil keputusan dan sebagai dasar pertimbangan untuk
pengembangan RSIA Permata Dalima Serpong.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 7
2.6. Nilai – Nilai

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi nya, RSIA Permata Dalima Serpong memiliki nilai
dasar dan keyakinan dasar yang merupakan Budaya Kerja dan menjadi pijakan, pegangan
dan pedoman bagi Direksi, satuan kerja Manajemen, satuan kerja produksi dan seluruh
Karyawan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
Nilai – nilai Dasar PICK terdiri atas :
1. Professional.
2. Integritas.
3. Care.
4. Komitmen.
Rumusan nilai – nilai dasar adalah:
1. Menyelenggarakan good corporate governance.
2. Memberikan pelayanan yang berkualitas, bertanggung jawab, aman dan
terintegrasi.
3. Meningkatkan kinerja dan kompetensi karyawan khususnya pemberi asuhan
pelayanan.
4. Memberikan pelayanan yang berbasis kepada upaya maksimal untuk
penyembuhan serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
5. Memberikan pelayanan yang baik, efektif dan efisien.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 8
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERMATA DALIMA

Struktur Organisasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Dalima dipimpin oleh seorang
Direktur Rumah Sakit yang membawahi Manajer Pelayanan dan Manajer Umum. Direktur RSIA
Permata Dalima memiliki koordinasi dengan komite Medis dan Komite Keperawatan serta dibantu
oleh Sekretaris.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 9
BAB V
PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA

Resistensi Antimikroba adalah kemampuan mikroba untuk bertahan hidup terhadap efek
antimikroba sehingga tidak efektif dalam penggunaan klinis. Pengendalian Resistensi Antimikroba
adalah aktivitas yang ditujukan untuk mencegah dan/atau menurunkan adanya kejadian mikroba
resisten.
Masalah resistensi antimikroba terutama resistensi antibiotik merupakan masalah kesehatan
masyarakat secara global. Penggunaan antimikro khususnya antibiotik yang tidak rasional dan tidak
terkendali merupakan sebab utama timbul dan menyebarnya resistensi antimikroba secara global,
termasuk munculnya mikroba yang multiresisten terhadap sekelompok antibiotik terutama di
lingkungan rumah sakit (health care associated infection). Malasah yang dihadapi sangat serius dan
bila tidak ditanggapi secara sungguh-sungguh, akan timbul dampak yang merugikan seperti pada
era preantibiotik.
Organisasi kesehatan sedunia (world health organization, WHO) telah secara pro aktif
menyikapi masalah ini. Berbagai upaya dan strategi telah disusun antara lain intervensi edukasi
berupa edukasi formal, seminar, pelatihan, penyebaran brosur dan literatur ; intervensi managerial
seperti penyusunan formularium rumah sakit, panduan/pedoman pengobatan, kebijakan
penggunaan antibiotik, supervise klinik, audit medik dan sebagainya, serta intervensi regulasi di
kalangan profesi medis dan paramedic seperti registrasi dan ijin praktek tenaga dokter.
Semua kegiatan tersebut di atas memerlukan pendekatan multidisiplin baik dalam
perencanaan maupun implementasi di lapangan agar promosi penggunaan antimikroba secara
optimal dan penanggulangan infeksi dapat terwujud. Kebijakan WHO ini juga ditanggapi positif oleh
pemerintah Indonesia melalui seperangkat kebijakan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan no. 8 tahun 2015 tentang Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit antara lain yaitu penilaian infrastruktur rumah
sakit untuk mendukung Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) di tingkat rumah
sakit.
Muncul dan berkembangnya mikroba resisten dapat dikendalikan dua kegiatan utama, yaitu
penerapan penggunaan antibiotik secara bijak (prudent use of antibiotic), dan penerapan prinsip
pencegahan penyebaran mikroba resisten melalui kewaspadaan standar. Penggunaan antibiotik
secara bijak adalah penggunaan antibiotik sesuai dengan penyebab infeksi dengan rejimen dosis
optimal, lama pemberian optimal, efek samping minimal, dan dampak minimal terhadap munculnya
mikroba resisten. Oleh sebab itu pemberian antibiotik secara bijak memerlukan kebijakan
pembatasan dalam penerapannya.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 10
Antibiotik dibedakan dalam kelompok antibiotik yang bebas digunakan oleh semua klinis
(non-restricted) dan antibiotik yang dihemat dan penggunaannya memerlukan persetujuan tim ahli
(restricted dan reserved).
Peresepan antibiotik bertujuan mengatasi penyakit infeksi (terapi) dan mencegah infeksi
pada pasien yang berisiko tinggi untuk mengalami infeksi bakteri pada tindakan pembedahan
(profilaksis bedah) dan beberapa kondisi medis tertentu (profilaksis medik). Antibiotik tidak diberikan
pada penyakit non-infeksi dan penyakit infeksi yang dapat sembuh sendiri (self-limited) seperti
infeksi virus.
Pemilihan jenis antibiotik harus berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi atau
berdasarkan pola mikroba dan pada kepekaan antibiotik, dan diarahkan pada antibiotik berspektrum
sempit untuk mengurangi tekanan seleksi (selection pressure). Penggunaan antibiotik empiris
berspektrum luas masih dibenarkan pada keadaan tertentu, selanjutnya dilakukan penyesuaian dan
evaluasi setelah ada hasil pemeriksaan mikrobiologi (streamlining atau de-eskalasi).
Beberapa masalah dalam pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit perlu
diatasi misalnya tersedianya labortorium mikrobiologi yang memadai, komunikasi antara berbagai
pihak yang terkait dalam kegiatan perlu ditingkatkan. Selain itu, diperlukan dukungan dukungan
kebijakan pembiyaan dan pengadaan antibiotik yang mendukung pelaksanaan penggunaan
antibiotik secara bijak di rumah sakit. Untuk berlangsungnya program ini perlu dibentuk Tim
Pengendali Resistensi Antimikroba (Tim PRA) di rumah sakit.

A. STRUKTUR ORGANISASI TIM PRA


Tim PRA dibentuk dengan tujuan menerapkan pengendalian resistensi antimikroba di rumah
sakit melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Tim PRA
bertanggung jawab langsung kepada Kepala/Direktur RSIA Permata Dalima dan berkoordinasi
kepada unit terkait di RSIA Permata Dalima.
B. TUGAS POKOK TIM
1. Tugas Pokok Tim PPRA
a. Membantu kepala/direktur RSIA Permata Dalima dalam menyusun kebijakan tentang
pengendalian resistensi antimikroba;
b. Membantu kepala/direktur dalam menyusun kebijakan dan panduang penggunaan
antibiotik di RSIA Permata Dalima;
c. Membantu kepala/direktur rumah sakit dalam melaksanaan program pengendalian
resistensi antimikroba;
d. Membantu kepala/direktur dalam mengawasi dan mengevaluasi program pengendalian
resistensi antimikroba;
e. Menyelenggarakan forum kajian tentang penyakit infeksi terintegrasi;
f. Melakukan surveilens pola penggunaan antibiotik

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 11
g. Melakukan surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaannya terhadap
antibiotik;
h. Menyebarluaskan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang prinsip
pengendalian resistensi antimikroba, penggunaan antibiotik secara bijak, dan ketaatan
terhadap pencegahan pengendalian infeksi melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan;
i. Mengembangkan penelitian di bidang pengendalian resistensi antimikroba;
j. Melaporkan pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba kepada
Kepala/Direktur rumah sakit.
Dalam melakukan tugasnya, Tim PRA berkoordinasi dengan unit kerja: SMF/bagian, bidang
keperawatan, instalasi farmasi, laboratorium mikrobiologi klinik, komite/tim pencegahan
pengendalian infeksi (PPI), komite/tim farmasi dan terapi (KFT).
Tugas masing-masing unit adalah sebagai berikut.
1. SMF/Bagian
a. Menerapkan prinsip penggunaan antibiotik secara bijak dan menerapkan
kewaspadaan standar.
b. Melakukan koordinasi program pengendalian resistensi antimikroba di SMF/bagian.
c. Melakukan koordinasi dalam penyusunan panduan penggunaan antibiotik di
SMF/bagian.
d. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim.
2. Bidang keperawatan
a. Menerapkan kewaspadaan standar dalam upaya mencegah penyebaran mikroba
resisten.
b. Terlibat dalam cara pemberian antibiotik yang benar.
c. Terlibat dalam pengambilan spesimen mikrobiologi secara teknik aseptik.
3. Instalasi Farmasi
a. Mengelola serta menjamin mutu dan ketersediaan antibiotik yang tercantum dalam
formularium.
b. Memberikan rekomendasi dan konsultasi serta terlibat dalam tata laksana pasien
infeksi, melalui: pengkajian peresepan, pengendalian dan monitoring penggunaan
antibiotik, visite ke bangsal pasien bersama tim.
c. Memberikan informasi dan edukasi tentang penggunaan antibiotik yang tepat dan
benar.
d. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim.
4. Laboratorium mikrobiologi klinik
a. Melakukan pelayanan pemeriksaan mikrobiologi.
b. Memberikan rekomendasi dan konsultasi serta terlibat dalam tata laksana pasien
infeksi melalui visite ke bangsal pasien bersama tim.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 12
c. Memberikan informasi pola mikroba dan pola resistensi secara berkala setiap tahun.
5. Komite/tim pencegahan pengendalian infeksi (KPPI)
Komite PPI berperanan dalam mencegah penyebaran mikroba resisten melalui:
a. penerapan kewaspadaan standar,
b. surveilans kasus infeksi yang disebabkan mikroba multiresisten,
c. cohorting/isolasi bagi pasien infeksi yang disebabkan mikroba multiresisten,
d. menyusun pedoman penanganan kejadian luar biasa mikroba multiresisten.
6. Komite/tim farmasi dan terapi (KFT)
a. Berperanan dalam menyusun kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik di rumah
sakit,
b. Memantau kepatuhan penggunaan antibiotik terhadap kebijakan dan panduan di
rumah sakit,
c. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 13
BAB VI
PEDOMAN PELAKSANAAN PPRA DI RSIA PERMATA DALIMA

A. KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSIA PERMATA DALIMA


1. Kebijakan Umum
a. Kebijakan penanganan kasus infeksi secara multidisiplin terdiri dari:
1. Kebijakan pemberian antibiotik terapi meliputi antibiotik empirik dan definitif.
- Terapi antibiotik empiris adalah penggunaan antibiotik pada kasus infeksi atau diduga infeksi
yang belum diketahui jenis bakteri penyebab dan pola kepekaannya. Di RSIA Permata
Dalima tahun pertama pembentukan akan terlebih dahulu memfokuskan pada pengendalian
terapi empirik ini.
- Terapi antibiotik definitif adalah penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah
diketahui jenis bakteri penyebab dan pola kepekaannya.
2. Kebijakan pemberian antibiotik profilaksis
Kebijakan pemberian antibiotik profilaksis bedah meliputi antibiotik profilaksis atas indikasi
operasi bersih dan bersih terkontaminasi sebagaimana tercantum dalam ketentuan yang
berlaku (Pedoman Penggunaan Antibiotik Profilaksis dan Terapi Empirik).
Antibiotik Profilaksis Bedah adalah penggunaan antibiotik sebelum, selama, dan paling
lama 24 jam pascaoperasi pada kasus yang secara klinis tidak memperlihatkan tanda infeksi
dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi luka daerah operasi. Pemberian antibiotik pada
prosedur operasi terkontaminasi dan kotor tergolong dalam pemberian antibiotik terapi
sehingga tidak perlu ditambahkan antibiotik profilaksis
2. Kebijakan Khusus
a. Pengobatan awal
1) Pasien yang secara klinis diduga atau diidentifikasi mengalami infeksi bakteri
diberi antibiotik empirik selama 48-72 jam. Kriteria pemberian antibiotik di RSIA
Permata Dalima harus terlebih dahulu dilakukan pengkajian awal dengan
menggunanakan Formulir Pengkajian Awal Pemberian Antibiotik.
2) Pemberian antibiotik lanjutan harus didukung data hasil pemeriksaan
laboratorium dan mikrobiologi juga menyertai Formulir Permintaan Antibiotik
Restriksi dan Preotorisasi serta hasil Evaluasi Antibiotik selama 72 jam.
3) Sebelum pemberian antibiotik dilakukan pengambilan spesimen untuk
pemeriksaan mikrobiologi.
b. Antibiotik definitif ditetapkan berdasarkan pola mikroba dan kepekaan antibiotik
setempat.
c. Prinsip pemilihan antibiotik.
1) Pilihan pertama (first choice).

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 14
2) Pembatasan antibiotik (restricted/reserved).
3) Kelompok antibiotik profilaksis dan terapi.
d. Pengendalian lama pemberian antibiotik dilakukan dengan menerapkan automatic
stop order sesuai dengan indikasi pemberian antibiotik yaitu profilaksis, terapi empirik,
atau terapi definitif.

AUTOMATIC STOP ORDER

Untuk Obat :
………………………………………………
Berakhir pada Tanggal :
………………………………………………

e. Pelayanan laboratorium mikrobiologi.


1) Pelaporan pola mikroba dan kepekaan antibiotik dikeluarkan secara berkala
setiap tahun.
2) Pelaporan hasil uji kultur dan sensitivitas harus cepat dan akurat.
3) Bila sarana pemeriksaan mikrobiologi belum lengkap, maka diupayakan adanya
pemeriksaan pulasan gram dan KOH.

B. PANDUAN ALUR PELAYANAN PASIEN INFEKSI


1. Pelayanan
Dokter menentukan diagnosis infeksi
Penggunaan
Antimikroba

Dokter tidak memberikan terapi antimikroba bila secara klinis tidak ditemukan
kemungkinan sumber infeksi karena mikroba pathogen.

Dokter memberikan terapi antimikroba dalam kurun waktu 1 jam penegakan


diagnosa kerja pada pasien sepsis berat dan infeksi yang mengancam jiwa.

Dokter melakukan pengambilan spesimen pada pasien sebagai bahan


pemeriksan kultur dan resistensi sebelum pemberian antimikroba terapi.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 15
Dokter melakukan order antimikroba empiris yang sesuai kepada depo farmasi
berdasarkan diagnosis dan klinis (sesuai Clinical pathway dan penilaian Dokter
Penanggung Jawab Pasien / DPJP terkait dengan beratnya penyakit dan/atau
penggunaan antimikroba sebelumnya dengan menggunakan Form Pengkajian
Awal Pemberian Antibiotik). Antimikroba yang digunakan utnuk terapi
Empiris harus menggunakan antimikroba kategori I, apabila akan menggunakan
antimikroba kategori II dan III maka DPJP harus mengisi Formulir Permintaan
Antimikroba Restriksi & Preotorisasai. Penggunaan antimikroba kategori II
dapat diberikan hanya pada kasus spesifik, dan harus ditinjau oleh tim PPRA
selama 3 hari. Sedangkan untuk kategori III harus mendapat persetujuan Tim
PPRA sebelum antibiotik diberikan. sesuai dengan Prosedur Program
Pengendalian Resistenti Antibiotik. Petugas depo farmasi lalu menyiapkan
antimikroba empiris sesuai order dokter.

Petugas depo farmasi mengkaji lama pemberian antimikroba pada order dokter,
apabila pemberian antimikroba mendekati hari ketiga, petugas depo farmasi
meminta dokter penulis resep untuk mengisi Formulir Telaah 72 jam antimikroba
diberikan dan menyerahkannya kepada Tim PPRA melalui apoteker satelit/depo.

Tim PPRA melakukan evaluasi/telah 72 jam antimikroba empiris diberikan.

Setelah 72 jam, Depo Farmasi harus memberikan label Automatic Stop Order
pada rekaman pemberian antibiotik (RPA) & pasien harus dilakukan
pemeriksaan H2TL ulang. Sementara itu, Dokter menghentikan terapi
antimikroba, atau melanjutkan sebagai terapi empiris, atau mengubah rute
pemberian dari intravena ke oral, atau melakukan perubahan antimikroba
menjadi terapi definitive/kombinasi berdasarkan hasil evaluasi Tim PPRA, data
kultur dan tes subtilitas.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 16
Jika Antibiotik diberikan 5-7 hari, maka Dokter mengisi Formulir Telaah 5-7 hari
Antibiotik

Tim PPRA melakuan evaluasi/telaah 5-7 hari antimiroba diberikan terhadap


antimikroba empiris/definitif

Dokter memberikan antimikroba terapi definitif sesuai hasil ultur dan kepekaan
kuman dengan spectrum antimikroba yang lebih sempit.

Dokter memberikan antimikroba definitive berdasarkan pada efikasi klinis untuk


eradikasi bakteri sesuai diagnosis awal yang telah dikonfirmasi selanjutnya harus
dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta
data penunjang lainnya.

Dokter penanggung jawab pasien/apoteker dapat berkonsultasi untuk pemberian


antimiroba dengan Tim PPRA.

Dokter menulis order antimikroba pada Formulir Permintaan Antimikroba


Alur Program
apabila akan menggunakan antimikroba kategori II ataupun III.
Pelayanan
Antimikroba
Retriksi dan Dokter memberikan Formulir Permintaan Antimikroba kepada apoteker
satelit/depo farmasi di ruangan/depo farmasi, untuk diserahkan kepada Tim
Preotororisasi
PPRA.

Dokter meminta persetujuan lewat telepon kepada Tim PPRA apabila akan
menggunakan antimikroba kategori II atau III diluar jam kerja sesudah mengisi
Formulir Permintaan Antimikroba Restriksi & Preotorisasai, selanjutnya
dilakukan persetujuan tertulis pada jam kerja.

Tim PPRA mengkaji permintaan antimikroba/masalah antimikroba yang tertera


pada Formulir Permintaan Antimikroba Restriksi & Preotorisasai .

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 17
Tim PPRA memberikan jawaban secara tertulis kepada doter penanggung jawab
pasien melalui apoteker satelit/depo farmasi.

Alur
Pelayanan Dokter menentukan kelas operasi apakah kelas operasi bersih dan bersih
terkontaminasi atau operasi terkontaminasi dan kotor.
Penggunaan
Antibiotik
Profilaksis Dokter / perawat menyerahkan order antibiotik profilaksis kepada petugas depo
farmasi.

Petugas depo farmasi menyiapkan antibiotik profilaksis sesuai dengan order


dokter (antibiotik profilaksis hanya diberikan oleh depo farmasi ruang bedah).

Perawat memberikan antibiotik profilaksis kurang dari 60 menit sebelum insisi


kulit, dengan rute pemberian intravena drip.

Dokter memberikan antibiotik profilaksis dengan dosis tunggal.

Dokter memberikan dosis ulangan antibiotik profilaksis apabila operasi


berlangsung lebih dari 3 jam atau perdarahan lebih dari 1500 ml pada pasien
dewasa atau 25 cc/kg BB pada pasien anak. Waktu pemberian antibiotik ulangan
disesuaikan dengan waktu paruh antibiotik profilaksis yang digunakan.

C. PEDOMAN PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA DI RSIA PERMATA DALIMA

Tata laksana Kejadian Luar Biasa (KLB) Mikroba Multiresisten atau Multidrug-Resistant
Organisms (MDRO) seperti Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), bakteri
penghasil Extended Spectrum Beta-Lactamase (ESBL), atau mikroba multiresisten yang lain.
Apabila ditemukan mikroba multiresisten sebagai penyebab infeksi, maka laboratorium
mikrobiologi rujukan segera melaporkan kepada tim laboratorium RSIA Permata Dalima. Lalu
tim laboratorium RSIA Permata Dalima segera melaporkan kepada Komite PPI, Tim PPRA

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 18
dan dokter penanggung jawab pasien, agar segera dilakukan tindakan untuk membatasi
penyebaran strain mikroba multiresisten tersebut.
Penanganan KLB mikroba multiresisten dilakukan berdasar prinsip berikut ini :
1) Mikroba multiresisten adalah mikroba yang resisten terhadap paling sedikit 3 kelas antibiotik.
2) Indikator pengamatan :
a. Angka MRSA
Penghitungan berpedoman pada rumus berikut ini
Jumlah isolat MRSA
angka MRSA = -------------------------------------------------- X 100%
Jumlah isolat Staphylococcus aureus + isolat MRSA

b. Angka mikroba penghasil ESBL


Penghitungan berpedoman pada rumus berikut ini:
jumlah isolat ESBL
angka ESBL=---------------------------------------------------- X 100%
jumlah isolat bakteri non-ESBL + bakteri ESBL

Contoh: Klebsiella pneumoniae penghasil ESBL


jumlah K.pneumoniae ESBL
angka ESBL=---------------------------------------------------- X 100%
jumlah K.pneumoniae non-ESBL + K.pneumoniae ESBL

c. Angka mikroba multiresisten lain dihitung dengan rumus yang sama dengan poin b)
d. Selain indikator di atas, rumah sakit dapat menetapkan indikator KLB sesuai dengan
kejadian setempat.
e. Untuk bisa mengenali indikator tersebut, perlu dilakukan surveilans dan kerja sama
dengan laboratorium mikrobiologi klinik.

D. PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI, PELAPORAN POLA MIKROBA DAN KEPEKAANNYA.

Pemeriksaan mikrobiologi bertujuan memberikan informasi tentang ada atau tidaknya


mikroba di dalam bahan pemeriksaan atau spesimen yang mungkin menjadi penyebab
timbulnya proses infeksi. Selanjutnya, apabila terdapat pertumbuhan, dan mikroba tersebut
dipertimbangkan sebagai penyebab infeksi maka pemeriksaan dilanjutkan dengan uji
kepekaan mikroba terhadap antimikroba. RSIA Permata Dalima belum dapat melakukan
pemeriksaan mikrobiologi secara mandiri. Cara pengambilan spesimen dilakukan sesuai
pedoman umum yang berlaku berikut ini :

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 19
a. Pengambilan spesimen dilakukan sebelum pemberian antibiotik dan mengacu pada
standar prosedur operasional yang berlaku.
b. Pengambilan spesimen dilakukan secara aseptik dengan peralatan steril sehingga
mengurangi terjadinya kontaminasi flora normal tubuh atau bakteri lingkungan.
c. Spesimen diambil pada saat yang tepat, dari tempat yang diduga sebagai sumber
infeksi, dengan volume yang cukup.
d. Wadah spesimen harus diberi label identitas pasein (nama, nomer rekam medik, tempat
rawat), jenis spesimen, tanggal dan jam pengambilan spesimen.
e. Lembar permintaan pemeriksaan hendaknya diisi dengan lengkap dan jelas, meliputi
identitas pasien, ruang perawatan, jenis dan asal spesimen, tanggal dan jam
pengambilan spesimen, pemeriksaan yang diminta, diagnosis klinik, nama antibiotik yang
telah diberikan dan lama pemberian, identitas dokter yang meminta pemeriksaan serta
nomer kontak yang bisa dihubungi
Ketika seluruh hasil pemeriksaan kultur telah selesai, maka tim Laboratorium
memberitahukan Tim PPRA dan Komite PPI untuk dilakukan pengakajian serta pembentukan
antibiogram yang diperbaharui setiap tahunnya. Sehingga akan berfungsi untuk evaluasi terapi
empirik yang sesuai dengan pola kuman di RSIA Permata Dalima.

E. PANDUAN MONITORING & EVALUASI PPRA RSIA PERMATA DALIMA

Evaluasi penggunaan antibiotik merupakan salah satu indikator mutu program


pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit, bertujuan memberikan informasi pola
penggunaan antibiotik di rumah sakit baik kuantitas maupun kualitas. Pelaksanaan evaluasi
penggunaan antibiotik di RSIA Permata Dalima menggunakan sumber data dan metode secara
standar, yaitu:
A. Sumber Data Penggunaan Antibiotik di Rumah Sakit
1. Rekam Medik Pasien
Penggunaan antibiotik selama dirawat di rumah sakit dapat diukur secara retrospektif
setelah pasien pulang dengan melihat kembali Rekam Medik (RM) pasien, resep
dokter, catatan perawat, catatan farmasi baik manual atau melalui Sistem Informasi
Managemen Rumah Sakit (SIM RS). Dari penulisan resep antibiotik oleh dokter yang
merawat dapat dicatat beberapa hal berikut ini: jenis antibiotik, dosis harian, dan lama
penggunaan antibiotik, sedangkan dalam catatan perawat dapat diketahui jumlah
antibiotik yang diberikan kepada pasien selama pasien dirawat.
2. Pengelolaan antibiotik di Instalasi Farmasi
RSIA Permata Dalima yang sudah melaksanakan kebijakan pelayanan farmasi satu
pintu, kuantitas antibiotik diperoleh dari data penjualan antibiotik di instalasi farmasi.
Data jumlah penggunaan antibiotik dapat dipakai untuk mengukur besarnya belanja

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 20
antibiotik dari waktu ke waktu, khususnya untuk mengevaluasi biaya sebelum dan
sesudah dilaksanakannya program di rumah sakit.

B. Metode Standar
1. Audit Kuantitas Penggunaan Antibiotik di Rumah Sakit
Untuk memperoleh data yang baku dan dapat diperbandingkan dengan data di tempat
lain, maka badan kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi penggunaan
antibiotik secara Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) Classification dan
pengukuran jumlah penggunaan antibiotik dengan defined daily dose (DDD)/100
patient-days.

Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) Classification


Dalam sistem klasifikasi ATC obat dibagi dalam kelompok menurut sistem organ tubuh,
menurut sifat kimiawi, dan menurut fungsinya dalam farmakoterapi. Terdapat lima
tingkat klasikasi, yaitu:
• Tingkat pertama : kelompok anatomi (misalnya untuk saluran pencernaan dan
metabolisme)
• Tingkat kedua : kelompok terapi/farmakologi obat
• Tingkat ketiga : subkelompok farmakologi
• Tingkat keempat : subkelompok kimiawi obat
• Tingkat kelima : substansi kimiawi obat

Contoh :
J Anti-infeksi untuk penggunaan sistemik
(Tingkat pertama: kelompok anatomi)
J01 Antibakteri untuk penggunaan sistemik
(Tingkat kedua: kelompok terapi/farmakologi)
J01C Beta-lactam antibacterial, penicillins
(Tingkat ketiga: subkelompok farmakologi)
J01C A Penisilin berspektrum luas
(Tingkat keempat: subkelompok kimiawi obat)
J01C A01 Ampisilin
(Tingkat kelima: substansi kimiawi obat)
J01C A04 Amoksisilin
(Tingkat kelima: substansi kimiawi obat)

Penghitungan DDD

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 21
Defined daily dose (DDD) adalah dosis harian rata-rata antibiotik yang digunakan pada orang
dewasa untuk indikasi utamanya. Perlu ditekankan di sini bahwa DDD adalah unit baku
pengukuran, bukan mencerminkan dosis harian yang sebenarnya diberikan kepada pasien
(prescribed daily doses atau PDD). Dosis untuk masing-masing individu pasien bergantung
pada kondisi pasien tersebut (berat badan, dll).

Setiap antibiotik mempunyai nilai DDD yang ditentukan oleh WHO berdasarkan dosis
pemeliharaan rata-rata, untuk indikasi utama pada orang dewasa BB 70 kg.
1. Data yang berasal dari instalasi farmasi berbentuk data kolektif maka rumusnya sebagai
berikut :
Perhitungan Numerator :
jml kemasan X jml tablet per kemasan X jml gram per tablet X
100 jumlah DDD = -------------------------------------------------------------
DDD antibiotik dalam gram

Perhitungan Denominator:
Jumlah hari-pasien = jumlah hari perawatan seluruh pasien dalam suatu periode studi

2. Data yang berasal dari pasien menggunakan rumus untuk setiap pasien
jumlah konsumsi antibiotik dalam gram
jumlah konsumsi AB = ------------------------------------------------
(dalam DDD) DDD antibiotik dalam gram

total DDD
DDD/100 patient days = ----------------------------------x 100
total jumlah hari-pasien

2. Audit Kualitas Penggunaan Antibiotik di RSIA Permata Dalima


Kualitas penggunaan antibiotik dapat dinilai dengan melihat data dari form penggunaan
antibiotik dan rekam medik pasien untuk melihat perjalanan penyakit. Setiap kasus dipelajari
dengan mempertimbangkan gejala klinis dan melihat hasil laboratorium apakah sesuai dengan
indikasi antibiotik yang tercatat dalam Lembar Pengumpul Data (LPD).
Penilai (reviewer) sebaiknya lebih dari 1 (satu) orang tim PPRA dan digunakan alur
penilaian menurut Gyssens untuk menentukan kategori kualitas penggunaan setiap antibiotik
yang digunakan. Bila terdapat perbedaan yang sangat nyata di antara reviewer maka dapat
dilakukan diskusi panel untuk masing-masing kasus yang berbeda penilaiannya.
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 22
Pola penggunaan antibiotik hendaknya dianalisis dalam hubungannya dengan laporan
pola mikroba dan kepekaan terhadap antibiotik setiap tahun.
Kategori hasil penilaian (Gyssens flowchart) :
Kategori 0 : Penggunaan antibiotik tepat dan rasional
Kategori I : tidak tepat saat (timing) pemberian antibiotik
Kategori II A : tidak tepat dosis pemberian antibiotik
Kategori II B : tidak tepat interval pemberian antibiotik
Kategori II C : tidak tepat rute pemberian antibiotik
Kategori III A : pemberian antibiotik terlalu lama
Kategori III B : pemberian antibiotik terlalu singkat
Kategori IV A : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain yang lebih efektif
Kategori IV B : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain yang lebih aman
Kategori IV C : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain yang lebih murah
Kategori IV D : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain dengan spektrum
lebih sempit
Kategori V : tidak ada indikasi pemberian antibiotic
Kategori VI : data tidak lengkap sehingga penggunaan antibiotik tidak dapat dinilai.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 23
Penilaian Kualitas Antibiotik (Gyssan Flowchart)

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 24
PANDUAN LAPORAN PPRA KEPADA DIREKTUR

Salah satu komponen penting dalam surveilans yaitu pencatatan dan pelaporan dengan
maksud mendapatkan data untuk diolah, dianalisis, diinterpretasi, disajikan dan
disebarluaskan untuk dimanfaatkan. Data yang dikumpulkan pada kegiatan surveilans harus
valid (akurat, lengkap, dan tepat waktu) sehingga memudahkan dalam pengolahan dan
analisis. Pelaporan di RSIA Permata Dalima akan dilakukan setiap tahun dalam bentuk
Antibiogram Kuman serta Kepekaannya terhadap Antibiotik yang akan diserahkan ke Direktur
lalu berlanjut ke Kemenkes. Panduan Pelaporan dikerjakan sesuai dengan Panduan
Pelaporan yang berlaku seperti berikut :
a. Format Laporan : laporan dapat berbentuk cetakan lepas
b. Halaman Judul :
1) Laporan pola mikroba dan kepekaan terhadap antibiotik di RSIA Permata Dalima
2) Bulan dan tahun periode data yang dilaporkan
c. Isi Laporan :
1) Gambaran umum yang berisi : jenis spesimen dan sebaran spesimen secara
keseluruhan maupun berdasarkan lokasi (misalnya rawat jalan/rawat inap
bawah/rawat inap atas/perina);
2) Pelaporan pola bakteri dibuat berdasarkan distribusi bakteri penyebab infeksi
berdasarkan jenis spesimen. Pola disusun berurutan dari jumlah bakteri terbanyak
sampai paling sedikit. Jika jumlah spesies terlalu sedikit, digabung dalam genus.
3) Bila ada data mikroba multiresisten dengan perhatian khusus misalnya MRSA
(methicillin resistance Staphylococcus aureus), batang Gram negatif penghasil
enzim ESBL (extended spectrum beta-lactamase), atau VRE (vancomycin resistance
enterococcus) dilaporkan terpisah.
4) Antibiogram yang dilaporkan adalah persen sensitif.
5) Antibiogram dilaporkan berdasarkan lokasi/jenis perawatan, jenis spesimen,
genus/spesies mikroba
6) Frekuensi pelaporan setiap tahun
7) Ringkasan dan rekomendasi meliputi:
• Antibiotik yang sensitifitasnya baik (lebih dari 80%) untuk setiap lokasi sebagai
dasar penyusunan pedoman penggunaan antibiotik empirik
• Mikroba multiresisten jika ada (penghasil ESBL, MRSA, VRE, dan Acinetobacter)
8) Data mikroba multiresisten dilaporkan juga kepada tim PPI sebagai pelengkap data
surveilans HAI di rumah sakit.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 25
BAB VII
PENUTUP

Dengan tersusunnya Pedoman PPRA RSIA Permata Dalima ini, maka diharapkan dapat
menjadi acuan dalam pelaksanaan PPRA secara efektif dan efisien. Sehingga dapat
mengendalikan antibiotik secara bijak dan rasional. Selain itu, dengan tersusunnya Pedoman
PPRA akan memudahkan tim PRA, dalam menjalan segara rencana kegiatan satu tahun
kedepan sesuai jadwal.

Hal-hal yang bersifat lebih teknis dan rinci akan disusun SPO yang diperlukan sesuai
dengan pokok kegiatan yang mendukung pelaksanaan pelayanan pengobatan. Dengan
berlakunya Pedoman ini di RSIA Permata Dalima maka setiap petugas kesehatan di RSIA
Permata Dalima diwajibkan mengikuti pedoman ini secara utuh. Bila di dalam pelaksanaannya
terdapat perkembangan yang baru, maka tidak menutup kemungkinan pedoman ini akan
dilakukan perubahan dan penyesuaian sesuai kebutuhan dan tuntutan.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 26

Anda mungkin juga menyukai