Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmat Nya, sehingga
tersusunlah buku pedoman Program Pengendalian Resistensi Antimikroba RSIA Permata
Dalima Serpong.
Saat ini kebutuhan akan standar pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting,
khususnya di Instalasi Farmasi, pedoman ini akan menjadi acuan bagi petugas untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan batasan dan tanggung
jawab masing – masing. Disamping itu, dalam rangka meningkatkan mutu rumah sakit dan
melaksanakan visi dan misinya, diperlukan Pedoman Program Pengendalian Resistensi
Antimikroba agar senantiasa dapat menjaga mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Pedoman ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan saran dari
berbagai pihak sangat kami harapkan untuk revisi dikemudian hari.
Direktur
RSIA Permata Dalima Serpong
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba ii
Mengesahkan,
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
Direktur
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ……………………………………………………………………………….1
B. TUJUAN ……………….……………………………………………………………………….2
BAB II GAMBARAN UMUM RSIA PERMATA DALIMA …………………….................................3
A. Sejarah RSIA Permata Dalima ……………………………………………………………...3
B. Tugas Pokok dan Fungsi RSIA Permata Dalima …………………………………………….3
BAB III VISI, MISI, FALSAFAH, LANDASAN NILAI, TUJUAN RSIA PUTRA DALIMA …………5
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI RSIA PERMATA DALIMA ……………………………………6
BAB V PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA …………………………..8
A. STRUKTUR ORGANISASI PPRA ……………………………………………………………..9
B. TUGAS POKOK TIM ……………………………………………………………………………...10
C. KONSEP TATA HUBUNGAN KERJA PPRA …………………………………………...12
D. RANCANGAN ANGGARAN BIAYA PPRA ……………………………………………………13
BAB VI PEDOMAN PELAKSANAAN PPRA DI RSIA PERMATA DALIMA …………………15
A. Kebijakan Penggunaan Antibiotik di RSIA Permata Dalima ………………………….19
B. Panduan Alur Pelayanan Pasien Infeksi ……………………………………………………21
C. Pedoman Penanganan Kejadian Luar Biasa di RSIA Permata Dalima …………………24
D. Pemeriksaan Mikrobiologi, Pelaporan Pola Mikroba dan Kepekaannya ………..25
E. Panduan Monitoring & Evaluasi PPRA RSIA Permata Dalima …………………………26
F. Panduan Laporan PPRA Kepada Direktur …………………………………………..30
BAB VII PENUTUP ………………………………………………………………………………………31
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting,
khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah tersebut
adalah antimikroba antara lain antibakteri/antibiotik, antijamur, antivirus, dan antiprotozoa. Antibiotik
merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara
lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. Pada penelitian kualitas
penggunaan antibiotik di berbagai bagian rumah sakit ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak
didasarkan pada indikasi (Hadi, 2009).
Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan
merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Selain
berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan
sosial yang sangat tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit, tetapi lambat laun
juga berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya Streptococcus pneumonia (SP),
Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli.
Beberapa kuman resistensi antibiotik sudah banyak ditemukan di seluruh dunia, yaitu
Methicilin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), Vancomycin-Resistant Enterococci (VRE),
Penicilin Resistant Pneumococci, Klebsiella pneumoniae yang menghasilkan Extended-Spectrum
Beta Lactam (ESBL), Carbapenem-Resistant Acinobacter baumannii dan Multiresistenan
Mycobacterium Tuberculosis (Guzman-Blanco et al. 2000; Stevenson et al. 2005).
Kuman resisten antibiotik tersebut terjadi akibat penggunaan antibiotik yang tidak bijak dan
penerapan kewaspadaan standar (standard precaution) yang tidak benar di fasilitas pelayanan
kesehatan. Untuk mengoptimalkan penggunaan dan mencegah resistensi antibiotik. Maka perlu
disusun Pedoman Penggunaan dan Pengendalian Resistensi Antibiotik di RSIA Permata Dalima
sebagai acuan dalam penerapan penggunaan antimikroba secara bijak.
B. TUJUAN
Pedoman ini dimaksudkan untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan program pengendalian
resistensi antimikroba di RSIA Permata Dalima. Agar berlangsung secara baku, berkesinambungan,
terukur, dan dapat dievaluasi.
BAB II
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 5
GAMBARAN UMUM RSIA PERMATA DALIMA
Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Dalima Serpong dikelola oleh PT. Permata Dalima
Serpong. Nama Dalima diambil dari nama ibunda Dr. M. Taufik Ch SpOG selaku direktur yaitu Ny.
Dalima sedangkan lambang titik 3 diatas huruf a pada kata dalima adalah melambangkan jumlah
putra dari Ny. Dalima yang berjumlah 3 orang. Berawal dari Rumah Bersalin “Permata Dalima
Serpong” yang didirikan pada tanggal 9 September 1993.
Pada tahun 2003 berkembang menjadi RSIA Permata Dalima Serpong. RSIA Permata
Dalima Serpong berdiri diatas tanah seluas 340 M² yang terdiri dari 3 lantai seluas 833,5 M².
Dilantai satu terdapat poliklinik, ruang rawat inap, ruang bayi sehat, ruang bersalin, UGD, ruang
farmasi, ruang radiologi, musholla, medical record. Dilantai dua terdapat ruang rawat inap,
poliklinik, ruang akupunktur, Farmasi, kamar operasi, ruang senam hamil, ruang kantor. Dilantai
tiga terdapat dapur, laundry dan ruang kantor.
Ada sekitar 49 tenaga medis yang dimiliki oleh RSIA Permata Dalima Serpong, terdiri dari 17
Dokter, 9 Bidan, 7 Perawat dan 13 tenaga penunjang medis. Selain Spesialis Kebidanan dan anak,
bedah, gigi dan penyakit dalam, laktasi, akupunktur. Sementara di luar tenaga medis tercatat
berjumlah 40 orang. RSIA Permata Dalima Serpong beralamat di BSD Sektor 1.2 Blok UA No 26/27
Rawa Buntu, Kec, Serpong, Kota Tangerang Selatan. RSIA Permata Dalima Serpong memiliki
lokasi yang strategis baik dari segi demografi maupun ekonomi, hal ini terlihat bahwa lingkungan
sekitar Rumah Sakit ini merupakan daerah perumahan padat penduduk, mudah dijangkau dengan
kendaraan pribadi maupun tradisi umum dari berbagai arah.
Pada tanggal 1 September 2021 pengelolaan manajemen dan operasional RSIA Permata
Dalima Serpong dibawah kendali PT. Permata Dalima Serpong dalam Akta Notaris Nomor 09
tanggal 29 Juli 2021.
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 6
BAB III
Visi Rumah Sakit adalah Menjadikan Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Dalima Serpong
sebagai rumah sakit modern pilihan masyarakat kota Tangerang Selatan yang memberikan
pelayanan kesehatan paripurna berdasarkan etika, cinta dan kasih sayang, serta berkeimanan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Misi Rumah Sakit adalah melaksanakan pelayanan medis dan non medis yang bermutu
dan mengutamakan keselamatan sesuai regulasi untuk memberikan kepuasan pasien
dengan tenaga profesional, peralatan berteknologi tinggi, menjunjung tinggi nilai-nilai
kejujuran, kerja keras, kemanusiaan, serta ditunjang manajemen yang efektif dan efisien.
2.5. Tujuan
1. Terwujudnya visi dan misi dengan menekankan pada upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan kepada pasien serta menerapkan standar akreditasi nasional khususnya
standar keselamatan pasien lebih terjamin dan terlindungi.
2. Memberikan arahkebijakan 5 tahun kedepan sebagai pedoman strategis dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan di RSIA Permata Dalima Serpong yang selaras dengan
visi danmisi rumah sakit.
3. Sebagai acuan oleh para pengambil keputusan dan sebagai dasar pertimbangan untuk
pengembangan RSIA Permata Dalima Serpong.
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 7
2.6. Nilai – Nilai
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi nya, RSIA Permata Dalima Serpong memiliki nilai
dasar dan keyakinan dasar yang merupakan Budaya Kerja dan menjadi pijakan, pegangan
dan pedoman bagi Direksi, satuan kerja Manajemen, satuan kerja produksi dan seluruh
Karyawan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
Nilai – nilai Dasar PICK terdiri atas :
1. Professional.
2. Integritas.
3. Care.
4. Komitmen.
Rumusan nilai – nilai dasar adalah:
1. Menyelenggarakan good corporate governance.
2. Memberikan pelayanan yang berkualitas, bertanggung jawab, aman dan
terintegrasi.
3. Meningkatkan kinerja dan kompetensi karyawan khususnya pemberi asuhan
pelayanan.
4. Memberikan pelayanan yang berbasis kepada upaya maksimal untuk
penyembuhan serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
5. Memberikan pelayanan yang baik, efektif dan efisien.
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 8
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERMATA DALIMA
Struktur Organisasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Dalima dipimpin oleh seorang
Direktur Rumah Sakit yang membawahi Manajer Pelayanan dan Manajer Umum. Direktur RSIA
Permata Dalima memiliki koordinasi dengan komite Medis dan Komite Keperawatan serta dibantu
oleh Sekretaris.
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 9
BAB V
PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA
Resistensi Antimikroba adalah kemampuan mikroba untuk bertahan hidup terhadap efek
antimikroba sehingga tidak efektif dalam penggunaan klinis. Pengendalian Resistensi Antimikroba
adalah aktivitas yang ditujukan untuk mencegah dan/atau menurunkan adanya kejadian mikroba
resisten.
Masalah resistensi antimikroba terutama resistensi antibiotik merupakan masalah kesehatan
masyarakat secara global. Penggunaan antimikro khususnya antibiotik yang tidak rasional dan tidak
terkendali merupakan sebab utama timbul dan menyebarnya resistensi antimikroba secara global,
termasuk munculnya mikroba yang multiresisten terhadap sekelompok antibiotik terutama di
lingkungan rumah sakit (health care associated infection). Malasah yang dihadapi sangat serius dan
bila tidak ditanggapi secara sungguh-sungguh, akan timbul dampak yang merugikan seperti pada
era preantibiotik.
Organisasi kesehatan sedunia (world health organization, WHO) telah secara pro aktif
menyikapi masalah ini. Berbagai upaya dan strategi telah disusun antara lain intervensi edukasi
berupa edukasi formal, seminar, pelatihan, penyebaran brosur dan literatur ; intervensi managerial
seperti penyusunan formularium rumah sakit, panduan/pedoman pengobatan, kebijakan
penggunaan antibiotik, supervise klinik, audit medik dan sebagainya, serta intervensi regulasi di
kalangan profesi medis dan paramedic seperti registrasi dan ijin praktek tenaga dokter.
Semua kegiatan tersebut di atas memerlukan pendekatan multidisiplin baik dalam
perencanaan maupun implementasi di lapangan agar promosi penggunaan antimikroba secara
optimal dan penanggulangan infeksi dapat terwujud. Kebijakan WHO ini juga ditanggapi positif oleh
pemerintah Indonesia melalui seperangkat kebijakan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan no. 8 tahun 2015 tentang Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit antara lain yaitu penilaian infrastruktur rumah
sakit untuk mendukung Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) di tingkat rumah
sakit.
Muncul dan berkembangnya mikroba resisten dapat dikendalikan dua kegiatan utama, yaitu
penerapan penggunaan antibiotik secara bijak (prudent use of antibiotic), dan penerapan prinsip
pencegahan penyebaran mikroba resisten melalui kewaspadaan standar. Penggunaan antibiotik
secara bijak adalah penggunaan antibiotik sesuai dengan penyebab infeksi dengan rejimen dosis
optimal, lama pemberian optimal, efek samping minimal, dan dampak minimal terhadap munculnya
mikroba resisten. Oleh sebab itu pemberian antibiotik secara bijak memerlukan kebijakan
pembatasan dalam penerapannya.
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 10
Antibiotik dibedakan dalam kelompok antibiotik yang bebas digunakan oleh semua klinis
(non-restricted) dan antibiotik yang dihemat dan penggunaannya memerlukan persetujuan tim ahli
(restricted dan reserved).
Peresepan antibiotik bertujuan mengatasi penyakit infeksi (terapi) dan mencegah infeksi
pada pasien yang berisiko tinggi untuk mengalami infeksi bakteri pada tindakan pembedahan
(profilaksis bedah) dan beberapa kondisi medis tertentu (profilaksis medik). Antibiotik tidak diberikan
pada penyakit non-infeksi dan penyakit infeksi yang dapat sembuh sendiri (self-limited) seperti
infeksi virus.
Pemilihan jenis antibiotik harus berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi atau
berdasarkan pola mikroba dan pada kepekaan antibiotik, dan diarahkan pada antibiotik berspektrum
sempit untuk mengurangi tekanan seleksi (selection pressure). Penggunaan antibiotik empiris
berspektrum luas masih dibenarkan pada keadaan tertentu, selanjutnya dilakukan penyesuaian dan
evaluasi setelah ada hasil pemeriksaan mikrobiologi (streamlining atau de-eskalasi).
Beberapa masalah dalam pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit perlu
diatasi misalnya tersedianya labortorium mikrobiologi yang memadai, komunikasi antara berbagai
pihak yang terkait dalam kegiatan perlu ditingkatkan. Selain itu, diperlukan dukungan dukungan
kebijakan pembiyaan dan pengadaan antibiotik yang mendukung pelaksanaan penggunaan
antibiotik secara bijak di rumah sakit. Untuk berlangsungnya program ini perlu dibentuk Tim
Pengendali Resistensi Antimikroba (Tim PRA) di rumah sakit.
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 11
g. Melakukan surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaannya terhadap
antibiotik;
h. Menyebarluaskan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang prinsip
pengendalian resistensi antimikroba, penggunaan antibiotik secara bijak, dan ketaatan
terhadap pencegahan pengendalian infeksi melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan;
i. Mengembangkan penelitian di bidang pengendalian resistensi antimikroba;
j. Melaporkan pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba kepada
Kepala/Direktur rumah sakit.
Dalam melakukan tugasnya, Tim PRA berkoordinasi dengan unit kerja: SMF/bagian, bidang
keperawatan, instalasi farmasi, laboratorium mikrobiologi klinik, komite/tim pencegahan
pengendalian infeksi (PPI), komite/tim farmasi dan terapi (KFT).
Tugas masing-masing unit adalah sebagai berikut.
1. SMF/Bagian
a. Menerapkan prinsip penggunaan antibiotik secara bijak dan menerapkan
kewaspadaan standar.
b. Melakukan koordinasi program pengendalian resistensi antimikroba di SMF/bagian.
c. Melakukan koordinasi dalam penyusunan panduan penggunaan antibiotik di
SMF/bagian.
d. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim.
2. Bidang keperawatan
a. Menerapkan kewaspadaan standar dalam upaya mencegah penyebaran mikroba
resisten.
b. Terlibat dalam cara pemberian antibiotik yang benar.
c. Terlibat dalam pengambilan spesimen mikrobiologi secara teknik aseptik.
3. Instalasi Farmasi
a. Mengelola serta menjamin mutu dan ketersediaan antibiotik yang tercantum dalam
formularium.
b. Memberikan rekomendasi dan konsultasi serta terlibat dalam tata laksana pasien
infeksi, melalui: pengkajian peresepan, pengendalian dan monitoring penggunaan
antibiotik, visite ke bangsal pasien bersama tim.
c. Memberikan informasi dan edukasi tentang penggunaan antibiotik yang tepat dan
benar.
d. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim.
4. Laboratorium mikrobiologi klinik
a. Melakukan pelayanan pemeriksaan mikrobiologi.
b. Memberikan rekomendasi dan konsultasi serta terlibat dalam tata laksana pasien
infeksi melalui visite ke bangsal pasien bersama tim.
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 12
c. Memberikan informasi pola mikroba dan pola resistensi secara berkala setiap tahun.
5. Komite/tim pencegahan pengendalian infeksi (KPPI)
Komite PPI berperanan dalam mencegah penyebaran mikroba resisten melalui:
a. penerapan kewaspadaan standar,
b. surveilans kasus infeksi yang disebabkan mikroba multiresisten,
c. cohorting/isolasi bagi pasien infeksi yang disebabkan mikroba multiresisten,
d. menyusun pedoman penanganan kejadian luar biasa mikroba multiresisten.
6. Komite/tim farmasi dan terapi (KFT)
a. Berperanan dalam menyusun kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik di rumah
sakit,
b. Memantau kepatuhan penggunaan antibiotik terhadap kebijakan dan panduan di
rumah sakit,
c. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim.
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 13
BAB VI
PEDOMAN PELAKSANAAN PPRA DI RSIA PERMATA DALIMA
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 14
2) Pembatasan antibiotik (restricted/reserved).
3) Kelompok antibiotik profilaksis dan terapi.
d. Pengendalian lama pemberian antibiotik dilakukan dengan menerapkan automatic
stop order sesuai dengan indikasi pemberian antibiotik yaitu profilaksis, terapi empirik,
atau terapi definitif.
Untuk Obat :
………………………………………………
Berakhir pada Tanggal :
………………………………………………
Dokter tidak memberikan terapi antimikroba bila secara klinis tidak ditemukan
kemungkinan sumber infeksi karena mikroba pathogen.
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 15
Dokter melakukan order antimikroba empiris yang sesuai kepada depo farmasi
berdasarkan diagnosis dan klinis (sesuai Clinical pathway dan penilaian Dokter
Penanggung Jawab Pasien / DPJP terkait dengan beratnya penyakit dan/atau
penggunaan antimikroba sebelumnya dengan menggunakan Form Pengkajian
Awal Pemberian Antibiotik). Antimikroba yang digunakan utnuk terapi
Empiris harus menggunakan antimikroba kategori I, apabila akan menggunakan
antimikroba kategori II dan III maka DPJP harus mengisi Formulir Permintaan
Antimikroba Restriksi & Preotorisasai. Penggunaan antimikroba kategori II
dapat diberikan hanya pada kasus spesifik, dan harus ditinjau oleh tim PPRA
selama 3 hari. Sedangkan untuk kategori III harus mendapat persetujuan Tim
PPRA sebelum antibiotik diberikan. sesuai dengan Prosedur Program
Pengendalian Resistenti Antibiotik. Petugas depo farmasi lalu menyiapkan
antimikroba empiris sesuai order dokter.
Petugas depo farmasi mengkaji lama pemberian antimikroba pada order dokter,
apabila pemberian antimikroba mendekati hari ketiga, petugas depo farmasi
meminta dokter penulis resep untuk mengisi Formulir Telaah 72 jam antimikroba
diberikan dan menyerahkannya kepada Tim PPRA melalui apoteker satelit/depo.
Setelah 72 jam, Depo Farmasi harus memberikan label Automatic Stop Order
pada rekaman pemberian antibiotik (RPA) & pasien harus dilakukan
pemeriksaan H2TL ulang. Sementara itu, Dokter menghentikan terapi
antimikroba, atau melanjutkan sebagai terapi empiris, atau mengubah rute
pemberian dari intravena ke oral, atau melakukan perubahan antimikroba
menjadi terapi definitive/kombinasi berdasarkan hasil evaluasi Tim PPRA, data
kultur dan tes subtilitas.
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 16
Jika Antibiotik diberikan 5-7 hari, maka Dokter mengisi Formulir Telaah 5-7 hari
Antibiotik
Dokter memberikan antimikroba terapi definitif sesuai hasil ultur dan kepekaan
kuman dengan spectrum antimikroba yang lebih sempit.
Dokter meminta persetujuan lewat telepon kepada Tim PPRA apabila akan
menggunakan antimikroba kategori II atau III diluar jam kerja sesudah mengisi
Formulir Permintaan Antimikroba Restriksi & Preotorisasai, selanjutnya
dilakukan persetujuan tertulis pada jam kerja.
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 17
Tim PPRA memberikan jawaban secara tertulis kepada doter penanggung jawab
pasien melalui apoteker satelit/depo farmasi.
Alur
Pelayanan Dokter menentukan kelas operasi apakah kelas operasi bersih dan bersih
terkontaminasi atau operasi terkontaminasi dan kotor.
Penggunaan
Antibiotik
Profilaksis Dokter / perawat menyerahkan order antibiotik profilaksis kepada petugas depo
farmasi.
Tata laksana Kejadian Luar Biasa (KLB) Mikroba Multiresisten atau Multidrug-Resistant
Organisms (MDRO) seperti Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), bakteri
penghasil Extended Spectrum Beta-Lactamase (ESBL), atau mikroba multiresisten yang lain.
Apabila ditemukan mikroba multiresisten sebagai penyebab infeksi, maka laboratorium
mikrobiologi rujukan segera melaporkan kepada tim laboratorium RSIA Permata Dalima. Lalu
tim laboratorium RSIA Permata Dalima segera melaporkan kepada Komite PPI, Tim PPRA
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 18
dan dokter penanggung jawab pasien, agar segera dilakukan tindakan untuk membatasi
penyebaran strain mikroba multiresisten tersebut.
Penanganan KLB mikroba multiresisten dilakukan berdasar prinsip berikut ini :
1) Mikroba multiresisten adalah mikroba yang resisten terhadap paling sedikit 3 kelas antibiotik.
2) Indikator pengamatan :
a. Angka MRSA
Penghitungan berpedoman pada rumus berikut ini
Jumlah isolat MRSA
angka MRSA = -------------------------------------------------- X 100%
Jumlah isolat Staphylococcus aureus + isolat MRSA
c. Angka mikroba multiresisten lain dihitung dengan rumus yang sama dengan poin b)
d. Selain indikator di atas, rumah sakit dapat menetapkan indikator KLB sesuai dengan
kejadian setempat.
e. Untuk bisa mengenali indikator tersebut, perlu dilakukan surveilans dan kerja sama
dengan laboratorium mikrobiologi klinik.
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 19
a. Pengambilan spesimen dilakukan sebelum pemberian antibiotik dan mengacu pada
standar prosedur operasional yang berlaku.
b. Pengambilan spesimen dilakukan secara aseptik dengan peralatan steril sehingga
mengurangi terjadinya kontaminasi flora normal tubuh atau bakteri lingkungan.
c. Spesimen diambil pada saat yang tepat, dari tempat yang diduga sebagai sumber
infeksi, dengan volume yang cukup.
d. Wadah spesimen harus diberi label identitas pasein (nama, nomer rekam medik, tempat
rawat), jenis spesimen, tanggal dan jam pengambilan spesimen.
e. Lembar permintaan pemeriksaan hendaknya diisi dengan lengkap dan jelas, meliputi
identitas pasien, ruang perawatan, jenis dan asal spesimen, tanggal dan jam
pengambilan spesimen, pemeriksaan yang diminta, diagnosis klinik, nama antibiotik yang
telah diberikan dan lama pemberian, identitas dokter yang meminta pemeriksaan serta
nomer kontak yang bisa dihubungi
Ketika seluruh hasil pemeriksaan kultur telah selesai, maka tim Laboratorium
memberitahukan Tim PPRA dan Komite PPI untuk dilakukan pengakajian serta pembentukan
antibiogram yang diperbaharui setiap tahunnya. Sehingga akan berfungsi untuk evaluasi terapi
empirik yang sesuai dengan pola kuman di RSIA Permata Dalima.
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 20
antibiotik dari waktu ke waktu, khususnya untuk mengevaluasi biaya sebelum dan
sesudah dilaksanakannya program di rumah sakit.
B. Metode Standar
1. Audit Kuantitas Penggunaan Antibiotik di Rumah Sakit
Untuk memperoleh data yang baku dan dapat diperbandingkan dengan data di tempat
lain, maka badan kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi penggunaan
antibiotik secara Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) Classification dan
pengukuran jumlah penggunaan antibiotik dengan defined daily dose (DDD)/100
patient-days.
Contoh :
J Anti-infeksi untuk penggunaan sistemik
(Tingkat pertama: kelompok anatomi)
J01 Antibakteri untuk penggunaan sistemik
(Tingkat kedua: kelompok terapi/farmakologi)
J01C Beta-lactam antibacterial, penicillins
(Tingkat ketiga: subkelompok farmakologi)
J01C A Penisilin berspektrum luas
(Tingkat keempat: subkelompok kimiawi obat)
J01C A01 Ampisilin
(Tingkat kelima: substansi kimiawi obat)
J01C A04 Amoksisilin
(Tingkat kelima: substansi kimiawi obat)
Penghitungan DDD
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 21
Defined daily dose (DDD) adalah dosis harian rata-rata antibiotik yang digunakan pada orang
dewasa untuk indikasi utamanya. Perlu ditekankan di sini bahwa DDD adalah unit baku
pengukuran, bukan mencerminkan dosis harian yang sebenarnya diberikan kepada pasien
(prescribed daily doses atau PDD). Dosis untuk masing-masing individu pasien bergantung
pada kondisi pasien tersebut (berat badan, dll).
Setiap antibiotik mempunyai nilai DDD yang ditentukan oleh WHO berdasarkan dosis
pemeliharaan rata-rata, untuk indikasi utama pada orang dewasa BB 70 kg.
1. Data yang berasal dari instalasi farmasi berbentuk data kolektif maka rumusnya sebagai
berikut :
Perhitungan Numerator :
jml kemasan X jml tablet per kemasan X jml gram per tablet X
100 jumlah DDD = -------------------------------------------------------------
DDD antibiotik dalam gram
Perhitungan Denominator:
Jumlah hari-pasien = jumlah hari perawatan seluruh pasien dalam suatu periode studi
2. Data yang berasal dari pasien menggunakan rumus untuk setiap pasien
jumlah konsumsi antibiotik dalam gram
jumlah konsumsi AB = ------------------------------------------------
(dalam DDD) DDD antibiotik dalam gram
total DDD
DDD/100 patient days = ----------------------------------x 100
total jumlah hari-pasien
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 23
Penilaian Kualitas Antibiotik (Gyssan Flowchart)
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 24
PANDUAN LAPORAN PPRA KEPADA DIREKTUR
Salah satu komponen penting dalam surveilans yaitu pencatatan dan pelaporan dengan
maksud mendapatkan data untuk diolah, dianalisis, diinterpretasi, disajikan dan
disebarluaskan untuk dimanfaatkan. Data yang dikumpulkan pada kegiatan surveilans harus
valid (akurat, lengkap, dan tepat waktu) sehingga memudahkan dalam pengolahan dan
analisis. Pelaporan di RSIA Permata Dalima akan dilakukan setiap tahun dalam bentuk
Antibiogram Kuman serta Kepekaannya terhadap Antibiotik yang akan diserahkan ke Direktur
lalu berlanjut ke Kemenkes. Panduan Pelaporan dikerjakan sesuai dengan Panduan
Pelaporan yang berlaku seperti berikut :
a. Format Laporan : laporan dapat berbentuk cetakan lepas
b. Halaman Judul :
1) Laporan pola mikroba dan kepekaan terhadap antibiotik di RSIA Permata Dalima
2) Bulan dan tahun periode data yang dilaporkan
c. Isi Laporan :
1) Gambaran umum yang berisi : jenis spesimen dan sebaran spesimen secara
keseluruhan maupun berdasarkan lokasi (misalnya rawat jalan/rawat inap
bawah/rawat inap atas/perina);
2) Pelaporan pola bakteri dibuat berdasarkan distribusi bakteri penyebab infeksi
berdasarkan jenis spesimen. Pola disusun berurutan dari jumlah bakteri terbanyak
sampai paling sedikit. Jika jumlah spesies terlalu sedikit, digabung dalam genus.
3) Bila ada data mikroba multiresisten dengan perhatian khusus misalnya MRSA
(methicillin resistance Staphylococcus aureus), batang Gram negatif penghasil
enzim ESBL (extended spectrum beta-lactamase), atau VRE (vancomycin resistance
enterococcus) dilaporkan terpisah.
4) Antibiogram yang dilaporkan adalah persen sensitif.
5) Antibiogram dilaporkan berdasarkan lokasi/jenis perawatan, jenis spesimen,
genus/spesies mikroba
6) Frekuensi pelaporan setiap tahun
7) Ringkasan dan rekomendasi meliputi:
• Antibiotik yang sensitifitasnya baik (lebih dari 80%) untuk setiap lokasi sebagai
dasar penyusunan pedoman penggunaan antibiotik empirik
• Mikroba multiresisten jika ada (penghasil ESBL, MRSA, VRE, dan Acinetobacter)
8) Data mikroba multiresisten dilaporkan juga kepada tim PPI sebagai pelengkap data
surveilans HAI di rumah sakit.
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 25
BAB VII
PENUTUP
Dengan tersusunnya Pedoman PPRA RSIA Permata Dalima ini, maka diharapkan dapat
menjadi acuan dalam pelaksanaan PPRA secara efektif dan efisien. Sehingga dapat
mengendalikan antibiotik secara bijak dan rasional. Selain itu, dengan tersusunnya Pedoman
PPRA akan memudahkan tim PRA, dalam menjalan segara rencana kegiatan satu tahun
kedepan sesuai jadwal.
Hal-hal yang bersifat lebih teknis dan rinci akan disusun SPO yang diperlukan sesuai
dengan pokok kegiatan yang mendukung pelaksanaan pelayanan pengobatan. Dengan
berlakunya Pedoman ini di RSIA Permata Dalima maka setiap petugas kesehatan di RSIA
Permata Dalima diwajibkan mengikuti pedoman ini secara utuh. Bila di dalam pelaksanaannya
terdapat perkembangan yang baru, maka tidak menutup kemungkinan pedoman ini akan
dilakukan perubahan dan penyesuaian sesuai kebutuhan dan tuntutan.
Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Program Penanggulangan Resistensi Antimikroba 26